Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN AKHIR

BAB I
PENDAHULUAN
1

Dalam bab ini menguraikan secara singkat tentang latar belakang, tujuan dan sasaran, lingkup
perencanaan, landasan hukum dan sistematika pembahasan dalam Penyusunan Masterplan
Pembangunan Puskesmas Pembantu Wonorejo UPTD Puskesmas Banyuputih.

1.1 LATAR BELAKANG


Kesehatan merupakan faktor penting untuk pengembangan wilayah. Hal ini
dikarenakan kesehatan menjadi tolah ukur kesejahteraan masyarakat suatu wilayah.
Masyakat yang memiliki indikator kesehatan baik atau di atas rata-rata termasuk
masyarakat yang memiliki sumber daya manusia yang baik. Masyarakat yang sehat akan
mampu bekerja dengan lebih baik dibandingkan mereka yang tidak sehat.
Kesehatan menjadi perhatian khusus Kabupaten Situbondo. Hal ini dapat dilihat
pada visi dan misi Kabupaten Situbondo Tahun sesuai dengan RPJMD Kabupaten
Situbondo 2016 - 2021. Visi Kabupaten Situbondo adalah terwujudnya masyarakat
Situbondo yang madani, mandiri, serta lebih beriman, sejahtera, dan berkeadilan.
Misi Kabupaten Situbondo adalah mewujudkan SDM yang beriman, berkualitas,
berprestasi, dan aktif dalam pembangunan; mewujudkan perekonomian yang stabil berbasis
potensi lokal; meningkatkan kualitas hidup yang sehat, sejahtera, dan berkeadilan;
mengembangkan sumber daya alam yang memiliki daya dukung terhadap pembangunan;
memantapkan kualitas infrastruktur yang mendukung pemenuhan hak dasar dan
pertumbuhan ekonomi; serta meningkatkan tata kelola yang baik dalam penyelenggaraan
pelayanan.
Visi dan misi RPJMD dapat dikategorikan ke dalam dua dimensi pembangunan
yaitu dimensi utama pembangunan (sumber daya manusia dan sosial budaya) dan dimensi
pendukung pembangunan (birokrasi, ekonomi, dan infrastruktur). Kedua jenis

Masterplan Pembangunan Puskesmas Pembantu Wonorejo UPTD Puskesmas Banyuputih 1-1


LAPORAN AKHIR

pembangunan tersebut menghasilkan sembilan agenda pembangunan Prioritas (Nawa Cita)


Kabupaten Situbondo Tahun 2016 – 2025, yaitu:
1) Memperkuat kulturisasi keagamaan dalam rangka melakukan revolusi mental dan
memperteguh kemajemukan masyarakat Situbondo
2) Membangun masyarakat Situbondo yang sehat dan berjiwa sosial yang bergerak
menuju berkurangnya kemiskinan, permasalahan sosial serta bencana
3) Meningkatkan kualitas sumber daya manusia masyarakat Situbondo dengan
pendidikan berkarakter melalui pendidikan formal, pendidikan agama, dan
pendidikan tinggi
4) Mewujudkan kawasan strategis yang cepat tumbuh dan berdaya saing melalui
peningkatan infrastruktur
5) Meningkatkan kualitas hidup masyarakat melalui pemanfaatan teknologi informasi
6) Menguatkan kawasan penyangga second city untuk mengurangi disparitas wilayah
7) Mewujudkan kemandirian ekonomi masyarakat Situbondo dengan pengembangan
destinasi pariwisata, pusat inovasi bidang pertanian, peternakan, dan perikanan
serta peningkatan produktivitas lahan
8) Mewujudkan reformasi birokrasi menuju tata kelola pemerintahan yang baik
(good and clean governance)
9) Mendekatkan pelayanan publik yang efektif dan efisien kepada masyarakat/
Berdasarkan poin-poin agenda pembangunan prioritas di atas, dapat diketahui
bahwa membangun masyarakat Situbondo yang sehat adalah salah satu agenda
pembangunan penting. Untuk membangun masyarakat yang sehat maka diperlukan
peningkatan pelayanan fasilitas kesehatan, penyediaan pangan yang memadai, pemenuhan
gizi, dan lain-lain.
Derajat kesehatan suatu wilayah dapat digambarkan dengan empat indikator, yaitu
kematian (mortalitas), angka kesakitan (morbiditas), angka harapan hidup, dan status gizi.
Salah satu indikator kesehatan, yaitu angka kematian di Kabupaten Situbondo seiring
waktu fluktuatif dan mengalami kenaikan dan penurunan. Namun demikian, angka tersebut
masih lebih rendah dibandingkn target MDG’s. Salah satunya adalah Angka Kematian Ibu
(AKI). Nilai AKI rata-rata berada pada kisaran 142 sampai dengan 211 per 10.000
penduduk pada kurun waktu tahun 2010 – 2014, sedangkan target MDGs adalah 102 per
10.000 penduduk. Tingginya AKI ini dikarenakan beberapa hambatan, yaitu:

