Anda di halaman 1dari 8

Nama : Adi Nugroho

NIM : 20160420143

SOAL
1. Jelaskan apa yang Anda ketahui tentang sistem pemungutan pajak yang diterapkan di
Indonesia? Menurut Anda, mengapa sistem tersebut yang dipilih?

Sejak perubahan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan pada tahun


1983 (reformasi perpajakan Indonesia) menggantikan peraturan perpajakan yang dibuat
oleh kolonial Belanda (ordonansi PPs 1925 dan ordonansi PPd 1944), Indonesia telah
mengganti sistem pemungutan pajaknya pula dari sistem Official Assessment menjadi
sistem Self Assessment. Kepercayaan diberikan kepada wajib pajak untuk menghitung,
memperhitungkan, membayar, dan melaporkan sendiri jumlah pajak yang seharusnya
terutang berdasarkan peraturan perundang-undangan perpajakan. Menurut sistem
perpajakan ini, besarnya pajak yang terutang ditetapkan oleh wajib pajak. Dalam hal ini,
kegiatan menghitung, memperhitungkan, menyetorkan dan melaporkan pajak yang
terutang dilakukan oleh wajib pajak. Peran institusi pemungut pajak hanyalah
mengawasi melalui serangkaian tindakan pengawasan maupun penegakan hukum
(pemeriksaan dan penyidikan pajak).

2. Sebutkan dan jelaskan jenis-jenis Surat Ketetapan Pajak (SKP)!

Berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak,


maka akan diterbitkan suatu surat ketetapan pajak, yang dapat mengakibatkan pajak
terutang menjadi kurang bayar, lebih bayar, atau nihil. Berdasarkan pemeriksaan, jenis-
jenis ketetapan yag dikeluarkan adalah: Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB),
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
Tambahan (SKPKBT), dan Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN). Disamping itu dapat
diterbitkan pula Surat Tagihan Pajak (STP) dalam hal dikenakannya sanksi administrasi
dapat berupa denda, bunga, dan kenaikan

a. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB)


SKPLB adalah surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah kelebihan
pembayaran pajak karena jumlah kredit pajak lebih besar daripada pajak
yang terutang atau tidak seharusnya terutang. Secara sederhana, SKPLB
diterbitkan karena wajib pajak lebih membayar pajak terutang dari yang
seharusnya.
b. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB)
SKPKB adalah surat yang menentukan besarnya jumlah pokok pajak, jumlah
kredit pajak, jumlah kekurangan pembayaran pokok pajak, besarnya sanksi
administrasi, serta jumlah pajak yang masih harus dibayar. Jenis surat
ketetapan pajak ini diterbitkan dalam jangka waktu 5 tahun setelah saat
terutangnya pajak atau berakhirnya masa pajak.
c. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT)
SKPKBT adalah surat ketetapan pajak yang menentukan tambahan atas
jumlah pajak yang telah ditetapkan. Dalam pengertian sederhana, SKPKBT
merupakan koreksi atas SKP yang diterbitkan sebelumnya. Ketika wajib pajak
telah melaporkan dan membayar pajak terutang sesuai dengan nominal yang
tercantum dalam SKP, petugas pajak akan melakukan pemeriksaan kembali
pada data baru tersebut. Jika masih ditemukan adanya pajak terutang yang
kurang atau tidak dibayar oleh wajib pajak, Ditjen Pajak akan menerbitkan
SKPKBT.
d. Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN)
SKPN adalah surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah pokok pajak
sama besarnya dengan jumlah kredit pajak atau pajak tidak terutang dan
tidak ada kredit pajak. SKPN diterbitkan setelah Ditjen Pajak melakukan
pemeriksaan Surat Pemberitahuan.

