Disusun Oleh:
Faris Almajid
1702103
DIII KEPERAWATAN
STIKES MUHAMMADIYAH KLATEN
2019/2020
KONTRAK BELAJAR
Nama : Faris Almajid
Nim : 1702103
Pembimbing : Daryani, S.Kep.,Ns.,M.Kep
Tujuan Indikator Strategi Sumber Waktu
Dengan berakhirnya Untuk mencapai target Strategi Dalam praktik belajar Untuk menjaga agar saya mencapai
PBL diruang ICU tersebut saya akan: pembelajaran klinik mahasiswa akan melaksanakan waktu sebagai
RSUD Sukoharjo Melakukan studi pustaka sebagai berikut: menunjukan berikut:
diharapkan mahasiswa Merawat dan mengelola Melakukan kemampuan mahasiswa Minggu 1:
mampu: pasien dalam kondisi kritis Diskusi Bedside dalam mengelola pasien Mencari pasien yang diharapkan
Mengelola dan dengan bimbingan dari Teaching dengan dalam kondisi kritis dan melakukan pengkajian
Pembimbing melalui:
melakukan asuhan pembimbing klinik Memperoleh target kompetensi
Akademik dan
keperawatan pada Melakukan diskusi dengan Pembimbing Mempresentasikan berdasarkan kondisi kritis
pasien dalam kondisi pembimbing pada pre dan lahan. laporan pendahuluan Minggu 2:
kritis post conference tentang Melakukan kepada pembimbing Mencari pasien yang diharapkan
Mampu mencapai kasus kelolaan observasi serta klinik/akademik dan melakukan pengkajian
target kompetisi Mengoptimalkan pengkajian pasien Menyusun laporan Mempresentasikan laporan
ketrampilan yang bimbingan dari Melakukan pre kasus kelolaan pendahuluan dan kasus kelolaan
dan post
telah dilakukan pembimbing klinik maupun Memperoleh target kelompok
conference
berdasarkan keadaan pembimbing lahan dalam kompetensi sesuai Memperoleh target kompetensi
Melakukan ronde
pasien dalam kondisi penyusunan laporan keperawatan ketentuan berdasarkan kondisi kritis
kritis
Klaten, 8 Juni 2020
Pembimbing Akademik Mahasiswa
A. Pengertian
Kraniotomi adalah mencakup pembukaan tengkorak melalui pembedahan
untuk meningkatkan akses pada struktur intrakranial. Prosedur ini dilakukan untuk
menghilangkan tumor, mengurangi TIK, mengevakuasi bekuan darah dan mengontrol
hemoragi. (Brunner and Suddarth).
B. Etiologi
Penyebab cedera kepala ada 2, yaitu:
1. Bersifat terbuka: menembus melalui dura meter (peluru, pisau)
2. Bersifat tertutup: trauma tumpul, tanpa penetrasi menembus dura (kecelakaan lalu
lintas, jatuh, cedera olahraga).
C. Manifestasi Klinik
1. Perubahan dan kesadaran/perubahan perilaku.
2. Gangguan penglihatan dan berbicara.
3. Mual dan muntah.
4. Pusing.
5. Keluar cairan cerebro spinal dari lubang hidung dan telinga.
6. Hemiparese.
7. Terjadi peningkatan intrakranial.
D. Patofisiologi
Trauma kepala (trauma eraniocerebral) dapat terjadi karena cedera kulit
kepala, tulang kepala, jaringan otak, baik terpisah maupun seluruhnya. Beberapa
variabel yang mempengaruhi luasnya cedera kepala adalah sebagai berikut:.
1. Lokasi dan arah dari penyebab benturan.
2. Kecepatan kekuatan yang datang
3. Permukaan dari kekuatan yang menimpa
4. Kondisi kepala ketika mendapat penyebab benturan
Cedera bervariasi dari luka kulit yang sederhana sampai geger otak. Luka
terbuka dari tengkorak ditandai kerusakan otak. Luasnya luka bukan merupakan
indikasi berat ringannya gangguan. Pengaruh umum cedera kepala dari tingkat ringan
sampai tingkat berat adalah edema otak, defisit sensori dan motorik, peningkatan intra
kranial. Kerusakan selanjutnya timbul herniasi otak, isoheni otak dan hipoxia.
