Oleh:
Diah Ayu Utami dan Erinda Lamonti Program Studi Hukum, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
Universitas Tidar
Abstrak
Hak cipta merupakan kekayaan intelektual di bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra yang
mempunyai peranan strategis dalam mendukung pembangunan bangsa dan memajukan kesejahteraan
umum sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Maraknya kasus pembajakan yang banyak ditemui dalam berbagai bidang seni dan sastra, seakan
menjadi budaya yang sulit dihilangkan dalam kehidupan masyarakat. Pada Pasal 40 ayat (1) huruf a
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta, buku adalah salah satu
ciptaan yang dilindungi oleh Hak Cipta. Penelitian ini termasuk jenis penelitian hukum normatif untuk
mengetahui dan mengkaji bagaimana maraknya fotokopi buku dan membeli buku bajakan merupakan
tindakan melanggar peraturan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak
Cipta. Pentingnya hak ekonomi yang dimiliki pencipta diatur dalam Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta. Sehingga peraturan yang ada mengenai
perlindungan hak cipta atas karya buku yang di miliki oleh seorang pencipta hanya dituliskan dalam
sebuah Undang-Undang Hak Cipta tanpa adanya tindakan yang tegas dari penegak hukum dan
pelaksanaan yang nyata dalam pemasaran buku di masyarakat supaya tidak terjadinya pelanggaran
hak cipta.
Kata kunci : Fotocopy Buku, Hak Ekonomi, Pelanggaran Hak Cipta
PENDAHULUAN
Pada dasarnya manusia lahir dimuka pengetahuan, seni, dan sastra yang mempunyai
bumi ini dibekali suatu hal penggali potensi peranan strategis dalam mendukung
dalam dirinya. Potensi inilah disebut potensi pembangunan bangsa dan memajukan
intelektual pengembangan inovasi dalam suatu kesejahteraan umum sebagaimana diamanatkan
masyarakat. Sehingga setiap manusia memiliki oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik
bakat dalam berbagai bidang diantaranya ilmu Indonesia Tahun 1945. Konsep hak cipta di
pengetahuan, seni, maupun sastra. Hal ini dapat Indonesia merupakan terjemahan dari konsep
menyebabkan seseorang untuk memiliki hak Copyright dalam bahasa Inggris, dalam Bahasa
cipta dalam setiap karyanya. Indonesia secara harfiah dapat diartikan dengan
Istilah hak cipta diutarakan oleh Prof. hak salin.
Soetan Moch Syah, menurut beliau terjemahan Pada dasarnya ada beberapa elemen
dari Auteursrecht adalah hak cipta, tetapi untuk dalam hak cipta diantaranya adalah Pencipta.
penyerderhanaan dan kepraktisan disingkat Pencipta adalah seorang atau beberapa orang
menjadi hak cipta. 1 Hak cipta merupakan secara bersama-sama atas inspirasinya
kekayaan intelektual di bidang ilmu melahirkan suatu ciptaan berdasarkan
1
Eddy Damian, 1999, “Hukum Hak Cipta Perlindungannya Terhadap Buku serta
menurut beberapa Konvensi Internasional, Perjanjian Perbitannya”, Bandung, PT Alumni,
Undang-Undang Hak Cipta 1997 dan hlm. 111 dan 112.
Hak Cipta Pembajakan Buku (Diah, Erinda)131
kemampuan pikiran, imajinasi, cekatan, seakan menjadi budaya yang sulit dihilangkan
keterampilan atau keahlian yang dituangkan dalam kehidupan masyarakat. Memang tidak
dalam bentuk yang khas dan bersifat pribadi. dapat dipungkiri keberadaan tempat fotokopi
Kedua adalah Pemegang Hak Cipta. Pemegang memberikan banyak manfaat. Selain
hak cipta merupakan pencipta sebagai pemilik menguntungkan secara ekonomi (baik bagi
hak cipta, atau pihak penerima hak tersebut dari masyarakat maupun tukang fotokopi sebagai
pencipta bahkan dapat disebut pihak lain mata pencaharian). tempat-tempat ini juga
penerima lebih lanjut hak dari pihak penerima menolong pengadaan buku-buku lama bagi
hak tersebut. Terakhir adalah Ciptaan. Ciptaan pelajar yang sudah tidak diproduksi lagi.
adalah hasil setiap karya pencipta dalam bentuk Fotokopi buku pelajaran seringkali dilakukan
khas dan menunjukkan keasliannya dalam oleh pelajar karena harganya jauh lebih murah
lapangan ilmu pengetahuan, seni, dan sastra. daripada buku asli.
