Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

PADA KLIEN DENGAN TRAUMA ABDOMEN

DI BUAT OLEH:

ANGGI PRADANA
175140124
K2

PROGRAM STUDI ILMU


KEPERAWATAN FALKUTAS
KESEHATAN

UNIVERSITAS MITRA INDONESIA


2020/2021
KATA PENGANTAR

          Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat
,Inayah,Taufik dan Hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah
Bantuan Hidup Dasar dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana.
          Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan,petunjuk maupun
pedoman bagi pembaca. Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk
maupun isi  makalah ini. Sehingga kedepannya dapat lebih baik.
          Makalah  ini  kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang  kami
miliki sangat kurang. Oleh karena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan
masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Bandar Lampung, 30 Maret 2020


                                                                                 

                                                                                                                    Penulis
DAFTAR ISI

Halaman Judul....................................................................................................................... i
Kata Pengantar...................................................................................................................... ii
Daftar Isi................................................................................................................................ iii
Learning Task ………………………………………………………………………..…… iv
BAB I PEMBAHASAN
A. Konsep dasar trauma abdomen......................................................................................... 5 
Etiologi ................................................................................................................................. 5
Tanda dan gejala ................................................................................................................... 6
Epidemiologi …………………………………………………………………………………….. 8
Klasifikasi ............................................................................................................................ 8
Patofiologi ............................................................................................................................ 9
Pemeriksaan Fisik ................................................................................................................ 10
Pemeriksaan Diagnostik ....................................................................................................... 11 
Diagnosis Banding ............................................................................................................... 13 
Penatalaksanaan …………………………………………………………………………………. 15
Komplikasi ........................................................................................................................ 17
Prognosis ............................................................................................................................. 17
BAB II Laporan Asuhan Keperawatan ………………………………………………………… 18
PENGKAJIAN SEKUNDER …………………………………………………………………... 20
ANALISA DATA ……………………………………………………………………………… 23
INTERVENSI KEPERAWATAN …………………………………………………………….. 25
EVALUASI …………………………………………………………………………………….. 30
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………………...…… 31
LEARNING TASK

Kasus 1: SGD 1 & 2


Anak TD, 10 tahun datang dengan keluhan utama nyeri pada perut kanan atas setelah
mengalami kecelakaan saat berjalan tiba-tiba tertabrak motor dari arah samping kanan.
Riwayat pingsan, muntah tidak ada. Klien langsung dibawa ke rumah sakit. Dari
pemeriksaan fisik didapatkan tanda-tanda syok, pada abdomen kanan atas terdapat jejas,
nyeri tekan (+). Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan Hb: 7,5g%, Ht: 23%. Pada
pemeriksaan USG FAST didapatkan koleksi cairan di hepatorenal
1. Buatlah Konsep Dasar trauma abdomen
2. Buatlah askep sesuai kasus di atas (gunakan NANDA, NOC, dan NIC) minimal
3 diagnosa, data dapat ditambahkan
PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Trauma Abdomen


1. Definisi
Trauma abdomen didefinisikan sebagai trauma yang melibatkan daerah
antara diafragma atas dan panggul bawah (Guilon, 2011).
Trauma abdomen adalah cedera pada abdomen, dapat berupa trauma tumpul
dan tembus serta trauma yang disengaja atau tidak disengaja (Smeltzer, 2001).
Trauma Abdomen adalah terjadinya atau kerusakan pada organ abdomen
yang dapat menyebabkan perubahan fisiologi sehingga terjadi gangguan
metabolisme, kelainan imonologi dan gangguan faal berbagai organ
(Sjamsuhidayat, 1997).
Trauma abdomen didefinisikan sebagai kerusakan terhadap struktur yang
terletak diantara diafragma dan pelvis yang diakibatkan oleh luka tumpul atau yang
menusuk. (Ignativicus & Workman, 2006)
Jadi, trauma abdomen adalah trauma atau cedera pada abdomen yang
menyebabkan perubahan fisiologis yang terletak diantara diafragma dan pelvis yang
diakibatkan oleh luka tumpul atau tusuk.

