Anda di halaman 1dari 11

Hak Cipta Pembajakan Buku (Diah, Erinda)130

PERLINDUNGAN HAK CIPTA DARI TINDAKAN PEMBAJAKAN BUKU YANG MARAK


TERJADI

Oleh:
Diah Ayu Utami dan Erinda Lamonti Program Studi Hukum, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
Universitas Tidar

E-mail : diahayuutami190@gmail.com dan erindalamonti822@gmail.com

Abstrak
Hak cipta merupakan kekayaan intelektual di bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra yang
mempunyai peranan strategis dalam mendukung pembangunan bangsa dan memajukan kesejahteraan
umum sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Maraknya kasus pembajakan yang banyak ditemui dalam berbagai bidang seni dan sastra, seakan
menjadi budaya yang sulit dihilangkan dalam kehidupan masyarakat. Pada Pasal 40 ayat (1) huruf a
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta, buku adalah salah satu
ciptaan yang dilindungi oleh Hak Cipta. Penelitian ini termasuk jenis penelitian hukum normatif untuk
mengetahui dan mengkaji bagaimana maraknya fotokopi buku dan membeli buku bajakan merupakan
tindakan melanggar peraturan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak
Cipta. Pentingnya hak ekonomi yang dimiliki pencipta diatur dalam Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta. Sehingga peraturan yang ada mengenai
perlindungan hak cipta atas karya buku yang di miliki oleh seorang pencipta hanya dituliskan dalam
sebuah Undang-Undang Hak Cipta tanpa adanya tindakan yang tegas dari penegak hukum dan
pelaksanaan yang nyata dalam pemasaran buku di masyarakat supaya tidak terjadinya pelanggaran
hak cipta.
Kata kunci : Fotocopy Buku, Hak Ekonomi, Pelanggaran Hak Cipta

PENDAHULUAN

Pada dasarnya manusia lahir dimuka pengetahuan, seni, dan sastra yang mempunyai
bumi ini dibekali suatu hal penggali potensi peranan strategis dalam mendukung
dalam dirinya. Potensi inilah disebut potensi pembangunan bangsa dan memajukan
intelektual pengembangan inovasi dalam suatu kesejahteraan umum sebagaimana diamanatkan
masyarakat. Sehingga setiap manusia memiliki oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik
bakat dalam berbagai bidang diantaranya ilmu Indonesia Tahun 1945. Konsep hak cipta di
pengetahuan, seni, maupun sastra. Hal ini dapat Indonesia merupakan terjemahan dari konsep
menyebabkan seseorang untuk memiliki hak Copyright dalam bahasa Inggris, dalam Bahasa
cipta dalam setiap karyanya. Indonesia secara harfiah dapat diartikan dengan
Istilah hak cipta diutarakan oleh Prof. hak salin.
Soetan Moch Syah, menurut beliau terjemahan Pada dasarnya ada beberapa elemen
dari Auteursrecht adalah hak cipta, tetapi untuk dalam hak cipta diantaranya adalah Pencipta.
penyerderhanaan dan kepraktisan disingkat Pencipta adalah seorang atau beberapa orang
menjadi hak cipta. 1 Hak cipta merupakan secara bersama-sama atas inspirasinya
kekayaan intelektual di bidang ilmu melahirkan suatu ciptaan berdasarkan

1
Eddy Damian, 1999, “Hukum Hak Cipta Perlindungannya Terhadap Buku serta
menurut beberapa Konvensi Internasional, Perjanjian Perbitannya”, Bandung, PT Alumni,
Undang-Undang Hak Cipta 1997 dan hlm. 111 dan 112.
Hak Cipta Pembajakan Buku (Diah, Erinda)131