Dalam sejarahnya, terdapat dua konsep Dalam perspektif sosiologi hukum,
hak cipta yang saling mempengaruhi apabila buku dianggap sebagai subsistem dalam
diantaranya : Pertama, konsep Copyrights masyarakat yaitu suatu himpunan nilai-nilai,
berkembang di Inggris dan negara-negara kaidah-kaidah dari pola perikelakuan berkisar
penganut sistem Common Law. Kedua, konsep pada kebutuhan-kebutuhan pokok manusia dan
Droit d’Auteur yang berkembang di Perancis saling mempengaruhi, maka ada tiga komponen
dan negara-negara penganut sistem Civil Law.2 dasar yang saling berhubungan dan
Konsep Copyrights adalah konsep dasar hak mempengaruhi. Ketiga komponen tersebut
cipta lebih menekankan perlindungan hak-hak adalah peraturan perundang-undangan Hak
penerbit dari tindakan penggandaan buku tidak Cipta yaitu Undang-Undang Hak Cipta, dan
sah. Sedangkan konsep Droit d’Auteur lebih aparat penegak hukum diantaranya polisi, jaksa,
ditekankan pada perlindungan atas hak-hak hakim serta masyarakat dalam hal ini adalah
pengarang dari tindakan yang dapat merusak pengguna buku dan karya tulis. Di Indonesia,
reputasinya.3 Konsep ini didasarkan pada aliran upaya memperbanyak buku dengan cara
hukum alam, yang menyatakan bahwa suatu dicetak, difotokopi atau cara lain tanpa
karya cipta adalah perwujudan tertinggi (alter mendapat izin tertulis dari penerbit buku terkait.
ego) dari pencipta dan pencipta mempunyai hak Maka pihak tersebut secara langusng ataupun
alamiah untuk memanfaatkan ciptaannya. tidak langsung disebut pembajak.
Oleh sebab itu, buku sebagai salah satu Problematika terjadi saat ini kiranya
hasil karya cipta manusia tidak luput dari perlu adanya langkah konkret dari pemerintah
adanya pelanggaran, maka dari itu diperlukan untuk mencari solusinya. Upaya dengan
perlindungan hukum. Peringkat pembajakan di membeli hak cipta atas buku dan memberikan
Indonesia, khususnya Hak Cipta, menempati akses secara luas untuk kepentingan pendidikan
urutan ketiga terbesar di dunia. merupakan solusi paling masuk akal. Akan
Semakin majunya informasi dan tetapi, upaya ini tidak cukup digalakan oleh
teknologi, membuat kasus pembajakan semakin masyarakat saja. Pada akhirnya, langkah-
banyak terjadi dan mengalami peningkatan langkah secara ilegal ditempuh dengan
sangat tajam setiap tahunnya. Pembajakan melakukan penggandaan buku sehingga
seakan-akan sudah menjadi budaya dan sulit menguntungkan pengusaha fotokopi.
untuk diatasi, khususnya di Indonesia. Hak cipta di Indonesia diatur dalam
Maraknya kasus pembajakan banyak Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28
ditemui dalam berbagai bidang seni dan sastra, Tahun 2014 tentang Hak Cipta. Dalam Undang-
2 3
Kesowo Bambang, Pengantar Umum Jurnal Denny Kusmawan, Perlindungan Hak Cipta
Mengenai Haki Di Indonesia, Makalah, Atas Buku, hlm. 138
Jogjakarta, 1994, hlm. 10
Hak Cipta Pembajakan Buku (Diah, Erinda)132
Undang ini, Pencipta atau Pemegang Hak Cipta murah daripada buku asli. Apakah tindakan
berhak atas hak eksklusif, dimana mereka ini melanggar hak cipta?
berhak untuk mengatur penggunaan hasil karya 2. Upaya apa yang dilakukan untuk mengatasi
atau hasil oleh gagasan atau informasi tertentu. masyarakat sehingga berpendapat bahwa
Disebutkan dalam pasal 3 ayat (1) Undang- fotokopi buku dan membeli buku bajakan
Undang Hak Cipta yakni “Hak Cipta dianggap merupakan kegiatan tidak melanggar
benda bergerak”. Sehingga dapat diartikan hukum dengan adanya peraturan termuat
bahwa hak cipta dapat dijadikan objek jaminan dalam Pasal 40 ayat (1) huruf a Undang-
untuk kelangsungan hidup. Undang Republik Indonesia Nomor 28
Perlindungan hak cipta tidak diberikan Tahun 2014 tentang Hak Cipta di Pasar?