Masterplan Pembangunan Puskesmas Pembantu Wonorejo UPTD Puskesmas Banyuputih 1-2


LAPORAN AKHIR

1) Keterbatasan tenaga SPOG di rumah sakit, 1 orang SPOG melayani satu


kabupaten dan Jumlah SPOG yang terbatas menjadi masalah tersendiri karena
ketika rujukan dini berencana sudah dilaksanakan dan SPOG tidak di tempat
karena rujukan dilakukan di luar jam kerja atau hari libur
2) Dua RS pemerintah yang tidak memiliki tenaga terlatih dan sarana prasarana yang
kurang lengkap sehingga tidak semua kasus kegawat daruratan Obestetri dan
Neonatal bisa tertangani
3) Sebagian puskesmas PONED belum mampu PONED karena Tim yang dilatih
dimutasi serta kurangnya sarana prasarana
4) Biaya persalinan rujukan (kompilkasi di RS) yang tidak terjangkau oleh
masyarakat sehingga Keterlambatan keluarga dlm mengambil keputusan.
5) Beberapa Puskesmas belum mampu melaksanakan ANC terpadu dikarenakan
keterbatasannya jumlah dokter umum dan kurangnya kerjasama lintas program
dalam skrening HIV bumil.
6) Masih kurangnya peralatan penunjang dalam pelayanan ANC (Tensimeter air
raksa, alat pengukur BB dengan TB serta alat pemeriksaan kadar HB quick)
sehingga Pelayanan ANC belum maksimal
7) Belum semua bidan mengikuti pelatihan (APN, Kegawat daruratan Obstetri dan
Neonatal, Managemen Asfiksia, MTBS, Managemen BBLR, DDTK) Karena
keterbatasan dana APBD
8) Sebagian wilayah terpencil dengan kondisi geografis yang sulit sehingga terjadi
keterlambatan dalam penanganan kegawat daruratan maternal perinatal
9) Sosial budaya masyarakat yang merugikan kesehatan (ibu hamil dilarang periksa
pada tribulan awal)
10) Masih ada 12 desa yang belum ada bidan PTT/ PNS sehingga Pelayanan belum
optimal
11) Masih ada bidan wilayah yang tidak berdomisili
Sarana pelayanan kesehatan baik pemerintah maupun swasta di Kabupaten
Situbondo meliputi 4 rumah sakit umum, 10 balai pengobatan/ klinik, 1 rumah bersalin, 17
puskesmas, 63 puskesmas pembantu, 86 ponkesdes, dan 30 puskesmas keliling (Profil
Kesehatan Kabupaten Situbondo, 2014). Puskesmas sendiri merupakan ujung tombak
pelayanan kesehatan sampai tingkat kecamatan. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya,