2. Etiologi
Menurut Sjamsuhidayat (1998), penyebab trauma abdomen adalah sebagai berikut:
1. Penyebab trauma penetrasi
a. Luka akibat terkena tembakan
b. Luka akibat tikaman benda tajam
c. Luka akibat tusukan
2. Penyebab trauma non-penetrasi
a. Terkena kompresi atau tekanan dari luar tubuh
b. Hancur (tertabrak mobil)
c. Terjepit sabuk pengaman karena terlalu menekan perut
d. Cedera akselerasi/deserasi karena kecelakaan olah raga
Menurut (Hudak & Gallo, 2001) kecelakaan atau trauma yang terjadi
pada abdomen, umumnya banyak diakibatkan oleh trauma tumpul. Pada kecelakaan
kendaraan bermotor, kecepatan, deselerasi yang tidak terkontrol merupakan
kekuatan yang menyebabkan trauma ketika tubuh klien terpukul setir mobil atau
benda tumpul lainnya.
Trauma akibat benda tajam umumnya disebabkan oleh luka tembak yang
menyebabkan kerusakan yang besar didalam abdomen. Selain luka tembak, trauma
abdomen dapat juga diakibatkan oleh luka tusuk, akan tetapi luka tusuk sedikit
menyebabkan trauma pada organ internal diabdomen.
Trauma pada abdomen disebabkan oleh 2 kekuatan yang merusak, yaitu:
1. Paksaan /benda tumpul
Merupakan trauma abdomen tanpa penetrasi ke dalam rongga peritoneum. Luka
tumpul pada abdomen bisa disebabkan oleh:
a. Jatuh
b. Kekerasan fisik atau pukulan,
c. Kecelakaan kendaraan bermotor
d. Cedera akibat berolahraga
e. Benturan
f. Ledakan
g. Deselarasi
h. Kompresi atau sabuk pengaman.
i. Lebih dari 50% disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas.
2. Trauma tembus
Merupakan trauma abdomen dengan penetrasi ke dalam rongga peritoneum.
Luka tembus pada abdomen disebabkan oleh tusukan benda tajam atau luka
tembak.

3. Tanda dan gejala


Kasus trauma abdomen ini bisa menimbulkan manifestasi klinis menurut
Sjamsuhidayat (1997), meliputi: nyeri tekan diatas daerah abdomen, distensi
abdomen, demam, anorexia, mual dan muntah, takikardi, peningkatan suhu tubuh,
nyeri spontan.
Pada trauma non-penetrasi (tumpul) biasanya terdapat adanya:
a. Jejas atau ruftur dibagian dalam abdomen
b. Terjadi perdarahan intra abdominal.
c. Apabila trauma terkena usus, mortilisasi usus terganggu sehingga fungsi usus
tidak normal dan biasanya akan mengakibatkan peritonitis dengan gejala
mual, muntah, dan BAB hitam (melena).
d. Kemungkinan bukti klinis tidak tampak sampai beberapa jam setelah trauma.
e. Cedera serius dapat terjadi walaupun tak terlihat tanda kontusio pada dinding
abdomen.
Pada trauma penetrasi biasanya terdapat:
a. Terdapat luka robekan pada abdomen.
b. Luka tusuk sampai menembus abdomen.
c. Penanganan yang kurang tepat biasanya memperbanyak
perdarahan/memperparah keadaan.
d. Biasanya organ yang terkena penetrasi bisa keluar dari dalam andomen.

Menurut (Hudak & Gallo, 2001) tanda dan gejala trauma abdomen, yaitu:
a. Nyeri
Nyeri dapat terjadi mulai dari nyeri sedang sampai yang berat. Nyeri dapat
timbul di bagian yang luka atau tersebar. Terdapat nyeri saat ditekan dan
nyeri lepas.
b. Darah dan cairan
Adanya penumpukan darah atau cairan dirongga peritonium yang disebabkan
oleh iritasi.
c. Cairan atau udara dibawah diafragma
Nyeri disebelah kiri yang disebabkan oleh perdarahan limpa. Tanda ini ada
saat pasien dalam posisi rekumben.
d. Mual dan muntah
Penurunan kesadaran (malaise, letargi, gelisah)
Yang disebabkan oleh kehilangan darah dan tanda-tanda awal shock
hemoragi.
4. Epidemiologi
Insiden trauma abdomen meningkat dari tahun ke tahun. Mortalitas
biasanya lebih tinggi pada trauma tumpul abdomen dari pada trauma tusuk. Jejas
pada abdomen dapat disebabkan oleh trauma tumpul atau trauma tajam. Pada
trauma tumpul dengan velositas rendah (misalnya akibat tinju) biasanya
menimbulkan kerusakan satu organ. Sedangkan trauma tumpul velositas tinggi
sering menimbulkan kerusakan organ multipel. Pada intraperitoneal, trauma tumpul
abdomen paling sering menciderai organ limpa (40-55%), hati (35-45%), dan usus
halus (5-10%) (Cho et al, 2012). Sedangkan pada retroperitoneal, organ yang paling
sering cedera adalah ginjal, dan organ yang paling jarang cedera adalah pankreas
dan ureter (Demetriades, 2000). Pada trauma tajam abdomen paling sering
mengenai hati (40%), usus kecil (30%), diafragma (20%), dan usus besar (15%)
(American College of Surgeons Committee on Trauma, 2008).

