Anda di halaman 1dari 36

Judul PPT : TATA LAKSANA TERAPI DIABETES MELLITUS

DOSEN : Mega Octavia, M.Sc., Apt

Hari/Tanggal: Rabu/5 Februari 2020

Editor : Melany Ayu Octavia

DEFINISI

 Suatu penyakit gangguan metabolisme karbohidrat kronis dengan multi


etiologi, yang ditandai dengan tingginya kadar glukosa dalam plasma darah
disertai gangguan metabolisme lemak dan protein akibat insufisiensi fungsi
insulin.
 Insufisiensi fungsi insulin ini disebabkan oleh 2 hal, yaitu: Gangguan produksi
insulin oleh Langerhans sel beta pancreas; atau Menurunnya kepekaan
reseptor insulin (kurangnya responsivitas sel-sel tubuh terhadap insulin.

EPIDEMIOLOGI
HOMEOSTASIS GLUKOSA

 Pasien normal plasma darah di seimbangkan (umum : 90 mg/ 100 L)


 Rangsang pancreas (beta-pankreas)  sekresi insulin  bekerja
mengambil glukosa di plasma darah ke jaringan  normal jika glukosa
plasma darah menurun  tubuh merangsang pancreas
 Rangsang sel alfa-pankreas  glucagon release  memicu hati untuk
mengubah glikogen menjadi glukosa  normal

KLASIFIKASI DM

 Diabetes Mellitus Tipe 1


Tipe DM yang jarang populasinya, diperkira-kan kurang dari 5-10%,
dari keseluruhan populasi penderita DM.Disebabkan oleh destruksi
sel β pancreas (pulau langehans) akibat proses autoimun sehingga
terjadi defisiensi insulin secara absolute atau idiopatik
 Diabetes Mellitus Tipe 2
Tipe DM yang lebih banyak dijumpai dibandingkan dengan DM Tipe 1.
Populasi penderita DM tipe 2 berkisar 90-95% dari keseluruhan
populasi. Disebabkan oleh kegagalan relative sel β pancreas dan
resistensi insulin.
Faktor genetik dan lingkungan cukup besar dalam menyebabkan
terjadinya DM tipe 2, antara lain: obesitas, diet tinggi lemak dan
rendah serat, serta kurang gerak badan.
 Diabetes Gestasional
Umumnya diagnose diabetes pada trimester kedua & ketiga kehamilan
Diabetes Tipe lain
-Gangguan genetik (insulin / sel beta pancreas
-Penyakit eksokrin pankreas (cyctic fibrosis & pankreatitis)
-Drug induced (Glucocortikoid)
-Infeksi

PATOFISIOLOGI

- Islet-Beta sel: Penurunan sekresi insulin


- Gangguan sel alfa-pankreas: Menurunkan sekresi glukagin
- Gangguan pada usus : menurunkan efek increatin (hormone pengatur insulin dan
glucagon)
- Hati: Peningkatan produksi glukosa hati sehingga meningkatkan produksi glukosa
darah plasma
- Otot: Penurunan ambilan glukosa
- Disfungsi Neurotransmitter: Pada otak yang mengatur kenyang dan lapar menjadi
rusak maka mengakibatkan selalu lapar terus
- Ginjal: Peningkatan reabsorbsi glukosa
- Kulit/Jaringan Adiposa: Peningkatan Lipolisis

Keterangan gambar 43-5

Hati : Pada kurva DM itu yang atas dan yang kurva bawah itu orang sehat. Pada
pasien DM produksi glukosa cenderung mulai menurun. Kemudian kurva yang bawah
pada orang sehat itu konstan (stabil).

Jaringan Adiposa: Kurva orang DM itu yang kanan (yang jauh dari lipolysis) , pada
orang DM di jaringan adipose mengalami rendah insulin sehingga menurunkan efek
lipolysis

Insulin  anti-lipolisis
Dibaca yaaa gambar2nya jgn dilewatin ajaa
Untuk pasien obesitas pada bentuk tubuh APEL lebih berbahaya karna jenis lemaknya
adalah userall (Me-lemaki organ2). Sedangkan pada PEAR shape lemak berada di subkutan.