Masterplan Pembangunan Puskesmas Pembantu Wonorejo UPTD Puskesmas Banyuputih 1-3


LAPORAN AKHIR

jumlah puskesmas di Kabupaten Situbondo sebanyak 17 puskesmas yang terdiri dari 12


puskesmas perawatan dan 5 puskesmas non perawatan yang tersebar di 17 kecamatan.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2014 tentang
Pusat Kesehatan Masyarakat, pusat kesehatan masyarakat (PUSKESMAS) adalah fasilitas
pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya
kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan
preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah
kerjanya. Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan untuk mencapai
tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam rangka mendukung terwujudnya
kecamatan sehat. Kegiatan pokok yang dilakukan puskesmas antara lain adalah KIA,
Keluarga Berencana, usaha perbaikan gizi, kesehatan lingkungan, pencegahan dan
pemberantasan penyakit menular, pengobatan termasuk pelayanan darurat kecelakaan,
penyuluhan kesehatan masyarakat, kesehatan sekolah, kesehatan olahraga, perawatan
kesehatan masyarakat, kesehatan dan keselamatan kerja, kesehatan gigi dan mulut,
kesehatan jiwa, kesehatan mata, laboratorium sederhana, pencatatan laporan dalam rangka
sistem informasi kesehatan, kesehatan usia lanjut, dan pembinaan pengobatan tradisional.
Puskesmas sendiri harus didirikan pada setiap kecamatan, dan dalam kondisi
tertentu setiap kecamata dapat mendirikan lebih dari 1 puskesmas. Kondisi tersebut
ditetapkan berdasarkan pertimbangan kebutuhan pelayanan, jumlah penduduk, dan
aksesibilitas. Pendirian puskesmas harus memenuhi persyaratan lokasi, bangunan,
prasarana, perlatan kesehatan, ketenagaan, kefarmasian, dan laboratorium.
Rasio puskesmas terhadap penduduk di Kabupaten Situbondo tahun 2014 sebesar
2.56 per 100.000 penduduk, artinya setiap 100.000 penduduk dilayani oleh 2-3 Puskesmas
atau 1 (satu) Puskemas melayani 39.104 penduduk. Kondisi tersebut menunjukan bahwa
jumlah puskesmas di Kabupaten Situbondo masih kurang dari target nasional, yakni 1
(satu) Puskesmas rata-rata melayani 30.000 penduduk.
Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka perlu adanya perencanaan dengan
kajian Koordinasi Penyusunan Masterplan Kesehatan Kabupaten Situbondo yang dilandasi
konsep dasar yang sesuai dan berorientasi kesejahteraan masyarakat. Sebagai aspek legal
berbagai dokumen utama perlu dibuat terkait dengan pengembangan pelayanan kesehatan
dan pengembangan fisik bangunan yang dibuat dengan studi kelayakan yang berkualitas.

Masterplan Pembangunan Puskesmas Pembantu Wonorejo UPTD Puskesmas Banyuputih 1-4


LAPORAN AKHIR

1.2 MAKSUD, TUJUAN DAN SASARAN


Maksud dari kegiatan pekerjaan Koordinasi Penyusunan Masterplan Kesehatan
Kabupaten Situbondo ini adalah dasar dalam memberikan alternatif rencana tapak yang
sesuai dengan konsep dasar karakteristik fisik dan sosial pengguna PUSKESMAS. Secara
khusus, maksud dan tujuan dari Koordinasi Penyusunan Masterplan Kesehatan Kabupaten
Situbondo ini adalah:
1) Mengidentifikasi ketersediaan dan kebutuhan sarana prasarana kesehatan yang
memadai sesuai SPM (standar pelayanan minimum) untuk PUSKESMAS.
2) Membuat alternatif desain tapak/ siteplan yang terperinci sebagai dasar dalam
pembangunan lingkungan PUSKESMAS.

Sasaran dari kegiatan ini adalah menghasilkan Koordinasi Penyusunan Masterplan


Kesehatan Kabupaten Situbondo dalam meningkatkan ketersediaan serta mutu layanan
kesehatan secara menyeluruh dan berkompeten.

