Anda di halaman 1dari 13

A.

    Latar Belakang

Manusia adalah makhluk-Nya yang paling sempurna dan sebaik-baik ciptaan


dibandingkan makhluk-makhluk-Nya yang lain. Manusia dilengkapi akal untuk
berfikir yang membedakannya dengan binatang. Mengenai proses kejadian
manusia, dalam Al-Qur’an (QS. Al-Hijr (15) : 28-29) diterangkan bahwa manusia
diciptakan dari tanah dengan bentuk yang sebaik-baiknya kemudian ditiupkan ruh
kepadanya hingga menjadi hidup.

Diantara sekian banyak penemuan manusia dalam bidang ilmu pengetahuan dan
teknologi yang sedemikian canggih, masih ada satu permasalahan yang hingga
kini belum mampu dijawab dan dijabarkan oleh manusia secara eksak dan ilmiah.
Masalah itu ialah masalah tentang asal usul kejadian manusia. Banyak ahli ilmu
pengetahuan yang mendukung teori evolusi yang mengatakan bahwa makhluk
hidup (manusia) berasal dari makhluk yang mempunyai bentuk maupun
kemampuan yang sederhana kemudian mengalami evolusi dan kemudian menjadi
manusia seperti sekarang ini. Hal ini diperkuat dengan adanya penemuan-
penemuan ilmiah berupa fosil seperti jenis Pithecanthropus dan Meghanthropus.

Di lain pihak banyak ahli agama yang menentang adanya proses evolusi manusia
tersebut. Khususnya agama Islam yang meyakini bahwa manusia pertama adalah
Nabi Adam a.s. disusul Siti Hawa dan kemudian keturunan-keturunannya hingga
menjadi banyak seperti sekarang ini. Hal ini didasarkan pada berita-berita dan
informasi-informasi yang terdapat pada kitab suci masing-masing agama yang
mengatakan bahwa Adam adalah manusia pertama. Untuk lebih jelasnya akan
dibahas secara detail dalam artikel ini.

B.      Proses Kejadian Manusia

Manusia adalah makhluk dan bukan ada dengan sendirinya, tetapi dijadikan oleh
Allah swt. Dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah telah dijelaskan dengan jelas
mengenai proses kejadian manusia. Seperti firman Allah swt. dalam surat Al-
Insaan (76) : 2,

)٢ : ‫ (اإلنسان‬ …

1
“Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang
bercampur …”. (QS. Al Insaan (76) : 2).

Dan juga seperti sabda Nabi saw. yang artinya:

“Sesungguhnya setiap orang diantara kamu dikumpulkan pembentukan


(kejadiannya) di dalam rahim ibunya selama empatpuluh hari berupa nutfah (air
yang kental / sperma) kemudian menjadi segumpal darah selama itu juga, lalu
menjadi gumpalan seperti daging selama itu juga, hingga diutuslah Malaikat
kepadanya, kemudian Malaikat itu meniupkan ruh kepadanya, dengan sekaligus
diperintah / ditentukan empat perkara : (yaitu) rizkinya, ajalnya / umurnya, amal
perbuatannya dan ditetapkan ia celaka atau bahagia “.          (Al Hadits).

Selain itu, dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya kedokteran
yang semakin maju ini juga telah meneliti tentang proses kejadian manusia ini
yaitu sejak bertemunya sperma dan ovum dalam rahim ibu (masa inkubasi) hingga
terbentuk manusia yang dilahirkan ke dunia. Sekarang ini dalam dunia kedokteran
proses melahirkan manusia tidak hanya melalui rahim ibu, tetapi bisa dengan
proses bayi tabung misalnya. Bahkan yang terbaru dan perlu ditanyakan sah
tidaknya menurut Islam adalah seperti proses implantasi embrio ke dalam rongga
perut laki-laki, karena hal ini menyalahi kodrat yang telah ditentukan bahwa yang
melahirkan itu adalah seorang perempuan bukan seorang laki-laki.

