Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas terstruktur mata kuliah Filsafat Pendidikan Islam.
Dosen Pengampu :
Disusun Oleh :
Kelompok 11
Amrytanesab 1172020030
BANDUNG
Tujuan penyusun membuat makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat
Pendidikan Islam yang di amanatkan oleh Dr. H. Dindin Jamaluddin, M.Ag dan Dr. Andewi
Suhartini, M.Ag. Makalah ini kami buat berdasarkan hasil diskusi kelompok dan beberapa
referensi yang kami dapatkan sebagai bahan diskusi. Penulis menyadari bahwa dalam
penyusunan makalah ini banyak sekali kekurangan, baik dalam cara penulisan maupun dalam
isi.
Oleh karena itu kami menerima pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang
bersifat membangun untuk kemajuan makalah ini. Mudah-mudahan makalah ini dapat
bermanfaat, khususnya bagi penulis yang membuat dan umumnya bagi yang membaca
makalah ini. Aamiin
Penyusun
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dalam kegiatan pembelajaran evaluasi merupakan salah satu kegiatan utama yang harus
dilakukan oleh seorang guru. Dengan penilaian, guru akan mengetahui perkembangan hasil
belajar, intelegensi, bakat khusus, minat, hubungan sosial, sikap dan kepribadian siswa atau
peserta didik. Dengan adanya evaluasi kita mendapatkan informasi data mengenai pencapaian
lembaga pendidikan terhadap program-program kependidikan yang sudah terlaksana. Hasil
evaluasi pendidikan sangat diperlukan untuk menyusun berbagai kebijakan yang akan diambil
oleh lembaga pendidikan. Dengan demikian, evaluasi pendidikan merupakan suatu
keniscayaan dalam lembaga pendidikan, baik sekolah maupun madrasah.
Berhasil atau tidaknya pendidikan Islam dalam mencapai tujuannya dapat dilihat setelah
dilakukan evaluasi terhadap out put yang dihasilkannya. Jika hasilnya sesuai dengan apa yang
telah digariskan dalam tujuan pendidikan Islam, maka usaha pendidikan itu dapat dinilai
berhasil, tetapi jika sebaliknya, maka ia dinilai gagal.
Dari sisi ini dapat difahami betapa pentingnya evaluasi dalam proses kependidikan
Islam. Berdasarkan uraian di atas, maka secara sederhana evaluasi pendidikan Islam dapat
diberi batasan sebagai suatu kegiatan untuk menentukan taraf kemajuan suatu pekerjaan dalam
proses pendidikan Islam. Dalam ruang lingkup terbatas, evaluasi dilakukan dalam rangka
mengetahui tingkat keberhasilan peserta didik. Sedangkan dalam ruang lingkup luas, evaluasi
dilakukan untuk mengetahui tingkat keberhasilan dan kelemahan suatu proses pendidikan
Islam dalam mencapai tujuan pendidikan yang di cita-citakan.
1.3. Tujuan
Adapun tujuan dari uraian diatas, sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan Hakikat Evaluasi Pendidikan Islam.
2. Untuk mengetahui tujuan Hakikat Evaluasi Pendidikan Islam.
3. Untuk mengetahui fungsi Hakikat Evaluasi Pendidikan Islam.
4. Untuk mengetahui prinsip – prinsip Hakikat Evaluasi Pendidikan Islam.
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Hakikat Evaluasi Pendidikan
Berbicara tentang hakekat berarti berbicara tentang teori keberadaan, dan hasil berpikir
tentang segala sesuatu yang ada dan mungkin ada telah terkumpul banyak. Nama lain untuk
teori hakikat ialah teori tentang keadaan, demikian pandangan Langevel sebagaimana dikutip
Ahmad Tafsir.1
Hakekat adalah realitas, yakni ke-real-an; “real” artinya kenyataan yang sebenarnya.
Hakekat adalah kenyataan yang sebenarnya, keadaan sebenarnya sesuatu, bukan keadaan
sementara atau keadaan yang menipu, bukan keadaan yang berubah.4 Suatu pengandaian,
bahwa pada hakekat- nya pemerintahan demokratis menghargai pendapat rakyat. Mungkin
orang pernah menyaksikan pemerintahan itu melakukan tindakan sewe- nang-wenang, tidak
menghargai pendapat rakyat. Itu hanyalah keadaan sementara, bukan hakiki. Yang hakiki
pemerintahan itu demokratis. Me- lihat suatu obyek fatamorgana, ia tidak real karena tidak ada.
Karena itu fatamorgana itu bukan hakekat.
Bahasa lain dari teori hakekat adalah ontologi. Ontologi dalam bahasa Inggeris
“ontology” berakar dari bahasa Yunani “on” berarti ada, dan ontos berarti keberadan.
Sedangkan “logos” berarti pemikiran.2 Jadi ontologi adalah pemikiran mengenai yang ada dan
keberadaannya. Sedangkan menurut A.R. Lacey sebagaimana dikutip Suparlan bahwa ontologi
diartikan sebagai “a central part of metaphisics”. Sedangkan metafisika diartikan sebagai “that
which comes after ‘physics’ yakni hal yang hadir setelah fisika. Dalam metafisika, pada
dasarnya dipersoalkan menge- nai substansi atau hakekat yang ada.
Karakteristik ontologi, seperti diungkapkan oleh Bagus, antara lain dapat disederhanakan
sebagai berikut:
1. Ontologi adalah studi tentang arti “ada” dan “berada”, tentang ciri-ciri esensial dari
yang ada dalam dirinya sendiri, menurut bentuknya yang paling abstrak.
2. Ontologi adalah cabang filsafat yang mempelajari tata dan struktur realitas dalam arti
seluas mungkin, dengan menggunakan ketegori- kategori seperti: ada atau menjadi,
1
Ahmad Tafsir, Filsafat Umum Akal dan Hati Sejak Thales Sampai James, cet. I, Bandung: Remaja Rosdkarya,
1990, h. 31.
2
Suparlan Suhartono, Filsafat Ilmu Pengetahuan Persoalan Eksistensi dan Hakekat Ilmu Pengetahuan, cet. I,
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2008, h. 111.
Dari pandangan di atas dapat dipahami bahwa yang ada itu ada yang bersifat fisik dan ada
pula yang bersifat metafisika. Metafisika itulah yang menjadi obyek kajian filsafat. Walaupun
diketahui bahwa obyek ilmu pengetahuan itu ada yang berupa materi (obyek materi) dan ada
yang berupa bentuk (obyek forma). Obyek forma atau cara pandang ini berkonsentrasi pada
satu segi saja, sehingga menurut segi yang satu ini kemudian tergambarlah lingkup suatu
pengetahuan mengenai sesuatu hal menurut segi tertentu.
Di dalam metafisika, dijelaskan bahwa mengenai segala yang ada ini berada di dalam tiga
dimensi, yaitu dimensi abstrak (abstrack being), kemungkinan (potentiality being) dan
perwujudan (appearance being).4 Berada di dalam dimensi abstrak menentukan segala hal yang
ada secara plural di dalam sifat universal, yakni di dalam satu kesamaan jenis. Segala yang ada
juga berada di dalam potensi sendiri-sendiri, meskipun dalam kesatuan jenis. Dengan
potensinya itu, yang ada menjadi berada di dalam pribadinya sendiri, yakni di dalam
kepribadiannya sendiri. Kemudian segala sesuatu berada di dalam dimensi konkret yang
menentukan cara penampakan atau perwujudan sebagai individu yang keberadaannya terikat
dalam ruang dan waktu tertentu. Sebagai individu, setiap hal mengalami segala macam
perubahan dan perkembangan, sehingga berbeda dan terpisah dengan yang lain. Oleh sebab itu
dapat dipahami dan dinilai bahwa setiap hal yang ada, niscaya berada di dalam hakekat abstrak,
hakekat pribadi dan hakekat konkret.
Di samping itu, menurut cara-cara keberadaannya, segala yang ada bisa berada di dalam
angan-angan (imagination), di dalam kemungkinan (possibility), dan bisa juga di dalam
kenyataan konkret (concrete fact).
Dalam mendefinisikan evaluasi, secara harfiah berasal dari bahasa Inggeris evaluation;
dalam bahasa Arab: al-Taqdīr (ﺮ-ﺪ ﻳ- ;)اﻟﺘﻘdalam bahasa Indonesia berarti: Penilaian. Akar
3
Ibid, hlm 112
4
Suparlan Suhartono, op cit., hlm 39
1. Menurut Edwind Wandt dan Gerald W. Brown (1977), evaluation refer to the act
or process to determining the value of something. Dari definisi tersebut, maka
istilah evaluasi ini menunjuk kepada atau mengandung pengertian: suatu tindakan
atau suatu proses untuk menentukan nilai dari sesuatu (Sudijono, 2011: 1).
2. Menurut Stufflebeam dkk (1971), evaluasi merupakan proses menggambarkan,
memperoleh, dan menyajikan informasi yang berguna untuk menilai alternatif
keputusan.
3. Menurut Ralph Tailor (1950), evaluasi merupakan sebuah proses pengumpulan data
untuk menentukan sejauh mana, dalam hal apa, dan bagian mana tujuan pendidikan
sudah tercapai (Arikunto, 2010: 3).
4. Menurut Suharsimi Arikunto (2004: 1), evaluasi adalah kegiatan untuk
mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi
tersebut digunakan untuk menentukan alternative yang tepat dalam mengambil
keputusan. Fungsi utama evaluasi dalam hal ini adalah menyediakan informasi-
informasi yang berguna bagi pihak decision maker untuk menentukan kebijakan
yang akan diambil berdasarkan evaluasi yang telah dilakukan.
Dari beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa evaluasi merupakan
sebuah proses yang dilakukan oleh seseorang (evaluator) untuk mengetahui sejauh mana
keberhasilan suatu program telah tercapai yang dilakukan secara berkesinambungan. Berarti
kalau evaluasi pendidikan adalah proses yang dilakukan oleh seseorang (evaluator) untuk
mengetahui sejauh mana keberhasilan suatu program telah tercapai yang dilakukan secara
berkesinambungan dalam bidang pendidikan. Hal ini juga diungkapkan dalam UU No. 20
tahun 2003 pasal 58 ayat 1 yang menyatakan bahwa evaluasi hasil belajar peserta didik
dilakukan oleh pendidik untuk memantau kemajuan, dan perbaikan hasil belajar peserta didik
secara berkesinambungan.
5
Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, cet. III, Jakarta: Raja Gra- findo Persada, 2001, h. 1
transformasi
input output
unpan balik
• Input, adalah bahan mentah yang dimasukkan kedalam transformasi. Dalam sekolah
maka yang dimaksud dengan bahan mentah adalah calon siswa yang baru akan
memasuki sekolah. Sebelum memasuki suatu tingkat sekolah (institusi), dinilai dahulu
kemampuannya. Dengan penilaian itu ingin diketahui apakah kelak ia akan mampu
mengikuti pelajaran dan melaksanakan tugas-tugas yang akan diberikan kepada- nya.
• Output, adalah bahan jadi yang dihasilkan oleh transformasi. Yang dimaksudkan adalah
siswa lulusan sekolah yang bersangkutan. Untuk dapat menentukan apakah seorang
siswa berhak lulus atau tidak, perlu diadakan kegiatan penilaian.
• Transformasi, adalah mesin yang bertugas mengubah bahan mentah menjadi bahan jadi.
Dalam dunia sekolah, sekolah itulah yang dimak- sud transformasi. Sekolah itu sendiri
terdiri dari beberapa mesin yang menyebabkan berhasil atau gagalnya sebagai
transformasi. Bahan jadi yang diharapkan yakni siswa lulusan sekolah ditentukan oleh
6
Ibid, hlm 2
7
Anas Sudijono, op. cit., hlm 18
8
Ibid, hlm 17.
9
Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, cet. I, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997, hlm. 134-135.
1. Mengukur kemajuan
2. Penunjang penyusunan rencana
3. Memperbaiki atau melakukan penyempurnaan kembali (Anas Sudijono, 2003: 8)
Jika dilihat dari fungsi diatas setidaknya ada dua macam kemungkinan hasil yang
diperoleh dari kegiatan evaluasi , yaitu:
1. Hasil evaluasi yang diperoleh dari kegiatan evaluasi itu ternyata mengembirakan,
sehingga dapat memberikan rasa lega bagi evaluator, sebab tujuan yang telah ditentukan
dapat dicapai sesuai dengan yang direncanakan.
2. Hasil evaluasi itu ternyata tidak mengembirakan atau bahkan mengkhawatirkan, dengan
alasan bahwa berdsar hasil evaluasi ternyata dijumpai adanya penyimpangan,
hambatan, atau kendala, sehingga mengharuskan evaluator untuk bersikap waspada. Ia
perlu memikirkan dan melakukan pengkajian ulang terhadap rencana yang telah
disusun, atau mengubah dan memperbaiki cara pelaksanaannya. Berdasar data hasil
10
Kisah lebih lengkap, baca M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur’an, Vol. 9,
cet. I, Jakarta: Lentera Hati, 2009, h. 433.
11
Daryanto, M. 2005. Administrasi Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
https://www.academia.edu/8715206
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Evaluasi merupakan sebuah proses yang dilakukan oleh seseorang (evaluator) untuk
mengetahui sejauh mana keberhasilan suatu program telah tercapai yang dilakukan secara
berkesinambungan. Berarti kalau evaluasi pendidikan adalah proses yang dilakukan oleh
seseorang (evaluator) untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan suatu program telah
tercapai yang dilakukan secara berkesinambungan dalam bidang pendidikan.
Kegunaan evaluasi dalam pendidikan Islam sebagai berikut: (a) Untuk membantu
seorang pendidik mengetahui sejauh mana hasil yang dicapai dalam pelaksanaan tugasnya;
(b) Membantu peserta didik untuk dapat mengubah atau mengembangkan tingkah lakunya
secara sadar ke arah yang lebih baik; (c) Membantu para pemikir pendidikan Islam
mengetahui kelemahan teori-teori pendidikan Islam dan membantu mereka dalam
merumuskan kembali teori-teori pendidikan Islam yang relevan dengan arus dinamika
zaman yang senantiasa berubah; (d) Pengambil kebijakan pendidikan Islam, untuk
membantu mereka dalam membenahi sistem pengawasan dan mempertimbangkan
kebijakan yang akn diterapkan dalam sistem pendidikan nasional (Islam). Fungsi pokok
dari evaluasi Pendidikan yaitu untuk Mengukur kemajuan, Penunjang penyusunan rencana
dan Memperbaiki atau melakukan penyempurnaan kembali. Prinsip yang perlu
diperhatikan dalam melakukan evaluasi, yaitu keterpaduan, keterlibatan siswa, koherensi,
pedagogis, dan akuntabilitas.
3.2. Saran
Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini banyak ditemui kesulitan, oleh
karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik agar penulis dapat menyempurnakan
karya makalah ini.
Abudin Nata. 2005. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Ahmad Tafsir. 1990. Filsafat Umum dan Hati Sejak Thales Sampai James. Bandung: Remaja
Rosdakarya
Al-Rasyidin dkk. 2005. Filsafat Pendidikan Islam Pendektan Historis, teori dan praktis.
Jakarta: Ciputat Press.
Anas Sudijono. 2001. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Armai Arief. 2002. Pengantar Ilmu dan Mtodologi Pendidikan Islam. Jakarta Ciputat Pers.
Daryanto, M. 2005. Administrasi Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Dipetik pada tanggal
10 Juni 10:00 https://www.academia.edu/8715206.
M. Quraish Shihab. 2009. Tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur’an. Jakarta:
Lentera Hati.
Suparlan Suhartono. 2008. Filsafat Ilmu Pengetahuan Persoalan Eksistensi dan Hakekat Ilmu
Pengetahuan. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.