Untuk Resiko diabetes dibawah ini. Jika lebih dari 5 maka sagat beresiko DM
FPG  Gula darah puasa

TARGET TERAPI DM

DEWASA & ANAK

Dewasa

• HbA1C < 7%

• GDP 80-130 mg/dl

• GD2PP < 180 mg/dl

Anak-anak

• HbA1C < 7.5%

• Before meals 90-130 mg/dl

• Overnight 90-150 mg/dl

WANITA HAMIL

• HbA1C < 6-6.5%


• GDP < 95 mg/dl

• GD1PP < 140 mg/dl

• GD2PP < 120 mg/dl

LANJUT USIA

• HbA1C < 7.5%

• GDP 90-130

• Bedtime 90-150

Komplikasi dibagi 2 :

1. Mikrovaskular : Retinopati (kerusakan retina shg penglihatan kabur),


Nefropati (kerusakan ginjal), Neuropati (kerusakan sistem syaraf seperti
kesemutan, nyeri rasa terbakar)
2. Makrovaskulatr: Penyakit Jantung Koroner, Stroke, dll

Mencegah Komplikasi dengan cara : teratur minum obat, cek glukosa darah rutin
minimal 1 bulan sekali, periksa mata, waspada kesemutan kaki, luka-luka.
PREVENTIF

• Pasien dengan A1C : 5.7–6.4%

- Weight loss of 7% of body weight increasing (penurunan bb sampai


7%)

- Physical activity to at least 150 min per week (aktivitas fisil 150
menit/minggu)

• Metformin therapy for

- A1C 5,7-6,4%, terutama bagi mereka dengan BMI> 35 kg / m2, usia


<60 tahun, wanita dengan GDM sebelumnya

• At least annual monitoring for pre-diabetes (pemantauan tahunan )

TUJUAN TERAPI

• Tujuan Umum Meningkatkan kualitas hidup pasien

• Jangka Pendek Hilangnya keluhan & tanda DM, Mempertahankan rasa


nyaman, Tercapainya target pengendalian glukosa darah

• Jangka Panjang  Tercegah & terhambatnya progresivitas penyulit mikro


angiopati dan makro angiopati

• Tujuan Akhir  Turunnya morbiditas & mortalitas dini DM

TATA LAKSANA TERAPI DM

Penatalaksanaan DM dimulai dengan menerapkan pola hidup sehat bersamaan dengan


intervensi farmakologis

1. Edukasi
2. Terapi Nutrisi Medis (TNM)
3. Latihan Fisik
4. Terapi Farmakologis

EDUKASI

 Bagaimana menggunakan obat

 Waktu, aksi obat, teknik dan cara pemberian (insulin) Bagaimana melakukan

test gula darah

 Penggunaan alat, jadwal test

 Tanda dan gejala hypo/hyperglikemia

 Penyebab dan terapinya

 Pengaturan nutrisi

 Macam makanan, waktu makan, jumlah dan keseimbangan nutrisi

 Materi Edukasi seperti:

• Proses terjadinya penyakit

• Monitoring gula darah & pemahaman hasil

• Komplikasi

• Intervensi terapi dan Target terapi

• Interaksi (aktifitas, makanan, obat DM)

• Cara pemantauan glukosa darah

• Gejala dan terapi hipoglikemia

• Latihan fisikteratur

• Perawatan kaki
TERAPI NUTRISI MEDIS
LATIHAN FISIK

TERAPI FARMAKOLOGI

1. Insulin

Insulin adalah 51AA


Peptide

Tidak aktif jika


melalui oral

Dosis menurun pada


pasien gangguan
ginjal
Insulin Mediated Glucose Uptake

 (IR) adalah trans-membrane, tyrosine-kinase receptor.


 It plays a key role in the glucose homeostasis. When IR is stimulated, it induces a
phosphorylation of specific intracellular protein (IRS-1, Insulin Receptor Substrate
1), and this pathway leads to the transport of GLUT 4 (Glucose Transporter 4) from
cellular vesicles to the cell surface. This mechanism is responsible of the insulin
response in muscle and adipose tissue . (Sebagai kunci dalam homeostasis
glukosa. Ketika IR distimulasi, ia menginduksi fosforilasi protein intraseluler
spesifik (IRS-1, Substrat Reseptor Insulin 1), dan jalur ini mengarah pada
pengangkutan GLUT 4 (Pengangkut Glukosa 4) dari vesikel seluler ke
permukaan sel. Mekanisme ini bertanggung jawab atas respons insulin pada
otot dan jaringan adiposa.)

