Anda di halaman 1dari 72

ANALISIS PENERAPAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 46 TAHUN

2013 TERHADAP PENERIMAAN PAJAK DI KPP PRATAMA JAKARTA


SETIABUDI SATU

OLEH:
FEDORA ROZAWANI NASUTION
NIM: 1011000383

INSTITUTE PERBANAS

JAKARTA

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

2014

1
2

ANALISIS PENERAPAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 46 TAHUN


2013 TERHADAP PENERIMAAN PAJAK DI KPP PRATAMA JAKARTA
SETIABUDI SATU

Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan
Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh:
FEDORA ROZAWANI NASUTION
NIM: 1011000383

INSTITUTE PERBANAS

JAKARTA

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

2014
3

INSTITUTE PERBANAS
JAKARTA
PROGRAM STUDI AKUNTANSI

PERSETUJUAN

Skripsi yang berjudul

ANALISIS PENERAPAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 46 TAHUN


2013 TERHADAP PENERIMAAN PAJAK DI KPP PRATAMA JAKARTA
SETIABUDI SATU

Oleh

Nama : FEDORA ROZAWANI NASUTION


NIM : 1011000383
PROGRAM STUDI : AKUNTANSI

Telah disetujui untuk diujikan

Mengetahui, Jakarta, 27 Oktober 2014


Ketua Program Studi Akuntansi, Dosen Pembimbing Skripsi,

Atik Djajanti, SE., Ak., M. Ak Richard Burton, S.H., M.H


4

INSTITUTE PERBANAS
JAKARTA
PROGRAM STUDI AKUNTANSI

PENGESAHAN

Skripsi yang berjudul

ANALISIS PENERAPAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 46 TAHUN


2013 TERHADAP PENERIMAAN PAJAK DI KPP PRATAMA JAKARTA
SETIABUDI SATU

Telah dipertahankan di hadapan Sidang Tim Penguji Skripsi pada


Hari : Rabu
Tanggal : 19 November 2014
Waktu : 08.00wib - Selesai

Oleh

Nama : FEDORA ROZAWANI NASUTION


NIM : 1011000383

DAN YANG BERSANGKUTAN DINYATAKAN LULUS

Tim Penguji Skripsi

Ketua Sidang : Richard Burton, S.H., M.H ........................


Anggota : Subagyo Effendi, SST, MPF, CSRS, CSRA ..........

Mengetahui,
Ketua Program Studi Akuntansi,

Atik Djajanti, SE., Ak., M. Ak


5

INSTITUTE PERBANAS
JAKARTA
PROGRAM STUDI AKUNTANSI

PERNYATAAN

Seluruh isi dan materi skripsi ini menjadi tanggung jawab penyusun sepenuhnya.

Jakarta, Oktober 2014


Penyusun,

FEDORA ROZAWANI N
1011000383
6

LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

Yang bertandatangan di bawah ini,

Nama : Fedora Rozawani Nasution


NIM : 1011000383
Program Studi : Akuntansi
Judul Skripsi : Analisis Penerapan Peraturan Pemerintah
Nomor 46 Tahun 2013 Terhadap
Penerimaan Pajak Di KPP Pratama Jakarta
Setiabudi Satu

Menyatakan bahwa hasil penulisan Skripsi yang telah saya buat ini
merupakan hasil karya sendiri dan benar keasliannya. Apabila ternyata di kemudian
hari penulisan skripsi ini merupakan hasil plagiat atau penjiplakan terhadap karya
orang lain, maka saya bersedia mempertanggungjawabkan sekaligus menerima sangsi
berdasarkan aturan tata tertib di Institute Perbanas.

Demikian pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tidak ada unsur
paksaan.

Jakarta,27 Oktober 2014

(Fedora Rozawani N)

1011000383
7

ABSTRAK

Belum lama ini pemerintah menerbitkan Peraturan Pemerintah yang mengatur


perlakuan khusus Pajak Penghasilan untuk usaha kecil, mikro dan menengah.
Peraturan Pemerintah tersebut adalah Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013.
Peraturan ini diadakan untuk mempermudah para wajib pajak dalam membayar pajak.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Penerapan Peraturan Pemerintah
Nomor 46 Tahun 2013 Terhadap Penerimaan PPh di KPP Pratama Jakarta Setiabudi
Satu dan upaya yang dilakukan KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu untuk
mengoptimalkan penerimaan serta kendala-kendala Wajib Pajak dalam menjalankan
PP No 46 Tahun 2013.

Data penelitian ini diperoleh dari observasi dan wawancara secara langsung
dengan petugas pajak yang ada di KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu. Berdasarkan
hasil penelitian yabg dilakukan. Penerimaan PPh di KPP Pratama Jakarta Setiabudi
Satu mengalami peingkatan dan mengalami penurunan selama dua (2) bulan.
Berbagai macam upaya yang dilakukan KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu agar
Wajib Pajaknya tidak mengalami kendala-kendala dalam menjalankan hak dan
kewajibannya.

Kata Kunci : PP No 46 Tahun 2013, Penerimaan Pajak Penghasilan, UMKM


8

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillahhirabbil’alamin, Segala puji dan syukur penulis panjatkan rasa

syukur kepada Allah SWT Tuhan semesta alam karena dengan limpahan Rahman dan

Rahimnya dan atas segala rahmat dan hidayah-Nya yang tak terhingga dan tidak

henti-hentinya diberikan kepada penulis, terutama nikmat kesehatan dan pengetahuan

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat dalam

menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan

di Institute Perbanas untuk memperoleh gelar sarjana ekonomi.

Sungguh sangat tidak mudah menyelesaikan skripsi ini, penulis banyak

mendapatkan masukan dari berbagai pihak, serta dukungan moral dan materil dari

berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih

yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah mendukung dan membantu

penulis dengan memberikan bimbingan, masukan, kritikan dan petunjuk dalam

memotivasi penulis dalam menyelesaikan penelitian ini.

Penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada:

1. Allah SWT beserta Rasul-Nya Nabi Muhammad SAW yang telah

membimbing dan membuat pencerahan serta penyemangat bagi penulis.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. Marsudi Wahyu Kisworo, selaku Rektor Perbanas Institute

Jakarta.
9

3. Ibu Dr. Wiwiek Prihandini, Ak, MM selaku Dekan Fakultas Manajemen dan

Akuntansi Perbanas Institute Jakarta.

4. Ibu Atik Djayanti, S.E., AK., M.Ak selaku Ketua Program Studi S1 Akuntansi

Perbanas Institute.

5. Bapak Richard Burto, S.H., M.H. sebagai dosen pembimbing skripsi yang

telah banyak meluangkan waktunya dalam memberikan bimbingan,

pengarahan,dorongan dan juga saran bagi penulis.

6. Bapak dan Ibu dosen yang telah memberikan ilmu selama penulis menjalani

perkuliahan di Perbanas Institute.

7. Alm. Ayah dan Ibu tercinta yang telah mengasuh dan membimbing,

mendoakan dan memfasilitasiku dengan penuh kesabaran dan kasih sayang.

8. Kak Butet, bang Budi, bang Robby, kak Dewi, kak Vivi yang senantiasa tulus

dan ikhlas membantu dan memberikan motivasi untuk segera menyelesaikan

skripsi ini serta biaya demi kesuksesan studi peneliti.

9. Sahabat-sahabatku Maharani Tri Ayu Lestari, Mega Andriani Mustika, dan

Wulandari Nur Utami terimakasih untuk selalu mengingatkan agar

menyelesaikan skripsi ini dan jugaatas doa, dukungan, bantuan, ide-ide yang

diberikan serta kebersamaan yang telah dibangun dari awal hingga sampai

saat ini.

10. Reza Chairulloh yang telah memberikan dukungan berupa motivasi dan

semangat serta sabar dalam menghadapi suasana hati penulis sampai penulis

dapat menyelesaikan skripsi ini.


10

11. Teman- teman TMR (Gayo, Fajar, Galang, Leboy, Memen, Mega, Wina,

Ucok, Cace, Adhy, Hendra) terimakasih untuk doa, kekeluargaan, serta

dukungan dalam penyelesaian skripsi ini.

12. Pengurus Kopma Perbanas periode 2011-2012 terimakasih atas

kebersamaannya.

13. Bidang Litkerop periode 2011-2012 ( Eko, Ari, Tanti) terimakasih atas

kebersamaan dan dukungan kalian.

14. KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu ( Pak Sony, Ibu Lelly, Mas Marsono dll)

terima kasih telah membantu menyediakan data-data yang penulis butuhkan

untuk penyelesaian skripsi ini.

15. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, penulis mengucapkan

banyak terimakasih atas semua bantuan yang diberikan, semoga Allah SWT

memberikan balasan yang lebih baik.

Selama penyusunan skripsi ini penulis mendapatkan banyak

pengalaman berharga, karenanya penulis berharap semoga hasil penelitian ini

dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi perkembangan ilmu

pengetahuan dan bagi peneliti selanjutnya. Akhir kata, skripsi ini sebenarnya

masih jauh dari sempurna dan terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu,

kritik dan saran sangat diperlukan untuk perbaikan skripsi ini.