5. Klasifikasi
Trauma pada dinding abdomen terdiri dari:
a. Kontusio dinding abdomen
Disebabkan trauma non-penetrasi. Kontusio dinding abdomen tidak terdapat
cedera intra abdomen, kemungkinan terjadi eksimosis atau penimbunan darah
dalam jaringan lunak dan masa darah dapat menyerupai tumor.
b. Laserasi
Jika terdapat luka pada dinding abdomen yang menembus rongga abdomen
harus di eksplorasi. Atau terjadi karena trauma penetrasi.

Trauma Abdomen adalah terjadinya atau kerusakan pada organ abdomen yang
dapat menyebabkan perubahan fisiologi sehingga terjadi gangguan metabolisme,
kelainan imonologi dan gangguan faal berbagai organ. Trauma abdomen pada isi
abdomen, menurut Suddarth & Brunner (2002) terdiri dari:
a. Perforasi organ viseral intraperitoneum
Cedera pada isi abdomen mungkin di sertai oleh bukti adanya cedera pada
dinding abdomen.
b. Luka tusuk (trauma penetrasi) pada abdomen
Luka tusuk pada abdomen dapat menguji kemampuan diagnostik ahli bedah.
c. Cedera thorak abdomen
Setiap luka pada thoraks yang mungkin menembus sayap kiri diafragma, atau
sayap kanan dan hati harus dieksplorasi

6. Patofisiologi
Trauma pada abdomen dibagi menjadi trauma tumpul dan tembus.
Trauma tumpul abdomen disebabkan kompresi dan deselerasi. Kompresi rongga
abdomen oleh benda-benda terfiksasi, seperti sabuk pengaman atau setir kemudi
akan meningatkan tekanan intraluminal dengan cepat, sehingga mungkin
menyebabkan ruptur usus, atau pendarahan organ padat. Gaya deselerasi
(perlambatan) akan menyebabkan tarikan atau regangan antara struktur yang
terfiksasi dan yang dapat bergerak. Deselerasi dapat menyebabkan trauma pada
mesenterium, pembuluh darah besar, atau kapsul organ padat, seperti ligamentum
teres pada hati. Organ padat, seperti limpa dan hati merupakan jenis organ yang
tersering mengalami terluka setelah trauma tumpul abdomen terjadi (Demetriades,
2000).
Trauma tumpul pada abdomen juga disebabkan oleh pengguntingan,
penghancuran atau kuatnya tekanan yang menyebabkan rupture pada usus atau
struktur abdomen yang lain. Luka tembak dapat menyebabkan kerusakan pada
setiap struktur didalam abdomen. Tembakan menyebabkan perforasi pada perut atau
usus yang menyebabkan peritonitis dan sepsis. Patofisiologi yang terjadi
berhubungan dengan terjadinya trauma abdomen adalah:
a. Terjadi perpindahan cairan berhubungan dengan kerusakan pada jaringan,
kehilangan darah dan shock.
b. Perubahan metabolic dimediasi oleh CNS dan system makroendokrin,
mikroendokrin.
c. Terjadi masalah koagulasi atau pembekuan dihubungkan dengan perdarahan
massif dan transfuse multiple
d. Inflamasi, infeksi dan pembentukan formasi disebabkan oleh sekresi saluran
pencernaan dan bakteri ke peritoneum
e. Perubahan nutrisi dan elektrolit yang terjadi karena akibat kerusakan
integritas rongga saluran pencernaan.
f. Limpa merupakan organ yang paling sering terkena kerusakan yang
diakibatkan oleh trauma tumpul. Sering terjadi hemoragi atau perdarahan
masif yang berasal dari limpa yang ruptur sehingga semua upaya dilakukan
untuk memperbaiki kerusakan di limpa.
g. Liver, karena ukuran dan letaknya hati merupakan organ yang paling sering
terkena kerusakan yang diakibatkan oleh luka tembus dan sering kali
kerusakan disebabkan oleh trauma tumpul. Hal utama yang dilakukan
apabila terjadi perlukaan dihati yaitu mengontrol perdarahan dan
mendrainase cairan empedu.
h. Esofagus bawah dan lambung, kadang-kadang perlukaan esofagus bawah
disebabkan oleh luka tembus. Karena lambung fleksibel dan letaknya yang
mudah berpindah, sehingga perlukaan jarang disebabkan oleh trauma
tumpul tapi sering disebabkan oleh luka tembus langsung.
i. Pankreas dan duodenum, walaupun trauma pada pankreas dan duodenum
jarang terjadi. Tetapi trauma pada abdomen yang menyebabkan tingkat
kematian yang tinggi disebkan oleh perlukaan di pankreas dan duodenum,
hal ini disebabkan karena letaknya yang sulit terdeteksi apabila terjadi
kerusakan.