Terlepas dari itu semua kita kembali ke pokok masalah, yaitu proses kejadian
manusia. Dalam Al-Qur’an menyatakan proses penciptaan manusia mempunyai
dua tahapan yang berbeda, yaitu: Pertama, disebut dengan tahapan primordial.
Kedua, disebut dengan tahapan biologi. Manusia pertama, Adam a.s. (keterangan
lebih jelas di sub bab kedua, asal usul manusia) diciptakan dari al-tin (tanah), al-
turob (tanah debu), min shal (tanah liat), min hamain masnun (tanah lumpur hitam
yang busuk) yang dibentuk Allah dengan seindah-indahnya, kemudian Allah
meniupkan ruh dari-Nya ke dalam diri (manusia) tersebut (Q.S, Al An’aam (6):2,
Al Hijr (15):26,28,29, Al Mu’minuun (23):12, Al Ruum (30):20, Ar Rahman
(55):4).

2
Penciptaan manusia selanjutnya adalah melalui proses biologi yang dapat
dipahami secara sains-empirik. Di dalam proses ini, manusia diciptakan dari inti
sari tanah yang dijadikan air mani (nuthfah) yang tersimpan dalam tempat yang
kokoh (rahim). Kemudian nuthfah itu dijadikan darah beku (‘alaqah) yang
menggantung dalam rahim. Darah beku tersebut kemudian dijadikan-Nya
segumpal daging (mudghah) dan kemudian dibalut dengan tulang belulang lalu
kepadanya ditiupkan ruh (Q.S, Al Mu’minuun (23):12-14). Hadits yang
diriwayatkan Bukhari dan Muslim menyatakan bahwa ruh dihembuskan Allah
swt. ke dalam janin setelah ia mengalami perkembangan 40 hari nuthfah, 40 hari
‘alaqah dan 40 hari mudghah.

Al-Ghazali mengungkapkan proses penciptaan manusia dalam teori pembentukan


(taswiyah) sebagai suatu proses yang timbul di dalam materi yang membuatnya
cocok untuk menerima ruh. Materi itu merupakan sari pati tanah liat nabi Adam
a.s. yang merupakan cikal bakal bagi keturunannya. Cikal bakal atau sel benih
(nuthfah) ini yang semula adalah tanah liat setelah melewati berbagai proses
akhirnya menjadi bentuk lain (khalq akhar) yaitu manusia dalam bentuk yang
sempurna. Tanah liat berubah menjadi makanan (melalui tanaman dan hewan),
makanan menjadi darah, kemudian menjadi sperma jantan dan indung telur.
Kedua unsur ini bersatu dalam satu wadah yaitu rahim dengan transformasi
panjang yang akhirnya menjadi tubuh harmonis (jibillah) yang cocok untuk
menerima ruh. Sampai di sini prosesnya murni bersifat materi sebagai warisan
dari leluhurnya. Kemudian setiap manusia menerima ruhnya langsung dari Allah
disaat embrio sudah siap dan cocok menerimanya. Maka dari pertemuan antara
ruh dan badan, terbentuklah makhluk baru manusia.

C.      Asal Usul Manusia

.”(QS. Al Baqarah (2) : 30) Seperti penjelasan di atas tentang proses kejadian
manusia, bahwa manusia pertama adalah Adam a.s. Jadi asal usul manusia berasal
dari Adam a.s. menurut keterangan ini. Akan tetapi mengenai asal usul manusia
ini terdapat dua pendapat, yang satunya sesuai dengan keterangan di atas bahwa

3
asal usul manusia dari nabi Adam a.s, ini merupakan pendapat para ahli agama
sesuai dengan kitab-kitab suci sebagai dasar (termasuk agama Islam).

