OLEH:
FEDORA ROZAWANI NASUTION
NIM: 1011000383
INSTITUTE PERBANAS
JAKARTA
2014
1
2
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan
Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
FEDORA ROZAWANI NASUTION
NIM: 1011000383
INSTITUTE PERBANAS
JAKARTA
2014
3
INSTITUTE PERBANAS
JAKARTA
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
PERSETUJUAN
Oleh
INSTITUTE PERBANAS
JAKARTA
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
PENGESAHAN
Oleh
Mengetahui,
Ketua Program Studi Akuntansi,
INSTITUTE PERBANAS
JAKARTA
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
PERNYATAAN
Seluruh isi dan materi skripsi ini menjadi tanggung jawab penyusun sepenuhnya.
FEDORA ROZAWANI N
1011000383
6
Menyatakan bahwa hasil penulisan Skripsi yang telah saya buat ini
merupakan hasil karya sendiri dan benar keasliannya. Apabila ternyata di kemudian
hari penulisan skripsi ini merupakan hasil plagiat atau penjiplakan terhadap karya
orang lain, maka saya bersedia mempertanggungjawabkan sekaligus menerima sangsi
berdasarkan aturan tata tertib di Institute Perbanas.
Demikian pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tidak ada unsur
paksaan.
(Fedora Rozawani N)
1011000383
7
ABSTRAK
Data penelitian ini diperoleh dari observasi dan wawancara secara langsung
dengan petugas pajak yang ada di KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu. Berdasarkan
hasil penelitian yabg dilakukan. Penerimaan PPh di KPP Pratama Jakarta Setiabudi
Satu mengalami peingkatan dan mengalami penurunan selama dua (2) bulan.
Berbagai macam upaya yang dilakukan KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu agar
Wajib Pajaknya tidak mengalami kendala-kendala dalam menjalankan hak dan
kewajibannya.
KATA PENGANTAR
syukur kepada Allah SWT Tuhan semesta alam karena dengan limpahan Rahman dan
Rahimnya dan atas segala rahmat dan hidayah-Nya yang tak terhingga dan tidak
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat dalam
menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan
mendapatkan masukan dari berbagai pihak, serta dukungan moral dan materil dari
berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah mendukung dan membantu
2. Bapak Prof. Dr. Ir. Marsudi Wahyu Kisworo, selaku Rektor Perbanas Institute
Jakarta.
9
3. Ibu Dr. Wiwiek Prihandini, Ak, MM selaku Dekan Fakultas Manajemen dan
4. Ibu Atik Djayanti, S.E., AK., M.Ak selaku Ketua Program Studi S1 Akuntansi
Perbanas Institute.
5. Bapak Richard Burto, S.H., M.H. sebagai dosen pembimbing skripsi yang
6. Bapak dan Ibu dosen yang telah memberikan ilmu selama penulis menjalani
7. Alm. Ayah dan Ibu tercinta yang telah mengasuh dan membimbing,
8. Kak Butet, bang Budi, bang Robby, kak Dewi, kak Vivi yang senantiasa tulus
menyelesaikan skripsi ini dan jugaatas doa, dukungan, bantuan, ide-ide yang
diberikan serta kebersamaan yang telah dibangun dari awal hingga sampai
saat ini.
10. Reza Chairulloh yang telah memberikan dukungan berupa motivasi dan
semangat serta sabar dalam menghadapi suasana hati penulis sampai penulis
11. Teman- teman TMR (Gayo, Fajar, Galang, Leboy, Memen, Mega, Wina,
kebersamaannya.
