ADMINISTRASI DAN
SUPERVISI PENDIDIKAN
Katalog dalam Terbitan (KDT)
ADMINISTRASI DAN SUPERVISI PENDIDIKAN
Penulis : Sohiron
Layout isi : Jonri Kasdi
Design Cover : Mutiara Design
ISBN : 978-602-6879-12-7
Kreasi Edukasi
Publishing and Consulting Company
Jl. Swadaya Kom. Rindu Serumpun 4 Blok B-06
Kel. Delima Kec. Tampan - Pekanbaru
Mobile Phone : +6285216905750
ii
Kata Pengantar
Penulis,
Sohiron
iii
Daftar Isi
iv
G. Administrasi Tata Laksana ............................... 111
H. Administrasi Layanan Khusus ......................... 112
v
Administrasi dan Supervisi Pendidikan
BAB I
KONSEP ADMINISTRASI PENDIDIKAN
1Reza Baizuri, Tadbir dan Adab sebagai Kerangka Teori Manajemen Islam,
http://www.komunitasnuun.org/2014/03/tadbir-dan-adab-sebagai-kerangka-
teori-manajemen-islam-1/, di download 10 April 2015.
1
Sohiron
2
Administrasi dan Supervisi Pendidikan
3
Sohiron
4
Administrasi dan Supervisi Pendidikan
5
Sohiron
6
Administrasi dan Supervisi Pendidikan
7
Sohiron
8
Administrasi dan Supervisi Pendidikan
9
Sohiron
BAB II
TEORI ADMINISTRASI PENDIDIKAN
A. Teori Klasik
Taylor adalah orang yang pertama mengembangkan
manajemen ilmiah. Ia seorang ahli teknik yang memulai
pekerjaannya di pabrik baja Midvale Steel Company Philadelphia
(USA) sebagai pekerja biasa selama enam tahun. Setalah enam
tahun bekerja taylor diangkat menjadi Chief Engineer. Ada tahun
1886 ia meneliti usaha-usaha untuk meningkatkan produktivitas
kerja berdasarkan waktu dan gerak (time and motion study) ia
berpendapat bahwa efisiensi perusahaan rendah karena banyak
waktu dan gerak-gerak buruh yang tidak produktif. Taylor
terkenal sebagai bapak Manajemen Ilmiah (The Father of Scientific
Management).
Dalam berbagai bukunya istilah manajemen ilmiah sering
diartikan berbeda. Pertama, manajemen ilmiah adalah penerapan
metode ilmiah dalam studi, analisis, dan pemecahan masalah-
masalah organisasi. Kedua, manajemen ilmiah adalah seperangkat
mekanisme atau teknik (a big of tricks) guna meningkatkan
efisiensi dan keefektifan organisasi. Taylor telah memberikan
prinsip-prinsip dasar penerapan pendekatan ilmiah dalam
manajemen dan mengembangkan teknik-teknik untuk mencapai
efisiensi dan keefektifan organisasi. Ia berasumsi bahwa manusia
harus diperlakukan seperti mesin. Dalam bekerja setiap manusia
harus diawasi oleh supervisor secara efektif dan efisien. Peran
supervisor harus diterapkan dengan maksimal, setiap manusia
10
Administrasi dan Supervisi Pendidikan
11
Sohiron
12
Administrasi dan Supervisi Pendidikan
13
Sohiron
14
Administrasi dan Supervisi Pendidikan
15
Sohiron
16
Administrasi dan Supervisi Pendidikan
17
Sohiron
C. Teori Prilaku
Perilaku (behavior) dapat dipahami melalui tiga
pendekatan, yaitu dengan model, 1) Rasional, 2) Sosiologis, 3)
Pengembangan hubungan manusiawi. Model rasional
memusatkan perhatiannya pada anggota organisasi yang
diasumsikan bersifat rasional dan mempunyai berbagai
kepentingan, kebutuhan, motif, dan tujuan. Model sosiologis
lebih memusatkan perhatiannya pada pengetahuan antropologi,
sosiologi dan psikologi. Model pengembangan hubungan
manusia lebih memusatkan perhatiannya pada tujuan yang ingin
dicapai dan pengembangan berbagai sistem motivasi menurut
jenis motivasi agar dapat meningkatkan produktivitas kerja.16
Beberapa prinsip perilaku antara lain sebagai berikut:
1. Pendekatan motivasi yang menghasilkan komitmen
pekerja sangat dibutuhkan.
2. Manajemen tidak dapat dianggap sebagai suatu proses
teknik yang kaku.
3. Manajemen harus sistematis dan sistemik.
4. Pendekatan yang digunakan dalam manajemen harus
hati-hati.
5. Organisasi sebagai suatu keseluruhan.
6. Kepemimpinan diterapkan dengan situasi bawahannya.
7. Unsur manusia merupakan kunci utama yang
menentukan sukses atau gagalnya organisasi dalam
mencapai tujuannya.
8. Manajer masa kini harus dididik dan dilatih untuk
memahami dan menerapkan konsep-konsep manajemen.
9. Komitmen dapat ditingkatkan melalui partisipasi dan
keterlibatan pekerja.
18
Administrasi dan Supervisi Pendidikan
D. Teori Kuantitatif
Teori ini ditandai dengan berkembangnya tim penelitian
operasi (operasional research) dalam pemecahan masalah-masalah
industri. Hal ini didasari atas kesuksesan tim penelitian operasi
Inggris pada Perang Dunia II. Teknik penelitian operasi dan
semakin berkembang sejalan dengan kemajuan komputer,
transortasi dan komunikasi. Teknik penelitian operasi
selanjutnya disebut dengan sebagai pendekatan manajemen
ilmiah. Pendekatan manajemen ilmiah dipakai dalam banyak
kegiatan seperti penganggaran modal, manajemen produksi,
penjadwalan, pengembangan strategi produk, pengembangan
SDM, dan perencanaan program.
Langkah-langkah dalam manajemen ilmiah antara lain, 1)
perumusan masalah, 2) penyusunan suatu model matematis, 3)
penyelesaian model, 4) pengujian model, 5) penetapan
pengawasan atas hasil dan 6) pelaksanaan (implementasi).