Jakarta, Oktober 2014

Fedora Rozawan Nasution


11

DAFTAR ISI

ABSTRAK

KATA PENGANTAR ................................................................................................ i

DAFTAR ISI.............................................................................................................iv

DAFTAR TABEL....................................................................................................vii

DAFTAR GAMBAR ..............................................................................................viii

BAB I PENDAHLUAN............................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang ..................................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................ 5

1.3 Pembatasan Masalah ............................................................................................ 6

1.4 Tujuan Penelitian ................................................................................................. 6

1.5 Manfaat Penelitian ............................................................................................... 7

BAB II KAJIAN TEORI DAN RISET SEBELUMNYA ..................................... 8

2.1 Kajian Teori ......................................................................................................... 8

2.1.1 Pengertian Pajak.......................................................................................... 8

2.1.1.1 Fungsi Pajak ................................................................................. 10

2.1.1.2 Jenis Pajak.................................................................................... 11

2.1.1.3 Sistem Pemungutan Pajak ............................................................ 12

2.1.1.4 Asas Pemungutan Pajak ............................................................... 13


12

2.1.2 Wajib Pajak .............................................................................................. 14

2.1.3 Pajak Penghasilan Final UMKM ............................................................. 15

2.1.4 Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013.......................................... 16

2.1.4.1 Maksud dan Tujuan PP No 46 Tahun 2013................................. 16

2.1.4.2 Dasar Hukum ............................................................................... 17

2.1.4.3 Pokok-pokok Ketentuan PP No 46 Tahun 2013.......................... 18

2.1.5 Pajak Penghasilan Pasal 25 ...................................................................... 20

2.1.6 Surat Pemberitahuan (SPT)...................................................................... 21

2.1.7 Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)................................................ 22

2.2 Penelitian Sebelumnya ....................................................................................... 25

BAB III METODE PENELITIAN ....................................................................... 29

3.1 Desain Penelitian................................................................................................ 29

3.2 Jenis dan Sumber Data ....................................................................................... 30

3.3 Metode Pengumpulan Data ................................................................................ 30

3.4 Metode Analisis Data......................................................................................... 31

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN PENELITIAN ............................... 32

4.1 Deskripsi Objek Penelitian................................................................................. 32

4.1.1 Profil KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu............................................... 32

4.1.1.1 Sejarah Singkat KPP Pratama Setiabudi Satu............................... 32


13

4.1.1.2 Wilayah Kerja KPP Pratama Setiabudi Satu................................. 34

4.1.1.3 Struktur Organisasi ....................................................................... 35

4.2 Pengaruh Pemungutan PPh Terhadap Penerimaan PPh Badan


Terhadap PPh Orang Pribadi dari Usaha Wajib Pajak Yang
Memiliki Peredaran Bruto Tertentu yang diatur Dalam PP No 46
Tahun 2013 pada KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu.................................... 36

4.3 Upaya Yang Dilaksanakan KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu


Untuk Mengoptimalkan Penerimaan PPh atas Penerapan PP No 46
Tahun 2013 ....................................................................................................... 41

4.4 Kendala-kendala Bagi Wajib Pajak Dalam Menjalankan Hak dan


Kewajibannya atas Penerapan PP No 46 Tahun 2013 ...................................... 44

BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN REKOMENDASI ............ 50

5.1 Kesimpulan ........................................................................................................ 50

5.2 Keterbatasan....................................................................................................... 51

5.3 Rekomendasi ...................................................................................................... 52

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 54

LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP


14

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Penelitian Sebelumnya ....................................................................25

Tabel 4.1 Distribusi Pegawai KPP Pratama Jakarta Setiabudi Sati.................33

Tabel 4.2 Jumlah Wajib Pajak KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu..............34

Tabel 4.3 Penerimaan PPh Orang Pribadi Pasal 25.........................................36

Tabel 4.4 Penerimaan PPh Badan Pasal 25 .....................................................37

Tabel 4.5 Penerimaan PPh atas Penerapan PP No 46 Tahun 2013 .................38

Tabel 4.6 Penerimaan Pajak Dari UMKM ......................................................40


15

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Struktur Organisasi KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu ...........35
16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam menjalankan roda pemerintahan dan pembangunan, pemerintah

membutuhkan dana yang tidak sedikit. Dana tersebut dikumpulkan dari

segenap potensi sumber daya yang dimiliki suatu negara, baik berupa hasil

kekayaan alam maupun iuran dari masyarakat. Salah satu bentuk iuran

masyarakat adalah pajak. Sebagai salah satu unsur penerimaan negara, pajak

memiliki peran yang sangat besar dan semakin diandalakan untuk kepentingan

pembangunan dan pengeluaran pemerintah (Supadmi, 2008)


17

Dari tahun ke tahun tingkat penerimaan pajak terus meningkat. Semua

itu tidak terlepas dari peran pemerintah dan wajib pajak. Pajak memiliki peran

yang penting dalam pembangunan indonesia karena pajak menyumbang

kontribusi terbesar bagi pemasukan negara. Salah satu sumber pajak yang

terbesar adalah pajak penghasilan. Pajak penghasilan juga merupakan sektor

penting bagi pemasukan APBN dari pajak.

Saat ini Pemerintah mulai melirik sektor swasta yang dipastikan

memiliki potensi yang besar untuk pemasukan pajak, yaitu dari Usaha Mikro

Kecil Menengah (UMKM). Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM), omset

dan labanya memang jauh lebih kecil dibandingkan dengan perusahaan-

perusahaan besar. Namun keberadaan usaha ini yang hampir dapat dijumpai di

sepanjang jalan nyatanya mampu memberikan sumbangsih yang berarti bagi

pertumbuhan ekonomi (Resyniar, 2013)

Potensi pajak dari sektor UMKM dinilai sangat besar. Pemberdayaan

UMKM di Indonesia saat ini sangat gencar dilakukan oleh pemerintah yakni

di bawah koordinasi Menteri Negara Usaha Kecil Menengah. Berbagai

fasilitas dan kemudahan disediakan demi kelangsungan hidup dan

perkembangan usaha ini. Fasilitas kredit, pendampingan dalam bidang

produksi dan marketing diberikan serta pembinaan pada UMKM pun

dilakukan.
18

Selama ini, pelaku UMKM digolongkan termasuk dalam PPh orang

pribadi, hal ini berdasarkan Undang-undang 36 Tahun 2008. Namun sejak

tanggal 26 juni 2013 Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 sudah

dikeluarkan dan mulai berlaku sejak tertanggal 1 juli 2013 tentang pajak

penghasilan atas penghasilan dari usaha yang diterima atau diperoleh wajib

pajak yang memiliki peredaran bruto tertentu. Peraturan perpajakan yang

dikeluarkan pemerintah dalam PP 46 Tahun 2013 ini ditujukan bagi pelaku

UMKM yang selama ini luput dari pajak serta menfasilitasi UMKM dalam

membayar pajak sebagai kewajiban mereka selaku warga negara. PP 46 tahun

2013 ini, mengatur pajak penghasilan bagi usaha dengan peredaran bruto

tertentu yang tidak melebihi 4,8 M dalam satu tahun pajak (Andala, 2013)

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 46 mengandung tiga tujuan

utama kemudahan tertib administrasi, tranparansi dan peningkatan kontribusi

masyarakat dalam pembangunan. Oleh karena itu sudah selayaknya PP

Nomor 46 dijadikan instrumen untuk menutup defisit penerimaan pajak di

tiap-tiap KPP. Masih banyak pelaku bisnis yang belum membayar pajak

dengan sungguh-sungguh. Bagi mereka, pajak hanya dipandang sebelah mata

dan dikesampingkan sebagai urusan yang mungkin tidak terlalu penting.

Dengan Adanya PP Nomor 46 ini tidak menjadikan tugas Kantor Pelayanan

Pajak (KPP) menjadi lebih sedikit. Bayangkan saja sederet proses administrasi

baru nantinya bakal ditemui. Pemberian SKB, Pengurangan sanksi


19

administrasi, Pengawasan pemotongan dan pemungutan PPh serta

pengembalian (restitusi) pajak yang seharusnya tidak terutang. Namun semua

itu tentunya dalam rangka mendapatkan fresh money yang nantinya akan

disumbang oleh PP Nomor 46 ini. Data Sensus Pajak Nasional bisa dijadikan

feeder untuk menstimulus jalannya PP Nomor 46. Petugas KPP harus rajin

mendatangi satu persatu sentra sentra bisnis dimana terdapat potensi wajib

pajak sesuai dengan kriteria PP 46 (Diatmika, 2013)

Berkaitan dengan perpajakan, maka Usaha Mikro Kecil dan Menengah

sebagai wajib pajak harus memenuhi kewajiban di bidang perpajakan. Dalam

ketentuan umum dan tata cara perpajakan dinyatakan bahwa wajib pajak

adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak, pemotong pajak

dan pemungut pajak yang mempunyai hak dan kewajiban sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan (UU Nomor 38 Tahun

2007). UMKM harus membayar pajak penghasilan karena UMKM melakukan

kegiatan bsinis yang berarti menerima atau memperoleh penghasilan.

Banyak pro dan kontra terhadap peraturan baru ini sehingga membuat

saya tertarik untuk melakukan penelitian. Bagi wajib pajak peraturan ini

sangat merugikan, karena besarnya pajak yang harus dibayar dengan tarif 1%

jauh lebih besar daripada menggunakan tarif pasal 17.


20

Hal ini yang mendorong minat dan perhatian peneliti untuk membahas

dan menguraikannya ke dalam sebuah skripsi yang berjudul “ANALISIS

PENERAPAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 46 TAHUN 2013

TERHADAP PENERIMAAN PAJAK DI KPP PRATAMA JAKARTA

SETIABUDI SATU.”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas maka dapat

dirumuskan pokok permasalahan dalam penilitian ini:

1) Bagaimana pengaruh pemungutan PPh final terhadap Penerimaan PPh

badan dan PPh Orang Pribadi dari usaha wajib pajak yang memiliki

peredaran bruto tertentu yang diatur dalam Peraturan Pemerintah

Nomor 46 Tahun 2013 pada KPP Pratama Jakarta SetiaBudi Satu?

2) Bagaimana upaya yang dilaksanakan KPP Pratama Jakarta Setia Budi

Satu untuk mengoptimalkan penerimaan PPh atas Penerapan Peraturan

Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 ?

3) Bagaimana Kendala-Kendala Bagi Wajib Pajak dalam Menjalankan

Hak dan Kewajibannya atas Penerapan Peraturan Pemerintah Nomor 46

Tahun 2013?
21

1.3 Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah merupakan salah satu aspek yang penting dalam

penelitian ini. Untuk menghindari terlalu luasnya ruang lingkup pembahasan

serta tercapainya suatu hasil pembahasan yang lebih rinci dan terarah maka

ruang lingkup pembahasan yang penulis lakukan yaitu mengenai Pemungutan

PPH Final Terhadap Penghasilan Dari Usaha Wajib Pajak Yang Memiliki

Peredaran Bruto Tertentu Atas Penerapan Peraturan Pemerintah Nomor 46

Tahun 2013.

1.4 Tujuan

1) Untuk mengetahui pengaruh pemungutan PPh final terhadap

Penerimaan PPh badan dan PPh Orang Pribadi dari usaha wajib

pajak yang memiliki peredaran bruto tertentu yang diatur dalam

Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 pada KPP Pratama

Jakarta SetiaBudi Satu

2) Mengetahui upaya apa yang dilaksanakan KPP Pratama Jakarta

Setia Budi Satu untuk mengoptimalkan penerimaan PPh atas

Penerapan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013?

