Anda di halaman 1dari 4

NAMA :SITI MARYAM

NIM :1911100035
MATA KULIAH :PEMBELAJARAN ABK

TERAPI OKUPASI
Terapi Okupasi adalah bentuk layanan kesehatan kepada masyarakat atau pasien yang mengalami
gangguan fisik dan atau mental dengan menggunakan latihan/aktivitas mengerjakan sasaran yang
terseleksi(okupasi) untuk meningkatkan kemandirian individu pada area aktivitas kehidupan sehari-
hari, produktivitas dan pemanfaatan waktu luang dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat.Tujuan utama dari Okupasi Terapi adalah memungkinkan individu untuk berperan serta
dalam aktivitas keseharian. Okupasi terapis mencapai tujuan ini melalui kerja sama dengan
kelompok dan masyarakat untuk meningkatkan kemampuan mereka untuk terlibat dalam aktivitas
yang mereka inginkan, butuhkan, atau harapkan untuk dikerjakan, serta dengan mengubah aktivitas
atau lingkungan yang lebih baik untuk mendukung keterlibatan dalam aktivitas.

Dalam memberikan pelayanan kepada individu, okupasi terapi memerhatikan aset (kemampuan)
dan limitasi (keterbatasan) yang dimiliki individu, dengan memberikan aktivitas
yang purposeful (bertujuan) dan meaningful (bermakna). Dengan demikian diharapkan individu
tersebut dapat mencapai kemandirian dalam aktivitas produktivitas (pekerjaan/pendidikan),
kemampuan perawatan diri (self care), dan kemampuan penggunaan waktu luang (leisure).

Sejarah Okupasi Terapi di Indonesia


Pelayanan okupasi terapi di Indonesia dimulai sekitar tahun 1970 dipelopori oleh dua orang okupasi
terapis. Mereka adalah Bapak Harry Siahaan yang lulus dari Selandia Baru dan Bapak Joko Susetyo
yang lulus dari Australia. Bapak Harry memulai pelayanan okupasi terapi di kesehatan jiwa dan
beliau merupakan pelopor pelayanan okupasi terapi di kesehatan jiwa. Sedangkan Bapak Joko
mendirikan pelayanan okupasi terapi di Rumah Sakit Ortopedi di Solo dan beliau merupakan pelopor
pelayanan okupasi terapi di gangguan fisik. Setelah itu, mereka berdua mengelola pelatihan okupasi
terapi asisten di rumah sakit besar di Indonesia. Selama tahun 1970 – 1997, pelayanan okupasi
terapi di rumah sakit dilakukan oleh okupasi terapi asisten. Beberapa okupasi terapis dari luar negeri
seperti dari Amerika Serikat, Inggris, dan Belanda juga datang ke Indonesia untuk memberikan
pelatihan untuk okupasi terapi asisten di beberapa rumah sakit.

Pada tahun 1989, empat orang dosen dari Akademi Okupasi Terapi Surakarta dikirim ke Universitas
Alberta, Kanada untuk meraih Sarjana Okupasi Terapi dengan dibiayai The Canadian International
Developmental Agency. Mereka adalah Tri Budi Santoso, Bambang Kuncoro, Dedy Suhandi, dan
Khomarun. Mereka berempat menjadi staf inti Akademi Okupasi Terapi Surakarta. Proyek lainnya
termasuk persiapan jurusan okupasi terapi pertama di Indonesia, kunjungan ke rumah sakit dan
pembuat kebijakan yang berkaitan dengan okupasi terapi, pelatihan kurikulum okupasi terapi,
penyediaan buku okupasi terapi dan peralatan laboratorium okupasi terapi. Akademi Okupasi Terapi
Surakarta, Indonesia didirikan pada tahun 1994. Pada tahun 1997, mahasiswa okupasi terapi
angkatan pertama lulus dan sebagian besar dari mereka langsung bekerja. Pada tahun 2000, jurusan
okupasi terapi disetujui oleh WFOT. Departemen Okupasi Terapi Fakultas Rehabilitasi Medik
Universitas Alberta sampai sekarang membantu jurusan okupasi terapi di Sukarta. Saat ini akademi
okupasi terapi di Surakarta bergabung dengan Polteknik Kesehatan Surakarta (Poltekkes Surakarta)
di bawah pengawasan Kementerian Kesehatan dan Jurusan Okupasi Terapi di Poltekkes Surakarta
menyelenggarakan Program Diploma 4 Okupasi Terapi. Semenjak pendirian akademi okupasi terapi
di Surakarta banyak mahasiswa okupasi terapi Kanada melakukan praktik klinik di Indonesia, yang
memperkaya pengalaman budaya mereka dari budaya Indonesia. Sebelumnya, beberapa mahasiswa
okupasi terapi dari Belanda juga melakukan praktik klinik di Indonesia.