INDIKASI PENGGUNAAN INSULIN

1. Semua penderita DM Tipe 1

2. Penderita DM Tipe 2 tertentu

3. Keadaan stres berat, seperti pada infeksi berat, tindakan pembedahan,


infark miokard akut atau stroke

4. DM Gestasional dan penderita DM yang hamil membutuhkan terapi insulin,


5. Ketoasidosis diabetik

6. Penderita DM yang mendapat nutrisi parenteral atau yang memerlukan


suplemen tinggi kalori untuk memenuhi kebutuhan energi yang meningkat,
secara bertahap memerlukan insulin eksogen untuk mempertahankan kadar
glukosa darah mendekati normal selama periode resistensi insulin atau ketika
terjadi peningkatan kebutuhan insulin.

7. Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat

8. Kontra indikasi atau alergi terhadap OHO

9. HbA1C > 10

FARMAKOKINETIK INSULIN

- Destroyed in GIT, Therefore it’s given by injection, usually S/C t½ of about


10 minutes Hancur dalam GIT, Oleh karena itu diberikan dengan injeksi,
biasanya subkutan t½ sekitar 10 menit. Subkutan termasuk insulin rapid long
acting onsetnya 5-10 menit digunakan 15 menit sebelum makan
- Regular insulin, a solution, is the only insulin that can be administered by any
parenteral route: IV, IM, or SC. Insulin is inactivated by insulinase found
mainly in liver (60%) and kidney (35-40%)  Insulin reguler, salah 1
solusinya. Insulin ini adalah satu-satunya insulin yang dapat diberikan melalui
rute parenteral: IV, IM, atau SC. Insulin diinaktivasi oleh insulinase yang
ditemukan terutama di hati (60%) dan ginjal (35-40%)
- Dose reduced in renal insufficiency  dosis menurun pada px gangguan ginjal

EFEK SAMPING INSULIN

 Hipoglikemia: Overdosis insulin, intakekalori yang kurang Hipokalemia


 Anafilaksis: Sensitif dengannon-human insulin (sangat jarang)
 Lipodistrofi pada tempat injeksi
 Weight gain

PENYIMPANAN INSULIN
 Although manufacturers recommend storing your insulin in the refrigerator,
injecting cold insulin can sometimes make the injection more painful. To avoid
this, many providers suggest storing the bottle of insulin you are using at
room temperature. Insulin kept at room temperature will last approximately
1 month.  Meskipun produsen merekomendasikan untuk menyimpan insulin
anda di lemari es, menyuntikkan insulin dingin kadang-kadang dapat
membuat injeksi lebih menyakitkan. Untuk menghindari hal ini, banyak
penyedia menyarankan menyimpan botol insulin yang Anda gunakan pada
suhu kamar. Insulin yang disimpan pada suhu kamar akan bertahan sekitar
1 bulan.
 Do not store your insulin near extreme heat or extreme cold. Never store
insulin in the freezer, direct sunlight, or in the glove compart mentof a car.
 jangan menyimpan insulin di tempat yang ekstrem panas maupun dingin
seperti sinar matahari langsung dan freezer. Jangan simpan insulin di dalam
mobil.
EFEK INSULIN

Hepar Otot Jaringan


↓ produksi glukosa ↑ transport glukosa ↑ transport glukosa
↑ sintesis trigliserida ↑ penyimpanan glikogen ↑ lipogenesis & aktivitas
lipase lipoprotein
↑ sintesis protein ↑ sintesis ↓ lipolysis sintraseluler

JENIS INSULIN

Short Acting  durasi dan onset cepat. Ex: Glisin (lisin & glutamin), Aspart (Asam
aspartate), Reguler (Lispro pertama kali dipasaran lisin & prolin)

Long Acting  durasi panjang dan onset cepat. Ex: Determi, MPH (Intermediate
berdasarkan coda cymbal), Glargine

Kombinasi  Ex: NPH (Intermediate)


 Tujuan Terapi Insulin: Pemberian insulin menirukan sekresi insulin normal, baik
basal, prandial maupun post-prandial.
 Pola Fisiologis dalam tubuh : meningkatkan sekresinya saat makan (insulin post-
prandial).
 Post-prandial terdiri dari short acting/rapid acting. Ex lispro, aspart
 Basal (istirahat) digunakan 1x sehari sebelum tidur. Ex : long acting (detemire,
glargine)
 Jika FPG meningkat maka diberi basal/long, NPH/long
 Jika GD2PP meningkt diberi short/rapid