kemampuan pikiran, imajinasi, cekatan, seakan menjadi budaya yang sulit dihilangkan
keterampilan atau keahlian yang dituangkan dalam kehidupan masyarakat. Memang tidak
dalam bentuk yang khas dan bersifat pribadi. dapat dipungkiri keberadaan tempat fotokopi
Kedua adalah Pemegang Hak Cipta. Pemegang memberikan banyak manfaat. Selain
hak cipta merupakan pencipta sebagai pemilik menguntungkan secara ekonomi (baik bagi
hak cipta, atau pihak penerima hak tersebut dari masyarakat maupun tukang fotokopi sebagai
pencipta bahkan dapat disebut pihak lain mata pencaharian). tempat-tempat ini juga
penerima lebih lanjut hak dari pihak penerima menolong pengadaan buku-buku lama bagi
hak tersebut. Terakhir adalah Ciptaan. Ciptaan pelajar yang sudah tidak diproduksi lagi.
adalah hasil setiap karya pencipta dalam bentuk Fotokopi buku pelajaran seringkali dilakukan
khas dan menunjukkan keasliannya dalam oleh pelajar karena harganya jauh lebih murah
lapangan ilmu pengetahuan, seni, dan sastra. daripada buku asli.
Dalam sejarahnya, terdapat dua konsep Dalam perspektif sosiologi hukum,
hak cipta yang saling mempengaruhi apabila buku dianggap sebagai subsistem dalam
diantaranya : Pertama, konsep Copyrights masyarakat yaitu suatu himpunan nilai-nilai,
berkembang di Inggris dan negara-negara kaidah-kaidah dari pola perikelakuan berkisar
penganut sistem Common Law. Kedua, konsep pada kebutuhan-kebutuhan pokok manusia dan
Droit d’Auteur yang berkembang di Perancis saling mempengaruhi, maka ada tiga komponen
dan negara-negara penganut sistem Civil Law.2 dasar yang saling berhubungan dan
Konsep Copyrights adalah konsep dasar hak mempengaruhi. Ketiga komponen tersebut
cipta lebih menekankan perlindungan hak-hak adalah peraturan perundang-undangan Hak
penerbit dari tindakan penggandaan buku tidak Cipta yaitu Undang-Undang Hak Cipta, dan
sah. Sedangkan konsep Droit d’Auteur lebih aparat penegak hukum diantaranya polisi, jaksa,
ditekankan pada perlindungan atas hak-hak hakim serta masyarakat dalam hal ini adalah
pengarang dari tindakan yang dapat merusak pengguna buku dan karya tulis. Di Indonesia,
reputasinya.3 Konsep ini didasarkan pada aliran upaya memperbanyak buku dengan cara
hukum alam, yang menyatakan bahwa suatu dicetak, difotokopi atau cara lain tanpa
karya cipta adalah perwujudan tertinggi (alter mendapat izin tertulis dari penerbit buku terkait.
ego) dari pencipta dan pencipta mempunyai hak Maka pihak tersebut secara langusng ataupun
alamiah untuk memanfaatkan ciptaannya. tidak langsung disebut pembajak.
Oleh sebab itu, buku sebagai salah satu Problematika terjadi saat ini kiranya
hasil karya cipta manusia tidak luput dari perlu adanya langkah konkret dari pemerintah
adanya pelanggaran, maka dari itu diperlukan untuk mencari solusinya. Upaya dengan
perlindungan hukum. Peringkat pembajakan di membeli hak cipta atas buku dan memberikan
Indonesia, khususnya Hak Cipta, menempati akses secara luas untuk kepentingan pendidikan
urutan ketiga terbesar di dunia. merupakan solusi paling masuk akal. Akan
Semakin majunya informasi dan tetapi, upaya ini tidak cukup digalakan oleh
teknologi, membuat kasus pembajakan semakin masyarakat saja. Pada akhirnya, langkah-
banyak terjadi dan mengalami peningkatan langkah secara ilegal ditempuh dengan
sangat tajam setiap tahunnya. Pembajakan melakukan penggandaan buku sehingga
seakan-akan sudah menjadi budaya dan sulit menguntungkan pengusaha fotokopi.
untuk diatasi, khususnya di Indonesia. Hak cipta di Indonesia diatur dalam
Maraknya kasus pembajakan banyak Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28
ditemui dalam berbagai bidang seni dan sastra, Tahun 2014 tentang Hak Cipta. Dalam Undang-

2 3
Kesowo Bambang, Pengantar Umum Jurnal Denny Kusmawan, Perlindungan Hak Cipta
Mengenai Haki Di Indonesia, Makalah, Atas Buku, hlm. 138
Jogjakarta, 1994, hlm. 10
Hak Cipta Pembajakan Buku (Diah, Erinda)132

Undang ini, Pencipta atau Pemegang Hak Cipta murah daripada buku asli. Apakah tindakan
berhak atas hak eksklusif, dimana mereka ini melanggar hak cipta?
berhak untuk mengatur penggunaan hasil karya 2. Upaya apa yang dilakukan untuk mengatasi
atau hasil oleh gagasan atau informasi tertentu. masyarakat sehingga berpendapat bahwa
Disebutkan dalam pasal 3 ayat (1) Undang- fotokopi buku dan membeli buku bajakan
Undang Hak Cipta yakni “Hak Cipta dianggap merupakan kegiatan tidak melanggar
benda bergerak”. Sehingga dapat diartikan hukum dengan adanya peraturan termuat
bahwa hak cipta dapat dijadikan objek jaminan dalam Pasal 40 ayat (1) huruf a Undang-
untuk kelangsungan hidup. Undang Republik Indonesia Nomor 28
Perlindungan hak cipta tidak diberikan Tahun 2014 tentang Hak Cipta di Pasar?
kepada ide atau gagasan karena karya cipta
harus memiliki bentuk khas, bersifat pribadi dan TUJUAN
menunjukkan keaslian sebagai ciptaan yang
lahir berdasarkan kemampuan, kreativitas, atau 1. Untuk mengetahui dan mengkaji
keahlian sehingga ciptaan dapat dilihat, dibaca, bagaimana maraknya fotokopi buku dan
bahkan didengar. Namun dalam kenyataannya, membeli buku bajakan merupakan tindakan
hak cipta telah diatur dalam suatu Undang- melanggar peraturan Undang-Undang
Undang, tetap saja dilanggar dan seolah Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014
dikesampingkan keberadaannya. tentang Hak Cipta.
Dalam Pasal 40 ayat (1) huruf a 2. Untuk mengetahui dan mengkaji
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 pentingnya hak ekonomi yang dimiliki
Tahun 2014 tentang Hak Cipta, buku adalah pencipta diatur dalam Undang-Undang
salah satu ciptaan yang dilindungi oleh Hak Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014
Cipta : (1) Ciptaan yang dilindungi meliputi tentang Hak Cipta.
Ciptaan dalam bidang ilmu pengetahuan, seni, 3. Untuk mengkaji solusi yang dapat
dan sastra, terdiri atas : (a) Buku, pamflet, ditempuh dalam kasus pelanggaran tentang
perwajahan karya tulis yang diterbitkan, dan hak cipta yang marak terjadi.
semua hasil karya tulis lainnya. 4 Masyarakat
seolah tidak menyadari keberadaan Undang- TINJAUAN PUSTAKA
Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun
2014 tentang Hak Cipta, bahkan pemerintah dan 1. Tinjauan Umum Hak cipta
aparat penegak hukum yang terkait, seolah Hak cipta sejak awal kemunculannya selalu
membiarkan pelanggaran akan hak cipta terjadi berkaitan dengan perkembangan teknologi.
begitu saja di masyarakat. Istilah hak cipta yang dikenal sekarang
merupakan padanan istilah dari Copyright yang
RUMUSAN MASALAH riwayatnya dimulai dengan ditemukannya
mesin cetak pada tahun 1436 di Eropa. Mesin
Berdasarkan latar belakang masalah yang ini mempermudah perbanyakan karya-karya
diuraikan oleh penulis, permasalahan yang akan tulis yang ada pada saat itu dalam jumlah besar.
dibahas pada penelitian ini ialah : Diperkirakan bahwa sebelum mesin cetak
1. Bagaimana perlindungan hak ekonomi ditemukan, jumlah buku yang beredar di Eropa
pencipta atau pemegang hak cipta buku hanya ribuan, namun hanya dalam waktu 50
yang dibajak dan diperjual belikan?
Bukankah fotokopi buku seringkali
dilakukan karena harganya jauh lebih

