Manajemen Risiko Pada FinTech Peer To Peer (P2P) Lending
Manajemen Risiko Pada FinTech Peer To Peer (P2P) Lending
LENDING
E-mail : fernandadyah99@gmail.com
ABSTRAK
FinTech Peer to Peer (P2P) Lending merupakan layanan jasa keuangan yang
mempertemukan antara pemilik dana dan peminjam modal melalui sebuah
platform. P2P Lending memiliki berbagai macam risiko didalamnya mulai dari
risiko likuiditas, risiko kredit, risiko akuntansi, dll. Tujuan penulisan artikel ini
adalah untuk mengidentifikasi manajemen risiko pada bisnis fintech Peer to Peer
(P2P) Lending. Manajemen risiko merupakan sebuah proses yang dilakukan oleh
perusahaan untuk meminimalkan segala risiko yang terjadi pada perusahaan
tersebut. Penggunaan metode dalam penulisan artikel ini adalah studi pustaka.
Manajemen risiko yang dipaparkan dalam artikel ini cukup efektif jika digunakan
untuk meminimalkan sebuah risiko yang terjadi pada bisnis Fintech Peer to Peer
Lending. Hasil penulisan artikel ini menunjukan bahwa penelitian ini ditunjukkan
dengan tidak adanya pembiayaan yang buruk dalam Pembiayaan Bisnis Syariah
ini. Risiko FinTech khususnya bisnis model P2P lending perlu diantisipasi dengan
cepat karena dapat merugikan banyak pihak.
Kata Kunci : FinTech Peer to Peer (P2P) Lending, Risiko, Manajemen Risiko
PENDAHULUAN
Pada era modern saat ini, perkembangan teknologi dan informasi terjadi
perubahan yang sangat cepat dimasyarakat, khususnya dijaman milenial ini.
Penggunaan teknologi sudah menjadi gaya hidup yang dimiliki oleh masyarakat
Indonesia. Manusia semakin mudak untuk mengakses berbagai jenis informasi yang
tersedia serta dapat mempermudah untuk menyelesaikan semua pekerjaanya tanpa
menguras waktu yang lama dengan berbagai jenis layanan elektronik dengen fitur
yang disediakan.
Pada saat FinTech telah mempunyai payung hukum, dimana telah dikeluarkan
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) nomor 13/POJK.02/2018 tentang Inovasi
Keuangan Digital Di Sektor Jasa Keuangan sebagai ketentuan yang memayungi
pengawasan dan peraturan industry Finansial Technology (FinTech). Menurut data
dari OJK pada tahun 2019, hanya 60% masyarakat yang hanya memiliki rekening
lembaga keungan formal dan 40% masyarakat Indonesia belum memiliki rekening
lembaga keuangan formal atau yang sering disebut Unbanked.
Menurut Hsueh, (2017), “Peer to Peer Lending merupakan model bisnis yang
berbasis internet yang memenuhi kebutuhan pinjaman antar perantara keuangan.
Platform ini ditujukan untuk perusahaan kecil dan menengah dimana menurut mereka
persyaratan pinjaman Bank mungkin terlalu tinggi. Peer to Peer Lending memiliki
biaya lebih rendah dan efesiensi yang lebih tinggi daripada pinjaman berbasis Bank”.
Maka dari itu penulis tertarik untuk mengangkat judul “Manajemen Risiko
dalam FinTech Peer to Peer (P2P) Lending”
PEMBAHASAN
Risiko
Joel G. Siegel dan Jae K.Shim (1990) mendefinisikan risiko pada tiga hal, pertama,
Keadaan yang mengarah pada pada seuatu hasil khusus dan dari hasil tersebut dapat
diperoleh kemungkinan yang diketahui oleh pengambil keputusan. Kedua, Variasi
dalam keuntungan, penjualan serta variable keuangan lainnya. Ketiga, Ketidakpastian
dari sebuah masalah keuangan yang dapat mempengaruhi kinerja operasional
perusahaan. Secara umum risiko bisnis pada FinTech P2P Lending sama dengan
risiko perbankan pada umumnya sama. Risiko tersebut diantaranya :
1. Risiko Likuiditas
Bagaimana ketidakmampuan perusahaan untuk memenuhi kewajibannya (baik
yang nyata maupun yang dipersepsikan) mengancam posisi keuangan atau
keberadaannya.
2. Risiko Kredit
Risiko kerugian yang disebabkan oleh ketidak mampuan (gagal bayar) dari debitur
atas kewajiban pembayaran utangnya baik utang pokok maupun bunganya
ataupun keduanya.
3. Risiko Hukum
Disebabkan karena adanya tuntutan hukum atauy kelemahan aspek yuridis.
Contohnya Perusahaan P2P Lending yang tidak terdaftar dan memiliki izin dan
terdaftar di OJK.
4. Risiko Akuntansi
Peluang bahwa suatu transaksi lindung nilai tidak dapat dicatat sebagai bagian
dari transaksi yang hendak dilindung nilai.
5. Risiko Operasional
Risiko yang bersumber dari masalah internal perusahaan yang disebabkan oleh
lamanya system control perusahaan. Contohnya seperti kesalahan pencatatan
transaksi pinjam meminjam uang karenan human eror dan system eror.