Cedera pada otak bisa berasal dari trauma langsung atau tidak langsung pada
kepala. Trauma tidak langsung disebabkan karena tingginya tahanan atau keluaran
yang merobek terkena pada kepala akibat menarik leher. Trauma langsung bila kepala
langsung terluka. Semua ini berakibat terjadinya akselerasi-deselerasi dan
pembentukan rongga (dilepasnya gas, dari cairan lumbal, darah, dan jaringan otak).
Trauma langsung juga menyebabkan rotasi tengkorak dan isinya, rusaknya otak oleh
kompresi, goresan atau tekanan.
Cedera akselerasi terjadi bila kepala kena benturan dari objek yang bergerak
dari objek yang bergerak dan menimbulkan gerakan. Akibat dari kekuatan akselerasi,
kikiran atau kontusi pada lobus oksipital dan frontal, batang, otak dan cerebelum dapat
terjadi.
Perdarahan akibat trauma cranio cerebral dapat terjadi pada lokasi-lokasi
tersebut: kulit kepala, epidural, subdural, intracerebral, intraventricular. Hematom
subdural dapat diklasifikasi sebagai berikut:
1. Akut: terjadi dalam 24 jam sampai 48 jam.
2. Subakut: terjadi dalam 48 jam sampai 2 minggu.
3. Kronis: terjadi setelah beberapa minggu atau bulan dari terjadinya cedera.
Perdarahan intracerebral biasanya timbul pada daerah frontal atau temporal.
Kebanyakan kematian cedera kepala akibat edema yang disebabkan oleh kerusakan
dan disertai destruksi primer pusat vital. Edema otak merupakan penyebab utama
peningkatan TIC. Klasifikasi cedera kepala:
1. Conscussion/comosio/memar
Merupakan cedera kepala tertutup yang ditandai oleh hilangnya kesadaran,
perubahan persepsi sensori, karakteristik gejala: sakit kepala, pusing, disorientasi.
2. Contusio cerebri
Termasuk didalamnya adalah luka memar, perdarahan dan edema. Dapat terlihat
pada lobus frontal jika dilakukan lumbal pungkri maka lumbal berdarah.
3. Lacertio cerebri
Adanya sobekan pada jaringan otak sehingga dapat terjadi tidak sarah/pingsan,
hemiphagia, dilatasi pupil.
E. Pathway
Idiopatik
Tumor Otak
Aspirasi sekresi
Obstruksi jalan Resti, cidera Perubahan proses pikir
Bradikardi progresif, hipertensi sitemik, Hernialis ulkus
nafas
gangguan pernafasan Bicara terganggu,
Dispnea
afasia
Henti nafas Ancaman kematian Menisefalon tekanan
Gangguan
komunikasi verbal
Mual muntah, papileodema, pandangan kabur,
Gangguan Gangguan
cemas penurunan fungsi pendengaran, nyeri kepala
pertukaran gas kesadaran
F. Pemeriksan Penunjang
1. CT Scan (tanpa/dengan kontras)
Tujuan: mengidentifikasi adanya sol, hemoragik, menentukan ukuran ventrikuler,
pergeseran jaringan otak.
Catatan: pemeriksaan berulang mungkin diperlukan karena pada iskemia/infark
mungkin tidak terdeteksi dalam 24-72 jam pasca trauma.
2. MRI (Magnetic Resonance Imaging)
3. Angiopati Serebral
Tujuan: menunjukkan kelainan sirkulasi cerebral, seperti pergeseran jaringan otak
akibat edema, perdarahan, trauma.
G. Komplikasi
1. Edema cerebral
2. Perdarahan epidural
Yaitu: penimbunan darah di bawah dura meter. Terjadi secara akut dan
biasanya karena perdarahan arteri yang mengancam jiwa.
3. Perdarahan subdural
Perdarahan subdural dapat terjadi akibat perdarahan lambat yang disebut
perdarahan subdural sub akut, secara cepat (subdural akut) dan sangat besar
(subdural kronik).
4. Perdarahan intracranial
Yaitu perdarahan di dalam otak itu sendiri. Dapat terjadi pada cedera kepala
tertutup yang berat, atau yang lebih sering, cedera kepala terbuka. Dapat timbul
akibat pecahnya suatu ancorisma atau stroke hemoragik. Perdarahan di otak
menyebabkan peningkatan TIC, sehingga sel-sel dan vaskuler tertekan.