7. Pemeriksaan Fisik
Untuk pemeriksaan fisik lakukan inspeksi, auskultasi, perkusi dan baru
palpasi. Untuk inspeksi lihat mulai dari keadaan umum klien, ekspresi wajah, tanda-
tanda vital, sikap berbaring, gejala dan tanda dehidrasi, perdarahan, syok, daerah
lipat paha (inguinal, skrotum bila terdapat hernia biasanya ditemukan benjolan).
Pada trauma abdomen biasanya ditemukan kontusio, abrasio, lacerasi dan
echimosis. Echimosis merupakan indikasi adanya perdarahan di intra abdomen.
Terdapat Echimosis pada daerah umbilikal biasa kita sebut ‘Cullen’s Sign’
sedangkan echimosis yang ditemukan pada salah satu panggul disebut sebagai
‘Turner’s Sign’. Terkadang ditemukan adanya eviserasi yaitu menonjolnya organ
abdomen keluar seperti usus, kolon yang terjadi pada trauma tembus/tajam.
Untuk auskultasi selain suara bising usus yang diperiksa di ke empat
kuadran dimana adanya ekstravasasi darah menyebabkan hilangnya bunyi bising
usus. Juga perlu didengarkan adanya bunyi bruits dari arteri renalis, bunyi bruits
pada umbilical merupakan indikasi adanya trauma pada arteri renalis.
Perkusi untuk melihat apakah ada nyeri ketok. Salah satu pemeriksaan
perkusi adalah uji perkusi tinju dengan meletakkan tangan kiri pada sisi dinding
thoraks pertengahan antara spina iliaka anterior superior kemudian tinju dengan
tangan yang lain sehingga terjadi getaran di dalam karena benturan ringan bila ada
nyeri merupakan tanda adanya radang/abses di ruang subfrenik antara hati dan
diafraghma. Selain itu bisa ditemukan adanya bunyi timpani bila dilatasi lambung
akut di kuadran atas atau bunyi redup bila ada hemoperitoneum. Pada waktu
perkusi bila ditemukan Balance sign dimana bunyi resonan yang lebih keras pada
panggul kanan ketika klien berbaring ke samping kiri merupakan tanda adanya
rupture limpe. Sedangkan bila bunyi resonan lebih keras pada hati menandakan
adanya udara bebas yang masuk.
Untuk teknik palpasi identifikasi kelembutan, kekakuan dan spasme hal
ini dimungkinkan diakibatkan karena adanya massa atau akumulasi darah ataupun
cairan. Biasanya ditemukan defans muscular, nyeri tekan, nyeri lepas. Rectal tusi
(colok dubur) dilakukan pada obstrusi usus dengan disertai paralysis akan
ditemukan ampula melebar. Pada obstruksi kolaps karena tidak terdapat gas di usus
besar. Pada laki-laki terdapat prostate letak tinggi menandakan patah panggul yang
sginifikan dan disertai perdarahan.Biasa juga pada klien dilakukan uji psoas dimana
klien diminta mengangkat tungkai dengan lutut ekstensi dan pemeriksa memberi
tekanan melawan gerak tungkai sehingga muskulus iliopsoas dipaksa
berkontrasi.Selain uji psoas, ada uji obturator dimana tungkai penderita diputar
dengan arah endorotasi dan eksorotasi pada posisi menekuk 90 derajat di lutut atau
lipat paha. Jika klien merasa nyeri maka menandakan adanya radang di muskulus
obturatorius.

8. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Musliha, 2010, pemeriksaan diagnostik untuk trauma abdomen, yaitu:
a. Foto thoraks: Untuk melihat adanya trauma pada thorax.
b. Pemeriksaan darah rutin
Pemeriksaan Hb diperlukan untuk base-line data bila terjadi perdarahan
terus menerus. Demikian pula dengan pemeriksaan hematokrit. Pemeriksaan
leukosit yang melebihi 20.000/mm tanpa terdapatnya infeksi menunjukkan
adanya perdarahan cukup banyak kemungkinan ruptura lienalis. Serum
amilase yang meninggi menunjukkan kemungkinan adanya trauma pankreas
atau perforasi usus halus. Kenaikan transaminase menunjukkan
kemungkinan trauma pads hepar.
c. Plain abdomen foto tegak
Memperlihatkan udara bebas dalam rongga peritoneum, udara bebas
retroperineal dekat duodenum, corpus alineum dan perubahan gambaran
usus.
d. Pemeriksaan urine rutin
Menunjukkan adanya trauma pada saluran kemih bila dijumpai hematuri.
Urine yang jernih belum dapat menyingkirkan adanya trauma pada saluran
urogenital.
e. VP (Intravenous Pyelogram)
Karena alasan biaya biasanya hanya dimintakan bila ada persangkaan
trauma pada ginjal.
f. Diagnostic Peritoneal Lavage (DPL)
Dapat membantu menemukan adanya darah atau cairan usus dalam rongga
perut. Hasilnya dapat amat membantu. Tetapi DPL ini hanya alat diagnostik.
Bila ada keraguan, kerjakan laparatomi (gold standard).
Indikasi untuk melakukan DPL sebagai berikut:
 Nyeri Abdomen yang tidak bisa diterangkan sebabnya
 Trauma pada bagian bawah dari dada
 Hipotensi, hematokrit turun tanpa alasan yang jelas
 Pasien cedera abdominal dengan gangguan kesadaran (obat,alkohol,
cedera otak)
 Pasien cedera abdominal dan cedera medula spinalis (sumsum tulang
belakang)
 Patah tulang pelvis
Kontra indikasi relatif melakukan DPL sebagai berikut:
 Hamil
 Pernah operasi abdominal
 Operator tidak berpengalaman
 Bila hasilnya tidak akan merubah penata-laksanaan
g. Ultrasonografi dan CT Scan
Sebagai pemeriksaan tambahan pada penderita yang belum dioperasi dan
disangsikan adanya trauma pada hepar dan retroperitoneum.

Menurut Musliha (2011), pemeriksaan khusus untuk trauma abdomen, yaitu:


a. Abdominal paracentesis
Merupakan pemeriksaan tambahan yang sangat berguna untuk menentukan
adanya perdarahan dalam rongga peritoneum. Lebih dari 100.000
eritrosit/mm dalam larutan NaCl yang keluar dari rongga peritoneum setelah
dimasukkan 100–200 ml larutan NaCl 0.9% selama 5 menit, merupakan
indikasi untuk laparotomi.
b. Pemeriksaan laparoskopi
Dilaksanakan bila ada akut abdomen untuk mengetahui langsung sumber
penyebabnya.
c. Bila dijumpai perdarahan dan anus perlu dilakukan rekto-sigmoidoskopi.