DOSIS INSULIN

Untuk Diabetes Mellitus Tipe 1

 Kebanyakan pasien Diabetes tipe 1 diterapi dengan insulin multiple baik itu insulin
prandial maupun basal insulin atau infus SC insulin.
 Dosis awal insulin berdasarkan BB. Dosis awal 0.4 - 1 unit/Kg/BB dari total insulin
atau 0.5 unit.
 Start with two injections of insulin per day of two different types of insulin and
generally progress to three or four injections per day of insulin of different types.
 Mulailah dengan dua suntikan insulin per hari dari dua jenis insulin yang berbeda
dan pada umumnya berkembang menjadi tiga atau empat suntikan per hari dari
insulin jenis yang berbeda.
 Penambahan metformin pada terapi insulin digunakan untuk mengurangi kebutuhan
dosis insulin dan memperbaiki Metabolik kontrol.
 Salah satu penelitian menyebutkan bahwa penggunaan metformin dapat mengurangi
dosis insulin sebesar 6.6 unit/hari.
 Most individuals with type 1 diabetes should use insulin analogs to reduce
hypoglycemia risk. A Pramlintide, an amylin analog, is an agent that delays gastric
emptying, decrease pancreatic secretion of glucagon, and enhancessatiety. 
Kebanyakan orang dengan diabetes tipe 1 harus menggunakan analog insulin untuk
mengurangi risiko hipoglikemia. Pramlintide, analog amylin adalah agen yang
menunda pengosongan lambung, menurunkan sekresi glukagon pankreas, dan
meningkatkan kerapatan.
 Sekresi insulin fisiologis terdiri dari sekresi basal dan sekresi prandial.Terapi insulin
diupayakan mampu menyerupai pola sekresi insulin yang fisiologis. Defisiensi insulin
mungkin berupa defisiensi insulin basal, Insulin prandial atau keduanya. Defisiensi
insulin basal menyebabkan timbulnya hiperglikemia pada keadaan puasa, sedangkan
defisiensi insulin prandial akan menimbulkan hiperglikemia setelah makan
DOSIS INSULIN DM 2

- Insulin basal (1x sehari sebelum tidur) terlebih dahulu setelah itu jika HbA1C
meningkat bisa diberi insulin Post-prandial/rapid (jika terjadi hipoglikemi
dapat diturunkan dosisnya)
- Dimulai dari 10 unit atau 0,1-0,2 unit/kg/bb/hari
- Jika setelah diberi insukin tidak memenuhi target  ditambah insulin rapid
acting.

MASA EXPIRED

- Rapid Acting + Long Acting  ED setelah dibuka 28 hari


- Detemire  ED 22 hari
SULFONILUREA

Sulfonilurea menghambat kanal kalium di sel beta pancreas  depolarisasi  Kanal


Ca membuka  insulin di vehicle di keluarkan

Dosis Generasi Pertama > tinggi dari generasi kedua

Indikasi
 Menurunkan FPG 54-72 mg/dL & HbA1C 1,5-2% pada type II diabetes
 A drug of choice for patients where metformin is contraindicated can be
added in combination with other hypoglycemic drugs or insulin  Obat
pilihan untuk pasien dengan kontraindikasi metformin dapat ditambahkan
dalam kombinasi dengan obat hipoglikemik lain atau insulin.
Efek samping:
 Hypoglikemia, penambahan berat badan
 Jarang : gastrointestinal ringan (pd 6 minggu pertama terapi), reaksi kulit &
hematologi
Kontraindikasi :
 Kehamilan
 Gangguan ginjal & hepar
Nama Dosis Awal Dosis Dosis Dosis/hari
(mg/hari) max per
hari
500-1500 500-3000 3000 2-3
Generasi I
100-250 100-500 500 1
Tolbutamide
100-250 100-1000 1000 1-2
Chlorpropamide 250-500 250-1500 1500 1-2
Tolazamide
Acetohexamide
Generasi II 1.25-2.50 1.25-20 20 1-2
Glyburide 1.25-2.50 1.25-2.50 20 1-2
Glibenclamid 2.5-5 2.5-40 40 1-2
e Glipizide 5 5-20 20 1
Glipizide XL 40 40-320 320 1-2
Gliclazide 1-2 4-8 8 1
Glimepiride
BIGUANID