kepada ide atau gagasan karena karya cipta
harus memiliki bentuk khas, bersifat pribadi dan TUJUAN
menunjukkan keaslian sebagai ciptaan yang
lahir berdasarkan kemampuan, kreativitas, atau 1. Untuk mengetahui dan mengkaji
keahlian sehingga ciptaan dapat dilihat, dibaca, bagaimana maraknya fotokopi buku dan
bahkan didengar. Namun dalam kenyataannya, membeli buku bajakan merupakan tindakan
hak cipta telah diatur dalam suatu Undang- melanggar peraturan Undang-Undang
Undang, tetap saja dilanggar dan seolah Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014
dikesampingkan keberadaannya. tentang Hak Cipta.
Dalam Pasal 40 ayat (1) huruf a 2. Untuk mengetahui dan mengkaji
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 pentingnya hak ekonomi yang dimiliki
Tahun 2014 tentang Hak Cipta, buku adalah pencipta diatur dalam Undang-Undang
salah satu ciptaan yang dilindungi oleh Hak Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014
Cipta : (1) Ciptaan yang dilindungi meliputi tentang Hak Cipta.
Ciptaan dalam bidang ilmu pengetahuan, seni, 3. Untuk mengkaji solusi yang dapat
dan sastra, terdiri atas : (a) Buku, pamflet, ditempuh dalam kasus pelanggaran tentang
perwajahan karya tulis yang diterbitkan, dan hak cipta yang marak terjadi.
semua hasil karya tulis lainnya. 4 Masyarakat
seolah tidak menyadari keberadaan Undang- TINJAUAN PUSTAKA
Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun
2014 tentang Hak Cipta, bahkan pemerintah dan 1. Tinjauan Umum Hak cipta
aparat penegak hukum yang terkait, seolah Hak cipta sejak awal kemunculannya selalu
membiarkan pelanggaran akan hak cipta terjadi berkaitan dengan perkembangan teknologi.
begitu saja di masyarakat. Istilah hak cipta yang dikenal sekarang
merupakan padanan istilah dari Copyright yang
RUMUSAN MASALAH riwayatnya dimulai dengan ditemukannya
mesin cetak pada tahun 1436 di Eropa. Mesin
Berdasarkan latar belakang masalah yang ini mempermudah perbanyakan karya-karya
diuraikan oleh penulis, permasalahan yang akan tulis yang ada pada saat itu dalam jumlah besar.
dibahas pada penelitian ini ialah : Diperkirakan bahwa sebelum mesin cetak
1. Bagaimana perlindungan hak ekonomi ditemukan, jumlah buku yang beredar di Eropa
pencipta atau pemegang hak cipta buku hanya ribuan, namun hanya dalam waktu 50
yang dibajak dan diperjual belikan?
Bukankah fotokopi buku seringkali
dilakukan karena harganya jauh lebih
4
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta
Hak Cipta Pembajakan Buku (Diah, Erinda)133
tahun, jumlah tersebut meningkat hingga 10 juta modifikasi Ciptaan, atau hal yang bersifat
buku.5 merugikan kehormatan diri atau reputasinya.
Untuk melindungi hak intelektual pencipta Diperjelas lagi dengan Pasal 5 Ayat (2) yang
yang memiliki gagasan atau sebuah ide yang berbunyi “Hak moral sebagaimana dimaksud
dituangkan dalam karyanya, maka pemerintah pada ayat (1) tidak dapat dialihkan selama
Indonesia mengeluarkan peraturan perundang- Pencipta masih hidup, tetapi pelaksanaan hak
undangan supaya tidak terjadi banyak tersebut dapat dialihkan dengan wasiat atau
penyimpangan di dalam masyarakat. Peraturan sebab lain sesuai dengan ketentuan peraturan
yang mengatur tentang hak intelektual terdapat perundang-undangan setelah Pencipta
dalam Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 meninggal dunia.”
