Anda di halaman 1dari 5

Analisis Gizi Pelayanan Kesehatan

Mata Kuliah     : Analisis Gizi Pelayanan Kesehatan

Topik                 : Anemia Gizi Besi

Pertemuan        : IX

·A. Pendahuluan

Anemia merupakan masalah kesehatan masyarakat terbesar di dunia


terutama bagi kelompok wanita usia reproduksi (WUS). Anemia paa WUS
dapat menimbulkan kelelahan, badan lemah, penurunan
kapasitas/kemampuan atau produktivitas kerja. Bagi ibuhamil, anemia 
berperan pada peningkatan prevalensi kematian dan kesakitan ibu, dan bagi
bayi dapat meningkatkan risiko kesakitan dan kematian bayi, serta BBLR.

Anemia pada umumnya terjadi di seluruh dunia, terutama di Negara


berkembang (developing countries) dan pada kelompok sosio-ekonomi
rendah. Pada kelompok dewasa, anemia terjadi pada wanita usia reproduksi,
terutama wanita hamil dan wanita menyusui karena mereka banyak yang
mengalami defesiensi Fe. Secara keseluruhan, anemia terjadi pada 45
persen wanita di Negara berkembang dan 13 persen di Negara maju
(developed countries). Di Amerika, terdapat 12 persen wanita usia subur
(WUS) 15-49 tahun, 11 persen wanita hamil usia subur mengalami anemia.
Sementara persentase wanita hamil dari keluarga miskin terus meningkat
seiring bertambahnya usia kehamilan (8 persen anemia di trimester I, 12
persen anemia di trimester II, dan 29 persen anemia pada trimester III).
Anemia pada wanita masa nifas (pascapersalinan) juga umum terjadi, sekitar
10 persen dan 22 persen terjadi pada wanita post-partum dari keluarga
miskin.

Untuk mencegah dan mengobati anemia, maka penentuan faktor-faktor


penyebab sangat diperlukan. Jika penyebabnya adalah masalah nutrisi,
penilaian status gizi dibutuhkan untuk mengindentifikasi nutrient yang
berperan dalam kasus anemia. Anemia gizi dapat disebabkan oleh berbagai
macam nutrient penting pada pembentukan Hb.

Tahapan defisiensi  Fe yang mengarah pada anemia terjadi sebagai berikut:


deplesi/penipisan Fe ditandai dengan penurunan cadangan Fe yang
tercermin dari berkurangnya konsentrasi serum ferritin. Selanjutnya terjadi
peningkatan absorpsi Fe akibat menurunnya level Fe tubuh. Manifestasi
keadaan ini menimbulkan eritropoiesis defisiensi Fe (defisiensi Fe tanpa
anemia), cadangan Fe menipis dan produksi Hb terganggu. Meskipun
konsentrasi Hb di atas cut off point kategori anemia, namun terjadi
pengurangan transferrin saturasi yaitu jumlah suplai Fe ke sumsum tulang
tidak cukup, meningkatnya konsentrasi eritrosit protoforfirin karena
kekurangan Fe untuk membentuk Hb. Di akhir tahapan defisiensi Fe, anemia
ditandai dengan konsentrasi Hb atau hematocrit di bawa range normal.
Tabel  Nilai Cut of Points Kategori Anemia

Kelompok umur Nilai (g/dL)


Anak usia 6 bulan – 5 thn 11,0

Anak usia 5-11 tahun 11,5

Anak usia 12-13 tahun 12,0

Wanita dewasa 12,0

Wanita hamil 11,0

Laki-laki 13,0

·B. Batasan Anemia, Defesiensi  Fe, dan Anemia Defisiensi Fe

Anemia defisiensi besi (iron deficiency anemia) adalah kondisi tubuh yang


kekurangan jumlah sel darah merah karena tidak menerima cukup asupan zat
besi. Zat besi adalah nutrisi penting yang dibutuhkan tubuh untuk
menghasilkan cukup sel darah merah dalam keadaan normal dan sehat. Sel
darah merah itu sendiri bertugas untuk mengangkut dan mengalirkan oksigen
serta nutrisi lainnya ke seluruh jaringan tubuh secara efektif
(https://hellosehat.com/kesehatan/penyakit/anemia-defisiensi-besi/)

Anemia didefenisikan sebagai keadaan dimana level Hb rendah karena kondisi


patologis. Defisiensi Fe merupakan salah satu penyebab anemia, tetapi bukanlah
satu-satunya penyebab anemia. Penyebab lainnya adalah infeksi kronik, khususnya
malaria dan defisiensi asam folat.