4
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta
Hak Cipta Pembajakan Buku (Diah, Erinda)133

tahun, jumlah tersebut meningkat hingga 10 juta modifikasi Ciptaan, atau hal yang bersifat
buku.5 merugikan kehormatan diri atau reputasinya.
Untuk melindungi hak intelektual pencipta Diperjelas lagi dengan Pasal 5 Ayat (2) yang
yang memiliki gagasan atau sebuah ide yang berbunyi “Hak moral sebagaimana dimaksud
dituangkan dalam karyanya, maka pemerintah pada ayat (1) tidak dapat dialihkan selama
Indonesia mengeluarkan peraturan perundang- Pencipta masih hidup, tetapi pelaksanaan hak
undangan supaya tidak terjadi banyak tersebut dapat dialihkan dengan wasiat atau
penyimpangan di dalam masyarakat. Peraturan sebab lain sesuai dengan ketentuan peraturan
yang mengatur tentang hak intelektual terdapat perundang-undangan setelah Pencipta
dalam Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 meninggal dunia.”
tentang Hak Cipta, undang-undang tersebut Sedangkan yang dimaksud dengan Hak
sudah tidak sesuai dengan perkembangan Ekonomi disebutkan dalam Pasal 8 yang
hukum dan kebutuhan masyarakat. Sehingga berbunyi “Hak ekonomi merupakan hak
diganti dengan Undarng-Undang yang baru eksklusif Pencipta atau Pemegang Hak Cipta
yakni Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014. untuk mendapatkan manfaat ekonomi atas
Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun Ciptaan.” Ditekankan dalam Pasal 9 ayat (1)
2014, didalam Pasal 1 angka 1 berbunyi, “Hak Pencipta atau Pemegang Hak Cipta
Cipta adalah hak eksklusif pencipta yang timbul sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 memiliki
secara otomatis berdasarkan prinsip deklaratif hak ekonomi untuk melakukan:
setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk a. Penerbitan Ciptaan;
nyata tanpa mengurangi pembatasan sesuai b. Penggandaan Ciptaan dalam segala
dengan ketentuan peraturan perundang- bentuknya;
undangan.” Mengingat implementasi dari Pasal c. Penerjemahan Ciptaan;
5 ayat (1), Pasal 20, Pasal 28 C ayat (1), dan d. Pengadaplasian, pengaransemenan,
Pasal 33 Undang-Undang Dasar Negara pentransformasian Ciptaan; atau
Republik Indonesia Tahun 1945. e. Pendistribusian Ciptaan atau salinannya;
f. Pertunjukan Ciptaan;
2. Tinjauan Umum Hak Moral dan Hak g. Pengumuman Ciptaan;
Ekonomi h. Komunikasi Ciptaan; dan
Menurut Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang i. Penyewaan Ciptaan.
Nomor 28 Tahun 2014, hak moral sebagaimana Pasal 9 Ayat (2) menyebutkan bahwa
dimaksud dalam Pasal 4 merupakan hak yang “Setiap Orang yang melaksanakan hak ekonomi
melekat secara abadi pada diri Pencipta untuk : sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib
a. tetap mencantumkan atau tidak mendapatkan izin Pencipta atau Pemegang Hak
mencantumkan namanya pada salinan Cipta.” Yang terakhir Pasal 9 ayat (3) “Setiap
sehubungan dengan pemakaian Ciptaannya Orang yang tanpa izin Pencipta atau Pemegang
untuk umum; Hak Cipta dilarang melakukan Penggandaan
b. menggunakan nama aliasnya atau dan/atau Penggunaan Secara Komersial
samarannya; Ciptaan.”
c. mengubah Ciptaannya sesuai dengan
kepatutan dalam masyarakat; 3. Tinjauan Umum Ciptaan Yang
d. mengubah judul dan anak judul Ciptaan; dan Dilindungi
e. mempertahankan haknya dalam hal terjadi Ciptaan adalah setiap hasil karya cipta di
distorsi Ciptaan, mutilasi Ciptaan, bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra yang