5. Hypovolemik syok
6. Hydrocephalus
7. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit (SIADH atau Diabetes Insipidus)
8. Gangguan perfusi jaringan sehubungan dengan tromboplebitis. Tromboplebitis
post operasi biasanya timbul 7-14 hari setelah operasi. Bahaya
besar tromboplebitis timbul bila darah tersebut lepas dari dinding
pembuluh darah vena dan ikut aliran darah sebagai emboli ke paru-paru, hati,
dan otak. Pencegahan tromboplebitis yaitu latihan kaki post operasi, ambulatif
dini.
9. Infeksi
Infeksi luka sering muncul pada 36 – 46 jam setelah operasi. Organisme yang
paling sering menimbulkan infeksi adalah stapylococus auereus, organism garam
positif stapylococus mengakibatkan pernanahan. Untuk menghindari infeksi luka
yang paling penting adalah perawatan luka dengan memperhatikan aseptic dan
antiseptic.
10. Kerusakan integritas kulit sehubungan dengan dehisensi luka atau
eviserasi. Dehisensi luka merupakan terbukanya tepi-tepi luka. Eviserasi luka
adalah keluarnya organ-organ dalam melalui insisi. Faktor penyebab dehisensi
atau eviserasi adalah infeksi luka, kesalahan menutup
waktu pembedahan.
H. Penatalaksanaan Keperawatan
1. Mengurangi komplikasi akibat pembedahan
2. Mempercepat penyembuhan
3. Mengembalikan fungsi pasien semaksimal mungkin seperti sebelum
operasi.
4. Mempertahankan konsep diri pasien
5. Mempersiapkan pasien pulang
J. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan luka insisi.
2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka insisi.
3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan gygiene luka yang buruk
4. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan perdarahan
5. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan post operasi.
6. Pola nafas inefektif berhubungan dengan efek anastesi
7. Bersihan jalan nafas inefektif berhubungan dengan penumpukan secret
8. Perubahan pola eliminasi urine berhubungan dengan efek anastesi
9. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual muntah.
K. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Criteria Hasil /
No Intervensi Keperatan Rasionalisasi
Keperawatan Tujuan
1. Gangguan Tujuan: Kaji nyeri, catat Berguna dalam
rasa nyaman Setelah dilakukan lokasi, karakteristik, pengawasan
nyeri b.d luka tindakan keperawatan, skala (0-10). Selidiki keefektifan obat,
insisi diharapkan rasa nyeri dan kemajuan
dapat teratasi atau laporkan perubahan penyembuhan.
tertangani dengan baik. nyeri dengan tepat. Perubahan pada
Kriteria hasil: Pertahankan posisi karakteristik nyeri
Melaporkan rasa istirahat semi fowler. menunjukkan
nyeri hilang atau Dorong ambulasi terjadinya abses.
terkontrol. dini Mengurangi tegangan
Mengungkapkan Berikan kantong es abdomen
metode pemberian pada abdomen yang bertambah
menghilang rasa Berikan analgesic dengan posisi
nyeri. sesuain indikasi telentang.
Mendemonstrasikan Meningkatkan
penggunaan teknik normalisasi fungsi
relaksasi dan organ, contoh
aktivitas hiburan merangsang
sebagi penghilang peristaltic dan
rasa nyeri kelancaran flatus, dan
menurunkan
ketidaknyamanan
abdomen.
Menghilangkan dan
mengurangi nyeri
melelui penghilangan
ujung saraf catatan:
jangan lakukan
kompres panas karena
dapat menyebabkan
kongesti jaringan.
Menghilangkan nyeri
mempermudah kerja
sama dengan
intervensi terapi lain.
2. Kerusakan Tujuan: Kaji dan catat Mengidentifikasi
integritas Setelah dilakukan ukuran, warna, terjadinya komplikasi.
kulit b.d luka tindakan keperawatan, keadaan luka, dan Merupakan tindakan
insisi diharapkan pasien tidak kondisi sekitar luka. protektif yang dapat
mengalami gangguan Lakukan kompres mengurangi nyeri.
integritas kulit. basah dan sejuk atau Memungkinkan
Kriteria hasil: terap irendaman. pasien lebih bebas
Menunjukkan Lakukan perawatan bergerak dan
penyembuhan luka luka dan hygiene meningkatkan
tepat waktu. sesudah mandi, lalu kenyamanan pasien.
Pasien menunjukkan keringkan kulit Mempercepat
perilaku untuk dengan hati-hati. proses penyembuhan
meningkatkan Berikan prioritas dan rehabilitasi
penyembuhan dan untuk meningkatkan pasien,
mencegah komplikasi. kenyamanan pasien.