Regulasi FinTech
Manajemen Risiko
1. Penetapan Konteks
Bertujuan untuk mengidentifikasi serta mengungkapkan sasaran organisasi,
lingkungan dimana sasaran hendak dicapai, stakeholders yang berkepentingan,
dan keberagaman kriteria risiko. Hal-hal tersebut akan membantu untuk
mengungkapkan dan menilai sifat dan kompleksitas dari risiko.
2. Penilaian Resiko
Meliputi tahapan identifikasi risiko yang bertujuan untuk mengidentifikasi
risiko-risiko yang dapat memengaruhi pencapaian sasaran organisasi.
Berdasarkan risiko-risiko yang telah teridentifikasi dapat disusun sebuah daftar
risiko untuk kemudian dilakukan pengukuran risiko untuk melihat tingkatan
risiko.
3. Penanganan Resiko
Perencanaan atas mitigasi risiko-risiko untuk mendapatkan alternatif solusinya
sehingga penanganan risiko dapat diterapkan secara efektif dan efisien.
Beberapa alternatif penangangan risiko yang dapat diambil antara lain yang
bertujuan untuk menghindari risiko, memitigasi risiko untuk mengurangi
kemungkinan atau dampak, mentransfer risiko kepada pihak ketiga (risk
sharing) dan menerima risiko (risk acceptance).
Pada akhirnya, ketiga proses tersebut disertai dengan dua proses pendukung
lainnya yaitu komunikasi dan konsultasi, untuk menjamin tersedianya dukungan
yang memadai dari setiap kegiatan manajamen risiko, dan menjadikan setiap
kegiatan mencapai sasarannya dengan tepat. Proses lainnya adalah monitoring
dan review yang bertujuan untuk memastikan bahwa implementasi manajemen
risiko berjalan sesuai dengan perencanaan serta sebagai dasar untuk melakukan
perbaikan secara berkala terhadap proses manajemen risiko.
KESIMPULAN
Fintech P2P yang digunakan dalam oleh masyarakat untuk transaksi pinjam
meminjam uang memiliki berbagai risiko. Dengan adanya risiko-risiko yang terjadi
pada perusahaan Fintech Peer to Peer (P2P) lending, perusahaan pun juga harus di
tuntut memiliki manajemen risiko yang baik untuk meminimalkan risiko tersebut.
Selain itu juga telah dikeluarkannya peraturan dari OJK dan Bank Indonesia sebagai
panduan perundang-undangan dalam menjalankan usahanya. Proses manajemen
risiko merupakan bagian karena merupakan penerapan atas prinsip dan kerangka
kerja manajemen risiko yang telah dibangun.
DAFTAR PUSTAKA
Attar, D., & Islahuddin, M. S. (2014). Pengaruh Penerapan Manajemen Risiko terhadap
Kinerja Keuangan Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal
Administrasi Akuntansi: Program Pascasarjana Unsyiah, 3(1).
Manan, Y. (2019). Sistem Integrasi Proteksi & Manajemen Resiko Platform Fintech peer to
peer (P2P) Lending dan Payment Gateway untuk Meningkatkan Akslerasi
Pertumbuhan UMKM 3.0. Ihtifaz: Journal of Islamic Economics, Finance, and
Banking, 2(1), 73-87.
Kristiani, D. L. (2020). Implementasi Perpajakan dalam Transaksi Finanscial Technologi
(FinTech) di Indonesia. Jurnal Ilmiah Mahasiswa FEB, 8(1).
Pratiwi, Y. W., & Wi Endang NP, M. G. (2016). Analisis Manajemen Risiko Kredit Untuk
Meminimalisir Kredit Modal Kerja Bermasalah (Studi Pada Pt. Bank Rakyat
Indonesia (Persero), Tbk Cabang Ponorogo). Jurnal Administrasi Bisnis, 38(1),
157-163.
Muzdalifa, I., Rahma, I. A., & Novalia, B. G. (2018). Peran fintech dalam meningkatkan
keuangan inklusif pada UMKM di Indonesia (pendekatan keuangan
syariah). Jurnal Masharif al-Syariah: Jurnal Ekonomi dan Perbankan
Syariah, 3(1).
Tampubolon, H. R. (2019). Seluk Beluk Peer to Peer Lending Sebagai Wujud Keuangan di
Indonesia. Jurnal Bina Mulia Hukum, 3(2), 188-198.
Darmawan , Muh. Taufiq Al Hidayah (2019) Manajemen Risiko FinTech Dalam Pembiayaan
Syariah. Bussines Journal, 5(2)
Haptari, V. D., & Aribowo, I. (2019). Analisis Aspek Perpajakan Pada FinTech Khususnya
Peer to Peer(P2P) Lending Untuk Menyusun Aturan perpajakan (Jurnal Pajak
dan Keuangan Negara), 1(1), 11.
Otoritas Jasa keuangan, (2007), Kajian Perlindungan Konsumen Sektor Jasa keuangan:
Perlindungan Konsumen Pada Fintech