Sementara defisiensi Fe diartikan sebagai keadaan biokimia Fe yang


abnormal disertai atau tanpa keberadaan anemia. Biasanya defisiensi Fe
merupakan akibat dari rendahnya biovailabilitas intake Fe, peningkatan
kebutuhan Fe selama periode kehamilan dan menyusui, dan peningkatan
kehilangan darah karena penyakit dan menyusui dan pengkatan kehilangan
darah karena penyakit cacingan atau schistosomisiasis.

Anemia defisiensi Fe terjadi pada tahap anemia tingkat berat (severe) yang
berakibat paa rendahnya kemampuan tubuh memelihara yang berakibat pada
rendahnya kemampuan tubuh memelihara suhu, bahkan dapat mengancam
kematian.

C.    Tanda dan Gejala

Kelelahan

Tampak lemah, lesu, dan tidak bertenaga


Sesak napas

Kulit pucat

Nyeri dada akibat detak jantung cepat

Sakit kepala atau pusing

Tangan dan kaki  terasadingin

Peradangan atau nyeri lidah Anda

Kuku jadi rapuh

Mengidam makanan aneh, misalnya ingin makan seperti es batu

Nafsu makan yang buruk, terutama pada bayi dan anak-anak dengan anemia
defisiensi besi (https://hellosehat.com/kesehatan/penyakit/anemia-defisiensi-besi/)

D.    Akibat Anemia

Akibat anemia pada wanita dihubungkan dengan defisiensi Fe dan anemia


yang dapat menimbulkan efek kematian, hasil kelahiran kemampuan dan
kapasitas kerja. Severe anemia (Hb < 4 g/dl) dikaitkan dengan peningkatan
kematian, umumnya terjadi pada kondisi stress pascapersalinan karena
fungsi oksifen dan jantung terganggu oleh menurunnya kadar Hb. Kosentrasi
Hb ibu hamil dapat mempengaruhi berat lahir bayi atau kelahiran premature.

Akibat lailn yang ditimbulkan oleh anemia adalah penurunan performa kerja
pada kelompok usia dewasa. Wanita penderita anemia kurang produktif
bekerja dibanding wanita tanpa anemia karena pada kelompok pertama
mengalami penurunan kapasitas transportasi oksifen dan terganggunya
fungsi otot dikaitkan dengan deficit Fe. Peningkatan produktivitas kerja ini
dapat dicapai melalui intervensi suplementasi Fe bagi wanita pekerja
penderita anemia. Pada kelompok bayi dan anak-anak, anemia dihubungkan
dengan gangguan perilaku dan pengembangan kecerdasan. Kurang jelas
diketahui efek anemia terhadap perilaku dan kecerdasan pada orang dewasa.

E. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Anemia

Penyebab utama anemia pada wanita adalah kurang memadainya asupan


makanan sumber Fe, meningkatnya kebutuhan Fe saat hamil dan menyusui
(perubahan fisiologi) dan kehilangan banyak darah. Anemia yang disebabkan
oleh ketiga faktor itu terjadi secara cepat saat cadangan Fe tidak mencukupi
peningkatan kebutuhan Fe. Wanita usia subur (WUS) adalah salah satu
kelompok risiko tinggi terpapar anemia karena mereka tidak memiliki asupan
atau cadangan Fe yang cukup terhadap kebutuhan dan kehilangan Fe. Dari
kelompok WUS tersebut yang paling tinggi berisiko menderita anemia adalah
wanita hami, wanita nifas, dan wanit ayang banyak kehilangan darah saat
menstruasi. Pada wanita yang mengalami menopause dengan defisiensi Fe,
yang menjadi penyebabnya adalah perdarahan gastrointestinal.

Asupan Fe yang Tidak Memadai

Hanya sekitar 25 persen WUS memenuhi kebutuhan Fe sesuai AKG (26


mikogram/hari). Secara rata-rata, wanita mengonsumsi 6,5 µg Fe per hari
melalui diet makanan. Kecukupan intake Fe tidak hanya dipenuhi dari
konsumsi makanan sumber Fe (daging sapi, ayam, ikan, telur, dan lain-lain),
tetapi dipengaruhi oleh variasi penyerapan Fe. Variasi ini disebabkan oleh
perubahan fisiologi tubuh seperti hamil dan menyusui sehingga meningkatkan
kebutuhan Fe bagi tubuh, tipe Fe yang dikonsumsi, dan faktor diet yang
mempercepat (enhancer) dan menghambat (inhibitor) penyerapan Fe. Jenis
Fe yang dikonsumsi jauh lebih penting daripada jumlah Fe yang dicerna dan
tidak dipengaruhi oleh inhibitor Fe. Non heme iron yang membentuk 90
persen Fe dari makanan nondaging (termasuk membentuk 90 persen dari
makanan non daging (termasuk biji-bijian, sayuran, buah, telur) tidak mudah
diserap oleh tubuh.