13. Bidang Litkerop periode 2011-2012 ( Eko, Ari, Tanti) terimakasih atas
14. KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu ( Pak Sony, Ibu Lelly, Mas Marsono dll)
15. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, penulis mengucapkan
banyak terimakasih atas semua bantuan yang diberikan, semoga Allah SWT
pengetahuan dan bagi peneliti selanjutnya. Akhir kata, skripsi ini sebenarnya
masih jauh dari sempurna dan terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu,
DAFTAR ISI
ABSTRAK
DAFTAR ISI.............................................................................................................iv
DAFTAR TABEL....................................................................................................vii
BAB I PENDAHLUAN............................................................................................ 1
5.2 Keterbatasan....................................................................................................... 51
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 4.2 Jumlah Wajib Pajak KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu..............34
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Struktur Organisasi KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu ...........35
16
BAB I
PENDAHULUAN
segenap potensi sumber daya yang dimiliki suatu negara, baik berupa hasil
kekayaan alam maupun iuran dari masyarakat. Salah satu bentuk iuran
masyarakat adalah pajak. Sebagai salah satu unsur penerimaan negara, pajak
memiliki peran yang sangat besar dan semakin diandalakan untuk kepentingan
itu tidak terlepas dari peran pemerintah dan wajib pajak. Pajak memiliki peran
kontribusi terbesar bagi pemasukan negara. Salah satu sumber pajak yang
memiliki potensi yang besar untuk pemasukan pajak, yaitu dari Usaha Mikro
perusahaan besar. Namun keberadaan usaha ini yang hampir dapat dijumpai di
UMKM di Indonesia saat ini sangat gencar dilakukan oleh pemerintah yakni
dilakukan.
18
dikeluarkan dan mulai berlaku sejak tertanggal 1 juli 2013 tentang pajak
penghasilan atas penghasilan dari usaha yang diterima atau diperoleh wajib
UMKM yang selama ini luput dari pajak serta menfasilitasi UMKM dalam
2013 ini, mengatur pajak penghasilan bagi usaha dengan peredaran bruto
tertentu yang tidak melebihi 4,8 M dalam satu tahun pajak (Andala, 2013)
tiap-tiap KPP. Masih banyak pelaku bisnis yang belum membayar pajak
Pajak (KPP) menjadi lebih sedikit. Bayangkan saja sederet proses administrasi
itu tentunya dalam rangka mendapatkan fresh money yang nantinya akan
disumbang oleh PP Nomor 46 ini. Data Sensus Pajak Nasional bisa dijadikan
feeder untuk menstimulus jalannya PP Nomor 46. Petugas KPP harus rajin
mendatangi satu persatu sentra sentra bisnis dimana terdapat potensi wajib
ketentuan umum dan tata cara perpajakan dinyatakan bahwa wajib pajak
adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak, pemotong pajak
dan pemungut pajak yang mempunyai hak dan kewajiban sesuai dengan
Banyak pro dan kontra terhadap peraturan baru ini sehingga membuat
saya tertarik untuk melakukan penelitian. Bagi wajib pajak peraturan ini
sangat merugikan, karena besarnya pajak yang harus dibayar dengan tarif 1%
Hal ini yang mendorong minat dan perhatian peneliti untuk membahas
SETIABUDI SATU.”
badan dan PPh Orang Pribadi dari usaha wajib pajak yang memiliki
Tahun 2013?
21
serta tercapainya suatu hasil pembahasan yang lebih rinci dan terarah maka
PPH Final Terhadap Penghasilan Dari Usaha Wajib Pajak Yang Memiliki
Tahun 2013.
1.4 Tujuan
Penerimaan PPh badan dan PPh Orang Pribadi dari usaha wajib
2) Bagi masyarakat
perpajakan di Indonesia.
BAB II
Banyak sekali para ahli dibidang perpajakan yang memberikan definisi yang
berbeda mengenai pajak. Namun demikian, berbagai definisi tersebut pada dasarnya
memiliki tujuan dan inti yang sama yaitu merumuskan pengertian pajak sehingga
mudah dipahami. Menurut beberapa ahli, pengertian pajak adalah sebagai berikut :
1. Soemitro menyatakan bahwa: Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara
timbal yang langsung dapat ditunjuk dan yang digunakan untuk membiayai
pengeluaran umum dapat dipaksakan, artinya bila hutang pajak tidak dibayar,
23
24
hutang itu dapat ditagih dengan menggunakan kekerasan seperti dengan surat
sebagian dari kekayaan ke kas negara yang disebabkan suatu keadaan, kejadian,
tetapi tidak ada jasa timbal balik dari negara secara langsung, untuk memelihara
3. Feldmann: Pajak adalah prestasi yang dipaksakan sepihak oleh dan terutang
4. Menurut Andriani dalam Sukrisno dan Estralita (2012:4), pajak adalah iuran
kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib
pemerintahan.
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan (UU KUP), pajak adalah suatu kontribusi wajib kepada negara yang
terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan
25
pelaksanaannya.
oleh pemerintah.