Pendapat kedua berdasarkan penemuan fosil-fosil oleh para ilmuan berpendapat


bahwa asal usul manusia sesuai dengan teori evolusi merupakan hasil evolusi dari
kera-kera besar (manusia kera berjalan tegak) selama bertahun-tahun dan telah
mencapai bentuk yang paling sempurna. Teori evolusi ini dipelopori oleh seorang
ahli zoologi bernama Charles Robert Darwin (1809-1882). Dalam teorinya ia
mengatakan : “Suatu benda (bahan) mengalami perubahan dari yang tidak
sempurna menuju kepada kesempurnaan”. Kemudian ia memperluas teorinya ini
hingga sampai kepada asal-usul manusia.

Teori ini mempunyai kelemahan karena ada beberapa jenis tumbuhan yang tidak
mengalami evolusi dan tetap dalam keadaan seperti semula. Seperti ganggang biru
yang diperkirakan telah ada lebih dari satu milyar tahun namun hingga sekarang
tetap sama. Yang lebih jelas lagi adalah hewan sejenis biawak/komodo yang telah
ada sejak berjuta-juta tahun yang lalu dan hingga kini tetap ada Jadi secara jujur
dapat kita katakan bahwa teori yang dianggap ilmiah itu ternyata tidak mutlak
karena antara teori dengan kenyataan tidak dapat dibuktikan.

Lain halnya dengan apa yang tertulis dalam kitab, khususnya Al-Qur’an. Dalam
Al-Qur’an jika dipadukan dengan hasil penelitian ilmiah menemukan titik temu
mengenai asal usul manusia ini.

Terwujudnya alam semesta ini berikut segala isinya diciptakan oleh Allah dalam
waktu enam masa. hal ini sesuai dengan firman Allah :

“Yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada diantara keduanya dalam
enam masa, kemudian Dia bersemayam diatas Arsy (Dialah) Yang Maha
Pemurah, maka tanyakanlah itu kepada Yang Maha Mengetahui.” (QS. Al
Furqaan (25) : 59)

Keenam masa itu adalah Azoikum, Ercheozoikum, Protovozoikum, Palaeozoikum,


Mesozoikum, dan Cenozoikum. Dari penelitian para ahli, setiap periode

4
menunjukkan perubahan dan perkembangan yang bertahap menurut susunan
organisme yang sesuai dengan ukuran dan kadarnya masing-masing. (tidak
berevolusi).

“…dan Dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-
ukurannya dengan serapi-rapinya” (QS. Al Furqaan (25) : 2)

Dari perpaduan antara Al Qur’an dengan hasil penelitian ini maka teori evolusi
Darwin tidak dapat diterima. Dari penelitian membuktikan bahwa kurun akhir
(cenozoikum) adalah masa dimana mulai muncul manusia yang berbudaya dan
Allah menciptakan lima kurun sebelumnya lengkap dengan segala isinya adalah
untuk memenuhi kebutuhan yang diperlukan oleh manusia. Hal ini dijelaskan oleh
Allah di dalam salah satu firman-Nya :

“Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia
berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. Dan Dia Maha
Mengetahui atas segala sesuatu” (QS Al Baqarah (2) : 29)

Kemudian di dalam surat Al Baqarah ayat 31 s/d 32 Allah berfirman :

“Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya,


kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman : ‘Sebutlah
kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar!’.
Mereka menjawab : ‘Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain
daripada apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; Sesungguhnya Engkaulah
yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana (QS. Al Baqarah (2) : 31-32)

Untuk memelihara kelebihan ilmu yang dimiliki oleh Adam a.s maka Allah
berkenan menurunkan kepada semua keturunannya agar derajat mereka lebih
tinggi daripada makhluk yang lain. Apabila kita menilik kepada literatur-literatur
yang berkaitan dengan masalah antropologi, maka akan tampak sekali keragu-
raguan dari para ahli antropologi sendiri, apakah Homo Sapiens itu benar-benar
berasal dari Pithecanthropus dan Sinanthropus? Setelah melalui berbagai
pertimbangan akhirnya para ahli mengambil kesimpulan bahwa Pithecanthropus

5
dan Sinanthropus bukanlah asal (nenek moyang) dari Homo Sapiens (manusia),
tetapi keduanya adalah makhluk yang berkembang dengan bentuk pendahuluan
yang mirip dengan manusia kemudian musnah.

