Anda di halaman 1dari 12

TUGAS CARING DALAM KEPERAWATAN

“PERAN PERAWAT DALAM PENANGANGAN PASIEN DENGAN


PENYAKIT JANTUNG KORONER”

Disusun oleh :

1. Dorcie Floren 201612008

2. Hendrikus Pamungkas 201612019

3. Kori Abuiwati Penlaa 201612031

4. Maria Inrayati Welerubun 201612038

5. Maria Yarollo 201612041

6. Pamela Pelaca Avicar P 201612050

7. Roswita Ivana Priwantari 201612058

8. Suparni 201612061

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN Sint CAROLUS

JAKARTA

2016
BAB I

Pendahuluan

A. Latar Belakang
Penyakit kardiovaskuler merupakan penyakit yang disebabkan oleh
gangguan fungsi jantung dan pembuluh darah, ada banyak penyakit yang
dapat ditimbulkan diantaranya penyakit jantung koroner. Penyakit jantung
koroner adalah istilah umum yang dipakai untuk penumpukan plak di
arteri jantung yang dapat menyebabkan serangan jantung (AHA, 2013)
Menurut data dari WHO tahun 2013 di Amerika ditemukan kasus
penyakit jantung koroner mencapai 900.000 kasus pertahunnya, sedangkan
di Eropa ditemukan korban meninggal akibat jantung koroner mencapai
41.000 jiwa pertahunnya. Di Indonesia dari data DEPKES tahun 2013
ditemukan 883.447 kasus penyakit jantung koroner dan korban meninggal
mencapai 343.200 jiwa.
Meski angka kematian akibat penyakit jantung koroner cukup
tinggi, tetapi pengetahuan masyarakat tentang penyakit jantung koroner
dan faktor resikonya masih sangat minim. Dalam jurnal kedokteran
muhammadiyah volume 1 tahun 2013 tentang analisa faktor resiko
penyakit jantung koroner, disimpulkan bahwa faktor resiko memegang
peranan penting dalam penanganan penyakit jantung koroner.
Peningkatan prevalensi penyakit jantung dipengaruhi oleh pola
hidup yang kurang benar antara lain: merokok,obesitas, kurang olahraga
dan stres, serta usia. Untuk mengatasi permasalahan ini diperlukan
kerjasama berbagai pihak yang dapat membantu pasien mengatasi
penyakit jantung koroner, baik itu keluarga, masyarakat dan tenaga
kesehatan. Sebagai perawat pelayanan keperawatan yang dapat kita
lakukan untuk membantu menangani penyakit jantung koroner mulai dari
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif dan dalam apliklasi pelayanan
keperawatan perlunya dilandasi dengan caring, untuk memaksimalkan
pencapaian tujuan dari pelayanan keperawatan.
B. Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui sejauh mana peran perawat dalam penanganan
penyakit jantung koroner dengan menerapkan prinsip-prinsip caring.
BAB II