5
“History of Copyright,” diakses tanggal 7
Maret 2014, http:// www. historyofcopyright.
org/.y
Hak Cipta Pembajakan Buku (Diah, Erinda)134

dihasilkan atas inspirasi, kemampuan, pikiran,


imajinasi, kecekatan, keterampilan/keahlian METODE PENELITIAN
yang diekspresikan dalam bentuk nyata.6
Ciptaan yang dilindungi meliputi Ciptaan A. Jenis Penelitian
dalam bidang ilmu pengetahuan, seni, dan Penelitian ini termasuk jenis
sastra, disebutkan dalam pasal 40 Undang- penelitian hukum normatif. Penelitian
Undang Hak Cipta Nomor 28 Tahun 2014 hukum normatif adalah penelitian hukum
terdiri atas: yang meletakkan hukum sebagai sebuah
a. buku, pamflet, perwajahan karya tulis yang bangunan sistem norma. 7 Sistem norma
diterbitkan, dan semua hasil karya tulis yang dimaksud adalah mengenai asas-
lainnya; asas, norma, kaidah dari peraturan
b. ceramah, kuliah, pidato, dan ciptaan sejenis perundang-undangan, putusan pengadilan,
lainnya; perjanjian serta doktrin atau ajaran.8
c. alat peraga yang dibuat untuk kepentingan Dasar yang dilakukan dalam
pendidikan dan ilmu pengetahuan; penelitian ini adalah pendekatan yang
d. lagu dan/atau musik dengan atau tanpa teks; dilakukan melalui peraturan perundang-
e. drama, drama musikal, tari, koreografi, undangan untuk mencari kebenaran
pewayangan, dan pantomim; pelaksanaan dari Pasal 40 ayat (1) huruf a
f. karya seni rupa dalam segala bentuk seperti Undang-Undang Republik Indonesia
lukisan, gambar, ukiran, kaligrafi, seni Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta.
pahat, patung, atau kolase; B. Cara Penelitian
g. karya seni terapan; Cara penelitian dilakukan dengan
h. karya arsitektur; menganalisis studi kepustakaan yang
i. peta; terdiri bahan hukum primer yaitu
j. karya seni batik atau seni motif lain; perundang-undangan, seperti Undang-
k. karya fotografi; Undang Republik Indonesia Nomor 28
l. Potret; Tahun 2014 tentang Hak Cipta.
m. karya sinematograh; Selanjutnya, bahan hukum sekunder
n. terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai, diperoleh melalui telaah pendapat para ahli
basis data, adaptasi, aransemen, modifikasi tentang hukum, dan bahan hukum tersier
dan karya lain dari hasil transformasi; diperoleh melalui kamus atau ensiklopedia
o. terjemahan, adaptasi, aransemen, dan sumber analisis.
transformasi, atau modihkasi ekspresi C. Metode Penelitian
budaya tradisional; Metode analisis data dilakukan
p. kompilasi Ciptaan atau data, baik dalam secara normatif kualitatif yaitu
format yang dapat dibaca dengan Program menganalisis terhadap norma hukum yang
Komputer maupun media lainnya; menjadi obyek pembahasan, dan tidak
q. kompilasi ekspresi budaya tradisional menggunakan perhitungan atau rumus
selama kompilasi tersebut merupakan karya statistik.
yang asli;
r. permainan video;
s. program Komputer.

6
Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Hak Cipta Empiris, Pustaka Pelajar,Yogyakarta, 2010,
Nomor 28 Tahun 2014 hlm. 34.
7 8
Mukti Fajar ND dan Yulianto Achmad, Ibid.
Dualisme Peneltian Hukum Normatif Dan
Hak Cipta Pembajakan Buku (Diah, Erinda)135

