Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN SEPSIS PADA BAYI

DI RUANGAN BAYI RSUD ULIN BANJARMASIN

Untuk Menyelesaikan Tugas Profesi Keperawatan Anak


Program Profesi Ners

Disusun Oleh:

RAHAYU RAMADANI
NIM: 11194691910051

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MULIA
BANJARMASIN
2020

1
2

LEMBAR PERSETUJUAN

LAPORAN PENDAHULUAN SEPSIS PADA BAYI


DI RUANGAN BAYI RSUD ULIN BANJARMASIN

Tanggal ..................................

Disusun oleh :
RAHAYU RAMADANI
11194691910051

Banjarmasin, …………………….
Mengetahui,
Preseptor Akademik, Preseptor Klinik,

(……………………………..) (……………………………..)
NIK. NIK.
LAPORAN PENDAHULUAN
3

SEPSIS NEONATORUM

A. Pengertian

Sepsis adalah bakteri umum yang masuk ke aliran dalam darah (Donna L. Wong,

2013). Sepsis neonatorum atau septikemia neonatal didefinisi sebagai infeksi bakteri pada

aliran darah bayi selama empat minggu pertama kehidupan (Bobak, 2014). Sepsis adalah

infeksi bakteri generalisata yang biasanya terjadi pada bulan pertama kehidupan. (Mary

E. Muscari, 2015).

Sepsis neonatorum adalah semua infeksi bayi pada 28 hari pertama sejak dilahirkan.

Infeksi dapat menyebar secara menyeluruh atau terlokasi hanya pada satu organ saja

(seperti paru-paru dengan pneumonia). Infeksi pada sepsis bisa didapatkan pada saat

sebelum persalinan (intrauterine sepsis) atau setelah persalinan (extrauterine sepsis) dan

dapat disebabkan karena virus (herpes, rubella), bakteri (streptococcus B), dan fungi atau

jamur (candida) meskipun jarang ditemui. (John, 2015). Sepsis dapat dibagi menjadi dua,

antara lain:

1.    Sepsis dini: terjadi 7 hari pertama kehidupan. Karakteristik : sumber organisme pada

saluran genital ibu dan atau cairan amnion, biasanya fulminan dengan angka

mortalitas tinggi.

2.    Sepsis lanjutan/nosokomial : terjadi setelah minggu pertama kehidupan dan didapat

dari lingkungan pasca lahir. Karakteristik : Didapat dari kontak langsung atau tak

langsung dengan organisme yang ditemukan dari lingkungan tempat perawatan bayi,

sering mengalami komplikasi. (Vietha, 2008)

B. Etiologi

Sepsis yang terjadi pada neonatus biasanya menimbulkan manifestasi klinis

seperti septikemia, pneumonia dan miningitis berhubungan dengan imaturitas dari sistem
4

imun dan ketidakmampuan neonatus untuk melokalisasi infeksi. Penyebab neonatus

sepsis/sepsis neonatorum adalah berbagai macam kuman seperti bakteri, virus, parasit, atau

jamur. Sepsis pada bayi hampir selalu disebabkan oleh bakteri.

-   Bakteri escherichia koli

-   Streptococus group B

-   Stophylococus aureus

-   Enterococus

-   Listeria monocytogenes

-   Klepsiella

-   Entererobacter sp

-   Pseudemonas aeruginosa

-   Proteus sp

-   Organisme anaerobik

Berdasarkan mulai timbulnya gejala klinis, sepsis dibagi menjadi 2 yaitu :

1.    Early Onset : gejala mulai tampak pada hari-hari pertama kehibupan (rata-rata 48

jam), biasanya infeksi berkaitan dengan faktor ibu (infeksi transplasenta, dari cairan

amnion terinfeksi, waktu bayi melewati jalan lahir, dll). Berkembangnya gejala pada

early onset pada umumnya sangat cepat dan meningkat menuju septik shock.

2.    Late Onset : Timbul setelah satu minggu pada awal kehidupan neonatus tanpa

kelainan perinatal, infeksi didapat dari lingkungan atau dari rumah sakit (nosokomial)

sering terjadi komplikasi pada susunan syaraf pusat.