3) Untuk mengetahui Kendala-Kendala Bagi Wajib Pajak dalam

Menjalankan Hak dan Kewajibannya atas Penerapan Peraturan

Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013?


22

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini yang diharapkan oleh penulis adalah:

1) Bagi instansi terkait

Sebagai masukan bagi KPP Pratama Setia Budi untuk bahan

informasi dalam mengetahui Pengaruh Pemungutan Pph Final

Terhadap Penghasilan Dari Usaha Wajib Pajak Yang Memiliki

Peredaran Bruto Tertentu Atas Penerapan Peraturan Pemerintah

Nomor 46 Tahun 2013

2) Bagi masyarakat

Hasil penelitian ini memberikan informasi sebagai informasi yang

berguna dan mendorong kepercayaan masyarakat terhadap

perpajakan di Indonesia.
BAB II

KAJIAN TEORI DAN RISET SEBELUMNYA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Pengertian Pajak

Banyak sekali para ahli dibidang perpajakan yang memberikan definisi yang

berbeda mengenai pajak. Namun demikian, berbagai definisi tersebut pada dasarnya

memiliki tujuan dan inti yang sama yaitu merumuskan pengertian pajak sehingga

mudah dipahami. Menurut beberapa ahli, pengertian pajak adalah sebagai berikut :

1. Soemitro menyatakan bahwa: Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara

berdasarkan undang-undang yang dapat dipaksakan dengan tidak mendapat jasa

timbal yang langsung dapat ditunjuk dan yang digunakan untuk membiayai

pengeluaran umum dapat dipaksakan, artinya bila hutang pajak tidak dibayar,

23
24

hutang itu dapat ditagih dengan menggunakan kekerasan seperti dengan surat

paksa sita (Resmi, 2011:1)

2. Djajadiningrat menyatakan bahwa: Pajak sebagai suatu kewajiban menyerahkan

sebagian dari kekayaan ke kas negara yang disebabkan suatu keadaan, kejadian,

dan perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu, tetapi bukan sebagai

hukuman, menurut peraturan yang ditetapkan pemerintah serta dapat dipaksakan,

tetapi tidak ada jasa timbal balik dari negara secara langsung, untuk memelihara

kesejahteraan secara umum (Resmi, 2011:1)

3. Feldmann: Pajak adalah prestasi yang dipaksakan sepihak oleh dan terutang

kepada penguasa (menurut norma-norma yang ditetapkannya secara umum),

tanpa adanya kontraprestasi, dan semata-mata digunakan untuk menutup

pengeluaran-pengeluaran umum (Resmi, 2011:2)

4. Menurut Andriani dalam Sukrisno dan Estralita (2012:4), pajak adalah iuran

kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib

membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasi

kembali, langsung dapat ditunjuk, dan berguna untuk membiayai berbagai

pengeluaran umum terkait dengan tugas negara untuk menyelenggarakan

pemerintahan.

Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 Perubahan Ketiga

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara

Perpajakan (UU KUP), pajak adalah suatu kontribusi wajib kepada negara yang

terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan
25

undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan

digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Dari beberapa definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa:

1) Pajak dipungut berdasarkan atau dengan kekuatan undang-undang serta aturan

pelaksanaannya.

2) Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan kontrapretasi individual

oleh pemerintah.

3) Pajak diperuntukkan bagi pengelua42ran-pengeluaran pemerintah, yang bila

dari pemasukannya masih terdapat surplus.

4) Pajak bersifat dapat dipaksakan.

2.1.1.1 Fungsi Pajak

Berdasarkan funngsinya, pajak mempunyai dua macam fungsi, yaitu fungsi

Budgetir dan fungsi Regularend. Fungsi budgetair merupakan fungsi utama yaitu

untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran pemerintah. Dalam hal ini Pajak

Kendaraan Bermotor dipungut untuk membiayai pengeluaran pemerintah daerah.Pada

fungsi budgetair, pajak berfungsi untuk mengisi kas daerah yang digunakan untuk

penyelenggaraan kegiatan Pemerintah Daerah dan pemerintahan. Resmi (2011:3)

Fungsi regulerend dalam arti luas bertujuan sebagai alat untuk melaksanakan

kebijaksanaan negara dalam lapangan ekonomi dan sosial. Dengan fungsi

mengaturnya, pajak digunakan sebagai suatu alat untuk mencapai tujuan-tujuan


26

tertentu yang letaknya diluar bidang keuangan dan fungsi mengatur itu banyak

ditujukan terhadap terhadap sektor swasta (Resmi, 2011:3).

Salah satu contoh dari fungsi mengatur adalah pada penerapan tarif Bea

Masuk yang tinggi terhadap barang-barang impor tertentu karena barang tersebut

sudah dapat diproduksi di dalam negeri, atau sebaliknya pengenaan pajak ekspor

yang rendah (bahkan tarif 0%0 dalam rangka untuk membantu perkembangan atau

melindungi industry dalam negeri untuk menggalakkan ekspor.

2.1.1.2 Jenis Pajak

Menurut Resmi (2011:7), berdasarkan jenisnya pajak dibagi menjadi

tiga,diantaranya:

1. Menurut Golongan

a) Pajak langsung: pajak yang harus dipikul atau ditanggung sendiri oleh Wajib

Pajak dan tidak dapat dilimpahkan atau dibebankan kepada orang lain atau

pihak lain. Pajak harus menjadi beban Wajib Pajak yang bersangkutan.

Misalnya, PPn, PPn-BM, Bea materai, Bea masuk, Cukai.

b) Pajak tidak langsung: pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau

dilimpahkan kepada orang lain atau pihak ketiga. Pajak tidak langsung terjadi

jika terdapat suatu kegiatan, peristiwa, atau perbuatan yang menyebabkan

terutangnya pajak, misalnya terjadi penyerahan barang atau jasa.


27

2. Menurut Sifat

a) Pajak subjektif: pajak yang pengenaannya memerhatikan keadaan pribadi

Wajib Pajak atau pengenaan pajak yang memerhatikan keadaan

subjeknya. Misalnya PPh dan Pajak Kekayaan.

b) Pajak objektif: pajak yang pengenaannya memerhatikan objeknya baik

berupa benda, keadaan, perbuatan, atau peristiwa yang mengakibatkan

timbulnya kewajiban membayar pajak,tanpa memerhatikan keadaan

pribadi subjek pajak (Wajib Pajak) maupun tempat tinggal. Misalnya,

PPn, PBB, Bea materai.

3. Menurut Lembaga Pemungut

a) Pajak Negara: pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan

untuk membiayai rumah tangga Negara pada umumnya. Misalnya, PPn,

PPnBM, PBB.

b) Pajak daerah: pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah baik daerah

tingkat I maupun daerah tingkat II. Misalny, pajak reklame.

2.1.1.3 Sistem Pemungutan Pajak

Menurut Resmi (2011:8), dalam memungut pajak dikenal beberapa sistem

pemungutan, yaitu:

1) Official Assessment System


28

Sistem pemungutan pajak yang memberi kewenangan aparatur

perpajakan untuk menentukan sendiri jumlah yang terutang setiap

tahunnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan yang

berlaku.

2) Self Assessment System

Sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang, kepercayaan

dan tanggung jawab kepada Wajib Pajak untuk menghitung sendiri

besarnya pajak yang harus dibayar.

3) With Holding System

Sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak

ketiga untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak.

2.1.1.4 Asas Pemungutan Pajak

Untuk mencapai tujuan pemungutan pajak perlu asas-asas pemungutan dalam

memilih alternatif pemungutannya. Sehingga terdapat keserasian pemungutan pajak

dengan tujuan dan asas yang masih diperlukan lagi yaitu pemahaman atas perlakuan

pajak tertentu. Asas-asas pemungutan pajak menurut Waluyo (2007:13), menyatakan

bahwa pemungutan pajak hendaknya didasarkan pada:

1) Equality

Pemungutan pajak harus bersifat adil dan merata, yaitu pajak dikenakan

kepada orang pribadi yang harus sebanding dengan kemampuan


29

membayar pajak atau ability to pay dan sesuai dengan manfaat yang

diterima.

2) Certanty

Penetapan pajak itu tidak ditentukan sewenang-wenang. Oleh karena itu,

wajib pajak harus mengetahui secara jelas dan pasti besarnya pajak yang

terutang, kapan harus dibayar, serta batas waktu pembayaran.

3) Convenience

Kapan wajib pajak itu harus membayar pajak sebaiknya sesuai dengan

saat-saat yang tidak menyulitkan wajib pajak seperti pada saat wajib pajak

memperoleh penghasilan.

4) Economy

Secara ekonomi bahwa biaya pemungutan dan biaya pemenuhan

kewajiban pajak bagi wajib pajak diharapkan seminimum mungkin,

demikian pula beban yang dipikul wajib pajak.

2.1.2 Wajib Pajak

Dalam sistem self asessment, Hutagaol (2007:73) menyatakan wajib pajak

(taxpayers) diberikan kepercayaan untuk menghitung,memperhitungkan, menyetor

dan melaporkan kewajiban perpajakannya sendiri.

Berdasarkan pasal 1 ayat 2 dalam Undang-undang Republik Indonesia nomor

28 tahun 2007 tentang perubahan ketiga atas Undang-undang nomor 6 tahun 1983

tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan yang dimaksud dengan Wajib
30

Pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak, pemotong pajak,

dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

2.1.3 Pajak Penghasilan Final UMKM

Pajak penghasilan bersifat final merupakan pajak penghasilan yang

pengenaanya sudah final (berakhir) sehingga tidak dapat dikreditkan dari total Pajak

Penghasilan terutang pada akhir tahun pajak. (Resmi,2013:139)

Beberapa hal yang membuat pemerintah menetapkan kebijakan PPh Final

bagi UMKM, adalah sebagai berikut: (Indonesian tax Review, 2013:10)

1) Banyaknya pengusaha UMKM yang tidak melakukan pembukuan,

sehingga untuk menghitung pajak terutang, dasar pengenaan pajaknya

diambi dari jumlah peredaran bruto per bulan

2) Masih rendahnya pengetahuan perpajakan yang dimiliki oleh para

pengusaha UMKM, sehingga sistemnya harus dibuat sederhana mungkin

3) Masih terbatasnya suber daya fiskus yang dapat mengawasi pelaksanaan

pajak oeh pengusaha UMKM.