Tinjauan Pustaka

A. Konsep Penyakit Jantung Koroner


Penyakit Jantung Koroner adalah penyakit jantung yang
disebabkan penyempitan arteri koroner, mulai dari terjadinya
aterosklerosis (kekakuan arteri) maupun yang sudah terjadi penimbunan
lemak pada dinding arteri koroner, baik disertai gejala klinis ataupun tanpa
gejala sekalipun. (Kabo, 2008). Penyakit ini menjadi penyebab nomor satu
kematian di dunia setiap tahunnya. Prevalensi penyakit jantung koroner di
Indonesia tahun 2013 berdasarkan diagnosis dokter sebesar 0,5%. Faktor
resiko penyakit jantung koroner yaitu kebiasaan merokok, diabetes,
obesitas, riwayat keluarga, dan usia. Penyakit jantung koroner dapat
diatasi dengan merubah pola hidup sehat. Peningkatan prevalensi PJK baik
di dunia maupun di Indonesia salah satunya disebabkan oleh masih
kurangnya pengetahuan pasien dalam menangani PJK, oleh karena itu
tenaga kesehatan diharuskan berinisiasi dalam melakukan penanganan
sedini mungkin. Kurangnya pengetahuan terhadap penyakit salah satunya
PJK akan memberikan dampak yang fatal pada seseorang karena PJK
dapat datang secara tiba – tiba dan tanpa diketahui sebelumnya terutama
pada saat umur 40 tahun.
B. Konsep Caring Menurut Jean Watson
Dalam penelitian Watson, penyakit mungkin saja teratasi dengan
upaya pengobatan. Tetapi tanpa perawatan, penyakit itu akan tetap ada dan
kondisi sehat tidak akan tercapai. Caring merupakan inti dari keperawatan
dan mengandung arti responsif antara perawat dan klien. Caring dapat
membantu seseorang lebih terkontrol, lebih berpengetahuan, dan dapat
meningkatkan kesehatan efektif, perawat memfasilitasi perasaan optimis,
harapan, dan rasa percaya.
1. Mengembangkan sensitivitas untuk diri sendiri dan orang lain :
Perawat dituntut untuk mampu meningkatkan sensitititas terhadap
diri pribadi dan orang lain serta bersikap lebih otentik.
2. Membina hubungan saling percaya dan saling bantu (helping –
trust) : cirinya yaitu harmonis, empati, dan hangat. Hubungan yang
harmonis haruslah hubungan yang dilakukan secara jujur dan
terbuka, tidak dibuat – buat.
3. Mengekspresikan perasaan positif dan negatif : Perawat harus
dipersiapkan untuk perasaan – perasaan yang negatif.
4. Proses penyelesaian masalaah caring yang kreatif : caring sebagai
suatu alat yang dapat digunakan untuk penyelesaian masalah
keperawatan.
5. Belajar – mengajar transpersonal : faktor ini membedakan caring
dari pengobatan dan perubahan tanggung jawab kepada pasien.
6. Suportif, pelindung, perbaikan mental, fisik, sosial dan lingkungan
spiritual : keperawatan harus membantu meningkatkan kemampuan
untuk menanggulangi perubahan mental, emosi, dan fisik.
7. Membantu memenuhi kebutuhan manusia : caring dilaksanakan
untuk memenuhi kebutuhan fisik, emosi, sosial dan spiritual
pasien.
8. Mengembangkan faktor kekuatan eksistensial – fenomenologis :
kedua faktor ini membantu seseorang untuk mengerti kehidupan
dan kematian. Selain itu, keduanya dapat membantu seseorang
utnuk menemukan kekuatan atau keberanian untuk menghadapi
kehidupan dan kematian. (Asmadi, 2008).
Selain elemen 10 faktor carative tersebut, ada pun
transpersonal caring relationship yaitu terjadi hubungan antara 2
individu yang terlibat yaitu perawat dan pasien. Selanjutnya caring
moment atau caring occasion yaitu ketika perawat dan pasien
bersama – sama dalam situasi yang sedemikian rupa sehingga
tercipta kepedulian untuk pasien.
BAB III