3. Apa yang Anda ketahui tentang Surat Tagihan Pajak (STP)? Apa perbedaan STP
dengan SKP?

STP (Surat Tagihan Pajak) adalah surat yang dikeluarkan untuk melakukan
penagihan atas tagihan pajak atau sanksi administrasi sedangkan SKP (Surat
Ketetapan Pajak) adalah surat yang diterbitkan atas hasil pemeriksaan untuk
menetapkan bahwa wajib pajak memiliki kurang bayar, lebih bayar atau nihil yang
diakibatkan ketidakbenaran dalam mengisi SPT. Terdapat beberapa fungsi yang dapat
membedakan antara STP dengan SKP, antara lain:

Fungsi STP Fungsi SKP


Untuk melakukan koreksi fiskal atas WP
Untuk menagih koreksi jumlah pajak yang tidak memenuhi kewajiban formal
terutang menurut SPT Wajib Pajak dan materiil dalam memenuhi ketentuan
perpajakan.
Untuk menagih sanksi berupa bunga Untuk memberikan sanksi administrasi
atau denda . kepada WP yang melanggar.
Untuk mengembalikan kelebihan pajak
Untuk menginformasikan jumlah pajak
terutang dari WP

4. Apa saja perbedaan antara “pengungkapan ketidakbenaran perbuatan” yang dimaksud


dalam pasal 8 ayat (3) UU KUP dengan “pengungkapan ketidakbenaran pengisian SPT”
yang dimaksud dalam Pasal 8 ayat (4) UU KUP?

a. Pasal 8 ayat (3) UU KUP


Wajib Pajak yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38
selama belum dilakukan penyidikan, sekalipun telah dilakukan pemeriksaan dan
Wajib Pajak telah mengungkapkan kesalahannya dan sekaligus melunasi jumlah
pajak yang sebenarnya terutang beserta sanksi administrasi berupa denda sebesar
150% (seratus lima puluh persen) dari jumlah pajak yang kurang dibayar,
terhadapnya tidak akan dilakukan penyidikan. Namun, apabila telah dilakukan
tindakan penyidikan dan mulainya penyidikan tersebut diberitahukan kepada
Penuntut Umum, kesempatan untuk mengungkapkan ketidakbenaran perbuatannya
sudah tertutup bagi Wajib Pajak yang bersangkutan.

b. pasal 8 ayat (4) UU KUP


Walaupun Direktur Jenderal Pajak telah melakukan pemeriksaan tetapi belum
menerbitkan surat ketetapan pajak, kepada Wajib Pajak baik yang telah maupun
yang belum membetulkan Surat Pemberitahuan masih diberikan kesempatan untuk
mengungkapkan ketidakbenaran pengisian Surat Pemberitahuan yang telah
disampaikan, yang dapat berupa Surat Pemberitahuan Tahunan atau Surat
Pemberitahuan Masa untuk tahun atau masa yang diperiksa. Pengungkapan
ketidakbenaran pengisian Surat Pemberitahuan tersebut dilakukan dalam laporan
tersendiri dan harus mencerminkan keadaan yang sebenarnya sehingga dapat
diketahui jumlah pajak yang sesungguhnya terutang. Namun, untuk membuktikan
kebenaran laporan Wajib Pajak tersebut, proses pemeriksaan tetap dilanjutkan
sampai selesai.

5. Apa saja syarat permohonan penundaan jangka waktu penyampaian SPT Tahunan?

a. Membuat Pemberitahuan Perpanjangan SPT Tahunan secara tertulis dengan


disampaikan dalam bentuk formulir kertas atau dalam bentuk data elektronik (E-
SPT) beserta lampiran-lampirannya kepada KPP sebelum batas waktu
penyampaian SPT berakhir.
b. Dokumen harus ditandatangani oleh wajib pajak atau kuasa yang telah ditunjuk.
Apabila Pemberitahuan Perpanjangan SPT Tahunan ditandatangani oleh kuasa
wajib pajak, maka wajib dilampiri dengan Surat Kuasa Khusus.
c. Diwajibkan menyebutkan alasan perpanjangan dan melakukan penghitungan
sementara pajak terutang dalam satu Tahun Pajak yang batas waktunya
diperpanjang.