Proyek internasional dengan Ikatan Okupasi Terapi Jepang dirintis oleh Profesor Tsuyoshi Sato dari
Departemen Okupasi Terapi Universitas Sapporo. Tujuan proyek ini untuk meningkatkan
keterampilan akademik staf pengajar Akademi Okupasi Terapi Surakarta. Dua staf pengajar Bapak
Bambang Kuncoro dan Bapak Khomarun diundang ke Jepang untuk meningkatkan pengalaman klinis
di beberapa rumah sakit di Jepang selama tiga bulan. Proyek ini didanai oleh Japan International
Cooperation Agency (JIMTEF).

Program okupasi terapi kedua didirikan di Jakarta pada tahun 1997 di Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, tetapi saat ini bergabung dengan Program Vokasi Universitas Indonesia
Jakarta.

Jumlah keseluruhan okupasi terapis di Indonesia pada saat ini sekitar 1000 orang dan kebanyakan
mereka bekerja di sektor swasta seperti klinik dan rumah sakit swasta. Akibat tingginya permintaan
kondisi tumbuh kembang, 60% okupasi terapis di Indonesia bekerja pada area tumbuh kembang.
Bekerja dengan orang tua yang memiliki anak berkebutuhan khusus akan memahami pekerjaan
okupasi terapi. Jika dibandingkan dengan jumlah penduduk Indonesia yang sekitar 240 juta orang,
jumlah okupasi terapis di Indonesia jauh dari cukup untuk memberikan pelayanan okupasi terapi ke
seantero negeri. Kebutuhan okupasi terapis di Indonesia pada saat ini sangat tinggi, namun banyak
rumah sakit dan klinik yang tidak memiliki okupasi terapis. Banyak okupasi terapi yang bekerja paruh
waktu di beberapa rumah sakit swasta atau untuk memenuhi permintaan okupasi terapi.
Kebanyakan okupasi terapis bekerja di Pulau Jawa, sementara lainnya bekerja di pulau lain seperti
Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Bali dan Irian.

Di masa depan, pengajar okupasi terapi dengan gelar magister dan doktor dibutuhkan untuk
mendirikan lebih banyak sekolah okupasi terapi sehingga sekolah tersebut akan mampu
menghasilkan lebih banyak okupasi terapis untuk memberikan pelayanan okupasi terapi ke seantero
negeri.

Aneka Layanan Terapi Okupasi


Orang yang mengalami gangguan kesehatan sehingga tidak mampu melakukan aktivitas
sehari-hari, bisa mempertimbangkan terapi okupasi sebagai salah satu langkah pengobatan.
Melalui terapi ini, pasien akan dilatih sehingga dapat menjadi lebih mandiri.

Sebelum diputuskan menjalani terapi okupasi, dokter akan mengidentifikasi terlebih dahulu
sejauh mana kesulitan pasien dalam menjalani kegiatan sehari-hari dan menentukan
diagnosis penyakit yang menyebabkan pasien mengalami hambatan fisik, mental, atau
sosial.

Bila kegiatan sehari-hari, seperti berpakaian atau makan, sulit dilakukan tanpa bantuan
orang lain, maka terapi okupasi bisa menjadi jalan keluar. Orang yang mengalami
keterbatasan fisik, mental, dan penurunan kemampuan kognitif karena faktor usia atau
penyakit tertentu juga disarankan menjalani terapi ini.

Seperti Apa Layanan Terapi Okupasi?