mengakui bahwa manusia memiliki hak


HASIL PENELITIAN DAN kekayaan intelektual (HKI) yang bersifat
PEMBAHASAN alamiah dari diri manusia tersebut sebagai
pemikirannya, sehingga harus dilindungi
1. Fotokopi buku seringkali dilakukan menggunakan perundang-undangan.
karena harganya yang jauh lebih murah Pengambilan hak cipta terhadap karya cipta
daripada buku asli yang berkaitan dengan orang lain dengan tidak memberikan
tindakan ini pelanggaran hak cipta. kompensasi untuk pemiliknya adalah suatu
Perubahan sosio-budaya yang terjadi di tindakan yang tidak dibenarkan karena
Indonesia selama ini menunjukan bahwa melanggar suatu aturan yang ada dalam
bangsa Indonesia telah memasuki era masyarakat.
modernisasi. Bermacam-macam unsur dan Perlindungan juga tidak hanya
kebutuhan kehidupan modern mulai dari berdasarkan hukum tertulis tetapi juga termasuk
sistem industri, teknologi, dan seni ikut dalam hukum tidak tertulis dengan harapan ada
perubahan zaman yang semakin modern yang jaminan terhadap benda yang dimiliki dalam
mulai membaur kedalam kehidupan menjalankan hak dan kewajibannya. Prinsip
9
masyarakat Indonesia. perlindungan hukum bagi rakyat Indonesia
Peraturan perundang-undangan tentang adalah prinsip pengakuan dan perlindungan
hak cipta dalam satu sistem hukum Hak terhadap harkat dan martabat manusia yang
Kekayaan Intelektual (HKI) sebenarnya telah bersumber pada prinsip negara hukum yang
dimulai sejak tahun 1980-an, dengan berdasar pada Pancasila.
diberlakukannya Undang-Undang Nomor 6 Di dalam kehidupan masyarakat salah
Tahun 1982 tentang Hak Cipta yang kemudian satunya adalah terkait dunia pendidikan tidak
berturut-turut diamandemen dengan Undang- bisa lepas dari buku. Buku digunakan untuk
Undang Nomor 7 Tahun 1987 dan Undang- sumber referensi dan mencari informasi.
Undang Nomor 12 Tahun 1997 sampai dengan Dalam memenuhi kebutuhan akan buku
diberlakukannya Undang-Undang Hak Cipta tersebut, dimungkinkan terjadi tindakan
yang terbaru yaitu Undang-Undang Nomor 19 pelanggaran hak cipta.
Tahun 2002 yang berlaku efektif pada tanggal Pelanggaran hak cipta atas buku salah
23 Juli 2003. Akan tetapi, Undang-Undang satunya dilakukan oleh mahasiswa karena
Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta dengan keterbatasan-keterbatasan yang
sudah tidak sesuai dengan perkembangan dimiliki mahasiswa, terutama keterbatasan
hukum dan kebutuhan masyarakat sehingga dalam hal ekonomi. Dimungkinkan mahasiswa
perlu diganti dengan Undang-Undang yang harus pintar dalam membagi uangnya untuk
baru yaitu Undang-Undang Republik kebutuhan hidup, baik untuk kebutuhan
Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak akademik dan juga kebutuhan non akademik.
Cipta. Salah satu cara penggandaan yang
Perlindungan terhadap hasil kreasi erat banyak terjadi di sekitar kita adalah dengan
kaitannya dengan dominasi pemikiran hukum fotokopi. Fotokopi buku seringkali dilakukan
alam yang menekankan pada faktor manusia karena harganya yang jauh lebih murah
dan pengguna akal sehat seperti yang dikenal daripada buku asli. Apakah tindakan ini
dalam sistem hukum sipil (civil law system) melanggar hak cipta? Ditinjau Dari Undang-
yang digunakan di Indonesia. 10 Teori hukum Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun
ini mendasari konsep hukum sipil yang 2014 Tentang Hak Cipta, karya cipta buku

9
aInda Citraninda Noerhadi, Sejarah Hak Cipta Hukum Hak Cipta: UUHC No. 19 Tahun 2002,
Lukisan, 2012, Jakarta, komunitas Bambu,hlm. 1 Alumni, Bandung, hlm. 17.
10
Satjipto Rahardjo, 2004, Ilmu Hukum, Alumni,
Bandung, hlm. 292. Lihat juga Eddy Damian, 2004,
Hak Cipta Pembajakan Buku (Diah, Erinda)136

telah dilindungi hak ciptanya di Pasal 40 ayat tempat fotokopi yang menggandakan buku-
(1) huruf a Undang - Undang Republik buku untuk kemudian dijual kembali.
Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Tindakan ini dapat dikategorikan sebagai
Cipta. Dalam pasal 9 ayat (3) UU Hak Cipta pelanggaran hak cipta, karena dilakukan untuk
menyebutkan bahwa : “Setiap Orang yang tujuan komersial. Terkait dengan hal ini, dalam
tanpa izin Pencipta atau Pemegang Hak Cipta Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014
dilarang melakukan Penggandaan dan/atau tentang Hak Cipta Pasal 10 menyebutkan
Penggunaan Secara Komersial Ciptaan.” bahwa : “Pengelola tempat perdagangan
Menggandakan buku menjadi hal yang dilarang membiarkan penjualan dan/atau
biasa saja dalam kehidupan masyarakat karena penggandaan barang hasil pelanggaran Hak
sudah menjadi kebiasaan tanpa memikirkan Cipta dan/atau Hak Terkait di tempat
kerugian pihak lain. Kurangnya sosialisasi perdagangan yang dikelolanya.” Pelanggar
terhadap hal ini membuat pelangaaran terhadap pasal 10 tersebut dapat dikenai pidana denda
karya cipta buku tidak terkendali. paling banyak Rp. 100.000.000 (seratus juta
Perlindungan hak cipta secara individual pada rupiah) sesuai dengan Pasal 114 Undang-
hakikatnya merupakan hal yang tidak dikenal di Undang Hak Cipta.
Indonesia. Suatu ciptaan oleh masyarakat Dalam pasal tersebut menjelaskan
dianggap secara tradisi sebagai milik bersama. bahwa adanya larangan bagi pengelola tempat
Adapun dalam pandangan tradisi segi nilai perdagangan untuk membiarkan penjualan
moral hak cipta lebih menonjol dari pada nilai dan/atau penggandaan, namun belakangan ini
ekonominya. Pada akhirnya, timbul kesadaran pelanggaran atas karya cipta dalam
bahwa ciptaan itu perlu perlindungan hukum penggandaan buku semakin marak dan telah
setelah dihadapinya bahwa ciptaan tersebut mengakibatkan dunia industri perbukuan tidak
mempunyai nilai ekonomi. Dikatakan Hak lagi mendapatkan pemberlakuan yang layak,
Ekonomi karena HKI adalah benda yang dapat hal tersebut dapat dilihat dari tempat
dinilai dengan uang. Hak ekonomi tersebut perdagangan maupun penyedia jasa fotokopi
berupa keuntungan sejumlah uang yang yang meremehkan eksistensi hak cipta, bahkan
diperoleh karena penggunaan oleh pihak lain pengelola tempat perdagangan tersebut telah
berdasarkan lisensi. Hak ekonomi itu menyediakan tempat untuk penjualan barang
diperhitungkan karena HKI dapat digunakan / hasil pelanggaran hak cipta.
dimanfaatkan oleh pihak lain dalam Namun, harus jeli dalam membedakan
perindustrian atau perdagangan yang yang dimaksud dengan pengelola dan pelaku
mendatangkan keuntungan. usaha. Menurut penulis sendiri pengelola
Akan tetapi, terdapat suatu pembatasan adalah seseorang yang dalam kegiatannya
hak cipta yang terdapat dalam Bab VI Undang- menyediakan tempat bagi orang lain untuk
Undang Hak Cipta itu sendiri. Pasal 44 ayat (1) menjalankan usahanya sedangkan pelaku
huruf a memberikan pengecualian di mana usaha adalah seseorang yang menjalankan
penggandaan untuk keperluan pendidikan usahanya dengan caranya sendiri baik dalam
tidak dianggap sebagai pelanggaran hak cipta hal tempat maupun biaya. Seiring dengan
apabila menyebutkan sumbernya. Bahkan pemberlakuan Undang-Undang Hak Cipta
dalam Pasal 46 menyebutkan bahwa: Nomor 28 Tahun 2014 yang terbilang masih
“Penggandaan untuk kepentingan pribadi atas baru dan belum dapat diimplementasikan,
Ciptaan yang telah dilakukan Pengumuman seharusnya pengelola tempat perdagangan
hanya dapat dibuat sebanyak 1 (satu) salinan menyadari bahwa membiarkan perdagangan
dan dapat dilakukan tanpa izin Pencipta atau hasil pelanggaran hak cipta secara terbuka dan
Pemegang Hak Cipta. ” terang-terangan tanpa adanya rasa takut akan
Permasalahan selanjutnya justru timbul melanggar hukum, meskipun aturan telah
dari tempat fotokopi itu sendiri, di mana ada diberlakukan.dapat memberikan kerugian yang
Hak Cipta Pembajakan Buku (Diah, Erinda)137

