Anda di halaman 1dari 7

Nama : Mikael Ivander Tingang

NIM : 181542018151562

Mata Kuliah : Teori Ekonomi Makro

Dosen : Dr. Evi Nurifah J., SP, MP

Fakultas / Jurusan: Pertanian / Agbribisnis

Teori Moneter didefinisikan sebagaimana teori dan praktik ekonomi makro yang


menggambarkan penggunaan praktis mata uang fiat dalam monopoli publik dari otoritas
penerbit, biasanya bank sentral pemerintah. Tujuan kebijakan moneter seperti halnya kebijakan
ekonomi pada umumnya adalah keseimbangan intern (Internal Balance) dan keseimbangan
ekstern (External Balance). Kebijakan intern biasanya diwujudkan oleh terciptanya kesempatan
kerja yang tinggi dan dipertahankannya laju inflasi yang rendah. Sedangkan keseimbangan
ekstern dipertahankan agar neraca pembayaran internasional (Balance of Payment) seimbang
dalam arti bahwa neraca pembayaran internasional tidak deficit dan surplus. Di bawah ini adalah
tujuan dari dilakukannya Kebijakan Moneter:

 Stabilitas Ekonomi

Stabilitas ekonomi adalah suatu keadaan di mana pertumbuhan ekonomi berlangsung secara
terkendali dan berkelanjutan. Artinya, pertumbuhan arus barang/jasa dan arus uang berjalan
seimbang.

 Kesempatan Kerja

Kesempatan kerja akan meningkat bila produksi meningkat. Peningkatan produksi biasanya
diikuti dengan perbaikan nasib para karyawan ditinjau dari segi upah maupun keselamatan kerja.
Perbaikan upah dan keselamatan kerja akan meningkatkan taraf hidup karyawan dan pada
akhirnya kemakmuran dapat tercapai.

 Kestabilan Harga
Kestabilan harga ditandai dengan stabilitas harga barang dari waktu ke waktu. Harga yang stabil
menyebabkan masyarakat percaya bahwa membeli barang pada tingkat harga sekarang sama
dengan tingkat harga yang akan datang, atau daya beli uang dari waktu ke waktu adalah sama.

 Neraca Pembayaran Internasional

Neraca pembayaran dapat dikatakan dalam keadaan seimbang apabila jumlah nilai barang yang
diekspor sama dengan nilai barang yang diimpor. Untuk mendapatkan neraca pembayaran yang
seimbang, pemerintah sering menjalankan kebijakan moneter. Contohnya adalah dengan cara
melakukan devaluasi.

Jenis-jenis uang Pada perkembangan perekonomian saat ini sebenarnya yang dimaksud uang
bukan dalam arti sempit yaitu uang yang diciptakan oleh bank Indonesia saja, melainkan dalam
arti yang lebih luas yang mencakup alat alat likuid lainnya. Jenis-jenis uang tersebut adalah:

1. Uang Primer. Uang primer ini juga sering dikenal dengan istilah uang inti (high powered
money), atau uang dasar (base money). Uang primer adalah uang logam, uang kertas maupun
cek yang dicetak oleh bank sentral. Dalam sistem moneter Indonesia, uang primer ini terdiri dari:
uang kartal, alat likuid bank umum yang terdiri atas kas bank umum dan giro bank umum pada
Bank Indonesia, serta giro swasta bukan bank yang ada pada Bank Indonesia.

2. Full Bodied Money (uang penuh). Nilai uang dikatakan sebagai uang penuh apabila nilai yang
tertera di atas uang tersebut sama nilainya dengan bahan yang digunakan. Dengan kata lain, nilai
nominal yang tercantum sama dengan nilai intrinsik yang terkandung dalam uang tersebut. Jika
uang itu terbuat dari emas, maka nilai uang itu sama dengan nilai emas yang dikandungnya. Agar
nilai uang sama dengan nilai materinya, setidaknya ada 2 syarat yang harus dipenuhi yaitu
masyarakat diberikan kebebasan untuk membuat mata uang ke pabrik uang milik pemerintah
serta masyarakat bebas untuk menjual, membeli dan menyimpang uang logam yangdimilikinya.
Jika kedua syarat tersebut dipenuhi maka nilai uang akan sama dengan nilai materi yang
dipergunakannya.