Pembahasan

A. Analisis Jurnal

Dari dua jurnal yang kelompok ambil dalam jurnal pertama dengan
judul “perceptions of patients and nurses toward nurse caring behaviors in
coronarycare unit” dijelaskan bahwa fenomena yang terjadi mengenai
sikap caring perawat untuk pasien dengan penyakit jantung koroner.
Tujuan penelitian tersebut adalah untuk mengetahui pentingnya peran
perawat dalam meningkatkan pemberdayaan pasien penyakit jantung
koroner. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif komparatif. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa sikap peduli perawat itu penting untuk
pasien jantung koroner baik secara fisik maupun teknis.
Sedangkan dari jurnal kedua dengan judul ”pemberdayaan dan
efikasi diri pada pasien jantung koroner melalui edukasi kesehatan
terstruktur” dikemukakan tentang penelitian yang dilakukan dengan tujuan
untuk mengetahui pengaruh penerapan edukasi kesehatan terhadap
pemberdayaan dan efikasi diri pada pasien jantung koroner, penelitian ini
dilakukan dengan cara membagi responden menjadi dua kelompok yaitu
kelompok kontrol dan kelompok intervensi, sebelumnya kedua kelompok
terlebih dulu diukur tingkat pemberdayaan dan efikasi diri, kemudian
kelompok kontrol dibiarkan menjalankan prosedur edukasi yang berlaku di
RS sedangkan kelompok intervensi selain di edukasi diberikan booklet
sebagai panduan untuk meningkatan pengetahuan tentang penyakit jantung
koroner dan dievaluasi oleh perawat saat kontrol. Dari hasil penelitian
disimpulkan bahwa rata-rata pemberdayaan dan efikasi dari pasien
penyakit jantung koroner meningkat setelah diberi edukasi pada kelompok
intervensi sedangkan kelompok kontrol tidak menunjukan ada
peningkatan.
B. Pembahasan

Dari kedua jurnal di atas, kelompok menganalisa bahwa fungsi dan


peran perawat (caring) sangat berperan penting dalam suatu proses
penyembuhan penyakit PJK. Karena proses penyembuhan PJK tidak
semata – mata membutuhkan pengobatan tetapi caring dari perawat sangat
dibutuhkan sebagai fasilitator penyembuhan. Namun, perawat juga harus
mempersiapkan diri baik fisik maupun mental dan pengetahuan yang lebih
tinggi dalam mengatasi masalah pasien PJK. Karena perawat tidak hanya
berhadapan dengan pasien saja, tetapi keluarga dan masyarakat lainnya.
Dengan adanya pengetahuan yang memadai, perawat dapat mengatasi
semua permasalahan pasien dan dapat menjalankan fungsi dan peran
perawat dengan baik. Sehingga pasien dapat memperoleh kesembuhan.

Pada kedua jurnal tersebut, dijelaskan bahwa perawat


melaksanakan fungsi dan peran sebagai edukator dan motivator sebagai
dasar penyembuhan pasien. Teori yang mendukung analisa kelompok
kami yaitu Teori Jean Watson yaitu :

1. Perawat bersifat holistik


2. Fokus pada perawatan bukan hanya pengobatan
3. Elemen utama yaitu :
a. 10 Carative Faktor :
1) Altruistik dan Humanis : perawat memperhatikan harkat
dan martabat pasien sehingga pasien merasa dihargai
dalam hidupnya sebagai manusia.
2) Faith – Hope : perawat memberikan dukungan atau
motivasi pada pasien secara spiritual dan emosional.
Pasien dianjurkan untuk selalu mendekatkan diri pada
Tuhan dan berusaha kuat dan tenang dalam menghadapi
penyakit yang di deritanya sehingga masalah atau
penyakitnya dapat teratasi.
3) Sensivity to self and other. (kepekaan terhadap diri
sendiri dan orang lain) : pasien mampu dan mengerti
penyakit yang dideritanya, serta pasien membantu
perawat dan keluarga dan menghadapi proses
penyembuhannya.
4) Helping Trusting, Human Care Relathionship (Menjalin
hubungan saling percaya dalam asuhan pasien/
manusia) : perawat mampu memberikan motivasi atau
dukungan sehingga pasien percaya terhadap perawat
dan mampu menghadapi sakitnya dan membantu
perawat dalam asuahan pasien sehingga perawat bisa
memotivasi, memberdayakan pasien dan memberikan
kesembuhan pada penyakitnya.
5) Expresing Positif dan Negatif Feeling (mampu
mengatasi perasaan-perasaan negatif dari pasien) :
dengan adanya kemampuan dan kesiapan dari perawat,
sehingga perawat mampu mengatasi permasalahan
pasien walaupun sulit untuk dihadapi namun masalah
dan keluhan pasien dapat dilewati dengan baik dan
penuh kesabaran.
6) Creatife Problem – Solving Caring Proses (proses
menyelesaian yang kreatif) : perawat mampu
menyelesaikan masalah pasien dengan cara memberikan
penjelasan atau pemahaman tentang sakitnya serta
memberi motivasi atau dukungan dalam menghadapi
masalah sehingga pasien dapat mengerti dan bisa
melewati permasalahan dengan kreatitas dari diri pasien
dan perawat.
7) Transpersonal Teaching – Learning : dengan adanya
edukasi dan motivasi dari perawat, pasien dapat
mengatasi keluhan/ masalah yang dihadapinya sehingga
pasien menjadi lebih kuat untuk melewati semua proses
penyembuhan dan akhirnya pasien menjadi sembuh
karena dukungan perawat, keluarga, dan lingkungan
sekitarnya.
8) Supportive, protective, and/or corrective mental,
physical, societal and spiritual environment : perawat
selalu hadir di dekat pasien untuk memberikan
dukungan baik mental dan spiritual, yang secara tidak
langsung mampu memberi penyembuhan secara fisik.