 First Line DM tipe 2


 Decreased hepatic glucose production  penurunan produksi glukosa hepar
 Increased binding to receptor insulin  Meningkatkan pengikatan dengan
reseptor insulin
 Increased glucose uptake and utilization by tissues. Ex/ Metformin. 
Peningkatan penyerapan glukosa dan pemanfaatan jaringan. Contohnya
Metformin

Mekanisme
Biguanid bekerja didalam sel hepatosit (sel hepar) Masuk lewat kanal Oct1
 Respon di mitokondria (respirasi sel)  Menghambat respirasi
(Menghambat produksi ATP , maka tetap menjadi ALP)  ALP meningkatkan
AMPK kemudian AMPK meningkat  Penurunan glukoneogenesis  penurunan
produksi glukosa di hati  dapat menghambat mGPD meningkatkan NADH
 peningkatan Laktat

• Terapeutics Uses
- Menurunkan FPG 60-70 mg/dL & HbA1C 1-2%

- First Line untuk terapi diabetes tipe 2

- Efek pada sensitivitas insulin: Up-take glukosa meningkat ~20-3

- Efek pd berat badan: ↓ berat badan (2-3 kg) selama 6 bulan pertama terapi

- Efek pada Lipid: LDL menurun 10-15%, ↓ hyperlipemia post-prandial & level asam,

lemak bebas, menurunkan trigliserida

• Farmakokinetik

- Readily absorb in GIT  mudah diserap oleh saluran cerna

- Not metabolized and excreted unchanged by the kidney  Tidak dimetabolisme

dan ekskresi tanpa perubahan oleh ginjal

• Dosis

- Dosis awal : 500 atau 850 mg pagi, atau 500 mg pagi dan malam

- Titrasi dosis, maksimal 2550 mg/hari.

• Efek samping

- Efek gastrointestinal pd 30% (anorexia, mual/muntah, kembung, dispepsia,

flatulence, diare & rasa metal)

- Defisiensi vit B12 pd 9% pasien

- LaktatAsidosis

- Lost Gain

• Kontraindikasi

- eGFR<30 ml/menit

- Dihentikan pd pasien dgn prosedur X-ray


MEGLITINID

Mekanisme Aksi

– Untuk mekanisme aksi dari meglitinid sama dengan sulfonylurea


– Berikatan dengan kanal K+  depolarisasi  Kanal Ca2+ terbuka.
– Ikatan dengan kanal K+ lebih lemah (weaker)

1. Farmakodinamik

2. Farmakokinetik

– Well absorbed from GIT  diserap dengan baik oleh GIT

– Peak concentration after 1 hr from ingestion  Konsentrasi puncak


setelah 1 jam di konsumsi

– Cleared by the liver  dibersihkan oleh hati

– t½ = 1 jam

3. Penggunaan klinik & efikasi

– Onset cepat & durasi aksi pendek

– Menurunkan FPG ~50 mg/dL & HbA1C 1,6-1,9%

– Diberikan 15-30 menit sebelum makan


– Dosis awal : 0,5 mg (maksimal 4 mg, 4xsehari)

• Efek samping :

– Hypoglikemia (16%) vs Sulfonilurea (20%)

• Kontraindikasi :

– Kehamilan

• Pasien dg gangguan hepar

– Dimetabolisme terutama di hepar – dimonitor utk menghindari


hipoglikemia

• Pasien dg gangguan ginjal

– Aman & bisa ditoleransi dgn baik, perlu penyesuaian dosis

• Obat Golongan Meglitinid contohnya


– Repaglinid
– Nateglinid

ALFA-GLUCOSIDASE INHIBITOR
JENIS OBAT

Acarbosa

-Nama dagang: Precose ®

- Poorly absorbed. Should be taken with the first bite of breakfast, lunch,
and dinner  Penyerapan yang rendah, sehingga harus di konsumsi saat
suapan pertama saat sarapan, makan siang, dan makan malam

- hypoglycemic goal in diabetics typically cannot be met with these drugs


alone Goals agar penurunan glukosa pada diabetes tidak hanya dengan obat
ini sendiri saja (kombinasi)

- Interaksi obat mayor dengan MAO inhibitors

Miglitol

- Nama Dagang : Glyset ®)