besar bagi pencipta maupun pemegang hak sehingga tidak ada pihak lain yang dapat
cipta baik hak ekonomi maupun hak moral. memanfaatkan hak tersebut tanpa izin
Selain itu tingginya pendidikan Pencipta. Pemegang Hak Cipta yang
mahasiswa tidak menjamin bahwa mereka bukan Pencipta hanya memiliki sebagian
mengetahui berlakunya Undang-Undang Hak dari hak eksklusif berupa hak ekonomi. 11
Cipta dan memahami isinya yang pada Perlindungan hak ekonomi pencipta atau
akhirnya bisa mempengaruhi sikap pemegang hak cipta atas buku yang dibajak
penghargaan terhadap suatu hasil karya cipta dan diperjual belikan, menurut Pasal 40 ayat
buku. Disisi lain, bisa saja dikatakan bahwa (1) huruf a Undang - Undang Republik
tindakan penggandaan buku-buku tersebut Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak
semata-mata hanya untuk memudahkan Cipta.
transaksi, agar saat ada yang datang dan ingin
memfotokopi, ia tidak perlu lagi menunggu. 2. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi
Dalam menjawab persoalan ini, sangat masyarakat yang berpendapat bahwa
disayangkan bahwa dalam Undang-Undang fotokopi buku dan membeli buku
Hak Cipta tidak terdapat penjelasan lebih bajakan merupakan kegiatan tidak
lanjut mengenai Pasal 10 dan Pasal 114. melanggar hukum dengan adanya
Batasan menyalin dan menggandakan peraturan yang terpapar dalam Pasal 40
karya cipta buku menurut Undang-Undang Ayat (1) Huruf (a) Undang-Undang
Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014
diantaranya adalah dengan lisensi wajib tentang Hak Cipta di Pasar.
(compulsory licensing). Tentang lisensi wajib Perlindungan terhadap sebuah karya
ini diatur dalam pasal 84 Undang-Undang Hak cipta khususnya buku yang marak ditawarkan
Cipta Nomor 28 Tahun 2014. Kebebasan di pasaran, dalam hal ini penghargaan akan
penggunaan hak cipta tidak boleh meniadakan karya cipta masih rendah, sehingga
kewenangan dari negara untuk mewajibkan perlindungannya pun belum dapat dipenuhi
pencipta/pemegang hak cipta memberikan secara optimal, bahkan jauh dari sempurna.
lisensi wajib kepada pihak lain untuk Dapat dikatakan bahwa kebutuhan dan
menerjemahkan atau memperbanyak hasil keadaan ekonomi, dan kebutuhan akan buku
ciptaannya dengan imbalan yang wajar. mendukung beredarnya buku bajakan.
Pemberian lisensi wajib didasarkan Fenomena ini seolah menjadi budaya yang
pada pertimbangan tertentu, yakni bila negara sudah biasa dan saling berkaitan satu sama lain
memandang perlu atau menilai suatu ciptaan yaitu antara penerbit, pedagang, dan penikmat
sangat penting artinya bagi kehidupan buku yaitu masyarakat sendiri. Selain karena
masyarakat dan negara, misalnya untuk tujuan faktor budaya, lemahnya peran aparat dalam
pendidikan, pengajaran, ilmu pengetahuan, melakukan razia akan menjadikan faktor
penelitian, pertahanan, keamanan, dan keberadaan buku bajakan yang marak terjadi di
ketertiban masyarakat yang membutuhkan pasaran.
pemakaian ciptaan tesebut. Hal ini Dalam kasus pembajakan buku,
sebagaimana dijelaskan di dalam Pasal 4 kepolisian tidak dapat turun langsung untuk
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 merazia buku-buku bajakan tanpa adanya
Tentang Hak Cipta. laporan dari pihak penerbit. Pihak kepolisian
Berkaitan dengan hak eksklusif, yang juga menunggu dari aduan pihak yang
dimaksud dengan hak eksklusif adalah hak dirugikan yaitu Pencipta dan/atau Pemegang
yang hanya diperuntukkan bagi Pencipta, Hak Cipta serta Penerbit. Jika kenyataan yang