2.1.4 Peraturan Pemerintah No 46 Tahun 2013

Peraturan Pemerintah No.46 Tahun 2013 ini adalah peraturan baru yang

dikeluarkan oleh pemerintah untuk memberikan kemudahan bagi wajib pajak orang

pribadi dan wajib pajak badan yang memiliki penghasilan bruto tertentu. Peraturan
31

Pemerintah No.46 Tahun 2013 di tetapkan pada 1 Juli 2013. Pengenaan Pajak

Penghasilan yang bersifat final tersebut ditetapkan berdasarkan pada pertimbangan

perlunya kesederhanaan dalam pemungutan pajak, berkurangnya beban administrasi

baik bagi Wajib Pajak maupun Direktorat Jenderal Pajak, serta memperh atikan

perkembangan ekonomi dan moneter. Tujuan pengaturan ini adalah untuk

memberikan kemudahan kepada Wajib Pajak yang menerima atau memperoleh

penghasilan dari usaha yang memiliki peredaran bruto tertentu, untuk melakukan

penghitungan, penyetoran, dan pelaporan Pajak Penghasilan yang terutang.

2.1.4.1 Maksud dan tujuan PP No 46 thn 2013

Maksud dari dikeluarkannya Peraturan Perpajakan melalui PP No 46 Tahun

2013 ini adalah :

1) Memberikan kemudahan dan penyederhanaan aturan perpajakan.

2) Mengedukasi masyarakat untuk tertib beradministrasi.

3) Mengedukasi masyarakat untuk transparansi.

4) Memberikan kesempatan masyarakat untuk berkontribusi dalam

penyelenggaraan negara

Sedangkan tujuan dari PP No 46 Tahun 2013 ini adalah :

1) Kemudahan bagi masyarakat dalam melaksanakan kewajiban perpajakan.

2) Meningkatnya pengetahuan tentang manfaat perpajakan bagi masyarakat.


32

3) Terciptanya kondisi kontrol sosial dalam memenuhi kewajiban

perpajakan

Dari maksud dan tujuan tersebut, hasil yang diharapkan dalam pemberlakuan

PP 46 Tahun 2013 ini adalah penerimaan pajak meningkat sehinga kesempatan untuk

mensejahterakan masyarakat meningkat.

2.1.4.2 Dasar Hukum

Dasar hukum dari dikeluarkan Peraturan Pemerintah No 46 Tahun 2013 ini

ada 2, yaitu :

1) Pasal 5 ayat (2) huruf e UU PPh :

Dengan menggunakan Peraturan Pemerintah (PP) dapat ditetapkan

cara menghitung Pajak Penghasilan yang lebih sederhana dibandingkan

dengan menggunakan UU PPH secara umum. Penyederhanaannya yakni

WP hanya menghitung dan membayar pajak berdasarkan peredaran bruto

(omset).

2) Pasal 17 ayat (7) UU PPh :

Pada intinya penerbitan PP No 46 Tahun 2013 ditujukan terutama

untuk kesederhanaan dan pemerataan dalam melaksanakan kewajiban

perpajakan.

2.1.4.3 Pokok-Pokok Ketentuan PP No 46 Tahun 2013

Yang dikenai sebagai objek pajak berdasarkan PP No 46 tahun 2013 ini

adalah :
33

1) Penghasilan dari usaha yang diterima atau diperoleh wajib pajak dengan

peredaran bruto (omset) yang tidak melebihi Rp. 4,8 Miliar dalam 1 tahun

pajak.

2) Peredaran bruto (omset) merupakan jumlah peredaran bruto (omset)

semua gerai/counter/outlet atau sejenisnya baik pusat maupn cabangnya.

3) Tarif pajak yang terutang dan harus dibayar adalah 1% dari jumlah

peredaran bruto (omset)

4) Usaha dapat meliputi uasah dagang dan jasa, seperti toko/kios/los

kelontong, pakaian, elektronik, bengkel, penjahit, warung/rumah makan,

salon, dan usaha lainnya.

Hal-hal yang dikecualikan, atau tidak dikenai pajak penghasilan atau non

objek pajak berdasarkan PP 46 Tahun 2013 adalah :

1) Penghasilan dari jasa sehubungan dengan pekerjaan bebas, seperti

misalnya dokter, advokat/pengacara, akuntan, notaris, PPAT, arsitek,

pemain musik, pembawa acara, dan sebagaimana dalam penjelasan Pasal 2

ayat (2) PP No 46 Tahun 2013.

2) Penghasilan dari usaha dagang dan jasa yang dikenai PPh Final (Pasal 4

ayat (2), seperti misalnya sewa kamar kos, sewa rumah, jasa konstruksi
34

(perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan), PPh usaha migas, dan lain

sebagainya yang diatur berdasarkan Peraturan Pemerintah.

yang dimaksud Subjek pajak dalam Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun

2013, adalah :

1) Orang pribadi

2) Badan, tidak termasuk Bentuk Usaha Tetap (BUT).

yang menerima penghasilan dari usaha dengan peredaran bruto (omset)

yang tidak melebihi Rp. 4,8 Miliar dalam 1 (satu) tahun pajak. Tahun

pajak disini adalah jangka waktu 1 (satu) tahun kalender, kecuali wajib

pajak menggunakan tahun buku yang tidak sama dengan tahun kalender.

Yang bukan merupakan subjek pajak, atau yang tidak dikenai pajak

berdasarkan Peraturan Pemerintah No 46 Tahun 2013 ini adalah:

1) Orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha perdagangan dan/atau jasa

yang menggunakan sarana yang dapat dibongkar pasang dan

menggunakan sebagian atau seluruh tempat untuk kepentingan umum.

Misalnya pedagang keliling, pedagang asongan, warung tenda di area

kaki-lima, dan sejenisnya.

2) Badan yang belum beroperasi secara komersial atau yang dalam jangka

waktu 1 (satu) tahun setelah beroperasi secara komersial memperoleh

peredaran bruto melebihi Rp. 4,8 Miliar.


35

3) Orang Pribadi atau Badan yang dimaksud diatas meskipun tidak dikenai

PP No 46 Tahun 2013, wajib melaksanakan ketentuan perpajakan sesuai

dengan UU KUP maupun UU PPh secara umum.

Masa penyetoran dan pelaporan pajak PP No 46 Tahun 2013 adalah :

1) Penyetoran paling lama tanggal 15 bulan berikutnya.

2) SSP berfungsi sekaligus sebagai SPT Masa PPh Pasal 4 ayat (2). Jika

Surat Setoran Pajak (SSP) sudah validasi Nomor Transaksi Penerimaan

Negara (NTPN) tidak perlu lapor SPT Masa PPh Pasal 4 ayat (2).

3) Penghasilan yang dibayar berdasarkan PP No 46 Tahun 2013 dilaporkan

dalam SPT Tahunan PPh pada kelompok penghasilan yang dikenai pajak

final dan/atau bersifat final.

2.1.5 Pajak Penghasilan Pasal 25

Menurut Waluyo (2013: 305) Pajak Penghasilan Pasal 25 adalah angsuran

pajak penghasilan yang harus dibayar sendiri oleh wajib pajak untuk setiap bulan

dalam tahun pajak berjalan. Pembayaran Pajak oleh Wajib Pajak dalam tahun

berjalan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:

1) Wajib Pajak membayar sendiri Pajaknya melalui angsuran setiap bulan (

PPh Pasal 25)


36

2) Melalui pemotongan atau pemungutan oleh pihak ketiga maupun dibayar

atau terutang di luar Negeri (Resmi 2011)

PPh Pasal 25 harus dibayar/disetorkan selambat-lambatnya pada tanggal 15

(lima belas) bulan takwin berikutnya setelah Masa Pajak berakhir. Wajib Pajak

diwajibkan untuk menyampaikan SPT Masa selambat-lambatnya 20 (dua puluh hari)

setelah Masa Pajak berakhir (Resmi, 2011:356)

2.1.6 Surat Pemberitahuan (SPT)

Surat pemberitahuan (SPT) adalah surat yang oleh wajib pajak (WP)

digunakan untuk melaporkan penghitungan dan atau pembayaran pajak, objek pajak

dan atau bukan objek pajak dan atau harta dan kewajiban (Anjarwati, 2014:105)

Menurut Anjarwati (2014) terdapat dua macam SPT, yaitu:

1) SPT Masa adalah surat pemberitahuan untuk masa pajak.

2) SPT Tahunan adalah surat pemberitahuan untuk suatu tahun pajak atau

bagian tahun pajak.

Adapun fungsi SPT menurut Anjarwati (2014: 106), yaitu:

a) Wajib Pajak PPh

Sebagai sarana WP untuk melaporkan dan mempertanggunjawabkan

penghitungan jumlah pajak yang sebenarnya terutang dan untuk

melaporkan tentang:
37

 Pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri atau

melalui pemotongan atau pemungutan pihak lain dalam satu tahun

pajak.

 Penghasilan yang merupakan objek pajak dan atau bukan objek pajak.

 Pemotongan/pemungutan pajak orang atau badan lain dalam 1 (satu)

masa pajak.

b) Pengusaha Kena Pajak

 Pengkreditan pajak masukan terhadap pajak keluaran.

 Pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri oleh

PKP dan atau melalui pihak lain dalam ssatu masa pajak, yang

ditentukan oleh ketentuan peraturan perundangundangan perpajakan

yang berlaku

c) Pemotong/pemungut Pajak

Sebagai sarana untuk melaporkan dan mempertanggungjwabkan pajak

yang dipotong atau dipungut dan disetorkan.

2.1.7 Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)

UMKM merupakan usaha yang memiliki peran yang cukup tinggi terutama di

indonesia yang masih tergolong negara berkembang. Dengan banyaknya jumlah UMKM

maka akan semakin banyak penciptaan kesempatan kerja bagi para pengangguran. Selain

itu UMKM dapat dijadikan sebagai sumber pendapatan khususnya didaerah pedesaan dan

rumah tangga berpendapatan rendah.