1.3 RUANG LINGKUP


Ruang Lingkup Penyusunan Masterplan Pembangunan Puskesmas Pembantu
Wonorejo UPTD Puskesmas Banyuputih meliputi :
1.3.1 Ruang Lingkup Wilayah
Lingkup Wilayah dalam Kegiatan Pekerjaan Masterplan Pembangunan Puskesmas
Pembantu Wonorejo UPTD Puskesmas Banyuputih adalah Wilayah Administrasi
Kabupaten Situbondo Provinsi Jawa Timur khususnya berada di Desa Wonorejo
Kecamatan Banyuputih.
1.3.2 Ruang Lingkup Materi
1) Tahap Persiapan
Berikut adalah beberapa tahap persiapan yang akan dilakukan, yaitu:
a) Penyusunan jadwal pekerjaan, rincian peralatan serta rincian personil
b) Mengadakan koordinasi dengan pihak pemberi proyek tentang pengukuran
lahan yang telah ditentukan
c) Persiapan data-data pendukung lain yang diperlukan
d) Inventarisasi peta-peta yang ada kaitannya dengan pekerjaan dimaksud,
diantaranya termasuk peta topografi wilayah studi. Inventarisasi data

Masterplan Pembangunan Puskesmas Pembantu Wonorejo UPTD Puskesmas Banyuputih 1-5


LAPORAN AKHIR

koordinat titik acuan terdekat atau titik acuan yang diarahkan oleh pihak
proyek.
e) Pembentukan forum diskusi dengan pihak terkait sebagai wadah untuk
menggali respon, aspirasi publik dan peran serta masyarakat serta sebagai
bahan rumusan dan metodologi
2) Tahap Penyusunan Laporan Pendahuluan
Laporan pendahuluan berisi pendahuluan, tinjauan kebijakan, gambaran umum,
ruang lingkup pekerjaan, mobilisasi tenaga kerja dan jadwal kegiatan. Laporan Pendahuluan
harus disusun sebelum pelaksanaan survey dan diserahkan setelah proses diskusi dengan
Tim Teknis dan atau Pengguna Jasa untuk menyamakan persepsi atas beberapa hal antara
lain metode studi dan metode analisa.
Berikut adalah tahap penyusunan laporan pendahuluan yang akan dilakukan, yaitu
sebagai berikut:
a) Penyusunan metodologi, rencana, dan program kerja
b) Studi literatur, yaitu mencari referensi kegiatan/penelitian sejenis yang dapat
dijadikan masukan yang dapat diterapkan pada pekerjaan ini.
c) Mobilisasi tenaga ahli dan pelaporan
3) Tahap Pengumpulan Data
Kegiatan ini meliputi kegiatan survei dan kompilasi data yang pada intinya adalah
proses inventarisasi dan kompilasi data-data primer dan sekunder.
Data yang diperlukan meliputi aspek fisik maupun aspek nonfisik. Aspek nonfisik
berupa aspek sosial berhubungan dengan fungsi ruang, karakter pengguna ruang, dan jenis
aktivitas yang dilakukan. Sedangkan aspek fisik menyangkut tentang bentuk, sirkulasi
ruang, flora-fauna, iklim, suara/bunyi-bunyian, dan lain-lain. Berikut adalah kegiatan
pengumpulan data yang perlu dilakukan dalam pekerjaan ini:
a) Melaksanakan survey pendahuluan untuk mendapatkan gambaran kondisi
jaringan / utilitas eksisting.
b) Melaksanakan survey topografi.
c) Pendataan lokasi secara menyeluruh dan terperinci
d) Survey data instansional
e) Pendataan kebutuhan bangunan dan lahan bagi perencanaan
4) Tahap Analisa