“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat : ‘Sesungguhnya Aku


hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi’. Mereka berkata : ‘Mengapa
Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat
kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih
dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?’. Tuhan berfirman :
‘Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tdak kamu ketahui’

Dari ayat ini banyak mengandung pertanyaan, siapakah makhluk yang berbuat
kerusakan yang dimaksud oleh malaikat pada ayat di atas. Dalam literatur
Antropologi memang ada jawabannya yaitu sebelum manusia Homo Sapiens
(manusia berbudaya) memang ada makhluk yang mirip dengan manusia yang
disebut Pithecanthropus, Sinanthropus, Neanderthal, dan sebagainya yang tentu
saja karena mereka tidak berbudaya maka mereka selalu berbuat kerusakan seperti
yang dilihat para malaikat.

Nama-nama makhluk yang diungkapkan para ahli antropologi diatas dapat pula
ditemui dalam pendapat para ahli mufassirin. Salah satu diantaranya adalah Ibnu
Jazir dalam kitab tafsir Ibnu Katsir mengatakan : “Yang dimaksud dengan
makhluk sebelum Adam a.s diciptakan adalah Al Jan yang kerjanya suka berbuat
kerusuhan”.

Dengan demikian dari uraian-uraian diatas penulis sendiri mempunyai kesimpulan


bahwa Adam a.s adalah manusia pertama, khalifah pertama dan Rasul (nabi)
pertama. Jadi asal usul manusia adalah dari manusia sendiri bukan dari kera
seperti yang dikemukakan oleh teori evolusi. Manusia adalah sebaik-baik
makhluk, jadi tidak mungkin nenek moyang kita seekor kera. Jika nenek moyang
kita seekor kera maka kita sama halnya dengan binatang.

D       Tujuan dan Fungsi Penciptaan Manusia

6
Bicara tentang tujuan dan fungsi memang sedikit rancu. Keduanya hampir sama
dan biasanya jika sesuatu hal mempunyai tujuan pasti juga mempunyai fungsi.
Dalam bahasa Indonesia, kata tujuan biasanya diikuti oleh kata agar atau supaya.
Sedangkan kata fungsi diikuti kata untuk. Dalam makalah ini akan dijelaskankan
tujuan dan fungsi dari penciptaan manusia, karena tidak mungkin Allah swt.
menciptakan manusia tanpa ada maksud tertentu dibalik penciptaan itu.

Tujuan utama penciptaan manusia adalah agar manusia itu mengabdi kepada
Allah artinya sebagai hamba Allah agar menuruti apa saja yang diperintahkan oleh
Allah swt. Hal ini sesuai dengan firman Allah swt. dalam surat Adz Dzariyat
(51) : 56:

“Dan Aku tidak menciptakan Jin  dan manusia melainkan supaya mereka
menyembahKu”. (QS. Adz Dzariyat: 56).

Manusia yang diciptakan oleh Allah swt. dengan sebaik-baiknya bentuk dan
seindah-indahnya rupa dengan dilengkapi akal supaya dapat digunakan berfikir,
panca indera, hati dan sebagainya supaya manusia bersyukur atas apa yang telah
diberikan.