Budgetir dan fungsi Regularend. Fungsi budgetair merupakan fungsi utama yaitu
fungsi budgetair, pajak berfungsi untuk mengisi kas daerah yang digunakan untuk
Fungsi regulerend dalam arti luas bertujuan sebagai alat untuk melaksanakan
tertentu yang letaknya diluar bidang keuangan dan fungsi mengatur itu banyak
Salah satu contoh dari fungsi mengatur adalah pada penerapan tarif Bea
Masuk yang tinggi terhadap barang-barang impor tertentu karena barang tersebut
sudah dapat diproduksi di dalam negeri, atau sebaliknya pengenaan pajak ekspor
yang rendah (bahkan tarif 0%0 dalam rangka untuk membantu perkembangan atau
tiga,diantaranya:
1. Menurut Golongan
a) Pajak langsung: pajak yang harus dipikul atau ditanggung sendiri oleh Wajib
Pajak dan tidak dapat dilimpahkan atau dibebankan kepada orang lain atau
pihak lain. Pajak harus menjadi beban Wajib Pajak yang bersangkutan.
b) Pajak tidak langsung: pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau
dilimpahkan kepada orang lain atau pihak ketiga. Pajak tidak langsung terjadi
2. Menurut Sifat
a) Pajak Negara: pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan
PPnBM, PBB.
b) Pajak daerah: pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah baik daerah
pemungutan, yaitu:
berlaku.
ketiga untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak.
dengan tujuan dan asas yang masih diperlukan lagi yaitu pemahaman atas perlakuan
1) Equality
Pemungutan pajak harus bersifat adil dan merata, yaitu pajak dikenakan
membayar pajak atau ability to pay dan sesuai dengan manfaat yang
diterima.
2) Certanty
wajib pajak harus mengetahui secara jelas dan pasti besarnya pajak yang
3) Convenience
Kapan wajib pajak itu harus membayar pajak sebaiknya sesuai dengan
saat-saat yang tidak menyulitkan wajib pajak seperti pada saat wajib pajak
memperoleh penghasilan.
4) Economy
28 tahun 2007 tentang perubahan ketiga atas Undang-undang nomor 6 tahun 1983
tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan yang dimaksud dengan Wajib
30
Pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak, pemotong pajak,
dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan
pengenaanya sudah final (berakhir) sehingga tidak dapat dikreditkan dari total Pajak
Peraturan Pemerintah No.46 Tahun 2013 ini adalah peraturan baru yang
dikeluarkan oleh pemerintah untuk memberikan kemudahan bagi wajib pajak orang
pribadi dan wajib pajak badan yang memiliki penghasilan bruto tertentu. Peraturan
31
Pemerintah No.46 Tahun 2013 di tetapkan pada 1 Juli 2013. Pengenaan Pajak
baik bagi Wajib Pajak maupun Direktorat Jenderal Pajak, serta memperh atikan
penghasilan dari usaha yang memiliki peredaran bruto tertentu, untuk melakukan
penyelenggaraan negara
perpajakan
Dari maksud dan tujuan tersebut, hasil yang diharapkan dalam pemberlakuan
PP 46 Tahun 2013 ini adalah penerimaan pajak meningkat sehinga kesempatan untuk
ada 2, yaitu :
(omset).
perpajakan.
adalah :
33
1) Penghasilan dari usaha yang diterima atau diperoleh wajib pajak dengan
peredaran bruto (omset) yang tidak melebihi Rp. 4,8 Miliar dalam 1 tahun
pajak.
3) Tarif pajak yang terutang dan harus dibayar adalah 1% dari jumlah
Hal-hal yang dikecualikan, atau tidak dikenai pajak penghasilan atau non
2) Penghasilan dari usaha dagang dan jasa yang dikenai PPh Final (Pasal 4
ayat (2), seperti misalnya sewa kamar kos, sewa rumah, jasa konstruksi
34
2013, adalah :
1) Orang pribadi
yang tidak melebihi Rp. 4,8 Miliar dalam 1 (satu) tahun pajak. Tahun
pajak disini adalah jangka waktu 1 (satu) tahun kalender, kecuali wajib
pajak menggunakan tahun buku yang tidak sama dengan tahun kalender.