C. Tanda dan Gejala

Menurut Arief, 2008 tanda dan gejala dari sepsis neonatorum, antara lain:

1. Umum : panas (hipertermi), malas minum, letargi, sklerema


5

2. Saluran cerna: distensi abdomen, anoreksia, muntah, diare, hepatomegali

3. Saluran nafas: apnoe, dispnue, takipnu, retraksi, nafas cuping hidung, merintih,

sianosis

4. Sistem kardiovaskuler: pucat, sianosis, kulit lembab, hipotensi, takikardi, bradikardi

5. Sistem syaraf pusat: iritabilitas, tremor, kejang, hiporefleksi, malas minum,

pernapasan tidak teratur, ubun-ubun membonjol

6. Hematologi: Ikterus, splenomegali, pucat, petekie, purpura, perdarahan.

Gejala sepsis yang terjadi pada neonatus antara lain bayi tampak lesu, tidak kuat

menghisap, denyut jantungnya lambat dan suhu tubuhnya turun-naik. Gejala-gejala lainnya

dapat berupa gangguan pernafasan, kejang, jaundice, muntah, diare, dan perut kembung.

Gejala dari sepsis neonatorum juga tergantung kepada sumber infeksi dan penyebarannya:

1. Infeksi pada tali pusar (omfalitis) menyebabkan keluarnya nanah atau darah darI pusar

2. Infeksi pada selaput otak (meningitis) atau abses otak menyebabkan koma, kejang,

opistotonus (posisi tubuh melengkung ke depan) atau penonjolan pada ubun-ubun

3. Infeksi pada tulang (osteomielitis) menyebabkan terbatasnya pergerakan pada lengan

atau tungkai yang terkena

4. Infeksi pada persendian menyebabkan pembengkakan, kemerahan, nyeri tekan dan

sendi yang terkena teraba hangat

5. Infeksi pada selaput perut (peritonitis) menyebabkan pembengkakan perut dan diare

(Asrining, 2007).

D. Patofisiologi

Penyakit yang ada pada ibu karena adanya bakteri dan virus pada neonatus (bayi).

Kemudian menyebabkan terjadinya infeksi yang menimbulkan sepsis. Faktor infeksi yang

mempengaruhi sepsis, antara lain faktor maternal yaitu adanya status sosial-ekonomi ibu,
6

ras, dan latar belakang yang mempengaruhi kecenderungan terjadinya infeksi dengan

alasan yang tidak diketahui sepenuhnya. Ibu yang berstatus sosio-ekonomi rendah

mungkin nutrisinya buruk dan tempat tinggalnya padat dan tidak higienis. Status paritas

(wanita multipara atau gravida lebih dari 3) dan umur ibu (kurang dari 20 tahun atau lebih

dari 30 tahun. Kurangnya perawatan prenatal, ketuban pecah dini (KPD), dan prosedur

selama persalinan. Faktor Neonatal, pada bayi dengan prematurius ( berat badan bayi

kurang dari 1500 gram), merupakan faktor resiko utama untuk sepsis neonatal.

Umumnya imunitas bayi kurang bulan lebih rendah dari pada bayi cukup bulan.

Transpor imunuglobulin melalui plasenta terutama terjadi pada paruh terakhir ketiga.

Setelah bayi lahir, konsentrasi imunoglobulin serum terus menurun sehingga menyebabkan

hipergamaglobulinemia berat. Imaturitas kulit juga melemahkan pertahanan kulit.

Kemudian adanya defisiensi imun. Neonatus bisa mengalami kekurangan IgG spesifik,

khususnya terhadap streptokokus atau Haemophilus influenza. IgG dan IgA tidak melewati

plasenta dan hampir tidak terdeteksi dalam darah tali pusat.