38

Peran UMKM tidak dapat di ragukan lagi dalam mendukung peningkatan

pendapatan masyarakat tetapi pengertian dari UMKM tersebut masih beragam. Makna

dari UMKM sendiri berbeda beda. Definisi yang berkaitan dengan UMKM antara lain

menurut:

a) Ketentuan undang undang No. 9 Tahun 1995 tentang usaha kecil dan

kemudian dilaksanakan lebih lanjut dengan peraturan pemerintah nomor

44 tahun 1997 tentang kemitraan, dimana pengertian UMKM adalah

sebagaimana di atur Undang- undang No. 20 tahun 2008 UMKM adalah

usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh

perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahan atau

bukan cabang yang dimiliki, dikuasai atau menjadi bagian baik langsung

maupun tidak langsungdari usaha menengah atau usaha besar yang

memenuhi kriteria usaha kecil.

b) Menurut Departemen Perindustrian dan Perdagangan, UMKM adalah

kelompok industri kecil modern, industri tradisional, dan industri

kerajinan yang mempunyai investasi modal untuk mesin-mesin dan

peralatan sebesar Rp.70.000.000,00 ke bawah dan usahanya dimiliki oleh

warga Negara Indonesia.

Kriteria UMKM dalam Ketentuan UU Republik Indonesia No.20 Tahun 2008:

a) Kriteria Usaha Mikro adalah sebagai berikut:


39

1) Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 50.000.000,00 (lima

puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat

usaha.

2) Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp.

300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).

b) Kriteria Usaha Kecil adalah sebagai berikut:

1) Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 50.000.000,00 (lima

puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp.

500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan

bangunan tempat usaha

2) Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 300.000.000,00

(tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp.

2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah)

c) Kriteria Usaha Menengah adalah sebagai berikut:

1) Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 500.000.000,00 (lima

ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp.

10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah

dan bangunan tempat usaha; atau


40

2) Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 2.500.000.000,00

(dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak

Rp 50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah).

2.2 Penelitian Sebelumnya

Penelitian yang telah dilakukan sebelumnya yang berkaitan dengan penelitian

ini, terdapat 4 (empat) penelitian terdahulu yang dijadikan bahan acuan dalam

penulisan karya ilmiah ini:

Tabel 2.1

Penelitian Sebelumnya

No Peneliti dan Tahunan Judul Hasil Penelitian

(Kesimpulan)

1 Susilo dan Sirajuddin Pemahamam Wajib Pajak Pemahaman wajib


Terhadap Peraturan pajak mengenai
(2013) Pemerintah Nomor 46 Peraturan Pemerintah
Tahun 2013 Tentang Pajak No.46 Tahun
UKM (Studi Kasus Pada 2013 masih minim.
Wajib Pajak yang Beberapa wajib
Terdaftar di Kantor pajak hanya
Pelayanan Pajak Pratama mengetahui tarif
Palembang Ilir Barat) Peraturan Pemerintah
No.46 Tahun
2013, sebagian besar
wajib pajak
belum mengetahui
dan memahami
mengenai peraturan
41

yang diatur
didalamnya. Upaya
pemerintah untuk
menerapkan
peraturan ini kepada
wajib pajak agar
mereka memahami
peraturan pajak
UKM yang baru
diberlakukan ini dan
mau membayar
pajak atas UKM
yang mereka miliki
belum maksimal
2 Sudarman (2013) Peraturan Pemerintah Pemberlakuan PP
Republik Indonesia Nomor 46/2013 ini adalah
46 memberikan
Tahun 2013 (PP-46/2013) kemudahan Wajib
Dan Permasalahannya Pajak Orang Pribadi
dan Badan yang
memiliki peredaran
bruto tertentu
mengenai
perhitungan,
penyetoran dan
pelaporan pajak
penghasilannya,
sedangkan masalah
yang timbul adalah
sebagai akibat dari
kurangnya kesiapan
pemerintah,
diantaranya adalah
penerbitan PMK
yang
terlambat serta
penerbitan Surat
Edaran Dirjen Pajak
yang juga baru
diterbitkan
pada tanggal 2
September 2013
sementara itu
42

petugas Pajak
terutama Accounts
Representative (AR)
yang nota bene
sebagai bagian dari
palang pintu Dirjen
Pajak
juga belum siap
karena terlambatnya
sosialisasi.
3 Isroah (2013) Penghitungan Pajak Ada dua pendekatan
Penghasilan Bagi UMKM dalam menentukan
besarnya pajak
penghasilan bagi
UMKM yaitu
pertama, Pencatatan
diperkenankan bagi
Wajib Pajak Orang
Pribadi yang
melakukan usaha
atau pekerjaan bebas
yang peredaran
brutonya se tahun
kurang dari
Rp4.800.000.000,00
dengan syarat
memberitahukan
kepada Direktur
Jenderal Pajak dalam
jangka waktu tiga
bulan pertama dari
tahun pajak yang
bersangkutan dan
yang kedua,
Pembukuan
diperkenankan bagi
Wajib Pajak Badan
dan Wajib Pajak
Orang Pribadi yang
melakukan usaha
atau pekerjaan bebas
dengan peredaran
bruto se tahun
Rp4.800.000.000,00
43

atau lebih.
4 Syahdan dan Rani Dimensi Keadilan Atas Kesinambungan
Pemberlakuan Pp No. 46 penerimaan negara
(2013) Tahun 2013 dari sektor pajak
Dan Peningkatan diperlukan karena
Kepatuhan Wajib Pajak penerimaan pajak
merupakan sumber
utama penerimaan
APBN. Untuk
menjamin hal
tersebut, kepatuhan
wajib pajak
merupakan salah
satu kunci
keberhasilan
Pemerintah dalam
menghimpun
penerimaan pajak.
Spirit pemberlakuan
PP No. 46 Tahun
2013, justru tidak
melunturkan
semangat dalam
peningkatan
penerimaan pajak
negara, masih ada
kelompok yang
menguasai aset
produksi ditanah air
ini yang belum
terjangkau.
44

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Dalam melakukan pembahasan dalam penelitian ini, penulis akan

menggunakan pendekatan kualitatif dengan penelitian yang bersifat deskriptif.

Penelitian deskriptif berfungsi untuk mendeskripsikan atau memberi gambaran

terhadap objek yang diteliti melalui data atau sampel yang telah terkumpul

sebagaimana adanya, tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk

umum (Sugiyono, 2010:147). Peneliti ingin memaparkan atau menjelaskan dan

menggambarkan berbagai situasi dan kondisi yang ada pada objek penelitian

berdasarkan kenyataan yang ada. Dengan metode ini peneliti akan menjelaskan

pengaruh penerapan Peraturan Pemerintah No 46 Tahun 2013 terhadap penerimaan

pajak di KPP Pratama Jakarta Setia Budi Satu.


45

3.2 Jenis dan Sumber Data

Sumber data ada dua yaitu data primer dan sekunder. Menurut Sugiyono

(2010:137) menyatakan bahwa:

“Data primer merupakan data yang didapat dari sumber pertama baik dari

individu atau perorangan seperti hasil dari wawancara atau hasil pengisian kuesioner

yang biasa dilakukan oleh peneliti. Sedangkan data sekunder merupakan data primer

yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan baik oleh pihak pengumpul data primer

atau oleh pihak lain misalnya dalam bentuk table-tabel atau diagram-diagram.”

Dalam penelitian ini menggunakan data primer yaitu survey (studi kasus),

wawancara dengan bagian terkait dan memerlukan beberapa dokumen (laporan

penerimaan pajak pada KPP Pratama Setiabudi Satu Jakarta).

3.3 Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, pengumpulan data dilakukan melalui:

1) Studi kepustakaan (Library research), yaitu dengan membaca dan

mengumpulkan data dari berbagai literatur yang berhubungan dengan

masalah yang diteliti. Misalnya buku-buku, majalah, surat kabar, artikel

ilmiah, jurnal, Undang-undang perpajakan serta bahan bacaan lainnya

yang berhubungan dengan topik penelitian (data sekunder).

2) Studi lapangan (Field Research), yaitu dengan melakukan penelitian

langsung dari KPP Pratama Setia Budi Satu untuk mendapatkan data yang

lebih mendalam. Studi lapangan diperoleh melalui dokumen-dokumen

yang dimiliki KPP (data primer), yaitu:


46

a) Telaah dokumen, yaitu dengan cara pengamatan terhadap catatan

objek yang diteliti berupa laporan penerimaan pajak pada KPP.

b) Tanya jawab, yaitu dengan cara mengadakan tanya jawab kepada

Kepala Bagian Keuangan terkait untuk memperjelas data yang

diperoleh dari perusahaan.

Selanjutnya, data-data yang diperoleh dari hasil penelitian kepustakaan

maupun penelitian lapangan tersebut diolah, dianalisis dan disusun agar dapat

menyempurnakan pola kerangka berpikir ilmiah yang berbentuk penelitian ini.

3.4 Metode Analisis Data

Data yang berhasil dikumpulkan akan dianalisis dengan menggunakan

pendekatan deskriptif. Seluruh data yang sudah diperoleh akan disajikan, diuraikan

dan dianalisis. Deskripsi data dan analisis dilakukan dengan menggunakan alat bantu

berupa tabel. Deskripsi dilakukan dalam upaya untuk menjelaskan pengaruh

penerapan Peraturan Pemeritah No 46 Tahun 2013 di KPP Pratama Jakarta Setia

Budi. Dari analisis yang diambil merupakan anggapan atau dugaan sementara yang

paling memungkinkan namun masih harus dibuktikan dengan penelitian dan dapat

dihasilkan saran-saran yang dianggap perlu sebagai masukan umpan balik bagi

perusahaan dalam melakukan korektif.


BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

4.1 Deskripsi Objek Penelitian

4.1.1 Profil Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Setiabudi Satu

Dalam profil KPP Pratama Jakarta Setiabudi satu ini akan dibahas tentang

jumlah pegawai, wilayah kerja dan potensi wilayah, wilayah kerja dan potensi

penerimaan KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu, serta struktur organisasi.