6. Jelaskan tahap-tahap proses tindakan penagihan aktif!

a. Surat Teguran
Utang pajak yang tidak dilunasi setelah lewat 7 (tujuh) hari dari tanggal jatuh
tempo pembayaran, akan diterbitkan Surat Teguran.
b. Surat Paksa
Utang pajak setelah lewat 21 (dua puluh satu) hari dari tanggal Surat Teguran
tidakdilunasi, diterbitkan Surat Paksa yang diberitahukan oleh Jurusita Pajak
dengan dibebanibiaya penagihan pajak dengan Surat Paksa . Utang pajak
harus dilunasi dalam jangkawaktu 2 x 24 jam setelah Surat Paksa diberitahukan
oleh Jurusita Pajak. Biaya penyampaian Surat Paksa yang dibebankan kepada
Wajib Pajak adalah sebesar Rp 50.000,00(lima puluh ribu rupiah).
c. Surat Sita
Utang pajak dalam jangka waktu 2 x 24 jam setelah Surat Paksa diberitahukan
olehJurusita Pajak tidak dilunasi, Jurusita Pajak dapat melakukan tindakan
penyitaan, dengandibebani biaya pelaksanaan Surat Perintah Melakukan
Penyitaan. Biaya penyampaianSurat Sita yang dibebankan kepada Wajib Pajak
adalah sebesar Rp Rp 75.000,00 (tujuhpuluh lima ribu rupiah).
d. Pengumuman Lelang
Dalam jangka waktu paling singkat 14 (empat belas) harisetelah tindakan
penyitaan,utang pajak belum juga dilunasi akan dilanjutkan dengan
pengumuman lelang melaluimedia masa.
e. Lelang
Penjualan secara lelang melalui Kantor Lelang Negara terhadap barang yang
disita,dilaksanakan paling singkat 14 (empat belas) hari setelah pengumuman
lelang. Dalam hal biaya penagihan paksa dan biaya pelaksanaan sita belum
dibayar maka akandibebankan bersamasama dengan biaya iklan untuk
pengumuman lelang dalam surat kabar, biaya biaya lain sehubungan
pemeliharaan barang, dan biaya lelang pada saat pelelangan
7. Sebutkan kriteria WP tertentu yang berhak mendapatkan SKPPKP:
a. Pasal 17C UU KUP
1) tepat waktu dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan;
2) tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak, kecuali
tunggakan pajak yang telah memperoleh izin untuk mengangsur atau
menunda pembayaran pajak;
3) Laporan Keuangan diaudit oleh Akuntan Publik atau lembaga pengawasan
keuangan pemerintah dengan pendapat Wajar Tanpa Pengecualian selama 3
(tiga) tahun berturut-turut; dan
4) tidak pernah dipidana karena melakukan tindak pidana di bidang perpajakan
berdasarkan putusan pengadilan yang telah mem
b. Pasal 17D UU KUP
Wajib Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang dapat diberikan
pengembalian pendahuluan kelebihan pembayaran pajak adalah:
1) Wajib Pajak orang pribadi yang tidak menjalankan usaha atau pekerjaan
bebas;
2) Wajib Pajak orang pribadi yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas
dengan jumlah peredaran usaha dan jumlah lebih bayar sampai dengan
jumlah tertentu;
3) Wajib Pajak badan dengan jumlah peredaran usaha dan jumlah lebih bayar
sampai dengan jumlah tertentu; atau
4) Pengusaha Kena Pajak yang menyampaikan Surat Pemberitahuan Masa
Pajak Pertambahan Nilai dengan jumlah penyerahan dan jumlah lebih bayar
sampai dengan jumlah tertentu.