Yang bukan merupakan subjek pajak, atau yang tidak dikenai pajak
2) Badan yang belum beroperasi secara komersial atau yang dalam jangka
3) Orang Pribadi atau Badan yang dimaksud diatas meskipun tidak dikenai
2) SSP berfungsi sekaligus sebagai SPT Masa PPh Pasal 4 ayat (2). Jika
Negara (NTPN) tidak perlu lapor SPT Masa PPh Pasal 4 ayat (2).
dalam SPT Tahunan PPh pada kelompok penghasilan yang dikenai pajak
pajak penghasilan yang harus dibayar sendiri oleh wajib pajak untuk setiap bulan
dalam tahun pajak berjalan. Pembayaran Pajak oleh Wajib Pajak dalam tahun
(lima belas) bulan takwin berikutnya setelah Masa Pajak berakhir. Wajib Pajak
Surat pemberitahuan (SPT) adalah surat yang oleh wajib pajak (WP)
digunakan untuk melaporkan penghitungan dan atau pembayaran pajak, objek pajak
dan atau bukan objek pajak dan atau harta dan kewajiban (Anjarwati, 2014:105)
2) SPT Tahunan adalah surat pemberitahuan untuk suatu tahun pajak atau
melaporkan tentang:
37
pajak.
Penghasilan yang merupakan objek pajak dan atau bukan objek pajak.
masa pajak.
PKP dan atau melalui pihak lain dalam ssatu masa pajak, yang
yang berlaku
c) Pemotong/pemungut Pajak
UMKM merupakan usaha yang memiliki peran yang cukup tinggi terutama di
indonesia yang masih tergolong negara berkembang. Dengan banyaknya jumlah UMKM
maka akan semakin banyak penciptaan kesempatan kerja bagi para pengangguran. Selain
itu UMKM dapat dijadikan sebagai sumber pendapatan khususnya didaerah pedesaan dan
pendapatan masyarakat tetapi pengertian dari UMKM tersebut masih beragam. Makna
dari UMKM sendiri berbeda beda. Definisi yang berkaitan dengan UMKM antara lain
menurut:
a) Ketentuan undang undang No. 9 Tahun 1995 tentang usaha kecil dan
perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahan atau
bukan cabang yang dimiliki, dikuasai atau menjadi bagian baik langsung
usaha.
(dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak
ini, terdapat 4 (empat) penelitian terdahulu yang dijadikan bahan acuan dalam
Tabel 2.1
Penelitian Sebelumnya
(Kesimpulan)
yang diatur
didalamnya. Upaya
pemerintah untuk
menerapkan
peraturan ini kepada
wajib pajak agar
mereka memahami
peraturan pajak
UKM yang baru
diberlakukan ini dan
mau membayar
pajak atas UKM
yang mereka miliki
belum maksimal
2 Sudarman (2013) Peraturan Pemerintah Pemberlakuan PP
Republik Indonesia Nomor 46/2013 ini adalah
46 memberikan
Tahun 2013 (PP-46/2013) kemudahan Wajib
Dan Permasalahannya Pajak Orang Pribadi
dan Badan yang
memiliki peredaran
bruto tertentu
mengenai
perhitungan,
penyetoran dan
pelaporan pajak
penghasilannya,
sedangkan masalah
yang timbul adalah
sebagai akibat dari
kurangnya kesiapan
pemerintah,
diantaranya adalah
penerbitan PMK
yang
terlambat serta
penerbitan Surat
Edaran Dirjen Pajak
yang juga baru
diterbitkan
pada tanggal 2
September 2013
sementara itu
42
petugas Pajak
terutama Accounts
Representative (AR)
yang nota bene
sebagai bagian dari
palang pintu Dirjen
Pajak
juga belum siap
karena terlambatnya
sosialisasi.