Faktor Lingkungan, pada bayi mudah terjadi defisiensi imun yaitu cenderung mudah

sakit sehingga sering memerlukan prosedur invasif, dan memerlukan waktu perawatan di

rumah sakit lebih lama. Penggunaan kateter vena atau arteri maupun kateter nutrisi

parenteral merupakan tempat masuk bagi mikroorganisme pada kulit yang luka. Bayi juga

mungkin terinfeksi akibat alat yang terkontaminasi. Paparan terhadap obat-obat tertentu,

seperti steroid, bisa menimbulkan resiko pada neonatus yang melebihi resiko penggunaan

antibiotik spektrum luas, sehingga menyebabkan kolonisasi spektrum luas, sehingga

menyebabkan resisten berlipat ganda. Kadang-kadang di ruang perawatan terhadap

epidemi penyebaran mikroorganisme yang berasal dari petugas ( infeksi nosokomial),

paling sering akibat kontak tangan. Pada bayi yang minum ASI, spesies Lactbacillus dan
7

E.colli ditemukan dalam tinjanya, sedangkan bayi yang minum susu formula hanya

didominasi oleh E.colli.


8

E. PATHWAY

Infeksi pada ibu

Masuk ke dalam tubuh janin

Terjadi infeksi awal

Infeksi menyebar ke seluruh tubuh janin

Hipotalamus Organ Hati Organ Pernafasan Sistem Gastrointestinal

Menghasilkan panas
Eritrosit banyak Lisis Fungsi tidak optimal Muntah, diare
tubuh

Hiperbilirunemia Bayi akan sesak Malas Menghisap


Hipertermi

Jaundice (ikterik) Gangguan


Defisit
Pola Nafas
Monitoring tanda-tanda Volume
vital setiap dua jam Cairan &
dan pantau warna kulit Elektrolit
Ke otak
Observasi adanya
kejang dan dehidrasi
Berikan kompres Posisikan pasien semi
dengan air hangat fowler
pada aksila, leher dan Auskultasi suara napas
Ensepalopati Monitor respirasi dan Monitoring tanda-tanda
lipatan paha, hindari vital setiap dua jam dan
penggunaan alkohol status O2,TTV
Bila perlu lakukan pantau warna kulit
untuk kompres Observasi adanya
Kolaborasi pemberian suction,pustural
hipertermi, kejang dan
antipiretik sesuai drainage dehidrasi
Kemit Ikterik (Kejang)
kebutuhan jika panas Berikan kompres hangat
tidak turun jika terjadi hipertermi,
dan pertimbangkan untuk
langkah kolaborasi
dengan memberikan
antipiretik
Berikan ASI/PASI sesuai
jadwal dengan jumlah
pemberian yang telah
ditentukan
F.   Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan mikrokopis maupun pembiaakan terhadap contoh darah air

kemih, jika diduga suatu meningitis, maka dilakukan fungsi lumbal.

2. Bila sindroma klinis mengarah ke sepsis, perlu dilakukan evaluasi sepsis

secara menyeluruh. Hal ini termasuk biakan darah, fungsi lumbal, analisis

dan kultur urin :

3. Leukositosis (>34.000×109/L)

4. Leukopenia (< 4.000x 109/L)

5. Netrofil muda 10%

6. Perbandingan netrofil immature(stab) dibanding total (stb+segmen)atau

I/T ratio >0,2

7. Trombositopenia (< 100.000 x 109/L)

8. CRP >10mg /dl atau 2 SD dari normal

G. Penatalaksanaan

1. Perawatan

Perawatan suportif diberikan untuk mempertahankan suhu tubuh

normal, untuk menstabilkan status kardiopulmonary, untuk memperbaiki

hipoglikemia dan untuk mencegah kecenderungan perdarahan. Perawatan

suportif neonatus septik sakit (Datta, 2007) meliputi sebagai berikut:

a. Menjaga kehangatan untuk memastikan temperature. Agar bayi tetap

normal harus dirawat di lingkungan yang hangat. Suhu tubuh harus

dipantau secara teratur.

b. Cairan intravena harus diperhatikan. Jika neonatus mengalami perfusi

yang jelek, maka saline normal dengan 10 ml / kg selama 5 sampai 10

9
10

menit. Dengan dosis yang sama 1 sampai 2 kali selama 30 sampai 45

menit berikutnya, jika perfusi terus menjadi buruk. Dextrose (10%) 2

ml per kg pil besar dapat diresapi untuk memperbaiki hipoglikemia

yang adalah biasanya ada dalam sepsis neonatal dan dilanjutkan selama

2 hari atau sampai bayi dapat memiliki feed oral.