E. Teori Sistem
Sistem berasal dari bahasa Yunani, system. Sistem
menurut Shpre & Voich seperti yang dikutip Husaini Usman
adalah suatu keseluruhan yang terdiri dari sejumlah bagian-
bagian. Menurut Banghart sistem adalah sekelompok elemen-
elemen yang saling berkaitan secara bersama-sama diarahkan
untuk mencapai tujuan yang ditentukan. Koontz & O’Donnel
mendefinisikan sistem sebagai keseluruhan bukan hanya bagian-
bagian karena sistem yang bersangkutan dipandang sebagai
suatu totalitas. Winardi mendefinisikan sistem seperti tabel di
bawah ini:
19
Sohiron
20
Administrasi dan Supervisi Pendidikan
F. Teori Kontingensi
Teori ini mencoba untuk menerapkan berbagai
pendekatan manajemen terdalu pada kehidupan nyata atau
kondisi dan situasi tertentu. Perbedaan kondisi dan situasi
21
Sohiron
22
Administrasi dan Supervisi Pendidikan
BAB III
FUNGSI DAN RUANG LINGKUP ADMINISTRASI
PENDIDIKAN
23
Sohiron
24
Administrasi dan Supervisi Pendidikan
2. Pengorganisasian
a. Pengertian
Dalam definisi manejemen disebutkan adanya
usaha bersama oleh sekelompok orang untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya, dengan
25
Sohiron
26
Administrasi dan Supervisi Pendidikan
c. Cara pengorganisasian
Agar tujuan usaha bersama dapat tercapai dalam
tata kerja yang baik, maka sebuah organisasi harus
memenuhi prinsip-prinsip sebagai berikut:
1). Memiliki tujuan yang jelas yang dipahami dan
diterima oleh seluruh anggota sehingga dalam
organisasi tersebut hanya terdapat satu kesatuan arah.
Tujuan ini lazim disebut sebagai visi, berasal dari
bahasa Inggris vision, yaitu hasil yang dicita-citakan.
Sementara orang mengatakan bahwa rumusan visi ini
harus yang umum dan abstrak. Namun menurut
penulis, karena visi ini adalah hasil yang akan dicapai,
maka wujudnya harus jelas, difahami oleh semua
anggota yang akan ikut bersama-sama mencapai
tujuan.
Dalam organisasi pendidikan, visi ini harus
dirumuskan secara jelas dan rinci. Sebagai contoh,
sebuah kursus komputer, perlu merumuskan visi
dengan jelas agar siapa saja yang ingin belajar
komputer disitu mengetahui dan dapat menuntut
apabila setelah lulusan tidak atau belum mencapai
seperti yang dirumuskan dalam visi.
2). Memiiki struktur organisasi yang:
a) Menggambarkan adanya satu perintah, adanya
keseimbangan tugas, wewenang dan
tanggungjawab.
27
Sohiron
3. Pengarahan
a. Pengertian
Yang dimaksud dengan pengarahan adalah suatu
usaha yang dilakukan oleh pimpinan untuk memberikan
penjelasan, petunjuk serta bimbingan kepada orang-orang
yang menjadi bawahannya sebelum dan selama
melaksanakan tugas.
b. Manfaat bimbingan
Walaupun dalam pengorganisasian telah
ditentukan pembidangan serta penentuan unit-unit kerja
tetapi masih diperlukan adanya penjelasan, petunjuk dan
pembimbingan terhadap para petugas yang terlibat baik
struktural maupun fungsional agar pelaksanaan tugas
dapat berjalan denga lancar. Pengarahan yang dilakukan
sebelum memulai bekerja berguna untuk menekankan
hal-hal yang perlu ditangani, urutan prioritas, prosedur
kerja dan lain-lainnya agar pelaksanaan pekerjaan dapat
efektif dan efisien. Pengarahan yang dilakukan selama
melaksanakan tugas bagi orang-orang yang terlibat
dimaksudkan untuk mengingatkan (refresing) ataupun
meluruskan apabila terjadi penyelewengan atau
penyimpangan.
c. Cara Pengarahan
Pengarahan dapat dilakukan oleh pimpinan
sendiri maupun wakil-wakil yang ditunjuk antara lain:
28
Administrasi dan Supervisi Pendidikan
4. Pengawasan
a. Pengertian
Yang dimaksud dengan pengawasan adalah usaha
pimpinan untuk mengetahui semua hal yang
menyangkut pelaksanaan kerja, khususnya untuk
mengetahui kelancaran kerja para pegawai dalam
melaksanakan tugas mencapai tujuan. Kegiatan
pengawasan sering juga disebut kontrol, penilaian,
penilikan, monitoring, supervisi dan sebagainya. Tujuan
utama pengawasan adalah agar dapat diketahui tingkat
pencapaian tujuan dan menghindarkan terjadinya
penyelewengan. Oleh karena itu pengawasan dapat
diartikan sebagai pengendalian.
b. Manfaat Pengawasan
Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa
pengawasan itu perlu dilakukan agar jalannya
pelaksanaan kerja dapat diketahui tingkat
penyampaiannya ke tujuan dan agar tidak terjadi
penyimpangan, atau toh terjadi, tidak berlarut-larut.
Pengawasan sebagai kontrol, bertujuan untuk mengukur
29
Sohiron
30
Administrasi dan Supervisi Pendidikan
BAB IV
RUANG LINGKUP KAJIAN ADMINISTRASI
PENDIDIKAN
A. Administrasi Kesiswaan
1. Pengertian dan Tujuan Administrasi Kesiswaan
Siswa menurut Oemar Hamalik adalah komponen
input dalam proses pendidikan.21 Menurut Sururi peserta
didik adalah komponen masukan dalam sistem pendidikan,
yang selanjutnya diproses, dalam proses pendidikan,
sehingga menjadi manusia yang berkualitas sesuai dengan
tujuan pendidikan nasional.22 Sedangkan menurut
Mohammad Ali mengemukakan bahwa siswa adalah peserta
didik yang memerlukan bekal agar dapat hidup dan
menghadapi kehidupan dengan layak pada masanya.23
Sedangkan menurut Undang - Undang No. 20 Tahun
2003 tentang sistem pendidikan pada Bab I pasal 1 ayat 4
Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha
mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran
yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan
tertentu.
Administrasi peserta didik dapat diartikan sebagai
usaha pengaturan terhadap peserta didik mulai dari peserta
31
Sohiron
32
Administrasi dan Supervisi Pendidikan
2004 , hlm 79
33
Sohiron
34
Administrasi dan Supervisi Pendidikan
35
Sohiron
3) Melaksanakan penyaringan;
4) Mengadakan pengumuman penerimaan;
5) Mendaftar kembali calon yang sudah di terima; dan
6) Melaporkan hasil pekerjaannya kepada pimpinan
sekolah.28
Sedangkan Ali Imron,29 prosedur penerimaan
peserta didik baru adalah sebagai berikut:
1) Pembentukan panitia penerimaan peserta didik baru;
2) Rapat penentuan peserta didik baru;
3) Pembuatan, pemasangan/pengiriman pengumuman
peserta didik baru;
4) Pendaftaran calon peserta didik baru;
5) Seleksi peserta didik baru;
6) Penentuan peserta didik yang diterima;
7) Pengumuman peserta didik yang diterima; dan
8) Registrasi (daftar ulang) peserta didik yang diterima.
Pedoman dan prosedur penerimaan peserta
didik tertuang di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 17
tahun 2010 sebagaimana telah diubah menjadi Peraturan
Pemerintah Nomor 66 tahun 2010 tentang Pengelolaan
dan Penyelenggaraan pendidikan.