9) Human needs assistant : kehadiran perawat selain


memberikan dukungan dan perlindungan, perawat juga
membantu memenuhi kebutuhan pasien selama berada
di rumah sakit sesuai dengan tingkat ketergantungan
pasien.

10) Existential-phenomenological- spiritual forces : perawat


mengajak dan mengingatkan pasien untuk mendekatkan
diri kepada Tuhan sesuai dengan agama yang
dianutnya.

b. Transpersonal Caring Relationship.


Perawat melakukan pengkajian dengan baik dan
mendengarkan keluhan pasien tampak paksaan dari perawat
serta mendalami semua permasalahan yang dihadapi pasien
sebagai sosok yang dewasa dan membantu pasien mengatasi
permasalahan sesuai dengan kebutuhannya.
c. Caring Occasion / Caring Moment.
Perawat selalu hadir bersama dengan pasien selama proses
keperawatan hal itu ditunjukkan oleh perawat dikedua jurnal
tersebut.
Kelompok mendukung / pro karena caring perawat sangat
terbukti dalam proses penyembuhan pasien secara holistik
(biopsikososiospiritual) sesuai dengan teori Jean Watson
tentang interpersonal dan dibuktikan oleh penelitian oleh
Ferdous dan Aria Wahyuni.
BAB IV

Kesimpulan dan Saran

Keperawatan memiliki perhatian tertentu pada kebutuhan manusia


terhadap tindakan keperawatan dirinya sendiri dan kondisi serta pelaksanaannya
secara terus menerus dalam upaya mempertahankan kehidupan dan kesehatan,
penyembuhan dari penyakit jantung koroner. Keperawatan yang tidak terlepas
dari caring dalam proses pelayanan kepada pasien, menuntut seorang perawat
untuk menjadi seorang yang profesional dalam memberikan pelayanan
keperawatan selalu menggunakan pendekatan caring.

Pendekatan caring dapat memberikan peningkatan rasa keyakinan diri


untuk melakukan perubahan perilaku dalam membantu pelayanan keperawatan
terhadap pasien dengan penyakit jantung koroner. Perhatian serta kepedulian
seorang profesional atau perawat dapat membantu proses dalam mengurangi
perasaan cemas pasien.
Daftar Pustaka

Asmadi. (2008). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC.

Karbo, P. (2008). Mengungkap Pengobatan Penyakit Jantung Koroner. Jakarta:


Gramedia Pustaka Utama .

Kesehatan, D. (t.thn.). Dipetik November 8, 2016, dari Situasi Kesehatan


Jantung : www.depkkes.go.id

Omari, F. H. (2013). Perceptions of patients and nurses towards nurse caring


behaviors in coronary care units in Jordan. Journal of Clinical Nursing ,
3183 - 3191.

Wahyuni, A. R. (2014). Pemberdayaan dan Efikasi Diri Pasien Penyakit Jantung


Koroner Melalui Eduaksi Kesehatan Terstruktur. Departemen
Keperawwatan Medikal Bedah STIKes Fort De Kock .

Anda mungkin juga menyukai