c. Terapi oksigen harus disediakan jika neonatus mengalami distres

pernapasan atau sianosis

d. Oksigen mungkin diperlukan jika bayi tersebut apnea atau napas tidak

memadai

e. Vitamin K 1 mg intramuskular harus diberikan untuk mencegah

gangguan perdarahan

f. Makanan secara enteral dihindari jika neonatus sangat sakit atau

memiliki perut kembung. Menjaga cairan harus dilakukan dengan infus

IV.

g. Langkah-langkah pendukung lainnya termasuk stimulasi lembut fisik,

aspirasi nasigastric, pemantauan ketat dan konstan kondisi bayi dan

perawatan ahli

2. Terapi pengobatan
Prinsip pengobatan pada sepsis neonatorum adalah

mempertahankan metabolisme tubuh dan memperbaiki keadaan umum

dengan pemberian cairan intravena termasuk kebutuhan nutrisi dan

monitor pemberian antibiotik hendaknya memenuhi kriteria efektif

berdasarkan pemantauan mikrobiologi, murah dan mudah diperoleh, dan

dapat diberi secara parental. Pilihan obat yang diberikan adalah ampisilin,
11

gentasimin atau kloramfenikol, eritromisin atau sefalosporin atau obat lain

sesuai hasil tes resistensi. (Sangayu, 2012).

H.  Konsep Asuhan Keperawatan


1.      Pengkajian
Pengkajian dilakukan melalui anamnesis untuk mendapatkan data,

yang perlu dikaji adalah identitas, keluhan utama, riwayat penyakit

sekarang, riwayat perawatan antenatal, adanya/tidaknya ketuban pecah

dini,partus lama atau sangat cepat (partus presipitatus). Riwayat persalinan

di kamar bersalin, ruang operasi, atau tempat lain. Ada atau tidaknya

riwayat penyakit menular seksual (sifilis, herpes klamidia, gonorea, dll).

Apakah selama kehamilan dan saat persalinan pernah menderita penyakit

infeksi (mis. Toksoplasmosis,rubeola, toksemia gravidarum, dan

amnionitis). Mengkaji tatus sosial ekonomi keluarga.

   Pada pemeriksaan fisik data yang akan ditemukan meliputi letargi

(khususnya setelah 24 jam petama), tidak mau minum atau refleks

mengisap lemah, regurgitasi, peka rangsang, pucat, berat badan berkurang

melebihi penurunan berat badan secara fisiologis, hipertermi/hipotermi,

tampak ikterus. Data lain yang mungkin ditemukan adalah

hipertermia,pernapasan mendengkur, takipnea, atau apnea, kulit lembab

dan dingin, pucat, pengisian kembali kapiler lambat, hipotensi, dehidrasi,

sianosis. Gejala traktus gastrointestinal meliputi muntah, distensi abdomen

atau diare.

2. Diagnosa Keperawatan

a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan dispneu, apneu, takipneu


12

b. Hipertermia berhubungan dengan kerusakan control suhu sekunder

akibat infeksi atau inflamasi

c. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan sekunder

akibat demam.

I.     Rencana Tindakan Keperawatan


1.   Ketidak efektifan pola napas berhubungan dengan apnea

Kriteria hasil:

-          Tidak ada sianosis  dan disipnea, mendemonstrasikan batuk efaktif

dan suara nafas yang bersih

-          Menunjukan jalan nafas yang paten(pelayan tidak merasa

tercekik,tidak ada suara nafas abnormal)

-          Tanda-tanda vital dalam rentang normal

Intervensi dan Rasional:

INTERVENSI RASIONAL
1. Posisikan pasien semi powler Posisi semi powler dapat
memaksimalkan ventilasi
2.. Auskultasi suara napas, catat adanya Suara nafas tambahan dapat menjadi
suara napas tambahan tanda jalan nafas yang tidak sdekuat
3. Monitir respiras dan status O2, TTV Pada sepsis terjadinya gangguan
respiratori dan status O2 sering
ditemukan yang menyebabkan ttv tidak
normal
4. Bila perlu lakukan suction dan posturan Untuk mengeluarkan sekret pada
drainase saluran nafas untuk menciptakan jalan
nafas yang paten.