3 Isroah (2013) Penghitungan Pajak Ada dua pendekatan
Penghasilan Bagi UMKM dalam menentukan
besarnya pajak
penghasilan bagi
UMKM yaitu
pertama, Pencatatan
diperkenankan bagi
Wajib Pajak Orang
Pribadi yang
melakukan usaha
atau pekerjaan bebas
yang peredaran
brutonya se tahun
kurang dari
Rp4.800.000.000,00
dengan syarat
memberitahukan
kepada Direktur
Jenderal Pajak dalam
jangka waktu tiga
bulan pertama dari
tahun pajak yang
bersangkutan dan
yang kedua,
Pembukuan
diperkenankan bagi
Wajib Pajak Badan
dan Wajib Pajak
Orang Pribadi yang
melakukan usaha
atau pekerjaan bebas
dengan peredaran
bruto se tahun
Rp4.800.000.000,00
43
atau lebih.
4 Syahdan dan Rani Dimensi Keadilan Atas Kesinambungan
Pemberlakuan Pp No. 46 penerimaan negara
(2013) Tahun 2013 dari sektor pajak
Dan Peningkatan diperlukan karena
Kepatuhan Wajib Pajak penerimaan pajak
merupakan sumber
utama penerimaan
APBN. Untuk
menjamin hal
tersebut, kepatuhan
wajib pajak
merupakan salah
satu kunci
keberhasilan
Pemerintah dalam
menghimpun
penerimaan pajak.
Spirit pemberlakuan
PP No. 46 Tahun
2013, justru tidak
melunturkan
semangat dalam
peningkatan
penerimaan pajak
negara, masih ada
kelompok yang
menguasai aset
produksi ditanah air
ini yang belum
terjangkau.
44
BAB III
METODE PENELITIAN
terhadap objek yang diteliti melalui data atau sampel yang telah terkumpul
menggambarkan berbagai situasi dan kondisi yang ada pada objek penelitian
berdasarkan kenyataan yang ada. Dengan metode ini peneliti akan menjelaskan
Sumber data ada dua yaitu data primer dan sekunder. Menurut Sugiyono
“Data primer merupakan data yang didapat dari sumber pertama baik dari
individu atau perorangan seperti hasil dari wawancara atau hasil pengisian kuesioner
yang biasa dilakukan oleh peneliti. Sedangkan data sekunder merupakan data primer
yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan baik oleh pihak pengumpul data primer
atau oleh pihak lain misalnya dalam bentuk table-tabel atau diagram-diagram.”
Dalam penelitian ini menggunakan data primer yaitu survey (studi kasus),
langsung dari KPP Pratama Setia Budi Satu untuk mendapatkan data yang
maupun penelitian lapangan tersebut diolah, dianalisis dan disusun agar dapat
pendekatan deskriptif. Seluruh data yang sudah diperoleh akan disajikan, diuraikan
dan dianalisis. Deskripsi data dan analisis dilakukan dengan menggunakan alat bantu
Budi. Dari analisis yang diambil merupakan anggapan atau dugaan sementara yang
paling memungkinkan namun masih harus dibuktikan dengan penelitian dan dapat
dihasilkan saran-saran yang dianggap perlu sebagai masukan umpan balik bagi
Dalam profil KPP Pratama Jakarta Setiabudi satu ini akan dibahas tentang
jumlah pegawai, wilayah kerja dan potensi wilayah, wilayah kerja dan potensi
reorganisasi dari KPP Pratama Jakarta Setiabudi yang dipecah menjadi 2 (dua)
kantor yaitu KPP Pratamaa Jakarta Setiabudi Satu dan KPP Pratama Jakarta Setiabudi
433/KMK.01/2001 tanggal 01 Juli 2001. Adapun jumlah pegawai pada KPP Pratama
47
48
kerja, berikut rincian distribusi pegawai pada KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu:
Tabel 4.1
Seksi PDI 6 - - 1 - - 7
Seksi Pelayanan 9 - - 1 - - 10
Seksi Penagihan 3 - - 1 - - 4
Seksi Pemeriksaan 3 - - 1 - - 4
Seksi Ekstensifikasi 1 - - 1 - - 2
Seksi Waskon 1 1 7 - 1 - - 9
Seksi Waskon 2 - 6 - 1 - - 7
Seksi Waskon 3 - 6 - 1 - - 7
Seksi Waskon 4 1 7 - 1 - - 9
Fungsional - - 22 - - - 22
Pemeriksaan
Total 32 26 22 10 1 0 91
Selatan, yaitu :
1. Kelurahan Karet
Secara garis besar wilayah kerja KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu yaitu
dengan segala potensi wilayah yang dimiliki sebagaimana telah diuraikan sebelumnya
Tabel 4.2
WP Badan 10.621
WP Pemungut 82
pecahan KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu yang dipecah menjadi 2 KPP
yaitu KPP Pratama Setiabudi Dua dan KPP Pratama Setiabudi Tiga.