tentang Hak Cipta, undang-undang tersebut Sedangkan yang dimaksud dengan Hak
sudah tidak sesuai dengan perkembangan Ekonomi disebutkan dalam Pasal 8 yang
hukum dan kebutuhan masyarakat. Sehingga berbunyi “Hak ekonomi merupakan hak
diganti dengan Undarng-Undang yang baru eksklusif Pencipta atau Pemegang Hak Cipta
yakni Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014. untuk mendapatkan manfaat ekonomi atas
Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun Ciptaan.” Ditekankan dalam Pasal 9 ayat (1)
2014, didalam Pasal 1 angka 1 berbunyi, “Hak Pencipta atau Pemegang Hak Cipta
Cipta adalah hak eksklusif pencipta yang timbul sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 memiliki
secara otomatis berdasarkan prinsip deklaratif hak ekonomi untuk melakukan:
setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk a. Penerbitan Ciptaan;
nyata tanpa mengurangi pembatasan sesuai b. Penggandaan Ciptaan dalam segala
dengan ketentuan peraturan perundang- bentuknya;
undangan.” Mengingat implementasi dari Pasal c. Penerjemahan Ciptaan;
5 ayat (1), Pasal 20, Pasal 28 C ayat (1), dan d. Pengadaplasian, pengaransemenan,
Pasal 33 Undang-Undang Dasar Negara pentransformasian Ciptaan; atau
Republik Indonesia Tahun 1945. e. Pendistribusian Ciptaan atau salinannya;
f. Pertunjukan Ciptaan;
2. Tinjauan Umum Hak Moral dan Hak g. Pengumuman Ciptaan;
Ekonomi h. Komunikasi Ciptaan; dan
Menurut Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang i. Penyewaan Ciptaan.
Nomor 28 Tahun 2014, hak moral sebagaimana Pasal 9 Ayat (2) menyebutkan bahwa
dimaksud dalam Pasal 4 merupakan hak yang “Setiap Orang yang melaksanakan hak ekonomi
melekat secara abadi pada diri Pencipta untuk : sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib
a. tetap mencantumkan atau tidak mendapatkan izin Pencipta atau Pemegang Hak
mencantumkan namanya pada salinan Cipta.” Yang terakhir Pasal 9 ayat (3) “Setiap
sehubungan dengan pemakaian Ciptaannya Orang yang tanpa izin Pencipta atau Pemegang
untuk umum; Hak Cipta dilarang melakukan Penggandaan
b. menggunakan nama aliasnya atau dan/atau Penggunaan Secara Komersial
samarannya; Ciptaan.”
c. mengubah Ciptaannya sesuai dengan
kepatutan dalam masyarakat; 3. Tinjauan Umum Ciptaan Yang
d. mengubah judul dan anak judul Ciptaan; dan Dilindungi
e. mempertahankan haknya dalam hal terjadi Ciptaan adalah setiap hasil karya cipta di
distorsi Ciptaan, mutilasi Ciptaan, bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra yang
5
“History of Copyright,” diakses tanggal 7
Maret 2014, http:// www. historyofcopyright.
org/.y
Hak Cipta Pembajakan Buku (Diah, Erinda)134
6
Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Hak Cipta Empiris, Pustaka Pelajar,Yogyakarta, 2010,
Nomor 28 Tahun 2014 hlm. 34.
7 8
Mukti Fajar ND dan Yulianto Achmad, Ibid.
Dualisme Peneltian Hukum Normatif Dan
Hak Cipta Pembajakan Buku (Diah, Erinda)135
9
aInda Citraninda Noerhadi, Sejarah Hak Cipta Hukum Hak Cipta: UUHC No. 19 Tahun 2002,
Lukisan, 2012, Jakarta, komunitas Bambu,hlm. 1 Alumni, Bandung, hlm. 17.
10
Satjipto Rahardjo, 2004, Ilmu Hukum, Alumni,
Bandung, hlm. 292. Lihat juga Eddy Damian, 2004,
Hak Cipta Pembajakan Buku (Diah, Erinda)136
telah dilindungi hak ciptanya di Pasal 40 ayat tempat fotokopi yang menggandakan buku-
(1) huruf a Undang - Undang Republik buku untuk kemudian dijual kembali.
Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Tindakan ini dapat dikategorikan sebagai
Cipta. Dalam pasal 9 ayat (3) UU Hak Cipta pelanggaran hak cipta, karena dilakukan untuk
menyebutkan bahwa : “Setiap Orang yang tujuan komersial. Terkait dengan hal ini, dalam
tanpa izin Pencipta atau Pemegang Hak Cipta Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014
dilarang melakukan Penggandaan dan/atau tentang Hak Cipta Pasal 10 menyebutkan
Penggunaan Secara Komersial Ciptaan.” bahwa : “Pengelola tempat perdagangan
Menggandakan buku menjadi hal yang dilarang membiarkan penjualan dan/atau
biasa saja dalam kehidupan masyarakat karena penggandaan barang hasil pelanggaran Hak
sudah menjadi kebiasaan tanpa memikirkan Cipta dan/atau Hak Terkait di tempat
kerugian pihak lain. Kurangnya sosialisasi perdagangan yang dikelolanya.” Pelanggar
terhadap hal ini membuat pelangaaran terhadap pasal 10 tersebut dapat dikenai pidana denda
karya cipta buku tidak terkendali. paling banyak Rp. 100.000.000 (seratus juta
Perlindungan hak cipta secara individual pada rupiah) sesuai dengan Pasal 114 Undang-
hakikatnya merupakan hal yang tidak dikenal di Undang Hak Cipta.
Indonesia. Suatu ciptaan oleh masyarakat Dalam pasal tersebut menjelaskan
dianggap secara tradisi sebagai milik bersama. bahwa adanya larangan bagi pengelola tempat
Adapun dalam pandangan tradisi segi nilai perdagangan untuk membiarkan penjualan
moral hak cipta lebih menonjol dari pada nilai dan/atau penggandaan, namun belakangan ini
ekonominya. Pada akhirnya, timbul kesadaran pelanggaran atas karya cipta dalam
bahwa ciptaan itu perlu perlindungan hukum penggandaan buku semakin marak dan telah
setelah dihadapinya bahwa ciptaan tersebut mengakibatkan dunia industri perbukuan tidak
mempunyai nilai ekonomi. Dikatakan Hak lagi mendapatkan pemberlakuan yang layak,
Ekonomi karena HKI adalah benda yang dapat hal tersebut dapat dilihat dari tempat
dinilai dengan uang. Hak ekonomi tersebut perdagangan maupun penyedia jasa fotokopi
berupa keuntungan sejumlah uang yang yang meremehkan eksistensi hak cipta, bahkan
diperoleh karena penggunaan oleh pihak lain pengelola tempat perdagangan tersebut telah
berdasarkan lisensi. Hak ekonomi itu menyediakan tempat untuk penjualan barang
diperhitungkan karena HKI dapat digunakan / hasil pelanggaran hak cipta.
dimanfaatkan oleh pihak lain dalam Namun, harus jeli dalam membedakan
perindustrian atau perdagangan yang yang dimaksud dengan pengelola dan pelaku
mendatangkan keuntungan. usaha. Menurut penulis sendiri pengelola
Akan tetapi, terdapat suatu pembatasan adalah seseorang yang dalam kegiatannya
hak cipta yang terdapat dalam Bab VI Undang- menyediakan tempat bagi orang lain untuk
Undang Hak Cipta itu sendiri. Pasal 44 ayat (1) menjalankan usahanya sedangkan pelaku
huruf a memberikan pengecualian di mana usaha adalah seseorang yang menjalankan
penggandaan untuk keperluan pendidikan usahanya dengan caranya sendiri baik dalam
tidak dianggap sebagai pelanggaran hak cipta hal tempat maupun biaya. Seiring dengan
apabila menyebutkan sumbernya. Bahkan pemberlakuan Undang-Undang Hak Cipta
dalam Pasal 46 menyebutkan bahwa: Nomor 28 Tahun 2014 yang terbilang masih
“Penggandaan untuk kepentingan pribadi atas baru dan belum dapat diimplementasikan,
Ciptaan yang telah dilakukan Pengumuman seharusnya pengelola tempat perdagangan
hanya dapat dibuat sebanyak 1 (satu) salinan menyadari bahwa membiarkan perdagangan
dan dapat dilakukan tanpa izin Pencipta atau hasil pelanggaran hak cipta secara terbuka dan
Pemegang Hak Cipta. ” terang-terangan tanpa adanya rasa takut akan
Permasalahan selanjutnya justru timbul melanggar hukum, meskipun aturan telah
dari tempat fotokopi itu sendiri, di mana ada diberlakukan.dapat memberikan kerugian yang
Hak Cipta Pembajakan Buku (Diah, Erinda)137
besar bagi pencipta maupun pemegang hak sehingga tidak ada pihak lain yang dapat
cipta baik hak ekonomi maupun hak moral. memanfaatkan hak tersebut tanpa izin
Selain itu tingginya pendidikan Pencipta. Pemegang Hak Cipta yang
mahasiswa tidak menjamin bahwa mereka bukan Pencipta hanya memiliki sebagian
mengetahui berlakunya Undang-Undang Hak dari hak eksklusif berupa hak ekonomi. 11
Cipta dan memahami isinya yang pada Perlindungan hak ekonomi pencipta atau
akhirnya bisa mempengaruhi sikap pemegang hak cipta atas buku yang dibajak
penghargaan terhadap suatu hasil karya cipta dan diperjual belikan, menurut Pasal 40 ayat
buku. Disisi lain, bisa saja dikatakan bahwa (1) huruf a Undang - Undang Republik
tindakan penggandaan buku-buku tersebut Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak
semata-mata hanya untuk memudahkan Cipta.