2. Hipertermia berhubungan dengan kerusakan control suhu sekunder


akibat infeksi atau inflamasi
13

Kriteria hasil:
-          Suhu tubuh berada dalam batas normal (Suhu normal 36o-37o C)
-          Nadi dan frekwensi napas dalam batas normal (Nadi neonatus
normal 100-180 x/menit, frekwensi napas neonatus normal 30-
60x/menit)
Intervensi dan Rasional:
INTERVENSI RASIONAL
1. Monitoring tanda-tanda vital setiap Perubahan tanda-tanda vital yang
dua jam dan pantau warna kulit signifikan akan mempengaruhi proses
regulasi ataupun metabolisme dalam
tubuh.
2. Observasi adanya kejang dan Hipertermi sangat potensial untuk
dehidrasi menyebabkan kejang yang akan semakin
memperburuk kondisi pasien serta dapat
menyebabkan pasien kehilangan banyak
cairan secara evaporasi yang tidak
diketahui jumlahnya dan dapat
menyebabkan pasien masuk ke dalam
kondisi dehidrasi.
3. Berikan kompres dengan air hangat Kompres pada aksila, leher dan lipatan
pada aksila, leher dan lipatan paha, paha terdapat pembuluh-pembuluh dasar
hindari penggunaan alkohol untuk besar yang akan membantu menurunkan
kompres. demam. Penggunaan alcohol tidak
dilakukan karena akan menyebabkan
penurunan dan peningkatan panas secara
drastis.
Kolaborasi: Pemberian antipiretik juga diperlukan
4. Berikan antipiretik sesuai kebutuhan untuk menurunkan panas dengan segera.
jika panas tidak turun.

3. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan sekunder


akibat demam
Kriteria hasil:
14

-          Suhu tubuh berada dalam batas normal (Suhu normal 36,5 o-37o
C)
-          Nadi dan frekwensi napas dalam batas normal (Nadi neonatus
normal 100-180 x/menit, frekwensi napas neonatus normal 30-
60x/menit)
-          Bayi mau menghabiskan ASI/PASI 25 ml/6 jam
Intervensi dan Rasional
INTERVENSI RASIONAL
1. Monitoring tanda-tanda vital Perubahan tanda-tanda vital yang signifikan
setiap dua jam dan pantau warna akan mempengaruhi proses regulasi ataupun
kulit metabolisme dalam tubuh.
2. Observasi adanya hipertermi, Hipertermi sangat potensial untuk
kejang dan dehidrasi. menyebabkan kejang yang akan semakin
memperburuk kondisi pasien serta dapat
menyebabkan pasien kehilangan banyak
cairan secara evaporasi yang tidak diketahui
jumlahnya dan dapat menyebabkan pasien
masuk ke dalam kondisi dehidrasi.
3. Berikan kompres hangat jika Kompres air hangat lebih cocok digunakan
terjadi hipertermi, dan pada anak dibawah usia 1 tahun, untuk
pertimbangkan untuk langkah menjaga tubuh agar tidak terjadi hipotermi
kolaborasi dengan memberikan secara tiba-tiba. Hipertermi yang terlalu
antipiretik. lama tidak baik untuk tubuh bayi oleh
karena itu pemberian antipiretik diperlukan
untuk segera menurunkan panas, misal
dengan asetaminofen.
4. Berikan ASI/PASI sesuai jadwal Pemberian ASI/PASI sesuai jadwal
dengan jumlah pemberian yang diperlukan untuk mencegah bayi dari
telah ditentukan kondisi lapar dan haus yang berlebih.
15

DAFTAR PUSTAKA

Arief, M.2008. Kapita selekta kedokteran. Jakarta: EGC.    

Berkow & Beers. 2017. Neonatal Problems : Sepsis Neonatorum. Akses internet
di http://debussy.hon.ch/cgi-bin/find?1+submit+sepsis_neonatorum/NET.

Bobak. 2014. Keperawatn Maternitas, edisi 4.Jakarta: EGC.

Datta, Parul. 2017. Pediatric Nursing. JAYPEE:New Delhi


16

Vietha. 2018. Askep pada Sepsi Neonatorum. Akses internet di


http://viethanurse.wordpress.com/2008/12/01/askep-pada-sepsis
neonatorum/NET.

Anda mungkin juga menyukai