Masterplan Pembangunan Puskesmas Pembantu Wonorejo UPTD Puskesmas Banyuputih 1-6


LAPORAN AKHIR

Data yang sudah terkumpul dianalisa terhadap berbagai aspek dan faktor yang
turut berperan sehingga dapat diketahui masalah, kendala, potensi, serta kerawanan dari
tapak/lahan tersebut.
Berbagai kendala yang menjadi hambatan dicarikan alternatif penanggulangan yang
terbaik. Potensi yang ada dimanfaatkan dan dikembangkan, sedangkan bagian tapak yang
rawan jangan digganggu supaya tidak menjadi rusak atau terpelihara keamanannya.
Analisis yang dilakukan mengacu Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang
Penataan Ruang terkait analisis lahan, bangunan dan kelengkapan prasarana dan sarana
rincian ruang pembelajaran umum program keahlian. Adanya dukungan dari pihak terkait
misalnya dari Dinas Kesehatan Kabupaten Situbondo yaitu dalam bentuk penyediaan lahan
dan sarana prasarana kesehatan. Hasil analisis akan dijadikan berbagai kemungkinan untuk
dapat merencanakan lokasi lingkungan tapak yang fungsional dan estetis sehingga
memberikan ketenangan dan kenyamanan bagi pengguna.
Tahapan ini meliputi:
a) Rencana Tata Ruang dalam peta skala 1 : 1.000, yang meliputi :
 Rancangan Tata Guna Lahan (TGL)
 Rancangan struktur tata ruang / sistem sirkulasi kawasan
 Rancangan peletakan bangunan dan fasilitas
 Rancangan tata hijau dan landscaping kawasan, termasuk furniture taman,
signage dan elemen estetika
 Rancangan utilitas kawasan
 Dasar/konsep Perancangan
b) Basic Design (Pra-Rancangan Arsitektural) yang meliputi :
 Gambar Denah, Tampak, Potongan
 Gambar Perspektif/3D
 Penyusunan kriteria teknis, rujukan material, cara membangun, pilihan
teknologi sebagai design requirement untuk penyusunan rancangan yang
lebih detail
c) Rancangan Pentahapan Pembangunan
5) Tahap Laporan Akhir
Hasil analis dijadikan sebagai bahan acuan untuk dikembangkan sebagai input
untuk mendapatkan recana tapak sesuai dengan program yang diinginkan. Hasil dari tahap

Masterplan Pembangunan Puskesmas Pembantu Wonorejo UPTD Puskesmas Banyuputih 1-7


LAPORAN AKHIR

ini berupa alternatif-alternatif rencana penggunaan ruang dengan berbagai kekuatan dan
kelemahannya.
Menentukan pilihan terhadap alternatif yang akan menjadi rencana desain tapak/
siteplan. Alternatif pilihan dapat berupa satu alternatif atau kombinasi dari beberapa
alternatif pra perencanaan.
Laporan Akhir memuat antara lain hasil akhir Koordinasi Penyusunan Masterplan
Kesehatan Kabupaten Situbondo. Laporan Akhir terdiri atas:
a) Konsep pengembangan perencanaan tapak
b) Alternatif-alternatif siteplan rencana penggunaan ruang dengan pembahasan
masing-masing kelebihan dan kekurangan
c) Penentuan/rekomendasi alternatif terbaik dengan menggunakan teknik
scoring dan tahapan prioritas pembangunan
d) Ringkasan hasil kajian baik latar belakang, analisa maupun kesimpulan
e) Album peta berisi eksisting, rencana, orientasi perencanaan, arahan
peruntukan, desain tapak, siteplan dan konsep/desain yang berkaitan, dengan
model ilustrasi 2D dan 3D dengan sudut pandang tapak atas maupun bird
view.
1.4 LANDASAN HUKUM
Dasar hukum yang digunakan sebagai landasan pekerjaan Koordinasi Penyusunan
Masterplan Kesehatan Kabupaten Situbondo ini adalah:
1) Undang-undang No 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung.
2) Undang-undang No 26 Tahun 2007, tentang Penataan Ruang.
3) Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
4) Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
5) Peraturan Pemerintah No 35 tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksana Undang-
undang No 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung.
6) Peraturan Pemerintah No 6 tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik
Negara/Daerah.
7) Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2000 Tentang Kewenangan Pemerintah
8) Peraturan Pemerintah No 99 Tahun 1996 tentang Pelaksanaan Hak dan
Kewajiban serta Bentuk dan Tata Cara Peran Serta Masyarakat dalam Penataan
Ruang