Sedangkan fungsi dari penciptaan manusia ini secara global kami menyebutkan
tiga kalsifikasi, yaitu:

1.      Manusia sebagai Khalifah Allah di muka bumi

Al-Qur’an menegakkan bahwa manusia diciptakan Allah sebagai pengemban


amanat. Diantaranya yang dibebankan kepada manusia adalah untuk
memakmurkan kehidupan di bumi. Manusia mempunyai tugas sebagai
khalifah/penguasa di muka bumi ini. Dengan pengertian, bahwa manusia dibebani
tanggung jawab dan anugerah kekuasaan untuk mengatur dan membangun dunia
ini dalam berbagai segi kehidupan. Tugas kekahalifahan ini bagi manusia adalah
merupakan tugas suci, karena merupakan amanah dari Allah swt.

Salah satu implikasi terpenting dari kekhalifahan manusia di muka bumi ini
adalah pentingnya adalah kemampuan untuk memahami alam semesta tempat ia

7
hidup dan menjalankan tugasnya. Manusia memilki kemungkinan untuk hal ini
dikarenakan kepadanya dianugerahkan Allah swt. berbagai potensial, seperti akal
pikiran, panca indera dan juga hati.

Adapun tugas kekhalifahan yang dibebankan kepada manusia itu banyak sekali,
tetapi dapat disimpulkan ke dalam empat bagian pokok, yaitu:

1. Tugas kekhalifahan terhadap diri sendiri meliputi menuntut ilmu yang


berguna dan menghiasi diri dengan akhlak mulia;
2. Tugas kekhalifahan dalam keluarga/rumah tangga dengan jalan
membentuk rumah tangga bahagia, menyadari dan melaksanakan tugas
dan kewajiban rumah tangga sebagai suami isteri dan orang tua;
3. Tugas kekhalifahan dalam masyarakat, dengan mewujudkan persatuan dan
kesatuan, menegakkan kebanaran dan keadilan social, bertanggung jawab
dalam amar ma’ruf dan nahi munkar dan menyantuni golongan
masyarakat yang lemah;
4. Tugas kekhalifahan terhadap alam semesta yang lain, dengan
memanfaatkan seluruh sumber-sumber yang tersedia di alam guna
memenuhi keperluan hidupnya sesuai dengan yang ditetapkan oleh Allah
swt. seperti tidak boleh merusak alam, tidak boleh mengeksploitasi untuk
kepentingan individu atau golongan, tidak boleh memanfaatkannya secara
berlebih-lebihan dan hal-hal yang merusak lainnya.

Demikian tugas-tugas manusia sebagai khalifah di bumi ini. Untuk


melaksanakannya manusia harus mengikuti pedoman sebagaimana yang telah
disyari’atkan dalam Islam.

2.      Manusia sebagai Warosatul Anbiya’

Kehadiran Nabi Muhammad saw. di muka bumi ini mengemban misi sebagai
‘Rahmatal lil ‘Alamiin’ yakni suatu misi yang membawa dan mengajak manusia
dan seluruh alam untuk tunduk dan taat pada syari’at-syari’at dan hukum-hukum
Allah swt. guna kesejahteraan perdamaian, dan keselamatan dunia akhirat.

8
Kemudian misi itu disempurnakan dengan pembentukan pribadi yang Islami,
yaitu kepribadian yang berjiwa tauhid, kreatif, beramal shaleh, serta bermoral
tinggi dengan berpijak pada tiga kekuatan Ruhani pokok yang berkembang pada
pusat kemanusiaan manusia, yaitu:

1. Individualitas, yakni kemampuan mengembangkan diri pribadi sebagai


makhluk pribadi;
2. Moralitas, yakni  kemampuan mengembangkan diri selaku anggota
masyarakat berdasarkan moralitas (nilai-nilai moral dan agama);
3. Sosialitas, yakni kemampuan mengembangkan diri selaku anggota
masyarakat.