4.1.1.1 Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Setiabudi Satu

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Setiabudi Satu merupakan hasil

reorganisasi dari KPP Pratama Jakarta Setiabudi yang dipecah menjadi 2 (dua)

kantor yaitu KPP Pratamaa Jakarta Setiabudi Satu dan KPP Pratama Jakarta Setiabudi

Dua berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor

433/KMK.01/2001 tanggal 01 Juli 2001. Adapun jumlah pegawai pada KPP Pratama

47
48

Jakarta Setiabudi Satu berjumlah 91 orang yang terdistribusi kedalam 11 satuan

kerja, berikut rincian distribusi pegawai pada KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu:

Tabel 4.1

Distribusi Pegawai KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu Per Jabatan

Nama Sektor Pelaksana/ AR Fungsional Kepala Kepala Kepala Jumlah

OC Pemeriksa Seksi KPP Kanwil

Sub Bagian Umum 8 - - 1 1 - 10

Seksi PDI 6 - - 1 - - 7

Seksi Pelayanan 9 - - 1 - - 10

Seksi Penagihan 3 - - 1 - - 4

Seksi Pemeriksaan 3 - - 1 - - 4

Seksi Ekstensifikasi 1 - - 1 - - 2

Seksi Waskon 1 1 7 - 1 - - 9

Seksi Waskon 2 - 6 - 1 - - 7

Seksi Waskon 3 - 6 - 1 - - 7

Seksi Waskon 4 1 7 - 1 - - 9

Fungsional - - 22 - - - 22

Pemeriksaan

Total 32 26 22 10 1 0 91

Sumber: Sistem Informasi Keuangan, Kepegawaian dan Aktiva (SIKKA)


49

4.1.1.2 Wilayah Kerja KPP Pratama Setiabudi Satu

Wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Setiabudi Satu

meliputi 2 (dua) kelurahan dalam wilayah Kecamatan Setiabudi, Kotamadya Jakarta

Selatan, yaitu :

1. Kelurahan Karet

2. Kelurahan Karet Kuningan

Secara garis besar wilayah kerja KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu yaitu

meliputi Kecamatan Setiabudi Kelurahan Karet dan Kelurahan Karet Kuningan

dengan segala potensi wilayah yang dimiliki sebagaimana telah diuraikan sebelumnya

dapat diuraikan dalam tabel berikut:

Tabel 4.2

Tabel Jumlah Wajib Pajak KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu

Jenis Wajib Pajak Jumlah (jiwa)

WP Orang Pribadi 17.132

WP Badan 10.621

WP Pemungut 82

Adapun wilayah kerja KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu merupakan

pecahan KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu yang dipecah menjadi 2 KPP

yaitu KPP Pratama Setiabudi Dua dan KPP Pratama Setiabudi Tiga.
50

4.1.1.3 Struktur Organisasi

Struktur organisasi pada KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu dikepalai oleh

Kepala KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu. Dibantu dengan 10 seksi yaitu sub

bagian umum, seksi pengolahan data dan informasi, seksi penagihan, seksi

penerimaan dan kepatuhan internal, seksi pelayanan, seksi waskon I, seksi waskon II,

seksi waskon III, seksi waskon IV serta seksi ekstensifikasi perpajakan. Berikut ini

adalah struktur organisasi KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu.

Gambar 4.1

Struktur Organisasi KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu


KP DJP

Pegawai
Fungsional
Kanwil DJP Jakarta
Selatan

Kepala KPP Pratama Jakarta


Setia Budi Satu

Sub Bagian Seksi Pengolahan Seksi Seksi Pemeriksaan dan


Umum Data dan Informasi Penagihan Kepatuhan Internal

Seksi Seksi Waskon I Seksi Waskon Seksi Waskon


Pelayanan II III

Seksi Waskon Seksi Ekstensifikasi


IV Perpajakan
51

4.2 Pengaruh pemungutan PPh terhadap penerimaan PPh badan dan PPh

orang pribadi dari usaha wajib pajak yang memiliki peredaran bruto tertentu

yang diatur dalam PP No 46 thn 2013 pada KPP Pratama Jakarta Setiabudi

Satu

Pemungutan Pajak Penghasilan dapat berpengaruh terhadap penerimaan PPh

badan dan PPh orang pribadi dari usaha wajib pajak yang memiliki peredaran bruto

tertentu yang diatur dalam PP No 46 thn 2013 yaitu naik atau turunnya penerimaan

pajak penghasilan pada KPP Pratama Jakarta Setia Budi Satu atas penerapan PP No

46 Tahun 2013.

Tabel 4.3

Tabel Penerimaan PPh Orang Pribadi Pasal 25

Tahun 2013 Penerimaan (Rp) Tahun 2014 Penerimaan (Rp)

Juli 9.634.709 Januari 8.794.441

Agustus 2.074.186 Februari 7.879.919

September 801.463 Maret 8.360.730

Oktober 1.481.750 April 10.664.149

November 81.750 Mei 8.365.495

Desember 82.500 Juni 8.238.432

Total 14.156.358 Total 52.303.166


52

Tabel 4.4

Tabel Penerimaan PPh Badan Pasal 25

Tahun 2013 Penerimaan (Rp) Tahun 2014 Penerimaan (Rp)

Juli 1.669.233.590 Januari 19.112.567.752

Agustus 129.548.382 Februari 135.200.823

September 496.853.233 Maret 1.114.243.602

Oktober 586.173.455 April 21.243.249.131

November 311.893.366 Mei 233.003.079

Desember 2.209.803.996 Juni 4.723.759.877

Total 5.403.506.022 Total 46.562.024.264


53

Tabel 4.5

Tabel Penerimaan PPh atas Penerapan PP No 46 Tahun 2013

(dalam ribuan rupiah)

Tahun 2013 Penerimaan (Rp) Tahun 2014 Penerimaan (Rp)

Juli 0 Januari 484.564.901

Agustus 65.354.465 Februari 303.598.665

September 155.859.451 Maret 386.703.051

Oktober 239.443.003 April 828.391.383

November 318.221.651 Mei 457.155.771

Desember 379.648.030 Juni 472.765.365

Total 1.158.526.600 Total 2.933.179.136

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa setiap bulan penerimaan pajak yang

berasal dari sektor UMKM sesuai dengan ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 46

Tahun 2013 di wilayah kerja KPP Setiabudi Satu terus mengalami peningkatan. Pada

bulan Agustus, sebulan setelah penerapan PP No 46 Tahun 2013 ini diberlakukan,

jumlah penerimaan yang diterima mencapai Rp 65.354.465. Penerimaan PPh terus

meningkat, pada bulan September meningkat 1,38% dari bulan Agustus yaitu sebesar

Rp 155.859.451. Penerimaan bulan Oktober sebesar Rp 239.443.003 meningkat

0,53% dari bulan September. Dari bulan Oktober ke November persentase meningkat

0,32% dengan total penerimaan bulan November sebesar Rp 318.221.651. Sehingga


54

pada bulan Desember 2013 jumlah penerimaan pajak UMKM tercatat sebesar Rp

379.648.030 meningkat 0,19% dari bulan November.

Enam (6) bulan setelah PP No 46 Tahun 2013 diterbitkan penerimaan PPh

terus meningkat. Bulan Januari 2014 jumlah penerimaan sebesar Rp 484.564.901.

Pada bulan Februari penerimaan PPh mengalami penurunan sebesar 0,37% , dengan

jumlah penerimaan pada bulan Februari Rp 303.598.665. Selanjutnya mengalami

peningkatan sebesar 0,27% dari bulan Februari ke bulan Maret, dengan jumlah

penerimaan Rp 386.703.051. Pada bulan April jumlah penerimaan sebesar Rp

828.391.383 mengalami kenaikan persentase sebesar 1,14%. Pada bulan Mei

penerimaan kembali mengalami penurunan sebesar 0,44% dengan jumlah penerimaan

sebesar Rp 457.155.771. Sehingga pada bulan Juni 2013 Penerimaan kembali

mengalami kenaikan sebesar 0,03% dengan jumlah penerimaan bulan April sebesar

Rp 828.391.383.

Dari tabel 4.5 diatas tertera bahwa tahun 2014 jumlah penerimaan KPP

Pratama Setiabudi Satu mengalami penurunan yaitu dari bulan Januari ke bulan

Februari menurun 0,37% dan dari bulan April ke bulan Mei menurun 0,44%. Hal ini

disebabkan karena masih banyak Wajib Pajak yang belum mengetahui tentang PP No

46 Tahun 2013 ini. Jika dilihat dari jumlah penerimaan yang diperoleh di KPP

Pratama Setiabudi Satu yang meningkat hal ini menunjukkan bahwa Wajib Pajak PP

No 46 Tahun 2013 semakin menyadari kewajiban pajaknya dan menunjukkan bahwa

tujuan pemerintah mengeluarkan PP No 46 Tahun 2013 ini, yakni memberikan


55

kemudahan dan penyederhanaan aturan perpajakan, mengedukasi masyarakat untuk

tertib administrasi, mengedukasi masyarakat untuk transparansi, dan memberikan

kesempatan masyarakat untuk berkontribusi dalam penyelenggaraan Negara tercapai

dengan baik. Kenaikan jumlah Penerimaan Pajak UMKM setiap bulan ini

menunjukkan bahwa dengan penerapan PP No 46 Tahun 2013 ini menjadikan Wajib

Pajak UMKM menjadi Wajib Pajak yang taat dengan peraturan yang telah ditetapkan,

yang bukan hanya mendaftarkan dirinya sebagai Wajib Pajak tapi juga memenuhi

kewajibannya sebagai Wajib Pajak, yakni membayar dan melaporkan utang pajaknya.

Dari ketiga tabel diatas (4.3, 4.4, 4,5), jika dibandingkan penerimaan pajak
sebelum diterapkan PP No 46 Tahun 2013 dan setelah diterapkan PP No 46 Tahun
2013 telah jelas bahwa jumlah penerimaan pajak setelah diterapkan PP No 46 Tahun
2013 lebih besar dibandingkan sebelum diterapkannya PP No 46 Tahun 2013. Hal ini
menujukkan bahwa penerimaan pajak pada KPP Pratama Jakarta Setibudi Satu
mengalami keuntungan.

Tabel 4.6

Tabel Penerimaan Pajak dari UMKM

Kontribusi UMKM Terhadap PDB Rp 1.214,73 Triliun

Jumlah Unit Usaha 55 juta unit usaha

Tenaga Kerja yang Diserap 101 juta orang

Penerimaan Pajak dari UMKM Rp 65.012 Miliar

Potensi Penerimaan Pajak dari Sektor UMKM Rp 146 Triliun


56

Dari tabel 4.6 jumlah penerimaan Pajak dari Sektor UMKM tahun 2013 lebih

besar dari jumlah penerimaan PPh atas Penerapan PP No 46 tahun 2013. Hal ini

dikarenakan UMKM di Indonesia sudah sangat berkembang didalam industri pasar

kreatif.