Masterplan Pembangunan Puskesmas Pembantu Wonorejo UPTD Puskesmas Banyuputih 1-8


LAPORAN AKHIR

9) Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2013 tentang Ketelitian Peta Rencana


Tata Ruang
10) Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan Tanah
11) Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 73 Tahun 2011 Tentang
Pembangunan Bangunan Gedung Negara.
12) Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1457/Menkes/SK/X/2003 tentang Standar
Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten Kota
13) Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 128/Menkes/SK/II/2004 tentang Kebijakan
Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat
14) Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 856/Menkes/SK/X/2009 tentang Standar
Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit
15) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 29/PRT/M/2006 tentang Pedoman
Persyaratan Teknis Bangunan Gedung.
16) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 45/PRT/M/2007 tentang Pedoman
Teknis Pembangunan Bangunan Gedung Negara.
17) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan
Masyarakat
18) Peraturan Daerah No. 9 Tahun 2013 Tentang RTRW Kabupaten Situbondo
19) Peraturan Daerah Kabupaten Situbondo No.7 Tahun 2015 tentang Anggaran
Pendapatan Belaja Daerah Tahun 2016;

1.5 SISTEMATIKA PEMBAHASAN


Sistematika Pembahasan laporan Pendahuluan Penyusunan Masterplan Pembangunan
Puskesmas Pembantu Wonorejo UPTD Puskesmas Banyuputih sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang latar belakang Penyusunan Masterplan Pembangunan
Puskesmas Pembantu Wonorejo UPTD Puskesmas Banyuputih, tujuan dan sasaran, ruang
lingkup wilayah dan materi, landasan hukum serta sistematika pembahasan.
BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN
Bab ini menguraikan tentang tinjauan kebijakan mengenai Pusat Kesehatan
Masyarakat dan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Situbondo
BAB III GAMBARAN UMUM

Masterplan Pembangunan Puskesmas Pembantu Wonorejo UPTD Puskesmas Banyuputih 1-9


LAPORAN AKHIR

Bab ini menguraikan tentang Tinjauan Wilayah Kabupaten Situbondo tentang Letak
Geografis dan Administrasi, Karakteristik Fisik Dasar, Kependudukan, Penggunaan Lahan,
Profil Sarana, Profil Jaringan Prasarana
BAB IV ANALISA KEBUTUHAN LOKASI
Bab ini berisi tentang analisi lokasi tapak, analisis pelaku kegiatan, analisis kebutuhan
ruang, analisis bangunan dan analisis sirkulasi dalam penyusunan Masterplan Pembangunan
Puskesmas Pembantu Wonorejo UPTD Puskesmas Banyuputih.
BAB V ANALISA KELAYAKAN
Bab ini mendeskripsikan tentang analisa kelayakan Penyusunan Masterplan
Pembangunan Puskesmas Pembantu Wonorejo UPTD Puskesmas Banyuputih yang terdiri
dari aspek teknis, aspek planologi, aspek hukum, aspek lingkungan, aspek sumber daya
dalam Penyusunan Masterplan Pembangunan Puskesmas Wonorejo UPTD Puskesmas
Banyuputih.
BAB VI KONSEP RENCANA
Bab ini mendeskripsikan tentang konsep rencana Penyusunan Masterplan
Pembangunan Puskesmas Pembantu Wonorejo UPTD Puskesmas Banyuputih yang terdiri
dari Konsep perencanaan bangunan, rencana tapak bangunan, konsep perencanaan utilitas,
konsep ekonomi dalam Penyusunan Masterplan Pembangunan Puskesmas Pembantu
Wonorejo UPTD Puskesmas Banyuputih

Masterplan Pembangunan Puskesmas Pembantu Wonorejo UPTD Puskesmas Banyuputih 1-10

Anda mungkin juga menyukai