9. Diagnosis Banding
Menurut Udeani, 2011, diagnosis banding dari trauma abdomen dilihat dari 4
kwadran, yaitu:
1. Kwandran kanan atas :
a. Cholecystitis acute e. Acute congestive hepatomegaly
b. Perforasi tukak duodeni f. Pneumonia + pleuritis
c. Pancreatitis acute g. Pyelonefritis acute
d. Hepatitis acute h. Abses hepar
11
2. Kwandran kiri atas:

a. Ruptur lienalis e. Perforasi colon (tumor/corpus alineum)


b. Perforasi tukak lambung f. Pneumonia + pleuritis
c. Pancreatitis acute g. Pyelonefritis acute
d. Ruptur aneurisma aorta h. Infark miokard akut
3. Paraumbilical:

a. Ileus obstruksi e. Hernia Inguinalis strangulate


b. Appendicitis f. Aneurisma aorta yang pecah
c. Pancreatitis acute g. Diverculitis (ileum/colon)

d. Trombosis A/V mesentrial

4. Kwandran kanan bawah:


a. Appendicitis f. Diverticulitis Meckel
b. Salpingitis acute g. Ileus regionalis
c. Graviditas axtra uterine h. Psoas abses
yang pecah i. Batu ureter (kolik

d. Torsi ovarium tumor


e. Hernia Inguinalis
incarcerata,strangulate

5. Kwandran kiri bawah:


a. Sigmoid diverculitis f. Perforasi colon descenden (tumor,
b. Salpingitis acute corpus alineum)
c. Graviditas axtra uterine g. Psoas abses
yang pecah h. Batu ureter (kolik)

d. Torsi ovarium tumor


e. Hernia Inguinalis
incarcerata,strangulate
10. Penatalaksanaan
1. Penanganan Awal Trauma Abdomen
Menurut Musliha (2010), Penilaian Awal yang dilakukan adalah ABC jika ada
indikasi, jika korban tidak berespon, maka segera buka dan bersihkan.
a. Airway
Membuka jalan nafas penggunakan menggunakan teknik head tilt chin lift
atau menengadahkan kepala dan mengangkat dagu, periksa adakah benda
asing yang mengakibatkan tertutupnya jalan nafas. Muntahan, makanan,
darah atau benda asing lainnya.
b. Breathing
Memeriksa pernapasan dengan cara “lihat, dengar, rasakan’, selanjutnya
pemeriksaan status respirasi klien.
c. Circulation
Jika pernafasan pasien cepat dan tidak adekuat, maka berikan bantuan
pernafasan.

Untuk penangan awal trauma abdomen, dilihat dari trauma non-penetrasi dan
trauma penetrasi, yaitu:
a. Penanganan awal trauma non-penetrasi
 Stop makanan dan minuman
 Imobilisasi
 Kirim ke rumah sakit
 Diagnostic Peritoneal Lavage
b. Penanganan awal trauma penetrasi
 Bila terjadi luka tusuk, maka tusuan tiak boleh dicabut kecuali oleh tim
medis.
 Lilitkan pisau untuk emfiksasi agar tidak memperparah luka
 Bila usus atau orga lain keluar maka organ tersebut tidak boleh dimasukkan,
maka organ tersebut dibaluk dengan kai bersih atau kasa steril.
 Imobilisasi pasien
 Tidak makan dan minum

Bila luka terbuka, balut dengan menekan

Kirim px ke rumah sakit

Penanganan di Rumak Sakit


a. Trauma Penetrasi
1. Skrinnig pemeriksaan rongten
Foto thoraks tegak berguna untuk kemungkinan hemo atau pneumothoraks.
Rontgen abdomen untuk menentukan jalan luka atau adanya udara
retroperitoneum
2. IVP atau Urogram Excretory dan CT scan
Ini dilakukan untuk mengetahui jenis cedera ginjal yang ada
3. Uretrografi
Dilakukan untuk mengetahui adanya rupture uretra
4. Sistografi
Ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya cedera pada kandung kencing,
contohnya pada fraktur pelvis dan trauma non penetrasi.