4.3 Upaya Yang Dilaksanakan KPP Pratama Jakarta Setia Budi Satu Untuk

Mengoptimalkan Penerimaan PPh Atas Penerapan Pp No 46 Tahun 2013

Sejauh ini ada beberapa upaya yang dilakukan KPP Setiabudi Satu untuk

mengoptimalkan penerimaan PPh atas penerapan PP 46 thn 2013 diantaranya adalah:

1) Wajib Pajak dianjurkan untuk membayar melalui Anjungan Tunai Mandiri

(ATM).

Pembayaran dan pelaporan pajak dapat dilakukan dengan menggunakan

fasilitas sistem pembayaran online hal ini dilakukan untuk mempermudah

WP dalam pembayaran. Hal ini dilakukan karena Wajib Pajak terkendala

dalam membayar pajak di bank karena terbatasnya waktu pelayanan dan

jarak aksesbilitas ke bank.

2) Penghapusan sanksi administrasi.

Penghapusan sanksi administrasi berdasarkan SE-42/PJ/2013 tentang

Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 ini dilakukan

untuk memberikan kemudahan dan penyederhanaan aturan perpajakan,

mengedukasi masyarakat untuk tertib administrasi, mendidik masyarakat


57

untuk bersifat tranparansi dan memberikan kesempatan masyarakat untuk

berkontribusi kepada negara dalam hal perpajakan. Hal ini juga

dipandang untuk memberikan keringanan atas sanksi yang dikenakan

terhadap wajib pajak yang memiliki peredaran bruto tertentu atas

pemenuhan kewajiban penyetoran pajak penghasilan pasal 4 ayat (2). Hal

ini dilakukan karena masih banyak wajib pajak yang belum menyadari

ataupun terlambat menyadari bahwa mereka termasuk dalam kriteria yang

ditentukan dalam PP No 46 Tahun 2013.

3) Melakukan sosialisasi.

KPP Setiabudi Satu melakukan sosialisasi kepada wajib pajak mengenai

tata cara penghitungan, penyetoran, dan pelaporan pajak penghasilan atas

penghasilan dari usaha yang diterima atau diperoleh wajib pajak yang

memiliki peredaran bruto tertentu agar wajib pajak orang pribadi dan

wajib pajak badan mengerti mengenai peraturan pemerintah 46 tahun

2013. Sosialisasi yang dilakukan KPP setiabudi Satu seperti menyebarkan

brosur, hal ini dilakukan KPP Setiabudi Satu kepada wajib pajak yang

memiliki peredaran bruto tertentu agar wajib pajak tersebut lebih mengerti

tentang adanya Peraturan Pemerintah No 46 Tahun 2013 dan agar wajib

pajak tersebut melakukan penghitungan, penyetoran dan pelaporan tepat

pada waktu yang telah ditentukan.

4) Melakukan kegiatan ekstensifikasi.


58

Kegiatan ekstensifikasi ini dilakukan dengan memanfaatkan data hasil

Sensus Pajak Nasional (SPN) tahun 2011 dan 2012 serta pelaksanaan SPN

tahun 2013 untuk mengetahui tempat-tempat usaha yang termasuk dalam

kategori wajib pajak yang memiliki peredaran bruto tertentu diwilayah

kerjanya masing-masing. Melakukan kegiatan ekstensifikasi ini

berdasarkan SE-42/PJ/2013 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah

Nomor 46 Tahun 2013.

5) Menerbitkan Surat Keterangan Bebas (SKB).

SKB yang diterbitkan berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Pajak

Nomor PER-32/PJ/2013. Surat keterangan ini diberikan kepada wajib

pajak yang memiliki peredaran bruto tertentu untuk menyatakan bahwa

Wajib Pajak dikenai Pajak Penghasilan yang bersifat final berdasarkan

Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 tentang Pajak Penghasilan

atas Penghasilan dari usaha yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak

yang memiliki peredaran bruto tertentu dan dibebaskan dari pemotongan

dan/atau pemungutan pajak penghasilan oleh pihak lain yang dapat

dikreditkan. Seharusnya Wajib Pajak mendapatkan Surat Keterangan

Bebas (SKB) PPh format baru agar Wajib Pajak tidak menggunakan SKB

format lama sehingga Wajib Pajak tidak perlu dipotong PPh Pasal 23.

Artinya terhitung sejak 25 September 2013, permohonan SKB

menggunakan format sesuai dengan yang ditentukan dalam PER-

32/PJ/2013.
59

4.4 Kendala-Kendala Bagi Wajib Pajak Dalam Menjalankan Hak Dan

Kewajibannya Atas Penerapan PP 46 Tahun 2013

Direktorat Jenderal Pajak menerbitkan peraturan baru yang diperkirakan akan

mempunyai dampak luar biasa bagi penerimaan pajak. Aturan tersebut adalah tentang

pengenaan pajak 1% bagi UMKM yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor

46 Tahun 2013. Walaupun peraturan tersebut sudah berjalan 1 tahun, namun

munculnya PP tersebut telah mengundang pro dan kontra. Hal yang wajar mengingat

setiap kebijakan dalam pemajakan pada dasarnya tidak akan pernah diterima dengan

ikhlas oleh masyarakat, apalagi bagi para Wajib Pajak ataupun calon Wajib Pajak

yang akan terkena dampaknya. Berikut adalah kendala-kendala yang dihadapi Wajib

Pajak dalam menjalankan hak dan kewajibannya atas penerapan Peraturan

Pemerintah No 46 Tahun 2013.

1) Wajib Pajak sulit mengisi SPT.

Wajib Pajak sulit mengisi SPT dikarenakan dalam tahun tersebut WP

harus memecah antara penghasilan yang tidak dikenakan final dan

dikenakan final. Untuk periode Januari sampai dengan Juni 2013 masih

harus membuat laporan SPT tahunan, sementara WP belum paham betul

bagaimana pembuatan SPT tersebut dimana WP merasa masih sangat

kurang informasi yang diperoleh dari Direktorat Jenderal Pajak karena


60

kurangnya sosialisasi termasuk pelatihan-pelatihan yang diberikan kepada

WP.

2) Belum semua Wajib Pajak mendapatkan sosialisasi.

Pemberlakuan suatu aturan biasanya disosialisasikan terlebih dahulu

kepada Wajib Pajak agar Wajib Pajak mengerti dan tergerak untuk

melaksanakan aturan tersebut. Walaupun kegiatan sosialisasi telah

dilakukan tetapi belum semua Wajib Pajak mendapatkan sosialisasi

tersebut sehingga banyak Wajib Pajak yang belum mengerti tentang PP

No 46 Tahun 2013 ini.

3) Petugas Pajak Belum Siap atas Pemberlakuan Peraturan Pemerintah

Nomor 46 Tahun 2013.

Pemberlakuan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 belum diikuti

kesiapan petugas pajak untuk mengawal keberhasilan dari PP tersebut, hal

ini terbukti dari belum siapnya Accounts Representative (AR) diseluruh

KPP sampai diterbitkannya SE-42/PJ/2013 pada tanggal 2 September

2013.

4) Wajib Pajak Khawatir atas Pemberlakuan Peraturan Pemerintah Nomor 46

Tahun 2013.

Setahun sudah diberlakukan PP No 46 tahun 2013 sejak 1 Juli 2013 dan

harus sudah mulai pembayarannya paling lambat 15 Agustus 2013. PP 46

Tahun 2013 ini telah diundangkan pada tanggal 13 Juni 2013 oleh Menteri
61

Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dan ditindak lanjuti

oleh Menteri Keuangan Republik Indonesia dengan menerbitkan Peraturan

Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 107/PMK.011/2013 yang

ditetapkan pada tanggal 30 Juli 2013 dan baru diundangkan pada tanggal 6

Agustus 2013 serta ditindak lanjuti oleh Direktur Jendral Pajak dengan

mengeluarkan Surat Edaran Direktur Jendral Pajak Nomor SE-42/PJ/2013

pada tanggal 2 September 2013. Dengan diterbitkannya Peraturan

Pemerintah Nomor 46, PMK Nomor 107/PMK.011/2013 tentang Tata

Cara Penghitungan, Penyetoran, dan Pelaporan Pajak Penghasilan atas

Penghasilan dari Usaha yang Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak yang

Memiliki Peredaran Bruto Tertentu dan Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor

: SE-42/PJ/2013 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 46

Tahun 2013 Tentang Penghasilan atas Penghasilan dari Usaha yang

Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak yang Memiliki Peredaran Bruto

Tertentu dari tanggal mulainya pemberlakuan sampai dengan Surat Edaran

pemerintah terkesan memaksakan pemberlakuan PP No 46 Tahun 2013

tersebut. Pemberlakuan PP 46 Tahun 2013 yang terlihat dipaksakan

tersebut membuat Wajib Pajak khawatir, karena dengan diundangkannya

dan diberlakukannya tersebut sudah terlambat, sehingga Wajib Pajak

khawatir dengan denda akibat keterlambatan pembayaran dan kesiapan

administrasinya, walaupun akhirnya pemerintah memberikan keringanan

pembebasan denda sampai dengan akhir tahun 2013 dengan cara


62

melakukan penghapusan sanksi administrasi yang telah diatur di dalam

SE-42/PJ/2013 Tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 46

Tahun 2013 Tentang Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari Usaha yang

Diterima atau diperoleh Wajib Pajak yang Memiliki Peredaran Bruto

Tertentu.

5) Wajib Pajak Belum Mengerti Cara Menghitung Keuntungan Usahanya.

Banyak WP juga yang belum sepenuhnya paham dalam menghitung

keuntungan dan omzet usahanya, sebagai dasar untuk pembayaran pajak.