8. Sebutkan hal-hal yang dapat diajukan gugatan oleh Wajib Pajak atau Penanggung
Pajak ke Badan Peradilan Pajak!
a. pelaksanaan Surat Paksa, Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan, atau
Pengumuman Lelang;
b. keputusan pencegahan dalam rangka penagihan pajak;
c. keputusan yang berkaitan dengan pelaksanaan keputusan perpajakan, selain
yang ditetapkan dalam Pasal 25 ayat (1) dan Pasal 26;
d. penerbitan Surat Keputusan Pajak atau Surat Keputusan Keberatan yang
dalam penerbitannya tidak sesuai dengan prosedur atau tata cara yang telah
diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
9. Putri adalah seorang pengusaha yang terdaftar sebagai Wajib Pajak Orang Pribadi di
KPP Pratama Sleman. Sampai dengan tanggal 31 Maret 2018, Putri belum
menyampaikan SPT Tahunan PPh OP sehingga KPP Pratama Sleman menerbitkan
Surat Teguran. Karena tidak ada tanggapan dan Putri belum juga menyampaikan SPT,
KPP Pratama Sleman melakukan pemeriksaan pajak terhadap Putri. Pada bulan
Desember 2018, KPP Pratama Sleman menetapkan Pokok PPh OP Terutang Putri
adalah sebesar Rp 500.000.000,00.
a. Apabila Putri tidak mempunyai kredit pajak, produk hukum apa saja yang
dikeluarkan oleh KPP Pratama Sleman dan berapa nilainya?

SKPKB (Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar)


1. Pokok Pajak : Rp. 500.000.000,00
2. Kenaikan (pasal 13 (3) a KUP) (50% x Pokok Pajak) : Rp. 250.000.000,00
Jumlah SKPKB : Rp. 750.000.000,00
3. STP (Surat Tagihan Pajak) (Denda Psl 7 KUP) : Rp. 100.000,00

b. Apabila Putri mempunyai kredit pajak sebesar Rp 500.000.000,00, produk hukum


apa saja yang dikeluarkan oleh KPP Pratama Sleman dan berapa nilainya?

SKPN (Surat Ketetapan Pajak Nihil)


1. Pokok Pajak : Rp. 500.000.000,00
2. Kredit Pajak : Rp. 500.000.000,00
Jumlah SKPN : Rp. 0
3. STP (Surat Tagihan Pajak) (Denda Psl 7 KUP) : Rp. 100.000,00

c. Apabila Putri mempunyai kredit pajak sebesar Rp 750.000.000,00, produk hukum


apa saja yang dikeluarkan oleh KPP Pratama Sleman dan berapa nilainya?

SKPLB (Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar)


1. Pokok Pajak : Rp. 500.000.000,00
2. Kredit Pajak : Rp. 750.000.000,00
Jumlah SKPLB : Rp. 250.000.000,00
3. STP (Surat Tagihan Pajak) (Denda Psl 7 KUP) : Rp. 100.000,00
10. PT Melati adalah sebuah perusahaan industri sarung tangan yang terdaftar sebagai
Wajib Pajak Badan di KPP Pratama Yogyakarta. Pada bulan Januari tahun 2017
dilakukan pemeriksan pajak terhadap PT Melati untuk tahun pajak 2015. Pada bulan
April 2017 PT Melati menerima Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan dengan rincian
Pokok PPh Badan Terutang sebesar Rp 1.000.000.000,00 dan sanksi administrasi
sebesar Rp 240.000.000,00.
a. Upaya apa saja yang dapat dilakukan Wajib Pajak apabila tidak menyetujui seluruh
hasil pemeriksaan yang dikeluarkan KPP Pratama Yogyakarta pada saat
pemeriksaan masih berlangsung?

Jadi Upaya apa saja yang dapat dilakukan Wajib Pajak apabila tidak menyetujui
seluruh hasil pemeriksaan yang dikeluarkan KPP Pratama Yogyakarta pada saat
pemeriksaan masih berlangsung adalah dengan cara mengajukan pembahasan
dengan Tim Quality Assurance Pemeriksaan. Tim Quality Assurance Pemeriksaan
adalah tim yang dibentuk oleh Direktur Jenderal Pajak dalam rangka membahas
hasil Pemeriksaan yang belum disepakati antara Pemeriksa Pajak dan Wajib Pajak
dalam Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan guna menghasilkan Pemeriksaan
yang berkualitas. Sesuai namanya, Tim Quality Assurance Pemeriksaan hanya
memperkuat hasil pemeriksaan. Memperkuat dasar hukum dilakukan koreksi.
Bukan pemeriksaan ulang.

b. Upaya hukum apa saja yang dapat dilakukan Wajib Pajak apabila masih tidak
menyetujui seluruhnya hasil pemeriksaan yang dikeluarkan KPP Pratama
Yogyakarta setelah pemeriksaan selesai dan terbit SKPKB?