3. Token Money (uang tanda). Uang tanda adalah apabila nilai yang tertera di atas uang lebih
tinggi dari nilai bahan yang digunakan untuk membuat uang atau dengan kata lain nilai nominal
lebih besar dari nilai intrinsik uang tersebut. Misalnya, untuk membuat uang Rp1.000,00
pemerintah mengeluarkan biaya Rp750,00. Token money adalah mata uang yang nilai
nominalnya lebih tinggi dari materinya. Uang kertas dan logam yang beredar sekarang termasuk
dalam token money. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan mengenai perbedaan antara full
bodied money dengan token money (Rahardjo, 2009): a. Terletak pada definisinya. Bila token
money merupakan mata uang yang nilai materinya jauh di bawah nilai nominalnya, maka full
bodied money adalah mata uang yang nilai materinya sama dengan nilai nominalnya. b. Pada
masa token money, mata uang dibuat oleh badan-badan yang ditunjuk oleh pemerintah misalnya
Bank Sentral, sedangkan pada masa full bodied money, masyarakat bebas menempa dan melebur
mata uang sendiri. c. Pada masa full bodied money, jumlah uang beredar sulit dihitung
jumlahnya sedangkan pada masa token money jumlah uang beredar mudah dihitung.

4. Uang Kertas. Uang kertas adalah uang yang terbuat dari kertas dengan gambar dan cap
tertentu dan merupakan alat pembayaran yang sah. Menurut penjelasan UU No. 23 tahun 1999
tentang Bank Indonesia, yang dimaksud dengan uang kertas adalah uang dalam bentuk lembaran
yang terbuat dari bahan kertas atau bahan lainnya (yang menyerupai kertas). Ada beberapa
pertimbangan mengapa kertas dipilih sebagai bahan untuk membuat uang yaitu : (1) Kertas
sifatnya lebih ringan dan mudah dibawa ke mana-mana; (2) biaya pembuatan uang kertas relatif
murah dibandingkan ongkos pembuatan uang logam; (3) persediaan kertas yang dimiliki
pemerintah relatif banyak sehingga jika sewaktu waktu pemerintah ingin menambah jumlah uang
kertas tidak kesulitan mendapatkan bahan baku. Uang kertas juga disebut sebagai folding money
karena uang kertas dapat dilipat. Nilai uang kertas dijamin oleh pemerintah sehingga
tidakmenimbulkan keraguan orang untuk menggunakan uang kertas. Atas dasar kepercayaan
tersebut maka uang kertas sering disebut uang fiat atau uang kepercayaan. Di Indonesia, bank
Indonesia diberikan hak untuk mencetak dan mengelola keberadaan uang kertas.

5. Uang Giral. Uang giral adalah uang yang diciptakan oleh bank-bank umum. Uang giral
tercipta akibat semakin mendesaknya kebutuhan masyarakat akan adanya sebuah alat tukar yang
lebih mudah, praktis dan aman. Di Indonesia, bank yang berhak menciptakan uang giral adalah
bank umum selain Bank Indonesia. Menurut UU No. 7 tentang Perbankan tahun 1992, definisi
uang giral adalah tagihan yang ada di bank umum, yang dapat digunakan sewaktu-waktu sebagai
alat pembayaran. Dalam sistem moneter Indonesia, uang giral terdiri dari rekening giro, kiriman
uang, simpanan berjangka dan tabungan rupiah yang sudah jatuh waktu, yang seluruhnya
merupakan simpanan penduduk dalam Rupiah. Uang giral biasanya digunakan untuk transaksi
dengan nilai uang yang sangat besar.

6. Uang Kuasi (Quasi Money). Uang kuasi mempunyai kemiripan dengan uang. Uang kuasi
merupakan bentuk kekayaan yang dianggap cukup likuid, dalam waktu dekat dapat diuangkan di
bank. Beberapa contoh uang kuasi antara lain deposito berjangka, tabungan, dan obligasi
pemerintah. Sebuah paham yang berpandangan luas (Komite Radclife) menyatakan bahwa yang
termasuk uang adalah terdiri dari uang kartal, uang giral dan kuasi, sedangkan paham yang
berpandangan sempit menyatakan bahwa uang itu hanya terdiri dari uang kartal dan uang giral.
Uang kartal dan uang giral yang ada di masyarakat lazimnya disebut jumlah uang beredar
(Rahardjo, 2009). Dalam sistem moneter Indonesia, uang kuasi terdiri dari simpanan berjangka
dan tabungan penduduk baik dalam Rupiah maupun valuta asing.

berdasarkan teorinya permintaan uang dibagi menjadi dua bagian yaitu:

1. Teori Liquidity Preference Keynes

Menurut Teori Keynes ada tiga motivasi orang memegang uang, yaitu untuk transaksi, berjaga-
jaga, dan memperoleh keuntungan. Nah, berikut penjelasannya:

a) Motif Transaksi 

Masyarakat memegang uang dengan tujuan untuk mempermudah kegiatan transaksi sehari-hari.