Penerimaan peserta didik jenjang pendidikan dasar
dijelaskan pada pasal 69 – 75. Pasal 69 dengan 6 ayat
sebagai berikut:
1. Peserta didik pada SD/MI atau bentuk lain yang
sederajat paling rendah berusia 6 (enam) tahun.
2. Pengecualian terhadap ketentuan pada ayat (1) dapat
dilakukan atas dasar rekomendasi tertulis dari
psikolog profesional.
3. Dalam hal tidak ada psikolog profesional,
rekomendasi dapat dilakukan oleh dewan guru
36
Administrasi dan Supervisi Pendidikan
37
Sohiron
38
Administrasi dan Supervisi Pendidikan
39
Sohiron
40
Administrasi dan Supervisi Pendidikan
41
Sohiron
42
Administrasi dan Supervisi Pendidikan
43
Sohiron
44
Administrasi dan Supervisi Pendidikan
2. Achievement Grouping
Pengelompokan peserta didik didasarkan pada
prestasi yang dicapai oleh siswa. Dalam
pengelompokan ini biasanya diadakan percampuran
antara peserta didik yang berprestasi tinggi dengan
peserta didik yang berprestasi rendah.
3. Aptitude Grouping
Pengelompokan peserta didik didasarkan atas
kemampuan dan bakat yang sesuai dengan apa yang
dimiliki peserta didik itu sendiri.
4. Attention or Interest Grouping
Pengelompokan peserta didik didasarkan atas
perhatian atau minat yang didasari kesenangan
peserta didik itu sendiri. Pengelompokan ini didasari
oleh adanya peserta didik yang mempunyai bakat
dalam bidang tertentu namun peserta didik tersebut
tidak senang dengan bakat yang dimilikinya.
5. Intelligence Grouping
Pengelompokan peserta didik yang didasarkan atas
hasil tes intelegensi yang diberikan kepada peserta
didik itu sendiri.
45
Sohiron
46
Administrasi dan Supervisi Pendidikan
B. Administrasi Kurikulum
1. Pengertian Kurikulum
Kurikulum dalam bahasa latin yaitu ‘curere’, yang
bermakna laluan atau jejak. Dengan demikian, kurikulum
dimengerti sebagai suatu laluan atau jejak yang akan
ditelusuri. Makna ini meluas menjadi ‘jurusan’. 31
Dalam bahasa arab, kata kurikulum bisa diungkapkan
dengan manhaj yang berarti jalan yang terang yang dilalui
oleh manusia pada berbagai bidang kehidupan. Sedangkan
47
Sohiron
48
Administrasi dan Supervisi Pendidikan
2. Komponen kurikulum
Menurut Prof. Dr. H. Ramayulis komponen kurukulum
meliputi:
a. Tujuan, yang ingin dicapai meliputi: tujuan akhir, tujuan
umum, tujuan khusus dan tujuan sementara.
49
Sohiron
50
Administrasi dan Supervisi Pendidikan
51
Sohiron
52
Administrasi dan Supervisi Pendidikan
53
Sohiron
c. Implementasi Kurikulum
Berkaitan dengan implementasi kurikulum yang
berbasis pada kompetensi dikembangkan dengan
berorientasi kepada pengembangan kepribadian, menuju
pada kurikulum yang berorientasi pada kehidupan dan
dunia pekerjaan. Kemampuan guru dalam implementasi
kurikulum sebagai berikut:
1) Pemahaman esensi dari tujuan-tujuan yang ingin
dicapai dalam kurikulum.
2) Kemampuan untuk menjabarkan tujuan-tujuan
kurikulum tersebut menjadi tujuan yang lebih
spesifik.
3) Kemampuan untuk menerjemahakan tujuan khusus
kepada kegiatan pembelajaran.
d. Evaluasi Kurikulum
Rumusan evaluasi menurut Gronlund adalah
suatu proses yang sistematis dari pengumpulan, analisis
dan interpretasi informasi atau data untuk menentukan
sejauh mana siswa telah mencapai tujuan pembelajaran.
Sementara itu, Hopkins dan Antes mengemukakan
evaluasi adalah pemeriksaan secara terus menerus untuk
mendapatkan informasi yang melipui siswa, guru,
program pendidikan, dan proses belejar mengajar untuk
mengetahui tingkat perubahan siswa dan ketetapan
keputusan tentang gamabaran siswa dan efektifitas
program.
Pada hakikatnya tujuan evaluasi mencakup dua
hal. Pertama, evalusi digunakan untuk menilai efektifitas
program. Kedua, evaluasi dapat digunakan sebagai alat
bantu dalam implementasi kurikulum atau pembelajaran.
54
Administrasi dan Supervisi Pendidikan
55
Sohiron
2. Pendidik
Pendidik merupakan tenaga profesional yang
bertugas merencanakan dan melaksanakan proses
pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan
pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian
dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi
pendidik pada perguruan tinggi (UU No. 20/2003 pasal 39).
Sedangkan menurut Ahmad Tafsir yang
dikemukan oleh Sulistiyorini adalah orang-orang yang
bertanggung jawab terhadap perkembangan
anak didik dengan mengupayakan perkembangan
seluruh potensi anak didik, baik potensi afektif, potensi
kognitif, maupun potensi pikomotorik.40
Pendidik adalah bapak rohani (spiritual father) bagi
anak didik yang memberikan santapan jiwa dengan ilmu
pembinaan akhlak mulia, dan meluruskannya. Oleh
karena itu, pendidik mempunyai kedudukan yang tinggi
sebagaimana yang dilukiskan dalam hadits Nabi
Muhammad saw. bahwa :“Tinta seorang ilmuwan (ulama)
lebih berharga ketimbang darah seorang syuhada”41
Menurut PP No. 17 tahun 2010 dan telah diubah
menjadi No. 66 Tahun 2010 Pasal 171 Pendidik
merupakan tenaga kependidikan yang berkualifikasi
sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar,
widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan
56
Administrasi dan Supervisi Pendidikan
57
Sohiron
3. Tenaga Kependidikan
Merupakan tenaga yang bertugas merencanakan
dan melaksanakan administrasi, pengelolaan,
pengembangan, pengawasan, dan pelayanan teknis untuk
menunjang proses pendidikan pada satuan pendidikan.43
Menurut PP No. 17 tahun 2010 dan telah diubah
menjadi No. 66 Tahun 2010 Pasal 173 Tenaga
kependidikan selain pendidik mencakup pengelola satuan
pendidikan, penilik, pengawas, peneliti, pengembang,
tenaga perpustakaan, tenaga laboratorium, teknisi sumber
belajar, tenaga administrasi, psikolog, pekerja sosial,
terapis, tenaga kebersihan dan keamanan, serta tenaga
dengan sebutan lain yang bekerja pada satuan
pendidikan.
58
Administrasi dan Supervisi Pendidikan
59
Sohiron
60
Administrasi dan Supervisi Pendidikan
b. Rekrutmen
Pengadaan pegawai merupakan kegiatan untuk
memenuhi kebutuhan pegawai pada satuan pendidikan,
baik jumlah maupun kualitasnya. Untuk mendapatkan
pegawai yang sesuai dengan kebutuhan, dilakukan
kegiatan rekruitmen, yaitu usaha untuk mencari dan
mendapatkan calon-calon pegawai yang memenuhi
syarat sebanyak mungkin, untuk kemudian dipilih calon
terbaik dan tercakap.
Untuk kepentingan tersebut perlu dilakukan
seleksi. Proses seleksi adalah serangkaian langkah-
langkah kegiatan yang digunakan untuk memutuskan
apakah pelamar diterima atau ditolak.
Menurut Sondang P. Siagian, Proses seleksi paling
sedikit terdiri dari delapan langkah. Langkah-langkah
yang ditempu adalah sebagai berikut:
1) Penerimaan surat lamaran;
2) Penyelenggaraan ujian;
3) Wawancara seleksi;
4) Pengecekan latar belakang pelamar dan surat-
surat referensinya;
5) Evaluasi kesehatan;
6) Wawancara oleh pimpinan yang akan menjadi
atasan langsunnya;
7) Pengenalan pekerjaan; dan
8) Keputusan atas lamaran.
Seleksi guru memperhatikan kompetensi
akademik dan kemampuan bidang studi, keterampilan
berkomunikasi, dan kemampuan paedagodis. Kriteria
seleksi menekankan pada faktor personal. Kegiatan
identifikasi dan penentuan kriteria seleksi, kepala sekolah
harus membentuk tim seleksi yang dalam hal ini
termasuk kepala dinas pendidikan dan perwakilan kepala
61
Sohiron
62
Administrasi dan Supervisi Pendidikan
63
Sohiron
64
Administrasi dan Supervisi Pendidikan
65
Sohiron
66
Administrasi dan Supervisi Pendidikan
67
Sohiron
68
Administrasi dan Supervisi Pendidikan
e. Kompensasi Pegawai
Kompensasi adalah balas jasa yang diberikan
organisasi kepada pegawai, yang dapat dinilai dengan
uang dan mempunyai kecenderungan diberikan secara
tetap. Pemberian kompensasi, selain dalam bentuk gaji,
dapat juga brupa tunjangan, fasilitas perumahan,
kendaraan dan lain-lain. Masalah kompensasi merupakan
salah satu bentuk tantangan yang harus dihadapi
manajemen. Dikatakan tantangan karena imbalan oleh
para pekerja tidak lagi dipandang semata-mata sebagai
alat pemuas kebutuhan materialnya. Akan tetapi sudah
dikaitkan dengan harkat dan martabat manusia.55
Menurut Peterson dan Plowman,56 orang ingin
bekerja sama karena hal-hal berikut.
1) The desire to live, artinya keinginan untuk hidup
merupakan keinginan utama dari setiap orang.
Manusia bekerja untuk mendapatkan makanan dan
makan untuk melanjutkan hidupnya.
2) The desire for possesion, artinya keinginan untuk
memiliki sesuatu adalah keinginan manusia yang
kedua dan menjadi sebab mengapa manusia bekerja.
3) The desire for power, artinya keinginan akan kekuasaan
merupakan keinginan selangkah di atas keinginan
untuk memiliki, menyebabkan manusia mau bekerja.
4) The desire for recognation, artinya keinginan akan
pengakuan merupakan jenis terakhir dari kebutuhan
dan juga mendorong orang untuk bekerja.
69
Sohiron
f. Penilaian Pegawai
Penilaian Pegawai Untuk melaksanakan fungsi-
fungsinya, diperlukan sistem penilaian pegawai secara
objektif dan akurat. Penilaian tenaga kependidikan ini
difokuskan pada prestasi individu dan peran sertanya
dalam kegiatan sekolah. Penilaian ini tidak hanya penting
bagi sekolah, tetapi juga bagi pegawai itu sendiri. Tugas
kepala sekolah dalam kaitannya dengan administrasi
tenaga kependidikan bukanlah pekerjaan yang mudah
karena tidak hanya mengusahakan tercapainya tujuan
sekolah, tetapi juga tujuan personalia pendidikan secara
pribadi.58
Bagi para pendidik dan tenaga kependidikan,
penilaian berguna sebagai umpan balik terhadap berbagai
hal seperti kemampuan, kelebihan, kekurangan, dan
potensi pada gilirannya bermanfaat untuk menentukan
tujuan, jalur, rencana dan pengembangan karir. Selain
dapat digunakan sebagai standar dalam penentuan tinggi
rendahnya kompensasi serta administrasi bagi pendidik
57 Ibid.
58 Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, hal : 45
70
Administrasi dan Supervisi Pendidikan
g. Pemberhentian Pegawai
Pemberhentian pegawai merupakan fungsi
personalia yeng menyebabkan terlepasnya pihak
organisasi dan personal dari hak dan kewajiban sebagai
lembaga tempat bekerja dan sebagai pegawai. Sebab-
sebab pemberhentian pegawai ini dapat dikelompokkan
kedalam tiga jenis 1). pemberhentian atas permohonan
sendiri; 2). pemberhentian oleh dinas atau pemerintah; 3).
pemberhentiah sebab lain-lain.
Pembehentian atas permohonan pegawai sendiri,
misalnya karena pindah lapangan pekerjaan yang
bertujuan untuk memperbaiki nasib. Pemberhentin oleh
dinas atau pemerintah bisa dlakukan dengan beberapa
alasan sebagai berikut:
71
Sohiron
72
Administrasi dan Supervisi Pendidikan
73
Sohiron
2. Prasarana Pendidikan
Untuk menunjang proses pembelajaran pada satuan
pendidikan tidak hanya dibutuhkan sarana tetapi juga
prasarana pendidikan agar proses belajar mengajar berjalan
dengan efektif dan tujuan pendidikan dapat tercapai secara
74
Administrasi dan Supervisi Pendidikan
75
Sohiron
76
Administrasi dan Supervisi Pendidikan
77
Sohiron
c. Pengadaan barang;
d. Penyimpanan dan inventarisasi;
e. Pemeliharaan dan rehabilitas;
f. Penghapusan dan penyingkiran; dan
g. Pengawasan.
Menurut Hartati Sukirman, dkk (2009: 29) kegiatan
administrasi sarana dan prasarana pendidikan meliputi :
a. Perencanaan (kebutuhan dan biaya), dan pengadaan;
b. Penyimpanan dan penyaluran;
c. Pendayagunaan;
d. Pemeligaraan; dan
e. Inventarisasi dan penghapusan.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan
bahwa kegiatan administrasi sarana dan prasarana
pendidikan meliputi perencanaan pengadaan sarana dan
prasarana, pengadaan sarana dan prasarana, penyimpanan
dan penyaluran sarana dan prasarana, pemeliharaan sarana
dan prasarana, inventarisasi sarana dan prasarana, serta
penghapusan sarana dan prasarana.
78
Administrasi dan Supervisi Pendidikan
79
Sohiron
80
Administrasi dan Supervisi Pendidikan
81
Sohiron
82
Administrasi dan Supervisi Pendidikan
83
Sohiron
84
Administrasi dan Supervisi Pendidikan
85
Sohiron
86
Administrasi dan Supervisi Pendidikan
87
Sohiron
88
Administrasi dan Supervisi Pendidikan
hlm. 195-196
89
Sohiron
90
Administrasi dan Supervisi Pendidikan
91
Sohiron
92
Administrasi dan Supervisi Pendidikan
93
Sohiron
94
Administrasi dan Supervisi Pendidikan
95
Sohiron
4) Mediator
Komite sekolah merupakan mediator antara
pemerintah (eksekutif) dengan masyarakat di satuan
pendidikan, seperti :
a) Melakukan kerjasama dengan masyarakat baik
perorangan, organisasi pemerintah dan
kemasyarakatan untuk penyelenggaraan pendidikan
dan pembelajaran yang bermutu.
(1) Membina hubungan dan kerjasama yang
harmonis dengan seluruh stakeholders pendidikan
di sekitar sekolah.
(2) Mengadakan penjajagan tentang kemungkinan
untuk dapat mengadakan kerjasama dengan
lembaga lain di luar sekolah untuk memajukan
mutu pembelajaran di sekolah.
b) Menampung dan menganalisis aspirasi, ide, tuntutan
dan berbagai kebutuhan pendidikan yang diajukan
oleh masyarakat, dalam bentuk:
(1) Menyebarkan kuesioner untuk memperoleh
masukan, saran dan ide kreatif dari stakeholder
pendidikan di sekitar sekolah.
96
Administrasi dan Supervisi Pendidikan
F. Administrasi Keuangan
1. Pengertian Administrasi Keuangan
Administrasi keuangan sekolah merupakan langkah
pengolahan keuangan sekolah mulai dari penerimaan sampai
dengan bagaimana mempertanggung- jawabkan keuangan
yang digunakan secara obyektif dan sistematis. Langkah
tersebut sangat penting sekali diperhatikan, karena masalah
pembiayaan adalah menjadi sarana vital bagi mati hidupnya
suatu organisasi sekolah. 71
Mulyono, berpendapat bahwa administrasi keuangan
sekolah adalah seluruh proses kegiatan yang direncanakan
dan dilaksanakan atau diusahakan secara sengaja dan
sungguh-sungguh, serta pembinaan secara kontinu terhadap
biaya operasional sekolah sehingga kegiatan pendidikan
lebih efektif dan efisien serta membantu pencapaian tujuan
pendidikan.72
Dengan demikian, administrasi keuangan sekolah
adalah sebuah analisis terhadap sumber-sumber pendapatan
(revenue) dan penggunaan biaya (expenditure) yang
diperuntukkan sebagai pengelolaan pendidikan secara efektif
dan efisien dalam rangka mencapai tujuan yang telah
ditentukan.
97
Sohiron
a. Transparansi
Transparan berarti adanya keterbukaan. Transparan
di bidang manajemen berarti adanya keterbukaan dalam
mengelola suatu kegiatan. Di lembaga pendidikan, bidang
manajemen keuangan yang transparan berarti adanya
keterbukaan dalam manajemen keuangan lembaga
pendidikan, yaitu keterbukaan sumber keuangan dan
jumlahnya, rincian penggunaan, dan
pertanggungjawabannya harus jelas sehingga bisa
memudahkan pihak-pihak yang berkepentingan untuk
mengetahuinya.
Transparansi keuangan sangat diperlukan dalam
rangka meningkatkan dukungan orang tua, masyarakat dan
pemerintah dalam penyelenggaraan seluruh program
pendidikan di sekolah. Di samping itu transparansi dapat
menciptakan kepercayaan timbal balik antara pemerintah,
masyarakat, orang tua siswa dan warga sekolah melalui
penyediaan informasi dan menjamin kemudahan di dalam
memperoleh informasi yang akurat dan memadai.
Beberapa informasi keuangan yang bebas diketahui
oleh semua warga sekolah dan orang tua siswa misalnya
Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah (RAPBS)
bisa ditempel di papan pengumuman di ruang guru atau di
depan ruang tata usaha sehingga bagi siapa saja yang
membutuhkan informasi itu dapat dengan mudah
98
Administrasi dan Supervisi Pendidikan
b. Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah kondisi seseorang yang dinilai
oleh orang lain karena kualitas performansinya dalam
menyelesaikan tugas untuk mencapai tujuan yang menjadi
tanggung jawabnya. Akuntabilitas di dalam manajemen
keuangan berarti penggunaan uang sekolah dapat
dipertanggungjawabkan sesuai dengan perencanaan yang
telah ditetapkan. Berdasarkan perencanaan yang telah
ditetapkan dan peraturan yang berlaku maka pihak sekolah
membelanjakan uang secara bertanggung jawab.
Pertanggungjawaban dapat dilakukan kepada orang tua,
masyarakat dan pemerintah. Ada tiga pilar utama yang
menjadi prasyarat terbangunnya akuntabilitas, yaitu:
1) Adanya transparansi para penyelenggara sekolah dengan
menerima masukan dan mengikutsertakan berbagai
komponen dalam mengelola sekolah.
2) Adanya standar kinerja di setiap institusi yang dapat
diukur dalam melaksanakan tugas, fungsi dan
wewenangnya.
3) Adanya partisipasi untuk saling menciptakan suasana
kondusif dalam menciptakan pelayanan masyarakat
dengan prosedur yang mudah, biaya yang murah dan
pelayanan yang cepat.
c. Efektivitas
Efektif seringkali diartikan sebagai pencapaian tujuan
yang telah ditetapkan. Garner (2004) mendefinisikan
efektivitas lebih dalam lagi, karena sebenarnya efektivitas
99
Sohiron
d. Efisiensi
Efisiensi berkaitan dengan kuantitas hasil suatu
kegiatan. Efficiency ”characterized by quantitative outputs”
(Garner,2004). Efisiensi adalah perbandingan yang terbaik
antara masukan (input) dan keluaran (out put) atau antara
daya dan hasil. Daya yang dimaksud meliputi tenaga,
pikiran, waktu, biaya. Perbandingan tersebut dapat dilihat
dari dua hal:
1) Dilihat dari segi penggunaan waktu, tenaga dan biaya:
Kegiatan dapat dikatakan efisien kalau penggunaan
waktu, tenaga dan biaya yang sekecil-kecilnya dapat
mencapai hasil yang ditetapkan.