Di samping itu, misi tersebut berpijak pada trilogy hubungan manusia, yaitu:

1. Hubungan manusia dengan Tuhan, karena manusia sebagai makhluk


ciptaan-Nya;
2. Hubungan manusia dengan masyarakat, karena manusia sebagai anggota
masyarakat;
3. Hubungan manusia dengan alam sekitarnya, karena manusia selaku
pengelola, pengatur, serta pemanfaatan kegunaan alam.
4. Manusia sebagai ‘Abd (Pengabdi Allah)

Fungsi ini mengacu pada tugas-tugas individual manusia sebagai hamba Allah
swt. Tugas ini diwujudkan dalam bentuk pengabdian ritual kepada Allah swt.
dengan penuh keikhlasan. Secara luas konsep ‘abd ini meliputi seluruh aktifitas
manusia dalam kehidupannya. Semua yang dilakukan oleh manusia dalm
kehidupannya dapat dinilai sebagai ibadah jika semua yang dilakukan (perbuatan
manusia) tersebut semata-mata hanya untuk mencari ridha Allah swt.

E.      Nilai-Nilai Pendidikan dalam Proses Kejadian Manusia

Bahasan terakhir adalah mengenai nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam


proses kejadian manusia. Segala sesuatu jika kita cermati pasti memiliki nilai-nilai
dibalik sesuatu itu, dalam hal ini nilai-nilai pendidikan yang dimaksud. Dalam

9
proses kejadian manusia yang merupakan inti dari bahasan ini, penulis
menuliskan beberapa nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam proses
tersebut, yaitu:

1.      Kesabaran dan kedisiplinan

Proses kejadian manusia dalam rahim ibu berlangsung secara bertahap, tidak
langsung jadi. Tahapan-tahapan tersebut berlangsung secara teratur mulai dari
nuthfah, menjadi darah terus menjadi segumpal daging hingga ditiupkan ruh
kepadanya dan menjadi manusia. Itu semua menandakan kesabaran dan
kedisiplinan, baik dalam waktu (tiap 40 hari) maupun proses perkembangannya.
Di samping itu manusia dalam usaha untuk menghasilkan keturunan juga dituntut
untuk bersabar.

2.      Pasrah dan taat

Dari urut-urutan/tahapan-tahapan proses terciptanya manusia, manusia tidak bisa


memilih. Artinya manusia tidak bisa menginginkan dilahirkan dalam lingkungan
yang serba ada (kaya) atau sebaliknya. Manusia pasrah/menerima apa adanya
karena ketidakberdayaan manusia sebagai makhluk ciptaan-Nya. Di samping itu
dari unsur pasrah tadi manusia senantiasa menjadi taat kepada Sang Pencipta.

3.      Potensi mendidik dan dididik

Selama proses tersebut, manusia tanpa disengaja menerima stimulan-stimulan dari


luar sehingga tanpa disadari manusia meski belum dilahirkan ke dunia (dalam
kandungan) sudah belajar dari stimulan-stimulan tadi. Sehingga ketika manusia
itu lahir, sudah mempunyai potensi untuk meneruskan belajarnya yang membawa
manusia mempunyai potensi mendidik dan dididik.

4.      Potensi Melindungi dan ingin dilindungi

Selama proses tersebut, manusia sudah pasti mendapatkan perlindungan dari


orang tuanya. Ibu yang mengandung bayi (bakal manusia baru) akan melindungi
bayinya dengan penuh kasih sayang sampai bayi tersebut terlahir kedunia. Jadi

10
bayi yang dikandung tersebut yang telah mendapat perlindungan dari orang
tuanya secara otomatis mempunyai potensi melindungi dan ingin dilindungi jika
kelak sudah menjadi manusia yang sebenarnya.

5.      Tanggung Jawab

Nilai ini sesuai dengan fungsi manusia sebagai khalifah di bumi. Manusia dengan
tahapan-tahapan selama proses penciptaan manusia hingga manusia terlahir di
dunia sudah mengemban tugas (amanah) dari Sang Pencipta, yaitu sebagai
khalifah di bumi. Untuk itu memilki tanggung jawab yang besar ketika manusia
itu lahir.

Nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam proses kejadian manusia di atas


adalah sebagian saja menurut penulis sendiri. Beda orang pasti beda persepsi
dalam memberikan penilaian terhadap sesuatu.

F.      Kesimpulan

Dari pembahasan di atas, kami membuat beberapa kesimpulan berdasarkan


rumusan masalah yang telah diajukan. Adapun kesimpulan tersebut adalah
sebagai berikut:

1.   Proses kejadian manusia berdasarkan Al-Qur’an dan As Sunnah terjadi dalam


dua tahap. Pertama, tahapan primordial, yakni proses kejidian nabi Adam a.s,
yaitu nabi Adam a.s, sebagai manusia pertama diciptakan dari al-tin (tanah), al-
turob (tanah debu), min shal (tanah liat), min hamain masnun (tanah lumpur hitam
yang busuk) yang dibentuk Allah dengan seindah-indahnya, kemudian Allah
meniupkan ruh dari-Nya ke dalam diri (manusia) tersebut. Kedua, tahapan biologi,
yakni manusia diciptakan dari inti sari tanah yang dijadikan air mani (nuthfah)
yang tersimpan dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian nuthfah itu
dijadikan darah beku (‘alaqah) yang menggantung dalam rahim. Darah beku
tersebut kemudian dijadikan-Nya segumpal daging (mudghah) dan kemudian
dibalut dengan tulang belulang lalu kepadanya ditiupkan ruh.

11
2.   Manusia pertama adalah nabi Adam a.s, sedangkan fosil-fosil yang ditemukan
oleh beberapa ilmuwan yang diteliti berupa kera-kera besar yang mirip manusia
bukanlah nenek moyang manusia. Kera-kera besar itu ada jauh sebelum nabi
Adam a.s, ada.

3.   Tujuan utama penciptaan manusia adalah agar manusia menyembah dan
mengabdi kepada Allah swt. Sedangkan fungsi penciptaan manusia ke dunia,
diklasifikasikan ke dalam tiga (3) pokok, yaitu:

1.   Manusia sebagai Khalifah Allah di muka bumi

2.      Manusia sebagai Warosatul Anbiya’


3.      Manusia sebagai ‘Abd (Pengabdi Allah)

4.   Nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam proses kejadian manusia kami
sebutkan lima (5) pokok, yaitu:

1.      Kesabaran dan kedisiplinan


2.      Pasrah dan taat
3.      Potensi mendidik dan dididik
4.      Potensi Melindungi dan ingin dilindungi
5.      Tanggung Jawab

G.      Saran

Apabila setiap orang sibuk dengan urusan dirinya, dalam arti memahami serta
mengoreksi aib yang selalu mewarnai karakter serta perjalanan hidupnya, niscaya
akan senantiasa patuh dan tunduk terhadap setiap peraturan yang dibuat oleh yang
menciptakan langit dan bumi beserta isi antara keduanya. Manusia diciptakan
sebagai pembawa misi. Yakni, misi kepemimpinan di bumi guna mengatur dan
menata kehidupan yang ada padanya dengan Hudan dan Furqan yang menjadi
pegangannya. Itulah fitrah manusia. Oleh karena itu, untuk memahami diri yang
disebut manusia tidak semudah seperti belajar ilmu matematika atau lainnya.
Untuk memahami manusia diperlukan waktu yang sangat serius, karena hal

12
tersebut tidak saja menyangkut rasio tetapi terlebih lagi diperlukan iman.
Sementara kalau mempelajari matematika misalnya, tidak diperlukan iman.

Dengan terselesaikannya makalah ini semoga bermanfaat bagi semuanya dan


pembaca khususnya. Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini
masih banyak kekurangan yang harus dibenahi. Untuk itu masukan-masukan dari
pihak-pihak yang merespon makalah ini sangat kami tunggu. Dan kami ucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya, semoga kita bersama dapat menjalani ini
semua dengan Ridha-Nya tentunya. Amiin.

13

Anda mungkin juga menyukai