50
Struktur organisasi pada KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu dikepalai oleh
Kepala KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu. Dibantu dengan 10 seksi yaitu sub
bagian umum, seksi pengolahan data dan informasi, seksi penagihan, seksi
penerimaan dan kepatuhan internal, seksi pelayanan, seksi waskon I, seksi waskon II,
seksi waskon III, seksi waskon IV serta seksi ekstensifikasi perpajakan. Berikut ini
Gambar 4.1
Pegawai
Fungsional
Kanwil DJP Jakarta
Selatan
4.2 Pengaruh pemungutan PPh terhadap penerimaan PPh badan dan PPh
orang pribadi dari usaha wajib pajak yang memiliki peredaran bruto tertentu
yang diatur dalam PP No 46 thn 2013 pada KPP Pratama Jakarta Setiabudi
Satu
badan dan PPh orang pribadi dari usaha wajib pajak yang memiliki peredaran bruto
tertentu yang diatur dalam PP No 46 thn 2013 yaitu naik atau turunnya penerimaan
pajak penghasilan pada KPP Pratama Jakarta Setia Budi Satu atas penerapan PP No
46 Tahun 2013.
Tabel 4.3
Tabel 4.4
Tabel 4.5
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa setiap bulan penerimaan pajak yang
berasal dari sektor UMKM sesuai dengan ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 46
Tahun 2013 di wilayah kerja KPP Setiabudi Satu terus mengalami peningkatan. Pada
meningkat, pada bulan September meningkat 1,38% dari bulan Agustus yaitu sebesar
0,53% dari bulan September. Dari bulan Oktober ke November persentase meningkat
pada bulan Desember 2013 jumlah penerimaan pajak UMKM tercatat sebesar Rp
Pada bulan Februari penerimaan PPh mengalami penurunan sebesar 0,37% , dengan
peningkatan sebesar 0,27% dari bulan Februari ke bulan Maret, dengan jumlah
mengalami kenaikan sebesar 0,03% dengan jumlah penerimaan bulan April sebesar
Rp 828.391.383.
Dari tabel 4.5 diatas tertera bahwa tahun 2014 jumlah penerimaan KPP
Pratama Setiabudi Satu mengalami penurunan yaitu dari bulan Januari ke bulan
Februari menurun 0,37% dan dari bulan April ke bulan Mei menurun 0,44%. Hal ini
disebabkan karena masih banyak Wajib Pajak yang belum mengetahui tentang PP No
46 Tahun 2013 ini. Jika dilihat dari jumlah penerimaan yang diperoleh di KPP
Pratama Setiabudi Satu yang meningkat hal ini menunjukkan bahwa Wajib Pajak PP
dengan baik. Kenaikan jumlah Penerimaan Pajak UMKM setiap bulan ini
Pajak UMKM menjadi Wajib Pajak yang taat dengan peraturan yang telah ditetapkan,
yang bukan hanya mendaftarkan dirinya sebagai Wajib Pajak tapi juga memenuhi
kewajibannya sebagai Wajib Pajak, yakni membayar dan melaporkan utang pajaknya.
Dari ketiga tabel diatas (4.3, 4.4, 4,5), jika dibandingkan penerimaan pajak
sebelum diterapkan PP No 46 Tahun 2013 dan setelah diterapkan PP No 46 Tahun
2013 telah jelas bahwa jumlah penerimaan pajak setelah diterapkan PP No 46 Tahun
2013 lebih besar dibandingkan sebelum diterapkannya PP No 46 Tahun 2013. Hal ini
menujukkan bahwa penerimaan pajak pada KPP Pratama Jakarta Setibudi Satu
mengalami keuntungan.
Tabel 4.6
Dari tabel 4.6 jumlah penerimaan Pajak dari Sektor UMKM tahun 2013 lebih
besar dari jumlah penerimaan PPh atas Penerapan PP No 46 tahun 2013. Hal ini
kreatif.