Jenis terapi okupasi yang diberikan akan disesuaikan dengan usia, pekerjaan atau aktivitas
sehari-hari, dan kebutuhan pasien. Layanan terapi okupasi biasanya mencakup ketiga hal
berikut:

Evaluasi yang bersifat individual


Pada evaluasi individual, pasien, keluarga pasien, dan dokter akan bersama-sama
menentukan apa yang hendak dicapai melalui terapi ini. Dokter juga akan menentukan
diagnosis penyakit yang menyebabkan pasien membutuhkan terapi okupasi.

Perencanaan intervensi
Setelah itu, dokter akan menentukan jenis terapi dan latihan sesuai kebutuhan pasien.
Fokus terapi dan latihan yang diberikan adalah untuk memampukan pasien kembali
beraktivitas secara mandiri, misalnya mencuci, memasak, dan berpakaian tanpa bantuan
orang lain.

Evaluasi hasil
Evaluasi dilakukan untuk memastikan bahwa hasil terapi okupasi sesuai dengan tujuan yang
telah ditetapkan pada awal terapi. Evaluasi ini juga dibutuhkan untuk membuat rencana
tindakan lain jika diperlukan, agar hasil terapi bisa menjadi lebih baik.

Terapi okupasi dilakukan di bawah pengawasan dokter spesialis rehabilitasi medis. Dokter


spesialis ini akan mendampingi pasien selama terapi, memberikan rekomendasi alat bantu
sesuai kebutuhan pasien, serta mengajarkan cara penggunaannya. Dokter juga akan
memberikan pengarahan kepada anggota keluarga dan pengasuh untuk mendampingi dan
merawat pasien di rumah.

Siapa yang Membutuhkan Terapi Okupasi

Tujuan utama terapi okupasi adalah membuat kualitas hidup pasien menjadi lebih baik.
Terapi okupasi secara khusus dibutuhkan oleh:

Orang yang sedang menjalani pemulihan dan kembali bekerja setelah mengalami cedera
yang berhubungan dengan pekerjaan.

Orang yang menderita gangguan fisik dan mental sejak lahir.

Orang yang secara tiba-tiba menderita kondisi kesehatan serius, seperti stroke, serangan
jantung, cedera otak, atau phantom limb syndrome setelah menjalani amputasi.

Orang yang menderita penyakit kronis, seperti radang sendi, atau penyakit paru obstruktif
kronik (PPOK).

Orang dengan gangguan mental atau masalah perilaku, seperti penyakit Alzheimer,


autisme, atau ADHD, gangguan stres pascatrauma, penyalahgunaan obat-obatan terlarang,
atau gangguan makan.
Selain untuk orang dewasa, terapi ini juga bisa diberikan pada anak-anak yang menderita
kondisi tertentu, seperti:

Sindrom Down
Terapi okupasi bisa dilakukan kepada anak yang mengalami sindrom Down. Kondisi ini
muncul akibat adanya kelainan genetik yang menyebabkan gangguan dalam perkembangan
fisik dan mental, sehingga mengakibatkan kesulitan dalam belajar.

Cerebral palsy
Kondisi lain yang juga memerlukan terapi okupasi adalah cerebral palsy, yaitu
sebuah kelainan pada otak dan sistem saraf, sehingga gerakan dan koordinasi tubuh anak
menjadi tidak normal.

Dispraksia
Terapi okupasi juga bisa dilakukan kepada anak yang mengalami dispraksia, di mana terjadi
gangguan pada gerakan dan kemampuan koordinasi tubuh.

Ketidak mampuan belajar


Anak-anak yang mengalami kesulitan belajar, misalnya karena masalah tumbuh kembang,
juga memerlukan terapi okupasi.
Anak-anak dengan kebutuhan khusus ini biasanya akan dipandu oleh dokter, psikolog,
terapis, serta guru di sekolah, dalam belajar dan melakukan aktivitas sehari-hari, seperti
membaca, menulis dan menjaga kebersihan tubuh (mandi dan menyikat gigi). Tujuannya
adalah agar mereka dapat hidup secara mandiri di kemudian hari.

Apabila ada anggota keluarga atau teman yang memiliki kondisi di atas, maka tidak ada
salahnya jika Anda menyarankan kepada mereka untuk menjalani terapi okupasi. Untuk
mendapatkan terapi ini, Anda perlu berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu.

Anda mungkin juga menyukai