- six times more potent in inhibiting sucrase than acarbose  6x berpotensi


menghambat sukrosa daripada acarbose

- Similar to acarbose  mirip dengan acarbose

Penggunaan Klinik & Efikasi

- Penggunaan pd suapan pertama


- Menurunkan FPG 10-20 mg/dL, PPG ~40-60mg/dL & HbA1C 0,7%

Efek pada berat badan

- Penurunan BB jika terjadi ringan (0,8-1,4 kg selama 1 th)

Efek pd lipid

- Menurunkan trigliserida

Dosis

- Dosis awal : 25 mg 1xsehari, titrasi sampai 3xsehari 25 mg (maksimal 200 mg

3x sehari)

Kontraindikasi

- Inflammatory bowel disease, ulcerasi kolon, ileus, obstruksi GI, gangguan GI

Efek samping

- Kembung, flatulence, diare

THIAZOLIDINDION

- PPAR-γ receptors are found in muscle, liver and fat increases the body's

sensitivity to insulin  Reseptor PPAR- γ yang ditemukan di otot, hati dan lemak

meningkatkan sensitivitas tubuh terhadap insulin

- Glitazones are ligands of the peroxisome peroliferator-activated receptor gamma

(PPAR-γ) part of the steroid and thyroid super family of nuclear receptors 

Glitazones adalah ligan dari gamma reseptor yang diaktifkan peroliferator yang

diaktifkan perolisator (PPAR-γ) dari steroid dan tiroid super family dari reseptor

nuklir

- PPAR-γ regulates the expression of genesin volvedin lipid and glucose metabolism,

insulin signal transduction, and adipocyte differentiation  PPAR-γ mengatur


ekspresi genesin volvedin lipid dan metabolisme glukosa, transduksi sinyal insulin,

dan diferensiasi adiposit

- Their primary action is the nuclear regulation of genes involved in glucose & lipid

metabolism and adipocyte differentiation  Tindakan utama mereka adalah

regulasi inti gen yang terlibat dalam metabolisme glukosa dan lipid serta

diferensiasi adiposit

- In persons with diabetes, a major site of TZD action is adipose tissue. Because

the actions of these drugs involves changes in gene expression, they have a slow

onset of therapeutic action, requiring weeksor. Even months to achieve maximal

effect  Pada penderita diabetes, tempat aksi utama TZD adalah jaringan

adiposa. Karena aksi obat-obatan ini melibatkan perubahan ekspresi gen, mereka

memiliki onset lambat dari tindakan terapeutik, yang membutuhkan beberapa

minggu atau lebih. Bahkan berbulan-bulan untuk mencapai efek maksimal


JENIS OBAT

Jenis-jenis obat diatas ber-aksi di liver, jaringan otot, dan jaringan adipose (paling
kuat)

Penggunaan klinik & efikasi

- Menurunkan FPG sampai 55 mg/dL & HbA1C sampai 1,5%

Efek pada sensitivitas insulin

Efek pd lipid

- Pioglitazone 30 & 45 mg dpt menurunkan triglyceride 5% & 16 % HDL


meningkat 16 & 20%.

Dosis

- Dosis awal pioglitazone 15 atau 30 mg 1xsehari

Kontraindikasi

- Gangguan hepar (ALT>2,5 kali di atas normal)


- CHF, gagal jantung, kehamilan

Efek samping

- Meningkatkan vol plasma 6-7% dan edema (3-7,5%)


GLP-1

• Sintesis analog dari glucagon-like-polypeptide 1 (GLP-1). Memiliki beberapa


aksi meliputi:
- Potentiation of glucose  Potensiasi glukosa
- Mediated insulin secretion  Perantara/media sekresi insulin
• suppressi on of post-prandial glucagon release  penekanan pada pelepasan
glucagon
• slowed gastric emptying memperlambat pengosongan lambung
• CNS-mediated loss of appetite  CNS sbg media hilangnya nafsu makan
• Reduction in liver fat content  pengurangan kadar lemak hati

Indikasi : Obat yang disetujui oleh FDA: Diabetes tipe 2, terapi tambahannya diet dan
olahraga

Pharmacokinetics: injected sc twice daily - 60 minutes before a meal. Reaches a


peak concentration in ~2 hours, with a duration of action of up to 10 hours 
Injeksi subkutan 2x sehari – 60 menit sebelum makan. Mencapai konsentrasi puncak
dalam 2 jam, dengan durasi aksi hingga 10 jam