transaksi, agar saat ada yang datang dan ingin
memfotokopi, ia tidak perlu lagi menunggu. 2. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi
Dalam menjawab persoalan ini, sangat masyarakat yang berpendapat bahwa
disayangkan bahwa dalam Undang-Undang fotokopi buku dan membeli buku
Hak Cipta tidak terdapat penjelasan lebih bajakan merupakan kegiatan tidak
lanjut mengenai Pasal 10 dan Pasal 114. melanggar hukum dengan adanya
Batasan menyalin dan menggandakan peraturan yang terpapar dalam Pasal 40
karya cipta buku menurut Undang-Undang Ayat (1) Huruf (a) Undang-Undang
Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014
diantaranya adalah dengan lisensi wajib tentang Hak Cipta di Pasar.
(compulsory licensing). Tentang lisensi wajib Perlindungan terhadap sebuah karya
ini diatur dalam pasal 84 Undang-Undang Hak cipta khususnya buku yang marak ditawarkan
Cipta Nomor 28 Tahun 2014. Kebebasan di pasaran, dalam hal ini penghargaan akan
penggunaan hak cipta tidak boleh meniadakan karya cipta masih rendah, sehingga
kewenangan dari negara untuk mewajibkan perlindungannya pun belum dapat dipenuhi
pencipta/pemegang hak cipta memberikan secara optimal, bahkan jauh dari sempurna.
lisensi wajib kepada pihak lain untuk Dapat dikatakan bahwa kebutuhan dan
menerjemahkan atau memperbanyak hasil keadaan ekonomi, dan kebutuhan akan buku
ciptaannya dengan imbalan yang wajar. mendukung beredarnya buku bajakan.
Pemberian lisensi wajib didasarkan Fenomena ini seolah menjadi budaya yang
pada pertimbangan tertentu, yakni bila negara sudah biasa dan saling berkaitan satu sama lain
memandang perlu atau menilai suatu ciptaan yaitu antara penerbit, pedagang, dan penikmat
sangat penting artinya bagi kehidupan buku yaitu masyarakat sendiri. Selain karena
masyarakat dan negara, misalnya untuk tujuan faktor budaya, lemahnya peran aparat dalam
pendidikan, pengajaran, ilmu pengetahuan, melakukan razia akan menjadikan faktor
penelitian, pertahanan, keamanan, dan keberadaan buku bajakan yang marak terjadi di
ketertiban masyarakat yang membutuhkan pasaran.
pemakaian ciptaan tesebut. Hal ini Dalam kasus pembajakan buku,
sebagaimana dijelaskan di dalam Pasal 4 kepolisian tidak dapat turun langsung untuk
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 merazia buku-buku bajakan tanpa adanya
Tentang Hak Cipta. laporan dari pihak penerbit. Pihak kepolisian
Berkaitan dengan hak eksklusif, yang juga menunggu dari aduan pihak yang
dimaksud dengan hak eksklusif adalah hak dirugikan yaitu Pencipta dan/atau Pemegang
yang hanya diperuntukkan bagi Pencipta, Hak Cipta serta Penerbit. Jika kenyataan yang
11
INDONESIA, Undang-Undang Nomor 28
tahun 2014 Tentang Hak Cipta Pasal 4
Hak Cipta Pembajakan Buku (Diah, Erinda)138
terjadi adalah saling menunggu karena undang- melaksanakan tugasnya dengan baik. Hal ini
undang mengatur bahwa pembajakan adalah dikarenakan adanya Pasal yang mengatur
sebuah delik aduan, maka dari pihak yang bahwa pembajakan adalah delik aduan.