2) Dilihat dari segi hasil
Kegiatan dapat dikatakan efisien kalau dengan
penggunaan waktu, tenaga dan biaya tertentu
memberikan hasil sebanyak-banyaknya baik kuantitas
maupun kualitasnya.
100
Administrasi dan Supervisi Pendidikan
101
Sohiron
102
Administrasi dan Supervisi Pendidikan
103
Sohiron
1) Fungsi Anggaran
Anggaran di samping sebagai alat untuk
perencanaan dan pengendalian manajemen, juga
merupakan alat bantu bagi manajemen dalam
mengarahkan suatu organisasi dalam posisi yang kuat
atau lemah (Nanang Fattah, 2000:49). Sementara beberapa
104
Administrasi dan Supervisi Pendidikan
105
Sohiron
76 ibid
106
Administrasi dan Supervisi Pendidikan
77 ibid
107
Sohiron
3) Jurnal
Jurnal digunakan untuk mencatat semua transaksi
akuntansi sebelum diklasifikasikan ke buku besar.
Jurnal mengatur informasi secara kronologis dan
sesuai dengan jenis transakasi. Contoh:
a) Jurnal untuk mencatat transaksi pengeluaran kas
adalah pencatatan secara kronologis atas cek yang
ditulis, yang dikategorikan menurut bagan
perkiraan/akun.
b) Jurnal untuk mencatat transakasi penerimaan kas
adalah pencatatan secara kronologis atas seluruh
setoran yang dibuat, yang dikatagorikan menurut
bagan perkiraan/akun.
c) Jurnal untuk mencatat transaksi gaji, yaitu jurnal
yang mencatat seluruh transakasi yang berkaitan
dengan penggajian.
d) Jurnal untuk mencatat transaksi pengeluaran kas
dan piutang merupakan bagian akun
pertambahan biaya dan pendapatan. Juranal ini
bermanfaat untuk mengelompokkan transaksi
108
Administrasi dan Supervisi Pendidikan
78 ibid
109
Sohiron
79 Abuddinata,Manajemen Pendidikan,Kencana,Bogor,2003,h.102.
80 Ibid,h.103
81 Mujamil Qomar, Manajemen Pendidikan Islam ,Erlangga, Jakarta, h.
170.
110
Administrasi dan Supervisi Pendidikan
111
Sohiron
112
Administrasi dan Supervisi Pendidikan
113
Sohiron
114
Administrasi dan Supervisi Pendidikan
1. Perpustakaan Sekolah
Salah satu sarana terpenting untuk menciptakan
budaya membaca adalah buku. Oleh karena itu ilmu
pengetahuan dan perkembangannya semakin banyak disebar
luaskan melalui buku. Maka dari itu kita harus menciptakan
minat baca kepada para pembaca seperti mahasiswa,
masyarakat maupun pelajar. Salah satu upaya kearah itu
ialah dengan melatih diri untuk aktif di perpustakaan88.
Perpustakaan merupakan sarana belajar yang baik
bagi setiap orang yang ingin mengembangkan wawasannya.
Diperpustakaan akan diperoleh berbagai jenis buku dan
informasi. Begitu pentingnya arti perpustakaan, maka tidak
berlebihan kalau dikatakan perpustakaan sebagai faktor yang
dominan dalam usaha mencerdaskan kehidupan bangsa.
Meminjam istilah Bung Hatta, perpustakaan ibarat sumurnya
ilmu pengetahuan. karena di perpustakaan akan diperoleh
berbagai jenis ilmu pengetahuan.
Perpustakaan merupakan sarana yang sangat penting.
Peserta didik dapat mulai belajar mencintai buku dan
menggali pengetahuan melalui buku. Kegiatan-kegiatan yang
melibatkan buku ini merupakan sebuah pengalaman yang
bermakna bagi anak sekalipun mereka belum mampu
membaca.
Para guru pun dapat menjadikan perpustakaan ini
sebagai sumber literatur yang akan membantunya dalam
mengembangkan pembelajaran. Guru dapat
mengembangkan wawasan, kreasi, dan kemampuan
mengajarnya melalui literatur yang cocok dan tersedia
diperpustakaan.89
2010, hlm 28
88 Puwono, 2009. Pemaknaan Buku Bagi Masyarakat Pembelajar.Hal 5
89 Rita Mariana, dkk, 2010. Pengelolaan Lingkungan Belajar.Hal 53
115
Sohiron
116
Administrasi dan Supervisi Pendidikan
117
Sohiron
118
Administrasi dan Supervisi Pendidikan
119
Sohiron
120
Administrasi dan Supervisi Pendidikan
c. Fungsi Perpustakaan
Dalam ikut serta mendukung pelaksanaan program
pendidikan di sekolah menengah, perpustakaan mempunyai
funugsi sebagai berikut:
1. Fungsi pendidikan, yaitu memberikan kesempatan
kepada siswa untuk menambah pengetahuan atau
mempelajari kembali materi-materi pelajaran yang telah
diberikan oleh guru di kelas. Siswa yang rajin akan selalu
mencari atau mendalami apa yang telah diajarkan oleh
guru di kelas.
2. Fungsi informasi, yaitu tempat mencari informasi yang
berkenaan dengan pemenuhan rasa igin tahu siswa dan
guru.
3. Fungsi rekreasi, yaitu memberikan kesempatan siswa dan
guru untuk menikmati bahan yang ada.
4. Fungsi penelitian, yaitu menggunakan perpustakaan
sebagai jawaban terhadap berbagai pertanyaan ilmiah.
121
Sohiron
2. Koperasi Sekolah
Koperasi berasal dari perkataan co dan operation, yang
mengandung arti kerja sama untuk mencapi tujuan. Oleh
sebab itu definisi koperasi dapat diberikan sebagai berikut:
Koperasi adalah “suatu perkumpulan yang
beranggotakan orang-orang atau badan-badan, yang
memberikan masuk dan keluar sebagai anggota; dengan
bekerja sama secara kekeluargaan menjalankan usaha, utuk
mempertinggi kesejahteraan jasmaniah para anggotanya”.
Koperasi mengandung unsur-unsur bahwa:
a. Perkumpulan koperasi bukan merupakan perkumpulan
modal (bukan akumulasi modal), akan tetapi persekutuan
sosial.
b. Sukarela untuk menjadi anggota, netral terhadap aliran
dan agama.
c. Tujuannya mempertinggi kesejahteraan jasmaniah
anggota-anggota dengan kerja sama secara kekeluargaan.
Kerja sama dalam masyarakat modern telah nampak
wujudnya dalam suatu jaringan sistem yang lebih kompleks.