b. Trauma non-penetrasi
1. Pengambilan contoh darah dan urine
Darah digunakan untuk pemeriksaan lab rutin dan pemeriksaan darah
lkhusus seperti darah lengkap, potassium, glukosa, amylase.
2. Pemeriksaan Rongent
Pemeriksaan rontgen servikal lateral, thoraks anteroposterior dan pelvis
adalah pemeriksaan yang harus dilakukan pada penderita dengan
multitrauma , mungkin berguna untuk mengetahui udara ekstraluminal di
retroperitoneum atau udara bebas dibawah diagfragma, yang keduanya
memerlukan laparotomi.
3. Study kontras urologi dan Gastrointestinal
Dilakukan pada cedera yang meliputi daerah duodenum, kolon ascendens
atau descendens dan dubur.
11. Komplikasi
Menurut Smeltzer (2001), komplikasi segera yang dapat terjadi pada
pasien dengan trauma abdomen adalah hemoragi, syok, dan cedera. Sedangkan
komplikasi jangka panjangnya adalah infeksi.
Komplikasi yang dapat muncul dari trauma abdomen terutama trauma
tumpul adalah cedera yang terlewatkan, terlambat dalam diagnosis, cedera
iatrogenik, intra abdomen sepsis dan abses, resusitasi yang tidak adekuat, rupture
spleen yang muncul kemudian (King et al, 2002; Salomone & Salomone, 2011).
Peritonitis merupakan komplikasi tersering dari trauma tumpul abdomen karena
adanya rupture pada organ. Gejala dan tanda yang sering muncul pada komplikasi
dengan peritonitis antara lain:

Nyeri perut seperti ditusuk

Perut yang tegang (distended)

Demam (>380C)

Produksi urin berkurang

Mual dan muntah

Haus

Cairan di dalam rongga abdomen

Tidak bisa buang air besar atau kentut

Tanda-tanda syok

12. Prognosis
Prognosis untuk pasien dengan trauma abdomen bervariasi. Tanpa data
statistic yang menggambarkan jumlah kematian di luar rumah sakit, dan jumlah
pasien total dengan traumaabdomen, gambaran spesifik prognosis untuk pasien
trauma intra abdomen sulit. Angka kematian untuk pasien rawat inap berkisar
antara 5-10% (Udeani & Steinberg, 2011).
LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN
Nama Mahasiswa : SGD 1 Semester 7

NIM :−
IDENTITAS PASIEN

Nama : An. TD
Umur : 10 tahun
Jenis Kelamin :−
Pekerjaan :−
Agama :−
Tanggal Masuk RS : 1 Oktober 2014
Alasan Masuk : Nyeri pada perut kanan atas setelah mengalami kecelakaan
dan tertabrak di arah samping kanan. Riwayat pingsan.
SURVEY PRIMER DAN RESUSITASI

AIRWAY DAN KONTROL SERVIKAL


1. Keadaan jalan nafas
Jalan Nafas  
: Paten Tidak Paten
Obstruksi    
: Lidah Cairan Benda Asing Tidak Ada
  
Muntahan Darah Oedema
Suara Nafas    
: Snoring Gurgling Stridor Tidak ada
Keluhan Lain: −
2. Masalah Keperawatan
Tidak ada masalah pada jalan napas pasien.
3. Intervensi / Implementasi

4. Evaluasi

BREATHING
1. Fungsi pernafasan
Nafas  
: Spontan Tidak Spontan
 
Gerakan dinding dada: Simetris
 
Asimetris Irama Nafas : Cepat
 Pola Nafas 
Dangkal Normal :

Teratur  Tidak Teratur
  
Jenis : Dispnoe Kusmaul Cyene Stoke Lain-lain
Suara Nafas    
: Vesikuler Stidor Wheezing Ronchi
Sesak Nafas  
: Ada Tidak Ada
Pernapasan Cuping hidung  
: Ada 
Tidak Ada Retraksi otot bantu nafas : Ada

Tidak Ada
Pernafasan  
: Pernafasan Dada Pernafasan Perut
RR : − x/mnt
Keluhan Lain:
2. Masalah Keperawatan
Tidak ada masalah dalam fungsi pernapasan pasien.
3. Intervensi / Implementasi

4. Evaluasi

CIRCULATION
1. Keadaan sirkulasi
Nadi : √ Teraba  
Tidak teraba N: 135 x/mnt
Tekanan Darah : 70/50 mmHg
Pucat : √ Ya 
Tidak
Sianosis  √ Tidak
: Ya
 
CRT : < 2 detik > 2 detik
 
Akral : Hangat √ Dingin S: 36.0 0C

Pendarahan   Lokasi: Jumlah:


: Ya Tidak Ada
Turgor  √ Lambat
: Elastis
Diaphoresis  
: Ya Tidak
 Muntah  Luka bakar
Riwayat Kehilangan cairan berlebihan: Diare
Keluhan Lain:
2. Masalah Keperawatan
PK: Syok
3. Intervensi / Implementasi