Contohnya, kalau kamu ingin membeli pensil di koperasi bayarnya harus dengan
uang cash  (transaksi jual beli).

b) Motif Berjaga-jaga 

Squad, arti dari berjaga-jaga disini adalah untuk persiapan menghadapi hal-hal yang tidak
diinginkan atau yang tidak terduga. Misalnya, sakit atau mengalami kecelakaan kalau tidak
punya tabungan, bagaimana bayarnya hayo?

c) Motif Mendapatkan Keuntungan


Nama lain dari motif ini adalah motivasi spekulasi. Misalnya, kamu membeli emas saat harga
emas sedang rendah dan menjualnya kembali saat harga emas tersebut naik. Nah, disinilah
maksud dari sepkulan, selisih harga beli dan jual dapat menghasilkan keuntungan.

2. Teori Kuantitas (Klasik)

Teori klasik ini membahas tentang hubungan antara penawaran dan permintaan, menitikberatkan
uang dari sudut pandang kuantitas. Eits, ternyata dalam teori ini muncul dua pandangan dari dua
tokoh besar yaitu David Ricardo dan Irving Fisher. 

Peran bank sentral

1. Menjaga Stabilitas Moneter


Peran bank sentral dalam kebijakan moneter berfungsi untuk menjaga stabilitas moneter, antara
lain melalui instrumen suku bunga dalam operasi pasar terbuka. Bank sentral harus mampu
menetapkan kebijakan moneter secara tepat dan berimbang, mengingat adanya gangguan
stabilitas moneter dengan dampak langsung terhadap berbagai aspek ekonomi.

Stabilitas moneter menjadi penting, karena jika suku bunga terlalu ketat bisa mematikan kegiatan
ekonomi dan jika terlalu rendah maka memiliki dampak buruk lain. Disinilah peran bank sentral
menjadi penting untuk menjaga stabilitas moneter di suatu negara.

2. Menciptakan Kinerja Lembaga Keuangan yang sehat


Bank Indonesia selaku bank sentral juga memiliki peran untuk menciptakan kinerja lembaga
keuangan yang sehat, khususnya dalam bidang perbankan. Hal ini dilakukan melalui mekanisme
pengawasan dan regulasi dan sudah diterapkan di banyak negara, termasuk di Indonesia.

Sektor perbankan memang memiliki pangsa pasar yang dominan dalam sistem keuangan sebuah
negara. Untuk itu sistem pengawasan dan kebijakan perbankan harus dilakukan secara efektif
dan efisien, agar tetap stabil dan tidak mengganggu perekonomian nasional.

3. Mengatur dan Menjaga Kelancaran Sistem Pembayaran


Peran bank sentral dalam sistem pembayaran menjadi penting dan krusial. Bank Indonesia selaku
bank sentral mengembangkan kebijakan berupa mekanisme dan pengaturan untuk mengurangi
risiko dalam sistem pembayaran yang cenderung semakin meningkat.

Jika terjadi gagal bayar pada salah satu peserta dalam sistem pembayaran, maka resiko serius
dapat mengganggu sistem dan menimbulkan gangguan menular secara sistematik, sehingga
resiko tersebut harus dikurangi. Sebagai otoritas dalam sistem pembayaran, Bank Indonesia
memiliki informasi dan keahlian untuk mengidentifikasi risiko potensial dalam sistem
pembayaran.

4. Fungsi Riset dan Pemantauan


Bank sentral juga memiliki peran dalam riset dan pemantauan di bidang moneter dan ekonomi
nasional. Bank Indonesia selaku bank sentral yang berwenang di Indonesia dapat mengakses
informasi-informasi yang dinilai mengancam stabilitas keuangan.

Monitorisasi dilakukan untuk mengetahui kerentanan sektor keuangan dan mendeteksi potensi
kejutan yang berdampak pada stabilitas sistem keuangan. Diharapkan riset-riset yang dilakukan
bank sentral menghasilkan rekomendasi kebijakan bagi otoritas terkait terkait langkah-langkah
yang harus diambil ke depannya.

5. Jaring Pengaman Sistem Keuangan


Peran bank sentral dalam perekonomian juga penting sebagai jaring pengaman sistem keuangan
terkait fungsi bank sentral sebagai lender of the last resort (LoLR). Hal ini berarti bank sentral
mengelola krisis guna menghindari terjadinya ketidakstabilan sistem keuangan.

Peran ini mencakup penyediaan likuiditas pada kondisi normal maupun saat terjadi krisis dan
hanya diberikan pada bank yang menghadapi masalah likuiditas dan berpotensi memicu
terjadinya krisis yang bersifat sistemik. Tentu banyak pertimbangan dan persyaratan yang harus
dipenuhi sebelum peran bank Indonesia ini dijalankan.
Nah itulah 5 peran bank sentral dalam perekonomian, sistem pembayaran dan kebijakan moneter
secara nasional beserta penjelasannya. Info tersebut dikutip dari situs Bank Indonesia (BI),
selaku bank sentral yang memiliki wewenang di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai