Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

HAKIKAT EVALUASI PENDIDIKAN ISLAM

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas terstruktur mata kuliah Filsafat Pendidikan Islam.

Dosen Pengampu :

Dr. H. Dindin Jamaluddin, M.Ag

Dr. Andewi Suhartini, M.Ag

Disusun Oleh :

Kelompok 11

Adista Adelin 1172020011

Agnia Siti Mutmainah 1172020013

Amrytanesab 1172020030

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SUNAN GUNUNG DJATI

BANDUNG

Hakikat Evaluasi Pendidikan Islam | i


KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmat, taufik,
hidayah dan inayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang
berjudul “Hakikat Evaluasi Pendidikan Islam”. Dengan hadirnya makalah ini dapat
memberikan infomasi bagi para pembaca tentang kerja keras dalam menuntut ilmu.

Tujuan penyusun membuat makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat
Pendidikan Islam yang di amanatkan oleh Dr. H. Dindin Jamaluddin, M.Ag dan Dr. Andewi
Suhartini, M.Ag. Makalah ini kami buat berdasarkan hasil diskusi kelompok dan beberapa
referensi yang kami dapatkan sebagai bahan diskusi. Penulis menyadari bahwa dalam
penyusunan makalah ini banyak sekali kekurangan, baik dalam cara penulisan maupun dalam
isi.

Oleh karena itu kami menerima pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang
bersifat membangun untuk kemajuan makalah ini. Mudah-mudahan makalah ini dapat
bermanfaat, khususnya bagi penulis yang membuat dan umumnya bagi yang membaca
makalah ini. Aamiin

Bandung, Juni 2020

Penyusun

Hakikat Evaluasi Pendidikan Islam | i


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................................... i


DAFTAR ISI ....................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ........................................................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah ................................................................................................... 2
1.3. Tujuan .................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................................... 3
2.1. Pengertian Hakikat Evaluasi Pendidikan ..................................................................... 3
2.2. Tujuan dan Kegunaan Evaluasi Pendidikan islam ....................................................... 7
2.3. Fungsi Evaluasi Pendidikan islam ............................................................................... 9
2.4. Prinsip – prinsip evaluasi dalam Pendidikan islam .................................................... 12
BAB III PENUTUP ........................................................................................................... 15
3.1. Kesimpulan ........................................................................................................... 15
3.2. Saran..................................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA

Hakikat Evaluasi Pendidikan Islam | ii


BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dalam kegiatan pembelajaran evaluasi merupakan salah satu kegiatan utama yang harus
dilakukan oleh seorang guru. Dengan penilaian, guru akan mengetahui perkembangan hasil
belajar, intelegensi, bakat khusus, minat, hubungan sosial, sikap dan kepribadian siswa atau
peserta didik. Dengan adanya evaluasi kita mendapatkan informasi data mengenai pencapaian
lembaga pendidikan terhadap program-program kependidikan yang sudah terlaksana. Hasil
evaluasi pendidikan sangat diperlukan untuk menyusun berbagai kebijakan yang akan diambil
oleh lembaga pendidikan. Dengan demikian, evaluasi pendidikan merupakan suatu
keniscayaan dalam lembaga pendidikan, baik sekolah maupun madrasah.

Evaluasi Pendidikan mempunyai tujuan untuk mendapatkan data yang mengarah


kepada pembuktian akan keberhasilan dalam mencapai tujuan kurikulernya. Dari sini guru
dapat mengukur keefektifan belajar dalam kegiatan pembelajaran, penggunaan metode belajar
dan evaluasi pengalaman belajar. Evaluasi pendidikan diartikan sebagai penilaian dalam
bidang pendidikan atau penilaian mengenai hal yang berkaitan dengan kegiatan pendidikan.

Berhasil atau tidaknya pendidikan Islam dalam mencapai tujuannya dapat dilihat setelah
dilakukan evaluasi terhadap out put yang dihasilkannya. Jika hasilnya sesuai dengan apa yang
telah digariskan dalam tujuan pendidikan Islam, maka usaha pendidikan itu dapat dinilai
berhasil, tetapi jika sebaliknya, maka ia dinilai gagal.

Dari sisi ini dapat difahami betapa pentingnya evaluasi dalam proses kependidikan
Islam. Berdasarkan uraian di atas, maka secara sederhana evaluasi pendidikan Islam dapat
diberi batasan sebagai suatu kegiatan untuk menentukan taraf kemajuan suatu pekerjaan dalam
proses pendidikan Islam. Dalam ruang lingkup terbatas, evaluasi dilakukan dalam rangka
mengetahui tingkat keberhasilan peserta didik. Sedangkan dalam ruang lingkup luas, evaluasi
dilakukan untuk mengetahui tingkat keberhasilan dan kelemahan suatu proses pendidikan
Islam dalam mencapai tujuan pendidikan yang di cita-citakan.

Hakikat Evaluasi Pendidikan Islam | 1


1.2. Rumusan Masalah
Bertolak dari uraian diatas, maka masalah – masalah yang dapat dirumuskan sebagai
berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan Hakikat Evaluasi Pendidikan Islam?
2. Apa Tujuan Hakikat Evaluasi Pendidikan Islam?
3. Apa saja Fungsi Hakikat Evaluasi Pendidikan Islam?
4. Bagaimana Prinsip – prinsip Hakikat Evaluasi Pendidikan Islam?

1.3. Tujuan
Adapun tujuan dari uraian diatas, sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan Hakikat Evaluasi Pendidikan Islam.
2. Untuk mengetahui tujuan Hakikat Evaluasi Pendidikan Islam.
3. Untuk mengetahui fungsi Hakikat Evaluasi Pendidikan Islam.
4. Untuk mengetahui prinsip – prinsip Hakikat Evaluasi Pendidikan Islam.

Hakikat Evaluasi Pendidikan Islam | 2


BAB II

PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Hakikat Evaluasi Pendidikan
Berbicara tentang hakekat berarti berbicara tentang teori keberadaan, dan hasil berpikir
tentang segala sesuatu yang ada dan mungkin ada telah terkumpul banyak. Nama lain untuk
teori hakikat ialah teori tentang keadaan, demikian pandangan Langevel sebagaimana dikutip
Ahmad Tafsir.1

Hakekat adalah realitas, yakni ke-real-an; “real” artinya kenyataan yang sebenarnya.
Hakekat adalah kenyataan yang sebenarnya, keadaan sebenarnya sesuatu, bukan keadaan
sementara atau keadaan yang menipu, bukan keadaan yang berubah.4 Suatu pengandaian,
bahwa pada hakekat- nya pemerintahan demokratis menghargai pendapat rakyat. Mungkin
orang pernah menyaksikan pemerintahan itu melakukan tindakan sewe- nang-wenang, tidak
menghargai pendapat rakyat. Itu hanyalah keadaan sementara, bukan hakiki. Yang hakiki
pemerintahan itu demokratis. Me- lihat suatu obyek fatamorgana, ia tidak real karena tidak ada.
Karena itu fatamorgana itu bukan hakekat.

Bahasa lain dari teori hakekat adalah ontologi. Ontologi dalam bahasa Inggeris
“ontology” berakar dari bahasa Yunani “on” berarti ada, dan ontos berarti keberadan.
Sedangkan “logos” berarti pemikiran.2 Jadi ontologi adalah pemikiran mengenai yang ada dan
keberadaannya. Sedangkan menurut A.R. Lacey sebagaimana dikutip Suparlan bahwa ontologi
diartikan sebagai “a central part of metaphisics”. Sedangkan metafisika diartikan sebagai “that
which comes after ‘physics’ yakni hal yang hadir setelah fisika. Dalam metafisika, pada
dasarnya dipersoalkan menge- nai substansi atau hakekat yang ada.

Karakteristik ontologi, seperti diungkapkan oleh Bagus, antara lain dapat disederhanakan
sebagai berikut:

1. Ontologi adalah studi tentang arti “ada” dan “berada”, tentang ciri-ciri esensial dari
yang ada dalam dirinya sendiri, menurut bentuknya yang paling abstrak.
2. Ontologi adalah cabang filsafat yang mempelajari tata dan struktur realitas dalam arti
seluas mungkin, dengan menggunakan ketegori- kategori seperti: ada atau menjadi,

1
Ahmad Tafsir, Filsafat Umum Akal dan Hati Sejak Thales Sampai James, cet. I, Bandung: Remaja Rosdkarya,
1990, h. 31.
2
Suparlan Suhartono, Filsafat Ilmu Pengetahuan Persoalan Eksistensi dan Hakekat Ilmu Pengetahuan, cet. I,
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2008, h. 111.

Hakikat Evaluasi Pendidikan Islam | 3


aktualitas atau potensialitas, nyata atau penampakan, esensi atau eksistensi,
kesempurnaan, ruang dan waktu, perubahan, dan sebagainya.
3. Ontologi adalah cabang filsafat yang mencoba melukiskan hakekat terakhir yang ada,
yaitu Yang Satu, Yang Absolut, Bentuk Abadi, Sem- purna, dan keberadaan segala
sesuatu yang mutlak bergantung kepada- Nya.
4. Cabang filsafat yang mempelajari tentang status realitas apakah nyata atau semu,
apakah pikiran itu nyata, dan sebagainya.3

Dari pandangan di atas dapat dipahami bahwa yang ada itu ada yang bersifat fisik dan ada
pula yang bersifat metafisika. Metafisika itulah yang menjadi obyek kajian filsafat. Walaupun
diketahui bahwa obyek ilmu pengetahuan itu ada yang berupa materi (obyek materi) dan ada
yang berupa bentuk (obyek forma). Obyek forma atau cara pandang ini berkonsentrasi pada
satu segi saja, sehingga menurut segi yang satu ini kemudian tergambarlah lingkup suatu
pengetahuan mengenai sesuatu hal menurut segi tertentu.

Di dalam metafisika, dijelaskan bahwa mengenai segala yang ada ini berada di dalam tiga
dimensi, yaitu dimensi abstrak (abstrack being), kemungkinan (potentiality being) dan
perwujudan (appearance being).4 Berada di dalam dimensi abstrak menentukan segala hal yang
ada secara plural di dalam sifat universal, yakni di dalam satu kesamaan jenis. Segala yang ada
juga berada di dalam potensi sendiri-sendiri, meskipun dalam kesatuan jenis. Dengan
potensinya itu, yang ada menjadi berada di dalam pribadinya sendiri, yakni di dalam
kepribadiannya sendiri. Kemudian segala sesuatu berada di dalam dimensi konkret yang
menentukan cara penampakan atau perwujudan sebagai individu yang keberadaannya terikat
dalam ruang dan waktu tertentu. Sebagai individu, setiap hal mengalami segala macam
perubahan dan perkembangan, sehingga berbeda dan terpisah dengan yang lain. Oleh sebab itu
dapat dipahami dan dinilai bahwa setiap hal yang ada, niscaya berada di dalam hakekat abstrak,
hakekat pribadi dan hakekat konkret.

Di samping itu, menurut cara-cara keberadaannya, segala yang ada bisa berada di dalam
angan-angan (imagination), di dalam kemungkinan (possibility), dan bisa juga di dalam
kenyataan konkret (concrete fact).

Dalam mendefinisikan evaluasi, secara harfiah berasal dari bahasa Inggeris evaluation;
dalam bahasa Arab: al-Taqdīr (‫ﺮ‬-‫ﺪ ﻳ‬-‫ ;)اﻟﺘﻘ‬dalam bahasa Indonesia berarti: Penilaian. Akar

3
Ibid, hlm 112
4
Suparlan Suhartono, op cit., hlm 39

Hakikat Evaluasi Pendidikan Islam | 4


katanya adalah value; dalam bahasa Arab: (al-Qīmah: ‫ﺔ‬--‫)اﻟﻘﻴﻤ‬. Dengan demikian secara harfiah,
evaluasi pen- didikan dapat diartikan sebagai penilaian dalam bidang pendidikan atau hal-hal
yang berkenaan dengan kegiatan Pendidikan.5

Adapun pengertian Evaluasi menurut para ahli, diantaranya:

1. Menurut Edwind Wandt dan Gerald W. Brown (1977), evaluation refer to the act
or process to determining the value of something. Dari definisi tersebut, maka
istilah evaluasi ini menunjuk kepada atau mengandung pengertian: suatu tindakan
atau suatu proses untuk menentukan nilai dari sesuatu (Sudijono, 2011: 1).
2. Menurut Stufflebeam dkk (1971), evaluasi merupakan proses menggambarkan,
memperoleh, dan menyajikan informasi yang berguna untuk menilai alternatif
keputusan.
3. Menurut Ralph Tailor (1950), evaluasi merupakan sebuah proses pengumpulan data
untuk menentukan sejauh mana, dalam hal apa, dan bagian mana tujuan pendidikan
sudah tercapai (Arikunto, 2010: 3).
4. Menurut Suharsimi Arikunto (2004: 1), evaluasi adalah kegiatan untuk
mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi
tersebut digunakan untuk menentukan alternative yang tepat dalam mengambil
keputusan. Fungsi utama evaluasi dalam hal ini adalah menyediakan informasi-
informasi yang berguna bagi pihak decision maker untuk menentukan kebijakan
yang akan diambil berdasarkan evaluasi yang telah dilakukan.

Dari beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa evaluasi merupakan
sebuah proses yang dilakukan oleh seseorang (evaluator) untuk mengetahui sejauh mana
keberhasilan suatu program telah tercapai yang dilakukan secara berkesinambungan. Berarti
kalau evaluasi pendidikan adalah proses yang dilakukan oleh seseorang (evaluator) untuk
mengetahui sejauh mana keberhasilan suatu program telah tercapai yang dilakukan secara
berkesinambungan dalam bidang pendidikan. Hal ini juga diungkapkan dalam UU No. 20
tahun 2003 pasal 58 ayat 1 yang menyatakan bahwa evaluasi hasil belajar peserta didik
dilakukan oleh pendidik untuk memantau kemajuan, dan perbaikan hasil belajar peserta didik
secara berkesinambungan.

5
Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, cet. III, Jakarta: Raja Gra- findo Persada, 2001, h. 1

Hakikat Evaluasi Pendidikan Islam | 5


Pengertian istilah evaluasi pendidikan dapat juga dilihat dari Lembaga Administrasi
Negara adalah:

1. Proses/kegiatan untuk menentukan kemajuan pendidikan, dibanding- kan dengan


tujuan yang telah ditentukan.
2. Usaha untuk memperoleh informasi berupa umpan balik (feedback) bagi
penyempurnaan pendidikan.6

Kegiatan pendidikan atau proses belajar-mengajar di sekolah diumpamakan sebagai


tempat mengolah sesuatu dan siswa diumpamakan sebagai bahan mentah, maka lulusan dari
sekolah itu dapat disamakan dengan hasil olahan yang sudah siap digunakan. Dalam istilah
inovasi yang menggunakan teknologi maka tempat pengolah ini disebut transformasi. Jika
digambarkan dalam bentuk diagram akan terlihat sebagai berikut:

transformasi

input output

unpan balik

• Input, adalah bahan mentah yang dimasukkan kedalam transformasi. Dalam sekolah
maka yang dimaksud dengan bahan mentah adalah calon siswa yang baru akan
memasuki sekolah. Sebelum memasuki suatu tingkat sekolah (institusi), dinilai dahulu
kemampuannya. Dengan penilaian itu ingin diketahui apakah kelak ia akan mampu
mengikuti pelajaran dan melaksanakan tugas-tugas yang akan diberikan kepada- nya.
• Output, adalah bahan jadi yang dihasilkan oleh transformasi. Yang dimaksudkan adalah
siswa lulusan sekolah yang bersangkutan. Untuk dapat menentukan apakah seorang
siswa berhak lulus atau tidak, perlu diadakan kegiatan penilaian.
• Transformasi, adalah mesin yang bertugas mengubah bahan mentah menjadi bahan jadi.
Dalam dunia sekolah, sekolah itulah yang dimak- sud transformasi. Sekolah itu sendiri
terdiri dari beberapa mesin yang menyebabkan berhasil atau gagalnya sebagai
transformasi. Bahan jadi yang diharapkan yakni siswa lulusan sekolah ditentukan oleh

6
Ibid, hlm 2

Hakikat Evaluasi Pendidikan Islam | 6


beberapa faktor sebagai akibat bekerjanya unsur-unsur yang ada. Unsur-unsur yang ada
antara lain:
- Guru dan personal lainnya.
- Bahan pelajaran.
- Metode mengajar dan sistem evaluasi.
- Sarana penunjang.
- Sistem administrasi.
• Umpan balik (feed back), adalah segala informasi baik yang meyangkut output maupun
transformasi. Umpan balik ini diperlukan sekali untuk memperbaiki input maupun
transformasi. Lulusan yang kurang bermu- tu atau yang belum memenuhi harapan, akan
menggugah semua pihak untuk mengambil tindakan yang berhubungan dengan
penyebab ku- rang bermutunya lulusan.

2.2. Tujuan dan Kegunaan Evaluasi Pendidikan islam


Tujuan pendidikan merupakan kriteria atau ukuran dalam evaluasi pendidikan. Menurut
Anas Sudijono, tujuan evaluasi adalah, pertama, untuk mencari informasi atau bukti-bukti
tentang sejauhmana kegiatan-kegiatan yang dilakukan telah mencapai tujuan, atau sejauhmana
batas kemampuan yang telah dicapai oleh seseorang atau sebuah lembaga. Kedua, untuk
mengetahui sejauhmana efektifitas cara dan proses yang ditempuh untuk mencapai tujuan
tersebut.7
Menurut Abdul Mujib dkk tujuan evaluasi adalah:
1. Mengetahui kadar pemahaman peserta didik terhadap materi pelajaran, melatih
keberanian, dan mengajak peserta didik untuk mengingat kembali materi yang telah
diberikan, dan mengetahui tingkat perubahan perilakunya.
2. Mengetahui siapa diantara peserta didik yang cerdas dan yang lemah, sehingga yang
lemah diberi perhatian khusus agar ia dapat mengejar kekurangannya.
3. Mengumpulkan informasi yang dapat dipergunakan sebagai dasar untuk mengadakan
pengecekan yang sistematis terhadap hasil pendidikan yang telah dicapai untuk
kemudian dibandingkan dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya (Armai Arief,
2002 : 53).
Secara umum ada empat kegunaan evaluasi dalam pendidikan Islam,(Al-Rasyidin
dkk,2005 : 77-78). sebagai berikut:

7
Anas Sudijono, op. cit., hlm 18

Hakikat Evaluasi Pendidikan Islam | 7


1. Dari segi pendidik, yaitu untuk membantu seorang pendidik mengetahui sejauh mana
hasil yang dicapai dalam pelaksanaan tugasnya.
2. Dari segi peserta didik, yaitu membantu peserta didik untuk dapat mengubah atau
mengembangkan tingkah lakunya secara sadar ke arah yang lebih baik.
3. Dari segi ahli fikir pendidikan Islam, untuk membantu para pemikir pendidikan Islam
mengetahui kelemahan teori-teori pendidikan Islam dan membantu mereka dalam
merumuskan kembali teori-teori pendidikan Islam yang relevan dengan arus dinamika
zaman yang senantiasa berubah.
4. Dari segi politik pengambil kebijakan pendidikan Islam, untuk membantu mereka dalam
membenahi sistem pengawasan dan mempertimbangkan kebijakan yang akn diterapkan
dalam sistem pendidikan nasional (Islam).
Secara khusus, tujuan pelaksanaan evaluasi dalam pendidikan Islam adalah untuk
mengetahui kadar pemilikan dan pemahaman peserta didik terhadap materi pelajaran, baik
dalam aspek kognitif, afektif dan psiko- motorik.8
Ajaran Islam yang menaruh perhatian yang besar terhadap evaluasi. Allah swt dalam
berbagai firman-Nya dalam kitab suci Al-Qur’an meng- informasikan bahwa, pekerjaan
evaluasi merupakan suatu tugas penting dalam rangkaian proses pendidikan yang telah
dilaksanakan oleh pen- didik. Abuddin Nata mengutip (Q.S. al-Baqarah/2: 31-32) menyebut
empat hal yang dapat diketahui. Pertama, Allah swt bertindak sebagai guru yang memberikan
pelajaran kepada Nabi Adam as. Kedua, para malaikat tidak memperoleh pengajaran
sebagaimana yang diterima Nabi Adam, mereka tidak dapat menyebutkan nama-nama benda.
Ketiga, Allah swt meminta kepada Nabi Adam agar mendemonstrasikan ajaran yang
diterimanya. Keempat, materi evaluasi, haruslah materi yang pernah diajarkannya.9
Selanjutnya Nabi Sulaiman pernah mengevaluasi kejujuran seekor burung hud-hud yang
memberitahukan tentang adanya kerajaan yang di- perintah oleh seorang wanita cantik, yang
dikisahkan dalam yang berbunyi:
“Berkata Sulaiman: Akan kami lihat (evaluasi) apakah kamu benar ataukah kamu
termasuk orang-orang yang berdusta”.
Mendengar keterangan burung hud-hud, Nabi Sulaeman as. Tidak langsung mengambil
keputusan untuk membenarkan atau mempersalah- kannya. Karena itu, dalam rangka menguji
kebenaran hud-hud, Nabi Sulaiman berkata: akan kami lihat, yakni menyelidiki dan

8
Ibid, hlm 17.
9
Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, cet. I, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997, hlm. 134-135.

Hakikat Evaluasi Pendidikan Islam | 8


memikirkan dengan matang, apakah engkau, wahai hud-hud, telah berkata benar tentang kaum
Saba’ itu ataukah engkau termasuk salah satu dari kelompok pera pendusta.10
Sementara itu, sasaran evaluasi pendidikan meliputi: peserta didik dan juga pendidik
untuk mengetahui sejauhmana ia bersungguh-sungguh dalam menjalankan tugasnya untuk
mencapai tujuan pendidikan Islam (Muhammad Athiyah al-Abrasyî, 362). Sementara menurut
Abudin Nata, bahwa sasaran evaluasi yaitu untuk mengevaluasi peserta didik, pendidik, materi
pendidikan, proses penyampaian materi pelajaran, dan berbagai aspek lainnya yang berkaitan
dengan materi pendidikan (Abudin Nata, 2005 : 308).
Sasaran-sasaran evaluasi pendidikan Islam secara garis besarnya melihat empat
kemampuan peserta didik, (M. Arifin, 2009:162-163) yaitu:
1. Sikap dan pengalaman terhadap hubungan pribadinya dengan Tuhannya.
2. Sikap dan pengalaman terhadap arti hubungan dirinya dengan masyarakat.
3. Sikap dan pengalaman terhadap arti hubungan kehidupannya dengan alam sekitarnya.
4. Sikap dan pandangannya terhadap diri sendiri selaku hamba Allah Swt, anggota
masyarakat serta selaku khalifah-Nya di muka bumi.
2.3. Fungsi Evaluasi Pendidikan islam
Secara umum, evaluasi sebagai suatu tindakan atau proses setidak-tidaknya memiliki
tiga macam fungsi pokok, yaitu:

1. Mengukur kemajuan
2. Penunjang penyusunan rencana
3. Memperbaiki atau melakukan penyempurnaan kembali (Anas Sudijono, 2003: 8)
Jika dilihat dari fungsi diatas setidaknya ada dua macam kemungkinan hasil yang
diperoleh dari kegiatan evaluasi , yaitu:
1. Hasil evaluasi yang diperoleh dari kegiatan evaluasi itu ternyata mengembirakan,
sehingga dapat memberikan rasa lega bagi evaluator, sebab tujuan yang telah ditentukan
dapat dicapai sesuai dengan yang direncanakan.
2. Hasil evaluasi itu ternyata tidak mengembirakan atau bahkan mengkhawatirkan, dengan
alasan bahwa berdsar hasil evaluasi ternyata dijumpai adanya penyimpangan,
hambatan, atau kendala, sehingga mengharuskan evaluator untuk bersikap waspada. Ia
perlu memikirkan dan melakukan pengkajian ulang terhadap rencana yang telah
disusun, atau mengubah dan memperbaiki cara pelaksanaannya. Berdasar data hasil

10
Kisah lebih lengkap, baca M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur’an, Vol. 9,
cet. I, Jakarta: Lentera Hati, 2009, h. 433.

Hakikat Evaluasi Pendidikan Islam | 9


evaluasi itu selanjutnya dicari metode-metode lain yang dipandang lebih tepat dan lebih
sesuai dengan keadaan dan keperluan.
Sedangkan secara khusus, fungsi evaluasi dalam dunia pendidikan dapat dilihat dari 3 segi:
1. Segi psikologis, kegiatan evaluasi dalam dunia pendidikan disekolah dapat disoroti
dari 2 sisi, yaitu sisi peserta didik dan dari sisi pendidik.Bagi peserta didik, evaluasi
pendidikan secara psikologis akan memberikan pedoman atau pegangan batin kepada
mereka untuk mengenal kapasitas dan status dirinya masing-masing ditengah-tengah
kelompok atau kelasnya.Bagi pendidik, evaluasi pendidikan akan memberikan
kapasitas atau ketepatan hati kepada diri pendidik tersebut, sudah sejauh manakah
kiranya usaha yang telah dilakukannya selama ini yang telah membawa hasil,
sehingga secara psikologis ia memiliki pedoman guna menentukan langkah-langkah
apa saja perlu dilakukan selanjutnya.
2. Segi didaktik. Bagi peserta didik, evaluasi pendidikan secara didaktik (khususnya
evaluasi hasil belajar) akan dapat memberikan dorongan (motivasi) kepada mereka
untuk dapat memperbaiki, meningkatkan, dan mempertahankan prestasinya. Bagi
pendidik, evaluasi pendidikan secara didaktik itu setidak-tidaknya memiliki 5 macam
fungsi, yaitu:
a. Memberikan landasan untuk menilai hasil usaha (prestasi) yang telah dicapai
oleh peserta didiknya.
b. Memberikan informasi yang sangat berguna, guna mengetahui posisi masing-
masing peserta didik di tengah-tengah kelompoknya.
c. Memberikan bahan yang penting untuk memilih dan kemudian menetapkan
status peserta didik.
d. Memberikan pedoman untuk mencari dan menemukan jalan keluar bagi peserta
didik yang memang memerlukannya.
e. Memberikan petunjuk tentang sejauh manakah program pengajaran yang telah
ditetukan dapat dicapai.
3. Segi administratif, evaluasi pendidikan setidak-tidaknya memiliki 3 macam fungsi:
a. Memberikan laporan.
b. Memberikan bahan-bahan keterangan (data).
c. Memberikan gambaran (Anas Sudijono, 2003: 14).

Hakikat Evaluasi Pendidikan Islam | 10


Jika ditinjau dari berbagai segi dalam sistem pendidikan, maka fungsi evaluasi ada
beberapa hal;
1. Evaluasi berfungsi selektif
Dengan cara mengadakan evaluasi guru mempunyai cara untuk mengadakan
seleksi terhadap siswanya. Seleksi itu sendiri mempunyai berbagai tujuan, antara lain;
a. Untuk memilih siswa yang dapat diterima di sekolah tertentu.
b. Untuk memilih siswa yang dapat naik ke kelas atau tingkat berikutnya.
c. Untuk memilih siswa yang seharusnya mendapat beasiswa.
d. Untuk memilih siswa yang sudah berhak meninggalkan sekolah dan sebagainya.
2. Evaluasi berfungsi diagnostic.
Apabila alat yang digunakan dalam evaluasi cukup memenuhi persyaratan,
maka dengan melihat hasilnya, guru akan mengetahui kelemahan siswa. Di samping
itu diketahui pula sebab-musabab kelemahan itu.
3. Evaluasi berfungsi sebagai penempatan
System baru yang kini banyak dipipulerkan di negeri barat, adalah system
belajar sendiri. Belajar sendiri dapat dilakukan dengan cara mempelajari sebuah paket
belajar, baik itu berbentuk modul maupun paket belajar yang lain. Sebagai alasan dari
timbulnya system ini adalah adanya pengakuan yang besar terhadap kemampuan
individual. Akan tetapi disebabkan keterbatasan sarana dan tenaga, pendidikan, yang
bersifat individual kadang-kadang sukar sekali di laksanakan. Pendekatan yang lebih
bersifat melayani perbedaan kemampuan, adalah pengajaran secara kelompok. Untuk
dapat menentukan dengan pastidi kelompok mana seorang siswa harus ditempatkan,
digunakan suatu evaluasi. Sekelompok siswa yang mempunyai hasil evaluasi yang
sama, akan berada dalam kelompok yang sama dalam belajar (Daryanto, 2010:16).
4. Evaluasi berfungsi sebagai pengukuran keberhasilan.
Fungsi keempat dari evaluasi ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana
suatu program berhasil diterapkan. Keberhasilan program ditentukan oleh beberapa
factor guru, metode mengajar, kurikulum, sarana dan system kurikulum (Suharsimi
Arikunto,1995:11).
Adapun fungsi Evaluasi dalam proses pengembangan system pendidikan
dimaksudkan untuk;
1. Perbaikan system
2. Pertanggungjawaban kepada pemerintah dan masyarakat
3. Penentuan tindak lanjut hasil pengembangan (Daryanto, 2010:17).
Hakikat Evaluasi Pendidikan Islam | 11
Kalau dilihat dari prinsip evaluasi yang terdapat pada Al-qur’an dan praktek
yang dilakukan oleh Rasulullah SAW. Maka evaluasi berfungsi sebagai berikut:
(Ramayulis, 2008:224).
1. Untuk menguji daya kemampuan manusi beriman terhadap berbagai macam
problema kehidupan yang dihadapi (QS. Al-Baqarah 155)
2. Untuk mengetahui sejauh mana atau sampai dimana hasil pendidikan wahyu
yg telah diaplikasikan Rasulullah SAW kepada umatnya (QS. An-Naml 40).
2.4. Prinsip – prinsip evaluasi dalam Pendidikan islam
Prinsip-prinsip Evaluasi Pendidikan Mengingat pentingnya evaluasi dalam menentukan
kualitas pendidikan makaupaya merencanakan dan melaksanakan evaluasi hendaknya
memperhatikan beberapa prinsip. Menurut Arikunto (2010: 24) ada satu prinsip umum dan
penting dalam kegiatan evaluasi yaitu adanya triangulasi tujuan pembelajaran dan kegiatan
pembelajaran.
Menurut Daryanto (2005: 19-21), terdapat beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam
melakukan evaluasi, yaitu keterpaduan, keterlibatan siswa, koherensi, pedagogis, dan
akuntabilitas.
1. Keterpaduan
Tujuan instruksional, materi, metode, pengajaran, serta evaluasi merupakan tiga
kesatuan terpadu yang tidak boleh dipisahkan. Oleh karena itu, perencanaan evaluasi
harus sudah ditetapkan pada waktu menyusun suatu pengajaran sehingga dapat
disesuaikan secara harmonis dengan tujuan instruksional dan materi pengajaran yang
hendak disajikan.
2. Keterlibatan Siswa
Untuk mengetahui sejauh mana siswa berhasil dalam kegiatan belajar mengajar yang
dijalani secara aktif, siswa membutuhkan evaluasi. Penyajian evaluasi oleh guru
merupakan upaya guru untuk memenuhi kebutuhan siswa akan informasi mengenai
kemajuannya dalam program belajar mengajar. Siswa akan merasa kecewa apabila
usahanya tidak dievaluasi.
3. Koherensi
Prinsip evaluasi dimaksudkan evaluasi harus berkaitan dengan materi pengajaran yang
sudah disajikan dan sesuai dengan ranah kemampuan yang hendak diukur.
4. Pedagogis
Evaluasi dan hasil hendaknya dapat dipakai sebagai alat motivasi untuk siswa dalam
kegiatan belajarnya.

Hakikat Evaluasi Pendidikan Islam | 12


5. Akuntabilitas
Evaluasi dan hasilnya dapat dipakai sebagai laporan pertanggung jawaban kepada
pihak-pihak yang berkepentingan dengan pendidikan sehingga dapat diketahui
sejauhmana keberhasilan pembelajaran yang telah dilakukan.
Dalam merencanakan dan melakukan evaluasi pembelajaran, seorang guruhendaknya
selalu berpegang pada prinsip-prinsip tersebut. Hal ini dimaksudkan agarguru dapat bertindak
dan berusaha seobjektif mungkin dalam mengadakan evaluasi.
Sementara itu Musa Sukardi dan Tumardi mengemukakan beberapa prinsip evaluasi
sebagai berikut.
1. Prinsip Komprehensif
Kegiatan evaluasi pendidikan hendaknya dilaksanakan secara komprehensif, yaitu
mencakup keseluruhan aspek pribadi peserta didik yang meliputi ranah kognitif,afektif,
dan psikomotor. Selain itu, kegiatan evaluasi hendaknya mencakup penilaian proses
dan hasil belajar peserta didik sehingga dapat diketahui perkembangan belajarnya.
2. Prinsip Kooperatif
Prinsip ini menyatakan bahwa evaluasi pendidikan harus dilaksanakan dengan
bekerjasama dengan semua pihak yang secara langsung terlibat dalam aktivitas
pendidikan. Dikatakan secara langsung karena pihak-pihak yang terlibat secara tidak
langsung dalam pendidikan banyak jumlahnya dan tidak semua memiliki kewajiban
langsung dalam aktivitas pendidikan. Adapun pihak-pihak yang hendaknya bekerja
sama dalam pelaksanaan evaluasi pendidikan adalah guru sebagai unsur pokok, petugas
BK,orangtua peserta didik, tenaga administrasi, dan peserta didik itu sendiri.
3. Prinsip Kontinuitas
Evaluasi pendidikan hendaklah dilakukan secara terus-menerus, secara
berkesinambungan selama proses pelaksanaan pendidikan. Evaluasi pendidikan tidak
hanya ditujukan kepada hasil akhir yang telah dicapai, melainkan juga sejak
penyusunan rencana sampai pada tahap pelaporan hasil evaluasinya. Sehingga kita
memandang aktivitas pendidikan sebagai suatu sistem berproses. Hal ini penting
dilaksanakan karena kita akan selalu memantau setiap saat akan keberhasilan yang telah
dicapai dalam setiap langkah pendidikan. Dengan demikan, aktivitas yang telah
berhasil diusahakan untuk ditingkatkan, sedangkan aktivitas yang gagal dicari jalan
pemecahannya agar mencapai keberhasilan.

Hakikat Evaluasi Pendidikan Islam | 13


4. Prinsip Objektif
Evaluasi pendidikan harus dilakukan sedemikian rupa sehingga apa yang dinilai
memang sesuatu yang harus dinilai sesuai dengan kenyataan apa adanya. Hal ini
mengandung pengertian bahwa apabila hasil evaluasi pendidikan yang diberikan
kepada seorang peserta didik oleh seorang pendidik tertentu mendapat nilai A, maka
apabila dinilai oleh pendidik lain, maka peserta didik tersebut akan tetap mendapat nilai
A. Peserta didik yang memang mendapat nilai rendah sesuai dengan kenyataan,maka
peserta didik tersebut harus dinilai rendah, dan bila tinggi juga demikian. Untuk
mencapai tingkat keobjektifan yang tinggi diperlukan berbagai fakta. Makin banyak
fakta yang diungkap maka akan semakin objektif hasil evaluasi yang diberikan kepada
peserta didik.
5. Prinsip Orientasi pada Tujuan
Pelaksanaan evaluasi pendidikan harus selalu mengacu pada tujuan yang hendak
dicapai. Tujuan inilah yang dijadikan kriteria tercapai tidaknya usaha pendidikan yang
telah dilaksanakan. Oleh sebab itu penyusunan alat evaluasi harus selalu berorientasi
pada tujuan pendidikan
6. Prinsip Mendidik
Kegiatan evaluasi pendidikan hendaknya bersifat mendidik, yaitu dapat memberikan
motivasi kepada peserta didik untuk meningkatkan prestasi belajarnya. Oleh karena itu
hasil evaluasi hendaknya diberitahukan kepada peserta didik sehingga ia mengetahui
perkembangan belajarnya.11

11
Daryanto, M. 2005. Administrasi Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
https://www.academia.edu/8715206

Hakikat Evaluasi Pendidikan Islam | 14


BAB III

PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Evaluasi merupakan sebuah proses yang dilakukan oleh seseorang (evaluator) untuk
mengetahui sejauh mana keberhasilan suatu program telah tercapai yang dilakukan secara
berkesinambungan. Berarti kalau evaluasi pendidikan adalah proses yang dilakukan oleh
seseorang (evaluator) untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan suatu program telah
tercapai yang dilakukan secara berkesinambungan dalam bidang pendidikan.

Kegunaan evaluasi dalam pendidikan Islam sebagai berikut: (a) Untuk membantu
seorang pendidik mengetahui sejauh mana hasil yang dicapai dalam pelaksanaan tugasnya;
(b) Membantu peserta didik untuk dapat mengubah atau mengembangkan tingkah lakunya
secara sadar ke arah yang lebih baik; (c) Membantu para pemikir pendidikan Islam
mengetahui kelemahan teori-teori pendidikan Islam dan membantu mereka dalam
merumuskan kembali teori-teori pendidikan Islam yang relevan dengan arus dinamika
zaman yang senantiasa berubah; (d) Pengambil kebijakan pendidikan Islam, untuk
membantu mereka dalam membenahi sistem pengawasan dan mempertimbangkan
kebijakan yang akn diterapkan dalam sistem pendidikan nasional (Islam). Fungsi pokok
dari evaluasi Pendidikan yaitu untuk Mengukur kemajuan, Penunjang penyusunan rencana
dan Memperbaiki atau melakukan penyempurnaan kembali. Prinsip yang perlu
diperhatikan dalam melakukan evaluasi, yaitu keterpaduan, keterlibatan siswa, koherensi,
pedagogis, dan akuntabilitas.
3.2. Saran
Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini banyak ditemui kesulitan, oleh
karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik agar penulis dapat menyempurnakan
karya makalah ini.

Hakikat Evaluasi Pendidikan Islam | 15


DAFTAR PUSTAKA

Abudin Nata. 2005. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Ahmad Tafsir. 1990. Filsafat Umum dan Hati Sejak Thales Sampai James. Bandung: Remaja
Rosdakarya

Al-Rasyidin dkk. 2005. Filsafat Pendidikan Islam Pendektan Historis, teori dan praktis.
Jakarta: Ciputat Press.
Anas Sudijono. 2001. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Armai Arief. 2002. Pengantar Ilmu dan Mtodologi Pendidikan Islam. Jakarta Ciputat Pers.
Daryanto, M. 2005. Administrasi Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Dipetik pada tanggal
10 Juni 10:00 https://www.academia.edu/8715206.
M. Quraish Shihab. 2009. Tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur’an. Jakarta:
Lentera Hati.

Suparlan Suhartono. 2008. Filsafat Ilmu Pengetahuan Persoalan Eksistensi dan Hakekat Ilmu
Pengetahuan. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Ramayulis. 2015. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia.


M. Arifin. 2009. Ilmu Pendidikan Islam, Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan
Pendektan Interdisipliner. Jakarta: Bumi Aksara.

Hakikat Evaluasi Pendidikan Islam | 16

Anda mungkin juga menyukai