DAFTAR PUSTAKA
A.K. Muda, Ahmad. 2003. Kamus Lengkap Kedokteran Edisi Revisi. Jakarta:
Gitamedia Press.
Carpenito, Lynda Juall RN.1999. Diagnosa dan Rencana Keperawatan Ed 3. Jakarta:
Media Aesculappius.
Purnawan Ajunadi, Atiek S.seomasto, Husna Ametz,(1982). Kapita Selekta
Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius
Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta : EGC
ASUHAN KEPERAWATAN
A. BIODATA PASIEN
Nama : Ny. W
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan :
Pekerjaaan :
Usia : 62 Tahun
Status Pernikahan :
No RM :
Diagnosa Medis : Post Craniotomy
Tanggal Masuk RS :
Alamat :
C. PENGKAJIAN PRIMER
Airways (jalan nafas)
Sumbatan:
( ) Benda asing ( ) Broncospasme ( ) Darah
(√ ) Sputum ( ) Lendir
Bunyi nafas:
(√ ) Ronchi ( ) Creakless ( ) Wheezing
Breathing (pernafasan)
Sesak dengan:
( ) Aktivitas ( ) Tanpa aktivitas (√ ) Menggunakan otot tambahan
Frekuensi: 32 x/mnt
Irama:
( ) Teratur (√ ) Tidak
Kedalaman:
( ) Dalam (√ ) Dangkal
Reflek batuk:
(√ ) Ada ( ) Tidak
Batuk:
( ) Produktif (√ ) Non Produktif
Sputum:
(√ ) Ada ( ) Tidak
Warna: Kuning
Konsistensi: Kental
Circulation (Sirkulasi)
Sirkulasi perifer:
Nadi: 120 x/mnt
Irama:
( ) Teratur (√ ) Tidak
Denyut:
( ) Lemah (√ ) Kuat ( ) Tdk Kuat
TD: 200/100 mmHg
Ekstremitas:
(√ ) Hangat ( ) Dingin
Warna kulit:
( ) Cyanosis (√ ) Pucat ( ) Kemerahan
Nyeri dada:
(√ ) Ada ( ) Tidak
Karakterisrik nyeri dada:
( ) Menetap (√ ) Menyebar ( ) Seperti ditusuk-tusuk
( ) Seperti ditimpa benda berat
Capillary refill:
(√ ) < 3 detik ( ) > 3 detik
Edema:
(√ ) Ya ( ) Tidak
Lokasi edema:
( ) Muka ( ) Tangan
( ) Tungkai ( ) Anasarka
Disability
( ) Alert/perhatian
( ) Voice respons/respon terhadap suara
( ) Pain respons/respon terhadap nyeri
( ) Unrespons/tidak berespons
( ) Reaksi pupil
Eksposure/Environment/Event
1. Pemeriksaan seluruh bagian tubuh terhadap adanya jejas dan perdarahan:
Terdapat perdarahan di lobus temporalis dextra dengan edema serebri
2. Pemeriksaan penunjang yang telah dilakukan :
Pemeriksaan CT-Scan
Ro Thorax : cardiomegali
EKG : sinus tachycardia
3. Event/penyebab kejadian :
Mempunyai riwayat hipertensi 10 tahun yang lalu
D. PENGKAJIAN SEKUNDER
1. Keluhan utama (bila nyeri = OPQRST)
Klien mengalami penurunan kesadaran
2. Alergi terhadap obat, makanan tertentu
Pasien tidak ada alergi terhadap obat maupun makanan
3. Medikasi/Pengobatan terakhir
Pasien jarang melakukan pemeriksaan rutin
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Data Bed site monitor
TD : 200/100 mmHg
N : 120 x/menit
RR : 32 x/menit
S : 37 C
2. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan
Leukosit 12,66 /ul 3,8 – 10,6
GDS 141 Mg/dl 70 – 105
Eosinofil 0,4 % 2,0 – 4,0
Neotrofil 86,6 % 50 – 70
Limfosit 6,9 % 25 – 40
3. Pemeriksaan CT Scan
Dari hasil CT-Scan terdapat pendarahan di lobus dextra dengan edema cerebri.
4. Pemeriksaan Thoraks
Dari hasil RO Thorax cardiomegali.
5. Pemeriksaan Lain-lain
Pemeriksaan EKG sinus tachycardi.
N SYMPTOM ETIOLOGI PROBLEM
F. OTERAPI MEDIS
1 DS : - Akumulasi Ketidakefektifan
No Nama Dosis Manfaat
DO : secret yang bersihan
1. Inj. Ceftriaxone 2 x1gram Mengobati infeksi bakteri
2. Inj.Klien
Piracetam
tampak sesak
1 gr/12jam
nafas berlebih
meningkatkanjalan nafasfungsi
RR : 32x/menit kognitif, mioklonus serta
Terdapat retraksi dinding dada dapat mengatasi kedutan
Terpasang ET (Endotrakeal) pada otot, disleksia, vertigo,
Terdengar suara ronkhi. dan cidera kepala.
3. Inj. Citicolyn 500 mg/12jam Mempercepat masa
DS : - Perdarahan
pemulihan
Otak akibat
Ketidakefektifan
stroke
4. Inj. Manitol 4 x 125cc
DO : perfusi
Mengurangi tekanan dalam
Kesadaran : Somnolen jaringan
kepala akibat pmbengkakan
KU : lemah cerebral
otak
5. Terdapat perdarahan
Catapres dilobus
300 mg dalam NaCL Menurunka tekanan darah
temporalis dextra dengan edema
50cc/syringpump tinggi, krisis hipertensi,
cerebri. membantu mencegah
Terapi obat yang diberikan : stroke,serangan jantung, dan
Inj. Citicolin 500mg/12 jam masalah ginjal
6. Infus
Inj.NaCl 20tpmjam
Piracetam 1gr/12 Mengantikan cairan tubuh
Inj. Catapres 300mg yang hlang
Inj. Manitol 125 cc
G. ANALISA DATA
TD : 180/110 mmHg
N : 128 x/menit
Ds : Penurunan Hambatan
Do : kekuatan otot Mobilitas Fisik
Klien mengalami penurunan
kesadaran
Kesadaran : Somnolen
GCS : 8 E:2 M:4 V:2
Pasien tampak lemah
H. DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN PRIORITASNYA
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d akumulasi secret berlebih
2. Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral b.d perdarahan otak
3. Hambatan mobilitas fisik b.d penurunan kekuatan otot
I. RENCANA KEPERAWATAN
No Dx Tujuan (NOC) Intervensi (NIC) Rasional
1. Ketidakefektifan Setelah dilakukan 1. Observasi tingkat 1. Mengetahui status
bersihan jalan tindakan keperawatan kesadaran pasien dan kesadaran dan jalan
nafas b.d selama 1x7 jam monitor adanya nafas pasien
akumulasi secret diharapkan pola nafas akumulasi secret dan 2. Mengetahui keadaan
berlebih kembali efektif warnanya di jalan napas umum pasien dan
1. Pasien tampak tidak (ET dan mulut) menentukan tindakan
sesak 2. Monitor status selanjutnya
2. RR dalam batas pernapasan klien dan 3. Posisi yang nyaman
normal auskultasi suara nafas dapat mengurangi sesak
3. Tidak ada suara klien nafas
napas tambahan 3. Atur posisi pasien 4. Membantu agar suplai
4. Suara napas kembali senyaman mungkin O2 terpenuhi
normal (vesikuler) (Pertahankan posisi
Irama napas kembali head of bed 30-45)
normal 4. Kolaborasi dalam
pemberian O2 sesuai
dengan indikasi
J. EVALUASI
NO HARI/ JAM EVALUASI Ttd
DX TGL
1 Rabu 23 15.00 S:-
Juni
2020 O:
- Ny.W masih tampak sesak
- RR 32 x/m
- Suara nafas ronchi
- Irama nafas tidak teratur
- Terpasang ET
P : lanjutkan intervensi
- Monitor adanya sekret
- Pertahankan ET
- Berikan posisi 30 – 45
2 Rabu 24 15.00 S:-
Juni
2020 O:
- Pasien mengalami penurunan kesadaran
- GCS : E 2, V 2, M 4 = 8
- Vital sign
- TD : 180/110 mmHg
- N : 128 x/menit
- RR : 32 x/menit
- S : 36 C
P : Lanjutkan intervensi
- TTV tiap 2 jam sekali
- Pertahankan lingkungan yang tenang
3 Rabu 24 15.00 S: -
Juni
2020 O:
- Kemampuan Otot bertambah
- Tidak terjadi kontraktur sendi pada tangan
kiri dan kaki kiri. Adanya kontraktur sendi
pada tangan dan kaki sebelah kanan
- Pasien menunjukan tindakan untuk
meningkatkan mobilitas
P : Lanjutkan intervensi
- Latih ROM
- Kolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk
latihan fisik klien