1. Pengajuan Keberatan
Wajib Pajak yang merasa tidak puas atas ketetapan pajak yang dikenakan dan
berpendapat bahwa jumlah rugi, jumlah pajak, dan pemotongan atau
pemungutan pajak tidak sebagaimana mestinya, Wajib Pajak dapat mengajukan
keberatan. Permohonan keberatan yang diajukan harus memenuhi syarat
sesuai ketentuan perpajakan berlaku. Dalam proses keberatan Wajib Pajak juga
perlu memperhatikan ketentuan terkait pembukuan, catatan, data, informasi,
atau keterangan lain yang digunakan, untuk dapat dipertimbangkan dalam
penyelesaian keberatan. Direktur Jenderal Pajak dalam jangka waktu paling
lama 12 (dua belas) bulan sejak tanggal surat keberatan diterima harus
memberi keputusan atas keberatan yang diajukan, dan Surat Keputusan
Keberatan diterbitkan dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan sejak
jangka waktu 12 (dua belas) bulan tersebut berakhir
2. Pengajuan Banding
Apabila Wajib Pajak masih belum puas dengan Surat Keputusan Keberatan
atas keberatan yang diajukannya, maka Wajib Pajak masih dapat mengajukan
banding ke Badan Peradilan Pajak. Syarat pengajuan banding adalah:
Permohonan banding diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia dalam
waktu 3 (tiga) bulan sejak keputusan keberatan diterima dilampiri surat
Keputusan Keberatan tersebut, Terhadap 1 (satu) Keputusan diajukan 1 (satu)
Surat Banding, Pengadilan Pajak harus menetapkan putusan paling lambat 12
(dua belas) bulan sejak Surat Banding diterima. Dalam hal permohonan
banding ditolak atau dikabulkan sebagian, Wajib Pajak dikenai sanksi
administrasi berupa denda sebesar 100% (seratus persen) dari jumlah pajak
berdasarkan Putusan Banding dikurangi dengan pembayaran pajak yang telah
dibayar sebelum mengajukan keberatan.
3. Peninjauan Kembali (PK)
Apabila Wajib Pajak masih belum puas dengan Putusan Banding, maka Wajib
Pajak masih memiliki hak mengajukan Peninjauan Kembali kepada Mahkamah
Agung. Permohonan Peninjauan Kembali hanya dapat diajukan 1 (satu) kali
kepada Mahkamah Agung melalui Pengadilan Pajak. Pengajuan permohonan
PK dilakukan dalam jangka waktu paling lambat 3 (tiga) bulan terhitung sejak
diketahuinya kebohongan atau tipu muslihat atau sejak putusan Hakim
Pengadilan pidana memperoleh kekuatan hukum tetap atau ditemukannya bukti
tertulis baru atau sejak putusan banding dikirim. Mahkamah Agung mengambil
keputusan dalam jangka waktu 6 (enam) bulan sejak permohonan PK diterima.

c. Sanksi apa yang dikenakan kepada Wajib Pajak apabila upaya hukum
sebagaimana dimaksud dalam huruf (b) tersebut ditolak/tidak dikabulkan?

Dalam hal permohonan banding ditolak atau dikabulkan sebagian, Wajib Pajak
dikenai sanksi administrasi berupa denda sebesar 100% (seratus persen) dari
jumlah pajak berdasarkan Putusan Banding dikurangi dengan pembayaran pajak
yang telah dibayar sebelum mengajukan keberatan.

Anda mungkin juga menyukai