11
INDONESIA, Undang-Undang Nomor 28
tahun 2014 Tentang Hak Cipta Pasal 4
Hak Cipta Pembajakan Buku (Diah, Erinda)138

terjadi adalah saling menunggu karena undang- melaksanakan tugasnya dengan baik. Hal ini
undang mengatur bahwa pembajakan adalah dikarenakan adanya Pasal yang mengatur
sebuah delik aduan, maka dari pihak yang bahwa pembajakan adalah delik aduan.
dirugikan dari pembajakan buku inilah yang sehingga Kepolisian, Kejaksaan dan
harus lebih tanggap dan berani untuk Pengadilan hanya dapat menindak kasus
mengambil tindakan yaitu mengadukan kasus pembajakan ini ketika ada aduan dari pihak
pembajakan yang terjadi di lapangan. Namun terkait. Peraturan yang ada hanya sebatas
pada faktanya pihak-pihak yang terkait dan tertuang dalam suatu undang-undang, belum
dirugikan atas kasus pembajakan buku ini ditegakkan dalam pelaksanaannya. Seharusnya
seolah membiarkan kasus tersebut terjadi dan sosialisasi undang-undang Hak Cipta
makin parah dari waktu ke waktu, tanpa dilakukan oleh pihak Kepolisian, Kejaksaan,
adanya sebuah gerakan untuk mengurangi dan Pengadilan kepada masyarakat sebagai
bahkan memberantas kasus pembajakan buku upaya untuk melakukan perubahandan budaya
yang terjadi. pelanggaran hak cipta dalam masyarakat yang
Perkembangan budaya hukum Right To telah melekat.
Copy yang semakin marak terjadi menjadi Sedangkan dari pihak Pedagang dan
salah satu alasan perlunya lembaga manajemen Pembeli serta Masyarakat sendiri, masih
kolektif untuk melakukan penyuluhan, sangat jarang ditemui kesadaran untuk
bimbingan dan bermacam-macam aktivitas melakukan upaya perlindungan terhadap Hak
lainnya guna memasyarakatkan tentang dunia Ekonomi Pencipta dan/atau Pemegang Cipta.
hak cipta dan perlindungan hukum khususnya Tuntutan akan keadaan dan kebutuhan
dalam bidang penggandaan buku dengan mesin ekonomi yang semakin tinggi, mengharuskan
fotocopy.12Dalam kasus ini. mereka untuk membajak karya cipta milik
Masyarakat seharusnya sadar dan orang lain dan menikmati hasil bajakan karya
paham bahwa sebuah karya cipta haruslah cipta orang lain dalm bentuk buku bajakan.
dilindungi dan dihargai, namun kembali lagi Walaupun memang beberapa dari
mengingat kebutuhan akan buku dan keadaan mereka sudah ada yang menghargai suatu
ekonomi yang rendah menjadikan hal ini karya cipta dengan memulainya dari diri
menjadi wajar. Upaya yang telah dilakukan sendiri. Upaya yang harus dilakukan
dalam mengatasi hambatan dalam pelaksanaan diantaranya adalah dengan meningkatkan
Pasal 40 ayat (1) huruf a Undang-Undang kesadaran dan penghormatan terhadap karya
Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 cipta orang lain. Memang bukan pekerjaan
tentang Hak Cipta. Pemerintah sebagai yang mudah, maka dari itu harus didukung
pembuat dan penguji undang-undang, telah sarana dan prasarana yang memerlukan biaya
mengatur Hak Cipta dalam suatu Undang- yang sangat besar, selain itu juga ditingkatkan
Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun dukungan bagi akademisi, mahasiswa, aparat
2014 Tentang Hak Cipta, dimana mengenai penegak hukum, pemerintah dan masyarakat
hak cipta buku diatur di dalam Bab XVII awam tentang hak cipta. Selanjutnya, membuat
Ketentuan Pidana Pasal 113 Ayat (3) dan (4), kampanye dengan poster, tulisan-tulisan
Pasal 114, dan Pasal 120 Undang-Undang tentang ajakan atau larangan tentang hak cipta
Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 kemudian ditempel di tempat sebagai obyek
Tentang Hak Cipta. hak cipta misalnya perpustakaan, mesin
Dalam prakteknya para penegak hukum fotokopi dan buku koleksi perpustakaan.
seperti Polisi, Jaksa dan Hakim belum

12
H. OK,Saidin, Aspek Hukum Hak Kekayaan
Intelektual ( Intellectual Property Rights), Raja
Grafindo Persada, 2007, hlm 127
Hak Cipta Pembajakan Buku (Diah, Erinda)139