Bentuk-bentuk ikatan perekutuan hidup telah berkembang
dan menjadi lebih beragam. Kini kerja sama di samping
memenuhi kebutuhan menjaga kelangsungan hidup dan rasa
122
Administrasi dan Supervisi Pendidikan
123
Sohiron
3. Kafetaria Sekolah.
Pertimbangan awal pendirian kafetaria/warung/
kantin sekolah adalah bukan karena unsur bisnis semata,
tanpa memperhitungkan aspek lain yang lebih penting.
Keberadaan kafetaria/warung/kantin sekolah diharapkan
mampu menyokong kelancaran proses belajar mengajar dari
sisi keperluan akan makanan bagi siswa.
Kafetaria/warung/kantin sekolah secara tidak
langsung mempunyai kaitan dengan proses pembelajaran di
sekolah. Adakalanya proses pembelajaran tidak dapat
berjalan sebagaimana mestinya karena siswa lapar dan haus.
Kafetaria/warung/kantin sekolah tidak harus
diadministrasikan oleh sekolah, tetapi dapat
diadministrasikan oleh pribadi di luar sekolah atau oleh
darma wanita sekolah. Namun kafetaria/warung/kantin
sekolah ini tidak boleh terlepas dari perhatian kepala sekolah.
Kepala sekolah harus memikirkan atau mengupayakan
kehadiran kafetaria/warung/kantin sekolah itu mempunyai
sumbangan positif dalam proses pembelajaran anak di
sekolah.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam
administrasi kafetaria itu adalah:
b. Administrasi kafetaria/warung/kantin sekolah harus
menjaga kesehatan (higienitas) masakan-masakan yang
dijajakan kepada siswa.
c. Kebersihan tempat juga harus menjadi pertimbangan
utama, karena kebersihan diharapkan dapat menjauhkan
penyebaran hama penyakit.
124
Administrasi dan Supervisi Pendidikan
96Http://Darwoto.wordpress.com/2010/03/17Administrasi/Pelayanan
/Khusus.htmlss
125
Sohiron
BAB V
PARADIGMA BARU DALAM MANAJEMEN
PENDIDIKAN
126
Administrasi dan Supervisi Pendidikan
dijamin kepastiannya. Output dari aktivitas sekolah adalah segala sesuatu yang
kiat pelajari di sekolah, yaitu seberapa banyak yang dipelajari dan seberapa
baik kita mempelajarinya, apa yang dipelajari baik berupa pengetahuan
kognitif, keterampilan, dan sikap-sikap. Output lebih mudah diartikan siswa
yang keluar sebagai pemenang dari ajang pergualatan ilmu yang diakhiri
dengan ujian-ujian yang menghasilkan nilai penghargaan, berupa angka-angka
nilai. Lihat Aan Komariyah & Cepi Triatna, Visionary Leadership: Menuju
Sekolah Efektif, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2006), hlm. 6
127
Sohiron
100 Nur Zazin, Gerakan Menata Mutu Pendidikan: Teori dan Aplikasi,
(Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2014), hlm. 168
101 Hasbullah, Otonomi Pendidikan: Kebijakan Otonomi Daerah dan
128
Administrasi dan Supervisi Pendidikan
129
Sohiron
130
Administrasi dan Supervisi Pendidikan
104 Mulyono, Manajemen, Administrasi & Organisasi Pendidikan ... hlm. 245
131
Sohiron
132
Administrasi dan Supervisi Pendidikan
133
Sohiron
134
Administrasi dan Supervisi Pendidikan
135
Sohiron
136
Administrasi dan Supervisi Pendidikan
137
Sohiron
2. Hakikat Perubahan
Perubahan adalah suatu proses menjadikan sesuatu
yang berbeda dengan yang sudah ada. Perubahan itu dapat
terjadi pada orang, struktur, dan teknologi. Perubahan
memiliki tujuan yang sifatnya penyesuaian diri dengan
lingkungan agar tujuan organisasi sesuai dengan kebutuhan
dan tuntutan masyarakat.
Perubahan yang terjadi pada organisasi melibatkan
berbagai komponen, misalnya tujuan, strategi, manusia,
138
Administrasi dan Supervisi Pendidikan
139
Sohiron
3. Proses Perubahan
Kurt Lewin seperti dikutip Nanang Fattah menyatakan
bahwa setiap individu mengalami dua hambatan utama
untuk melakukan perubahan, yaitu tidak bersedia
mengubah prilaku yang sudah mapan dan perubahan hanya
dalam waktu singkat (kembali ke pola prilaku lam)118.
Memang sangat sulit untuk merubah suatu yang telah
mapan, membutuhkan kesiapan dari setiap individu yang
berkepentingan menginginkan kebaikan. Perubahan juga
tidak dapat maksimal jika hanya bersifat sementara artinya
dalam waktu singkat. Sangat benar bahwa perubahan perlu
direncanakan dan dikelola dengan baik.
Dari beberapa studi kasus pada perubahan pendidikan
dibeberapa negara terdapat empat kategori rintangan yang
muncul, sebagai berikut:
a. Rintangan nilai. Rintangan ini ada karena setiap individu
dan kelompok memiliki ideologi dan kepercayaan yang
117 Veithzal Rivai & Sylvina Murni, Education Management: Analisis Teori
140
Administrasi dan Supervisi Pendidikan
Tahap Pencairan
Tahap
Pengubahan
Tahap Pembekuan
141
Sohiron
142
Administrasi dan Supervisi Pendidikan
143
Sohiron
122 Nur Zazin, Gerakan Menata Mutu Pendidikan: Teori dan Aplikasi,.. hlm.
57.
123 Husaini Usman, Op. Cit, hlm. 530.
124 Encep Safrudin Muhyi, Kepemimpinan Pendidikan Transformasional,
(Jakarta: Diadit Media, 2011), hlm. 83
144
Administrasi dan Supervisi Pendidikan
145
Sohiron
126 Nur Zazin, Gerakan Menata Mutu Pendidikan: Teori dan Aplikasi,.. hlm.
64
146
Administrasi dan Supervisi Pendidikan
147
Sohiron
148
Administrasi dan Supervisi Pendidikan
b. Komponen-komponen MMTP
Geotsch dan Davis dalam Husaini Usman
mengatakan ada 10 kompeten dalam pelaksanaan MMTP
sebagai berikut:
1) Fokus kepada kepuasan pelanggan. Baik pelanggan
internal maupun pelanggan eksternal.
2) Obsesi terhadap mutu. Pelanggan menentukan mutu,
dengan mutu organisasi terobsesi memenuhi yang
diinginkan pelanggan.
149
Sohiron
150
Administrasi dan Supervisi Pendidikan
151
Sohiron
BAB VI
KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH
130 Indah Nur’aini, Kamus Bahasa Indonesia, (Bogor: CV. Duta Grafika,
152
Administrasi dan Supervisi Pendidikan
153
Sohiron
Pengelolaan Lembaga Pendidikan Islam, (Malang: PT. Erlangga, 2007), hlm. 274.