dirugikan dari pembajakan buku inilah yang sehingga Kepolisian, Kejaksaan dan
harus lebih tanggap dan berani untuk Pengadilan hanya dapat menindak kasus
mengambil tindakan yaitu mengadukan kasus pembajakan ini ketika ada aduan dari pihak
pembajakan yang terjadi di lapangan. Namun terkait. Peraturan yang ada hanya sebatas
pada faktanya pihak-pihak yang terkait dan tertuang dalam suatu undang-undang, belum
dirugikan atas kasus pembajakan buku ini ditegakkan dalam pelaksanaannya. Seharusnya
seolah membiarkan kasus tersebut terjadi dan sosialisasi undang-undang Hak Cipta
makin parah dari waktu ke waktu, tanpa dilakukan oleh pihak Kepolisian, Kejaksaan,
adanya sebuah gerakan untuk mengurangi dan Pengadilan kepada masyarakat sebagai
bahkan memberantas kasus pembajakan buku upaya untuk melakukan perubahandan budaya
yang terjadi. pelanggaran hak cipta dalam masyarakat yang
Perkembangan budaya hukum Right To telah melekat.
Copy yang semakin marak terjadi menjadi Sedangkan dari pihak Pedagang dan
salah satu alasan perlunya lembaga manajemen Pembeli serta Masyarakat sendiri, masih
kolektif untuk melakukan penyuluhan, sangat jarang ditemui kesadaran untuk
bimbingan dan bermacam-macam aktivitas melakukan upaya perlindungan terhadap Hak
lainnya guna memasyarakatkan tentang dunia Ekonomi Pencipta dan/atau Pemegang Cipta.
hak cipta dan perlindungan hukum khususnya Tuntutan akan keadaan dan kebutuhan
dalam bidang penggandaan buku dengan mesin ekonomi yang semakin tinggi, mengharuskan
fotocopy.12Dalam kasus ini. mereka untuk membajak karya cipta milik
Masyarakat seharusnya sadar dan orang lain dan menikmati hasil bajakan karya
paham bahwa sebuah karya cipta haruslah cipta orang lain dalm bentuk buku bajakan.
dilindungi dan dihargai, namun kembali lagi Walaupun memang beberapa dari
mengingat kebutuhan akan buku dan keadaan mereka sudah ada yang menghargai suatu
ekonomi yang rendah menjadikan hal ini karya cipta dengan memulainya dari diri
menjadi wajar. Upaya yang telah dilakukan sendiri. Upaya yang harus dilakukan
dalam mengatasi hambatan dalam pelaksanaan diantaranya adalah dengan meningkatkan
Pasal 40 ayat (1) huruf a Undang-Undang kesadaran dan penghormatan terhadap karya
Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 cipta orang lain. Memang bukan pekerjaan
tentang Hak Cipta. Pemerintah sebagai yang mudah, maka dari itu harus didukung
pembuat dan penguji undang-undang, telah sarana dan prasarana yang memerlukan biaya
mengatur Hak Cipta dalam suatu Undang- yang sangat besar, selain itu juga ditingkatkan
Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun dukungan bagi akademisi, mahasiswa, aparat
2014 Tentang Hak Cipta, dimana mengenai penegak hukum, pemerintah dan masyarakat
hak cipta buku diatur di dalam Bab XVII awam tentang hak cipta. Selanjutnya, membuat
Ketentuan Pidana Pasal 113 Ayat (3) dan (4), kampanye dengan poster, tulisan-tulisan
Pasal 114, dan Pasal 120 Undang-Undang tentang ajakan atau larangan tentang hak cipta
Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 kemudian ditempel di tempat sebagai obyek
Tentang Hak Cipta. hak cipta misalnya perpustakaan, mesin
Dalam prakteknya para penegak hukum fotokopi dan buku koleksi perpustakaan.
seperti Polisi, Jaksa dan Hakim belum
12
H. OK,Saidin, Aspek Hukum Hak Kekayaan
Intelektual ( Intellectual Property Rights), Raja
Grafindo Persada, 2007, hlm 127
Hak Cipta Pembajakan Buku (Diah, Erinda)139