Berikut contoh untuk menghitung keuntungan dan omzet usahanya:

Pendapatan PT ABC pada tahun fiskal 2013 adalah sebagai berikut:

Contoh 1

Penjualan = Rp 4.778.000.000,00

Pendapatan Bunga Jasa Giro = Rp 30.000.000,00

Total = Rp 4.808.000.000,00

Jika dilihat dari totalnya, pendapatan PT ABC sudah melebihi Rp

4.800.000.000,00. Namun karena yang Rp 30.000.000,00 berupa

pendapatan jasa giro dan telah dikenakan PPh final oleh pihak bank, maka

peredaran bruto yang diperhitungkan hanya Rp 4.778.000.000,00 sehingga

masuk kriteria Wajib Pajak yang dikenakan PPh final dengan tarif 1%,

sesuai dengan PP No 46 Tahun 2013. Maka penghitungan PPh finalnya

sebagai barikut:
63

PPh Final = Rp 4.778.000.000,00 x 1% = Rp 47.780.000,00

Contoh 2

Budi seorang WPOP pemilik bengkel sepeda motor. Budi memulai

menjalankan usaha dan memperoleh penghasilan sejak bulan Agustus

2012. Hingga akhir tahun (Desember) 2012, total peredaran bruto

diperoleh Budi Rp 25.000.000,00.

Untuk menghitung penghasilan Budi yang disetahunkan, maka Rp

25.000.000,00 tesebut dikalikan 12 kemudian dibagi dengan 5 bulan.

Faktor pembagi berupa 5 bulan ini dihitung sejak Agustus 2012 hingga

Desember 2012. Dengan demikian jumlah peredaran bruto Budi selama

2012 adalah = Rp 25.000.000,00 x (12/5) = Rp 60.000.000,00 , karena

total peredaran bruto Budi pada tahun 2012 tidak melebihi Rp 4,8 milyar

maka untuk tahun 2013 Budi dikenakan PPh final berdasarkan PP No 46

Tahun 2013.

PPh final = Rp 60.000.000,00 x 1% = Rp 600.000,00

Contoh 3

Andi pedagang handphone di Ciputat, baru terdaftar NPWP pada

bulan Februari 2013. Total omzet Andi dari bulan Februari hingga Juni

2013 ( bulan sebelum berlakunya PMK tersebut) misalkan Rp

75.000.000,00. Jumlah bulan dari bulan terdaftar NPWP hingga Juni 2013

adalah 5 bulan. Dengan demikian peredaran bruto Andi yang

disetahunkan adalah = Rp 75.000.000,00 x (12/5) = Rp 180.000.000,00.


64

Dalam hal ini maka Andi dikenakan PPh final berdasarkan PP No 46

Tahun 2013.

PPh final = Rp 180.000.000,00 x 1% = Rp 1.800.000,00


BAB V

KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN REKOMENDASI

Sebagai akhir dari penulisan skripsi ini, maka dalam bab ini akan disampaikan

kesimpulan, keterbatasan, dan rekomendasi mengenai penelitian ini. Adapun

kesimpulan, keterbatasan dan rekomendasi yang disampaikan didasarkan pada hasil

penelitian ini. Kesimpulan, keterbatasan dan rekomendasi tersebut adalah sebagai

berikut:

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka dapat disimpulkan

seabagai berikut:

1) Tingkat penerimaan PPh badan dan PPh pribadi atas penerpan PP No 46

Tahun 2013 pada KPP Pratama Setiabudi Satu mengalami peningkatan

setelah enam (6) peraturan tersebut diterbitkan dan mengalami penurunan

65
66

penerimaan pada saat awal tahun 2014. Hal ini disebabkan kurangnya

sosialisasi dari Pemerintah kepada Wajib Pajak.

2) Upaya yang dilakukan KPP Pratama Setiabudi Satu untuk

mengoptimalkan penerimaan atas penerapan PP No 46 Tahun 2013

sampai saat ini sudah cukup optimal, terbukti dari peningkatan

penerimaan pph badan dan pph pribadi yang diperoleh KPP tersebut

walaupun pada awal tahun 2014 penerimaan PPh mengalami penurunan.

3) Pemahaman wajib pajak mengenai Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun

2013 masih minim. Banyak kendala yang dihadapi Wajib Pajak dalam

menjalankan hak dan kewajibannya atas penerapan Peraturan Pemerintah

Nomor 46 Tahun 2013 ini. Beberapa wajib pajak hanya mengetahui tarif

Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013, sebagian besar wajib pajak

belum mengetahui dan memahami mengenai peraturan yang diatur

didalamnya.

5.2 Keterbatasan

Pada penelitian ini, penulis sadar bahwa masih terdapat kelemahan dalam

melakukan penelitian. Adapun kelemahan ini dikarenakan keterbatasan penulis

diantaranya adalah:

1) Penelitian ini bersifat kualitatif, sehingga hal-hal yang bersifat kuantitatif

belum dapat dibahas secara lebih jauh dalam penelitian ini.

2) Keterbatasan waktu untuk melakukan survei di KPP Pratama Setiabudi

Satu.
67

3) Penelitian ini menggunakan periode waktu yang cukup singkat yaitu satu

tahun setelah berlakunya Peraturan Pemerintah Nomor 46 per 1 Juli 2013.

5.3 Rekomendasi

Rekomendasi yang diajukan penulis yaitu:

1) Sebaiknya Pemerintah melakukan tindakan pengenalan Peraturan

Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 terlebih dahulu kepada semua Wajib

Pajak. Pengenalan mengenai PP No 46 Tahun 2013 melalui seminar

ataupun penjelasan singkat di kantor pajak sangat dibutuhkan Wajib Pajak

orang pribadi dan badan untuk memahami isi peraturan ini. Pengenalan

dan penjelasan melalui beberapa media masa pun dapat dilakukan

sehingga masyarakat dapat memahami dengan baik dan benar peraturan

ini. Adanya penjelasan lengkap tentang PP No 46 Tahun 2013 akan

membuat beberapa masyarakat yang keberatan akan peraturan ini lebih

memahami kemudahan-kemudahan yang ditawarkan pemerintah melalui

peraturan ini, sehingga kontra yang terjadi terhadap PP No 46 Tahun 2013

dapat diminimalisir.

2) Dalam melakukan sosialisasi sebaiknya KPP Pratama Setiabudi Satu

Jakarta melakukan pendekatan personal agar sosialisasi tersebut lebih

mengena kepada Wajib Pajak.

3) Sebaiknya di tiap akhir tahun kiranya DJP melakukan evaluasi terhadap

implementasi Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 ini sebagai

bahan kajian bagi kebijakan selanjutnya.


68

4) Saran untuk peneliti berikutnya agar menggunakan periode waktu yang

lebih lama misalnya kurun waktu tahunan. Dengan periode waktu

penelitian yang lebih lama diharapkan dapat memonitor bagaimana

dampak perubahan Undang-Undang perpajakan yang baru terhadap

penerimaan pajak. Hal yang lain yang juga perlu dijadikan pertimbangan

untuk penelitian yang akan datang adalah keterlibatan para wajib pajak.
69

DAFTAR PUSTAKA
Buku

Anjarwati, Ratna. ( 2014). PPh Final 1% Untuk UMKM, Panduan Praktis


Penghitungan,Pelaporan, dan Penyetoran Pajak Penghasilan untuk
UMKM.Yogyakarta:Pustaka Baru Press.
Hutagaol, John. (2007). Perpajakan Isu-Isu Kontemporer. Jakarta: Graha Ilmu

Resmi,Siti. (2011). Perpajakan : Teori dan Kasus. Edisi 5. Jakarta : Salemba

Empat

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan RD. Bandung:

Alfabeta.

Waluyo. (2013). Perpajakan Indonesia. Jakarta: Salemba

---------. (2007). Perpajakan Indonesia. Jakarta: Salemba

Undang-undang dan Peraturan-Peraturan

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2007 tentang Perubahan


Ketiga atas Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum
dan Tata Cara Perpajakan.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha
Mikro, Kecil, Dan Menengah.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Perubahan
Keempat Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak
Penghasilan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 46 Tahun 2013 tentang Pajak
Penghasilan atas Penghasilan dari Usaha yang Diterima atau Diperoleh
Wajib Pajak yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu.
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 107/PMK.011/2013
tentang Tata Cara Penghitungan, Penyetoran, dan Pelaporan Pajak
70

Penghasilan atas Penghasilan dari Usaha yang Diterima atau Diperoleh


Wajib Pajak yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu.
Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor Per-32/PJ/2013 tentang Tata Cara
Pembebasan dari Pemotongan dan/atau Pemungutan Pajak Penghasilan Bagi
Wajib Pajak yang dikenai Pajak Penghasilan.
Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor: SE-42/PJ/2013 tentang Pelaksanaan
Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2013 tentang Penghasilan dari
Usaha yang Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak yang Memiliki Peredaran
Bruto Tertentu.
Jurnal, Majalah & Karya Ilmiah

Andala. (2013). Analisis Pengaruh Pemahaman Para Pelaku UMKM Terhadap


Kepatuhan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah No.46 Tahun 2013 (Survey
Pada Pelaku Umkm Di Pasar 16 Ilir Palembang).

Diatmika, I Putu Gede. (2013). Penerapan Akuntansi Pajak Atas Peraturan


Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 Tentang Pph Atas Penghasilan Dari
Usaha Wajib Pajak Yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu. Jurnal
Akuntansi Profesi Volume 3 Nomor 2

Isroah. (2013). Penghitungan Pajak Penghasilan Bagi Umkm. Jurnal


Nominal,Volume 2, Nomor 1.

Indonesian Tax Review. (2013). PPh Final 1% untuk UMKM Tertentu. Volume
VI( 15), hlm 10.

Resyniar, Gandhys. (2013). Persepsi Pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah


(Umkm) Terhadap Penerapan Pp. 46 Tahun 2013.

Sudarman. (2013). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 46 Tahun


2013 (Pp-46/2013) Dan Permasalahannya. Dharma Ekonomi – No. 38/ Th. XX.

Susilo dan Sirajuddin. (2013). Pemahaman Wajib Pajak Terhadap


PeraturanPemerintah Nomor 46 Tahun 2013 Tentang Pajak Ukm (Studi
Kasus Pada Wajib Pajak Yang Terdaftar Di KantorPelayanan Pajak Pratama
Palembang Ilir Barat).

Syahdan dan rani. (2013). Dimensi Keadilan Atas Pemberlakuan Pp No. 46


Tahun 2013 Dan Peningkatan Kepatuhan Wajib Pajak.Prosiding
Simposium Nasional Perpajakan 4.

Supadmi, Ni, Luh. (2008). Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak Melalui


Kualitas Pelayanan. Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Bisnis.
71
72

Anda mungkin juga menyukai