4.3 Upaya Yang Dilaksanakan KPP Pratama Jakarta Setia Budi Satu Untuk
Sejauh ini ada beberapa upaya yang dilakukan KPP Setiabudi Satu untuk
(ATM).
ini dilakukan karena masih banyak wajib pajak yang belum menyadari
3) Melakukan sosialisasi.
penghasilan dari usaha yang diterima atau diperoleh wajib pajak yang
memiliki peredaran bruto tertentu agar wajib pajak orang pribadi dan
brosur, hal ini dilakukan KPP Setiabudi Satu kepada wajib pajak yang
memiliki peredaran bruto tertentu agar wajib pajak tersebut lebih mengerti
Sensus Pajak Nasional (SPN) tahun 2011 dan 2012 serta pelaksanaan SPN
atas Penghasilan dari usaha yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak
Bebas (SKB) PPh format baru agar Wajib Pajak tidak menggunakan SKB
format lama sehingga Wajib Pajak tidak perlu dipotong PPh Pasal 23.
32/PJ/2013.
59
mempunyai dampak luar biasa bagi penerimaan pajak. Aturan tersebut adalah tentang
pengenaan pajak 1% bagi UMKM yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor
munculnya PP tersebut telah mengundang pro dan kontra. Hal yang wajar mengingat
setiap kebijakan dalam pemajakan pada dasarnya tidak akan pernah diterima dengan
ikhlas oleh masyarakat, apalagi bagi para Wajib Pajak ataupun calon Wajib Pajak
yang akan terkena dampaknya. Berikut adalah kendala-kendala yang dihadapi Wajib
dikenakan final. Untuk periode Januari sampai dengan Juni 2013 masih
WP.
kepada Wajib Pajak agar Wajib Pajak mengerti dan tergerak untuk
2013.
Tahun 2013.
Tahun 2013 ini telah diundangkan pada tanggal 13 Juni 2013 oleh Menteri
61
Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dan ditindak lanjuti
ditetapkan pada tanggal 30 Juli 2013 dan baru diundangkan pada tanggal 6
Agustus 2013 serta ditindak lanjuti oleh Direktur Jendral Pajak dengan
Penghasilan dari Usaha yang Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak yang
Memiliki Peredaran Bruto Tertentu dan Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor
Tahun 2013 Tentang Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari Usaha yang
Tertentu.
Contoh 1
Penjualan = Rp 4.778.000.000,00
Total = Rp 4.808.000.000,00
pendapatan jasa giro dan telah dikenakan PPh final oleh pihak bank, maka
masuk kriteria Wajib Pajak yang dikenakan PPh final dengan tarif 1%,
sebagai barikut:
63
Contoh 2
Faktor pembagi berupa 5 bulan ini dihitung sejak Agustus 2012 hingga
total peredaran bruto Budi pada tahun 2012 tidak melebihi Rp 4,8 milyar
Tahun 2013.
Contoh 3
bulan Februari 2013. Total omzet Andi dari bulan Februari hingga Juni
75.000.000,00. Jumlah bulan dari bulan terdaftar NPWP hingga Juni 2013
Tahun 2013.
Sebagai akhir dari penulisan skripsi ini, maka dalam bab ini akan disampaikan
berikut:
5.1 Kesimpulan
seabagai berikut:
65
66
penerimaan pada saat awal tahun 2014. Hal ini disebabkan kurangnya
penerimaan pph badan dan pph pribadi yang diperoleh KPP tersebut
2013 masih minim. Banyak kendala yang dihadapi Wajib Pajak dalam
Nomor 46 Tahun 2013 ini. Beberapa wajib pajak hanya mengetahui tarif
didalamnya.
5.2 Keterbatasan
Pada penelitian ini, penulis sadar bahwa masih terdapat kelemahan dalam
diantaranya adalah:
Satu.
67
3) Penelitian ini menggunakan periode waktu yang cukup singkat yaitu satu
5.3 Rekomendasi
orang pribadi dan badan untuk memahami isi peraturan ini. Pengenalan
dapat diminimalisir.
penerimaan pajak. Hal yang lain yang juga perlu dijadikan pertimbangan
untuk penelitian yang akan datang adalah keterlibatan para wajib pajak.
69
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Empat
Alfabeta.
Indonesian Tax Review. (2013). PPh Final 1% untuk UMKM Tertentu. Volume
VI( 15), hlm 10.