SIMPULAN pembuat undang-undang baru sebatas


mengatur perlindungan hak cipta dalam
Dari hasil penelitian yang telah dibahas di atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
maka dapat dismpulkan sebagai berikut : 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta. Lembaga
1. Peraturan perundang-undangan tentang hak penegak hukum mulai dari kepolisian,
cipta atas buku yang termuat dalam kejaksaan, dan pengadilan hanya sebatas
Undang-Undang Republik Indonesia menunggu aduan terhadap terjadinya kasus
Nomor 28 Tahun 2014 Pasal 40 ayat (1) pembajakan buku dan memberikan
huruf a tentang perlindungan hak cipta yang sosialisasi kepada masyarakat tentang
marak terjadi pelanggaran pembajakan pentingnya mengharagai hak cipta.
buku yang diperjualbelikan dalam industri
pasar buku. Sistem perundang-undangan ini SARAN
belum terlaksana dengan baik, bahkan
masih banyak masyarakat yang Dari penelitian diatas, penulis menyarankan
mengesampingkan undang-undang hak sebagai berikut:
cipta tersebut. Masyarakat sudah terbiasa 1. Terkait ketentuan pasal yang mengatur
dengan proses pembajakan yang dinilai tentang pembatasan hak cipta dalam
wajar untuk dilakukan dan belum adanya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014
kesadaran untuk menghargai karya pencipta tentang Hak Cipta, sebaiknya lebih
buku. Sehingga peraturan yang ada diperjelas lagi dalam ketegori jumlah
mengenai perlindungan hak cipta atas karya seseorang boleh menyalin dan
buku yang dimiliki oleh seorang pencipta menggandakan suatu karya cipta.
hanya dituliskan dalam sebuah Undang- 2. Penting untuk dijelaskan tindakan
Undang Hak Cipta tanpa adanya tindakan menggandakan buku untuk kategori
yang tegas dari penegak hukum dan kepentingan pendidikan, maksud penulis
pelaksanaan yang nyata dalam pemasaran dijelaskan kategori-kategori serta contohnya
buku di masyarakat. sehingga dapat dipahami penggandaan buku
2. Keberadaan tempat fotokopi yang seperti apa yang masuk kedalam
memberikan banyak manfaat memang tidak kepentingan pendidikan.
dapat dipungkiri. Selain menguntungkan 3. Pentingnya sosialisasi terhadap masyarakat
secara ekonomi (baik bagi masyarakat dan pihak yang berwajib mengenai
maupun tukang fotokopi sebagai mata pentingnya perlindungan terhadap suatu
pencaharian), tempat-tempat ini juga karya cipta perlu diberikan, karena
menolong fotokopi buku-buku bagi pelajar bagaimanapun juga permasalahan ini
yang sudah tidak diproduksi lagi. Pasal 99 bukanlah masalah yang dapat disepelekan,
Undang-Undang Hak Cipta menjelaskan hal ini bertujuan agar penegak hukum lebih
bahwa pemegang Hak Cipta dapat tegas terkait pelanggaran hak cipta dan juga
mengajukan gugatan ganti rugi atas pedagang buku dan masyarakat mengerti
pelanggaran Hak Cipta atau produk hak pentingnya hak cipta.
terkait. Akan tetapi, dalam situasi
penggandaan buku-buku lama, tidak ada lagi DAFTAR PUSTAKA
pihak yang dapat mengajukan gugatan.
Upaya yang dilakukan oleh pemerintah dan BUKU
masyarakat serta pihak terkait belum mampu Alnda Citraninda Noerhadi, Sejarah Hak Cipta
untuk mengurangi bahkan memberantas Lukisan, 2012, Jakarta, komunitas
pembajakan buku. Belum ada upaya yang Bambu.
berarti untuk menindak kasus pembajakan Denny Kusmawan, Perlindungan Hak Cipta
buku, peran serta Pemerintah sebagai Atas Buku, Jurnal, Surabaya, 2014.
Hak Cipta Pembajakan Buku (Diah, Erinda)140

Eddy Damian, 1999, Hukum Hak Cipta


menurut beberapa Konvensi
Internasional, Undang-Undang Hak
Cipta 1997 dan Perlindungannya
Terhadap Buku serta Perjanjian
Perbitannya, Bandung, PT Alumni.
H. OK,Saidin, Aspek Hukum Hak Kekayaan
Intelektual ( Intellectual Property
Rights), Raja Grafindo Persada, 2007,
Kesowo Bambang, Pengantar Umum Mengenai
HaKI di Indonesia, Makalah, Jogjakarta,
1994.
Mukti Fajar ND dan Yulianto Achmad,
Dualisme Peneltian Hukum Normatif
Dan Empiris, Jogjakarta, 2010.
Satjipto Rahardjo, 2004, Ilmu Hukum, Alumni,
Bandung. Lihat juga Eddy Damian, 2004,
Hukum Hak Cipta: UUHC No. 19 Tahun
2002, Alumni, Bandung
Thomas Aquinas, The End Of Man: Summa
Contra Gentilles 3nd Book, The Modern
Library, New York, hlm. 429-477. Lihat
juga Agus Sardjono , 2006, Hak
Kekayaan Intelektual dan Pengetahuan
Tradisional, Alumni.
UNDANG-UNDANG
Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta

Anda mungkin juga menyukai