Bioavailabilitas non heme iron dipengaruhi oleh beberapa faktor inhibitor dan
enhancer. Inhibitor utama penyerapan Fe adalah fitat dan polifenol. Terutama
ditemukan pada biji-bijian sereal, dan polifenol. Fitat terutama ditemukan pada biji-biji
sereal, kacang, dan beberapa sayuran seperti bayam. Polifenol dijumpai dalam
minuman kopi, teh, sayuran, dan kacang-kacangan. Enhancer dalam minuman kopi,
teh, sayuran, dan kacang-kacangan. Enhancer penyerapan Fe antara lain asam
askorbat atau vitamin C dan protein hewani dalam daging sapi, ayam, ikan karena
mengandung asam amino pengikat Fe untuk meningkatkan absorpsi Fe. Alkohol dan
asam laktat kurang mampu meningkatkan penyerapan Fe.

Peningkatan kebutuhan Fisiologi

Kebutuhan Fe meningkatkan selama hamil untuk memenuhi kebutuhan Fe


akibat peningkatan volume darah, untuk menyediakan Fe bagi janin dan
plasenta, dan untuk menggantikan kehilangan darah saat persalinan.
Peningkatakan absorpsi Fe selama trimester II kehamilan membantu
peningkatan kebutuhan. Beberapa studi menggambarkan hubungan antara
suplementasi Fe selama kehamilan dan peningkatan konsentrasi Hb pada
trimester III kehamilan dapat meningkatkan berat bayi lahir dan usia
kehamilan.

Kehilangan Banyak Darah

Kehilangan darah terjadi melalui operasi, penyakit, dan donor darah. Pada
wanita, kehilangan darah terjadi melalui menstruasi. Wanita hamil juga
mengalami perdarahan saat dan setelah melahirkan. Efek samping atau
akibat kehilangan saat darah ini tergantung pada jumlah darah yang keluar
dan cadangan Fe dalam tubuh.

Rata-rata seorang wanita mengeluarkan darah 27 ml setiap siklus menstruasi


28 hari. Diduga 10 persen wanita kehilangan darah lebih dari 80 ml per bulan.
Banyaknya darah yang keluar berperan pada kejadian anemia karena wanita
tidak mempunyai persediaan Fe yang cukup dan absorpsi Fe ke dalam tubuh
tidak dapat menggantikan hilangnya Fe saat menstruasi. Jumlah Fe yang
hilang/keluar saat menstruasi juga bervariasi dengan tipe alat KB yang
dipakai. IUD atau spiral dapat meningkatkan pengeluaran darah 2 kali saat
menstruasi dan pil mengurangi kehilangan darah sebesar 1,5 kali ketika
menstruasi berlangsung.

F. Pencegahan dan Pengobatan Anemia

Pencegahan

Anemia defisiensi Fe dicegah dengan memelirahara keseimbangan antara


asupan Fe dengan kebutuhan dan kehilangan Fe. Jumlah Fe yang
dibutuhkan untuk memelihara keseimbangan ini bervariasi antara satu wanita
dengan lainnya, tergantung pada riwayat reproduksi dan jumlah kehilangan
darah selama menstruasi. Peningkatan konsumsi Fe untuk memenuhi
kebutuhan Fe dilakukan melalui peningkatan konsumsi makanan yang
mengandung heme iron (zat besi dalam makanan hewani seperti ikan,
unggas, daging merah), bersifat mempercepat (enhancer) non-heme iron (zat
besi dari tanaman), dan meminimalkan konsumsi makanan yang
mengandung faktor penghambat absorpsi Fe (inhibitor). JIka kebutuhan Fe
tidak cukup terpenuhi dari diet makanan, dapat ditambah dengan suplemen
Fe teruma bagi wanita hamil dan masa nifas.

 Screening dan Pengobatan

Screening diperlukan untuk mengidentifikasi kelompok wanita yang harus


diobati dalam mengurangi morbiditas anemia. CDC menyarankan agar
remaja putri dan wanita dewasa yang tidak hamil harus di-screning tiap 5-10
tahun melalui uji kesehatan, meskipun tidak ada faktor risiko anemia seperti
perdarahan, rendahnya intake Fe, dan sebagainya. Namun, jika disertai
adanya faktor risiko anemia, maka screening harus dilakukan secara
tahunan.  

Penderita anemia harus mengonsumsi 60-120 mg Fe per hari dan meningkatkan


asupan makanan sumber Fe. Satu bulan kemudian harus dilakukan screening ulang.
Bila hasilnya menunjukkan peningkatan konsentrasi Hb minimal 1 g/dl atau
hematocrit minila 3 persen, pengobatan harus diterukan sampai tiga bulan.

SEMOGA BERMANFAAT

Anda mungkin juga menyukai