Efek samping : nausea in 44%; vomiting & diarrhea, a steady weight loss occurs in
some patients over 2 years, rare & sometimes fatal necrotizing or hemorrhagic
pancreatitis mual pada 44%; muntah & diare, penurunan berat badan yang stabil
terjadi pada beberapa pasien lebih dari 2 tahun, nekrotik yang jarang & terkadang
fatal atau pankreatitis hemoragik

DPP 4 INHIBITOR

 An inhibitor of dipeptidyl peptidase-4 (DPP-4), A protease that degrades the


incretin GLP-1. As a result of inhibiting DPP-4, increased or prolonged GLP-1
levels are able to potentiate the secretion of insulin by the pancreas 
Inhibitor dipeptidyl peptidase-4 (DPP-4), protease yang menurunkan incretin
GLP-1. Sebagai hasildari penghambatan DPP-4, peningkatan level GLP-1 yang
meningkat atau berkepanjangan dapat mempotensiasi sekresi insulin oleh
pankreas.
 Jenis DPP4-i : Sitagliptin (Januvia ®), Saxagliptin (Onglyza ®), linaglipt in
 Indikasi : Disetujui FDA : Type II diabetes – monoterapi atau kombinasi
terapi
 Because it does not work when your blood sugar is low, it is unlikely to
produce dangerous levels of hypoglycemia  tidak bekerja ketika GD rendah,
sehingga tidak memungkinkan menghasilkan hipoglikemia yang berbahaya
 No change in weight  tidak merubah BB
 Kontraindikasi : diabetes ketoasidosis, diabetes tipe 1
 Efek Samping: Infeksi saluran pernafasan atas, pankreatitis, resiko gagal
jantung

SODIUM GLUCOSE TRANSFERASE-2 INHIBITOR (SGLT-2 i)

Inhibits the Na-glucose co-transporter 2 (SGLT-2) in the kidney to reduce


glucose reabsorption, resulting in increased urinary glucose excretion, and lower
plasma glucose. SGLT-2 is expressed in the proximal tubule and mediates
reabsorption of ~90% of filtered glucose  Menghambat co-transporter Na-
glukosa 2 (SGLT-2) di ginjal untuk mengurangi reabsorpsi glukosa, menghasilkan
peningkatan ekskresi glukosa urin, dan menurunkan glukosa plasma. SGLT-2
diekspresikan dalam tubulus proksimal dan memediasi reabsorpsi ~ 90% glukosa
yang difilter
Indications:

- Type 2 diabetes

- New drug: currently mainly used as adjunct therapy in patients not meeting
their glycemic goal with other agents  Obat baru: saat ini terutama
digunakan sebagai terapi tambahan pada pasien yang tidak memenuhi tujuan
glikemik mereka dengan agen lain

Contraindications:

- Severe renal impairment –its efficacy depends on renal function. While it


can be prescribed to patients with moderate renal impairment (GFR between
45 & 60 ml/min), it should not be prescribed to patients with more severe
renal impairment.  Gangguan ginjal berat - efikasinya tergantung pada
fungsi ginjal. Meskipun dapat diresepkan untuk pasien dengan gangguan ginjal
sedang (GFR antara 45 & 60 ml / menit), tapi tidak boleh diresepkan untuk
pasien dengan gangguan ginjal yang parah.

- NOT recommended for treatment of type1 diabetes or treatment of


diabetic ketoacidosis  TIDAK direkomendasikan untuk pengobatan
diabetes tipe 1 atau pengobatan ketoasidosis diabetikum

Pharmacokinetics:

- Oral administrasi, 65% bioavailability

- Activity is terminated by conversion to inactive O-glucuronide metabolites


(that are eliminated in the urine), with only minimal (~7%) metabolism by
CYP3A4.  Aktivitas diakhiri dengan konversi menjadi metabolit O-
glukuronide tidak aktif (yang dieliminasi dalam urin), dengan metabolisme
minimal (~ 7%) oleh CYP3A4.

Half-life ~12hrs Potentially Beneficial Side Effects:

- Weight loss potential berpotensial menurunkan BB

- Menurunkan TD hingga 2-7 mmHg


- Ketoasidosis

Jenis Obat:

- Dapaglifozin (Pada 12 November 2012, European Comission menyetujui


penggunaan dapagliflozin 10mg sekali sehari pada diabetes tipe 2)

- Canaglifozin (Disetujui FDA pada bulan Maret 2013, canagliflozin 100mg


dan 300 mg sekali sehari)

Anda mungkin juga menyukai