154
Administrasi dan Supervisi Pendidikan
155
Sohiron
156
Administrasi dan Supervisi Pendidikan
dan Inovasi Menuju Sekolah Efektif, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2014), hlm. 139-
140.
142 Tim Pustaka Phoenix, Kamus , Op.Cit., hlm. 674.
157
Sohiron
143 Peter Salim & Yenny Sali, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer,
158
Administrasi dan Supervisi Pendidikan
145 Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, ... Op. Cit, hlm. 96-97
159
Sohiron
160
Administrasi dan Supervisi Pendidikan
161
Sohiron
162
Administrasi dan Supervisi Pendidikan
BAB VI
SUPERVISI PENDIDIKAN
147 Jasmani & Syaiful Mustofa, Supervisi Pendidikan: Terobosan Baru dalam
Penigkatan Kinerja Pengawas Sekolah dan Guru, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2013),
hlm. 25-26
148 Ibid, ... hlm. 26
163
Sohiron
164
Administrasi dan Supervisi Pendidikan
165
Sohiron
166
Administrasi dan Supervisi Pendidikan
156 Jasmani Asf & Saiful Musafa, Supervisi Pendidikan, ... hlm. 35-36
167
Sohiron
157http://masimamgun.blogspot.com/2013/02/supervisi-
168
Administrasi dan Supervisi Pendidikan
2. Penilaian
Dalam suatu penelitian, supervisor dapat menarik suatu
kesimpulan terhadap situasi datau masalah yang diselidiki.
Kesimpulan itu berupa tanggapan terhadap masalah atau
situsi yang diselidiki.
169
Sohiron
3. Perbaikan
Dari hasil-hasil penilaian (evaluasi) supervisor dapat
mengetahui bagaimana keadaan atau situasi
pendidikan/pengajaran pada umumnya dan situasi
mengajar/belajar pada khususnya, serta segala fasilitas dab
upaya yang dipergunakan apakah baik atau buruk,
memuaskan atau tidak, mengalami kemajuan atau
kemunduran, mengalami kemacetan atau sebagainya.
Dalam supervisi pendidikan modern, tugas utama
seorang supervisor adalah mengadakan perbaikan
(improvement). Bahwasanya apa yang belum baik atau
belum memuaskan atau yang mengalami kemacetan atau
kemunduran supaya segera diperbaiki.
4. Peningkatan
Situasi yang ada sudah baik atau belum, sudah
memuaskan atau mengalami kemajuan. Situasi yang
demikian harus ditingkatkan atau dikembangkan (fungsi
“development”) agar apa yang sudah baik itu supaya lebih
baik lagi, apa yang sudah memuaskan itu supaya lebih
memuaskan lagi, apa yang telah mengalami kemajuan
supaya lebih maju lagi. Inilah fungsi supervisor pendidikan
sebagai “developer”.
Fungsi-fungsi itu harus teritegrasi dalam tugas
“pembinaan” sebagai tugas inti supervisor pendidikan.
Dalam supervisinya pembinaan yang diberikan supervisor
berupa bimbingan (guidence) atau tuntunan (tut wuri
170
Administrasi dan Supervisi Pendidikan
171
Sohiron
172
Administrasi dan Supervisi Pendidikan
173
Sohiron
174
Administrasi dan Supervisi Pendidikan
175
Sohiron
176
Administrasi dan Supervisi Pendidikan
177
Sohiron
2. Prinsip-prinsip Praktis
Dalam melaksanakan kegiatan supervisi, seorang
supervisor sewajarnya berpegang teguh kepada pancasila
sebagai dasar atau prinsip yang paling fundamental yang
harus menjiwai seluruh kegiatan supervisi. Disamping itu
sebagai pedoman praktis dalam melaksanakan supervisi
sehari-hari. Amatembun menyebutkan prinsip praktis
dalam supervisi terbagi menjadi dua bagian yakni
prinsip-prinsip negatif dan prinsip-prinsip positif.
a. Prinsip-prinsip Negataif
1) Supevisi tidak boleh bersifat mendesak (otoriter).
Supervisor tidak boleh memaksakan kemauannya
kepada bawahannya. Jika hendak memberikan
intruksi hendaklaha terlebih dahulu dijelaskan
argumentasi (alasan-alasan) yang mendasari
tindakan-tindakan yang akan diambil.
2) Supervisi tidak didasarkan atas kekuasaan
pangkat (kedudukan) atau kekuasaan pribadi.
3) Supervisi tidak boleh dilepaskan dari tujuan
pendidikan dan pengajaran.
4) Supervisi hendaklah tidak hanya mengenai hal-hal
yang langsung terlihat.
5) Supervisi janganlah terlalu banyak mengenai
detail cara-cara mengajar atau detail bahan-bahan
pelajaran.
6) Supervisi bukanlah mencari kelemahan-
kelemahan, kekurangan-kekurangan atau
kesalahan-kesalahan dan janganlah pernah
kecewa.
178
Administrasi dan Supervisi Pendidikan
179
Sohiron
165 Jasmanai Asf & Syaiful Musthofa, Supervisi Pendidikan, Op. Cit, hlm.
70-71
180
Administrasi dan Supervisi Pendidikan
181
Sohiron
167 Umiarso & Imam Gojali, Manajemen Mutu,.. Op. Cit,. Hlm. 314
182
Administrasi dan Supervisi Pendidikan
183
Sohiron
184
Administrasi dan Supervisi Pendidikan
185
Sohiron
186
Administrasi dan Supervisi Pendidikan
187
Sohiron
188
Administrasi dan Supervisi Pendidikan
189
Sohiron
Mutu Pengajaran di Era Otonomi Daerah, (Bandung: Alfabeta, 2010), hlm. 54.
178 Ngalim Purwanto, Administrasi, ... Loc. Cit,. Hlm. 84
190
Administrasi dan Supervisi Pendidikan
191
Sohiron
H. Supervisi Klinis
Istilah “Klinis” erat kaitannya dengan cara pengobatan
yang dilakukan oleh seorang dokter kepada para pasiennya.
Pemberian obat oleh dokter setelah dokter melakukan
pengamatan secara langsung tehadap pasien. Dalam istilah
supervisi. Klinis berkaitan langsung terhadap pengajaran.
192
Administrasi dan Supervisi Pendidikan
193
Sohiron
194
Administrasi dan Supervisi Pendidikan
195
Sohiron
196
Administrasi dan Supervisi Pendidikan
197
Sohiron
198
Administrasi dan Supervisi Pendidikan
199
Sohiron
200
Administrasi dan Supervisi Pendidikan
191
Amatembun, ibid, ... hlm. 149
201
Sohiron
Daftar Pustaka
202
Administrasi dan Supervisi Pendidikan
203
Sohiron
204
Administrasi dan Supervisi Pendidikan
205
Sohiron
206
Administrasi dan Supervisi Pendidikan
207
Sohiron
208