4. Evaluasi

DISABILITY
1. Penilaian fungsi Neurologis
    
Kesadaran: Composmentis Delirium Somnolen Apatis Koma
GCS   
: Eye Verbal Motorik
Pupil    
: Isokor Unisokor Pinpoint Medriasis

Refleks Cahaya :  Ada
  Tidak Ada
Refleks fisiologis : Patela (+/-) Lain-lain tidak dikaji
  
Refleks patologis : Babinzky (+/-) Kernig (+/-) Lain-lain
Kekuatan Otot :
Keluhan Lain :
2. Masalah Keperawatan
Tidak ada masalah dalam fungsi neurologis pasien.
3. Intervensi / Implementa

4. Evaluasi

EXPOSURE

1. Penilaian Hipothermia/ hiperthermia


Deformitas   
: Ya Tidak
Contusio   
Lokasi: : Ya Tidak Lokasi:
Abrasi   
: Ya Tidak Lokasi:
Penetrasi   
: Ya Tidak Lokasi:
Laserasi   
: Ya Tidak Lokasi:
Edema   
:  Ya  Tidak  Lokasi:
Luka Bakar : Ya Tidak Lokasi: Grade:%
Jika ada luka/vulnus, kaji:
Luas Luka :
Warna dasar luka :
Kedalaman :
Lain-lain :
2. Masalah Keperawatan
Tidak ada masalah pada exposure pasien.
3. Intervensi / Implementasi

4. Evaluasi

PENGKAJIAN SEKUNDER/SURVEY SEKUNDER


1. FIVE INTERVENSION
Monitoring Jantung :  Sinus Bradikardi 
Sinus Takikardi
Saturasi O2 :
Kateter Urine :  Ada 
Tidak
 
Pemasangan NGT: Ada, Warna Cairan Lambung: Tidak
Lain-lain:
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah pada pengkajian five
intervension.
Intervensi / Implementasi: −
Evaluasi :−
2. GIVE COMFORT

Nyeri : √ Ada 
Tidak
Problem : nyeri dirasakan setelah mengalami kecelakaan dan tertabrak
Qualitas : nyeri tekan
Regio : abdomen kanan atas
Skala : skala 7 dari 10
Timing : nyeri dirasakan menetap
Lain-lain : pasien tampak meringis
Masalah Keperawatan : Nyeri Akut
Intervensi / Implementasi:
Evaluasi :
3. (H 10 SAMPLE

Keluhan Utama : Pasien mengeluh nyeri pada perut kanan atas


setelah mengalami kecelakaan dan tertabrak dari arah samping kanan.
Mekanisme Cedera (Trauma) : Organ di daerah abdomen yang menerima
benturan langsung sehingga dapat menyebabkan ruptur atau laserasi
(tergantung dari besarnya gaya yang diterima).
Sign/Tanda Gejala : Pasien mengalami pingsan dan nyeri abdomen
bagian kanan atas.
Allergi :−
Medication/ Pengobatan :−
Past Medical History :−
Last Oral Intake :−
Event leading injury : Pasien An. TD datang dengan keluhan nyeri
pada perut kanan atas setelah mengalami kecelakaan dan tertabrak motor
dari arah samping kanan. Riwayat pingsan, tidak ada muntah.
Masalah Keperawatan :
Intervensi / Implementasi:
Evaluasi :
4. (H2) HEAD TO TOE

Kepala dan wajah :−


Leher :−
Dada :−
Kardiovaskuler :−
Abdomen :
 Inspeksi : Terdapat jejas pada abdomen kanan atas
 Palpasi : Nyeri tekan (+)
 Auskultasi: −
 Perkusi : −
Pelvis dan perineum :−
Ekstremitas :−
Masalah Keperawatan : Kerusakan Integritas Jaringan, Nyeri Akut
Intervensi / Implementasi:
Evaluasi :
5. INSPEKSI BACK/ POSTERIOR  SURFACE
Jejas : √ Ada
Deformitas   Tidak
:  Ada  Tidak
Tenderness :  Ada
Crepitasi  Tidak
: Ada  Tidak
Laserasi 
: Ada Tidak
Lain-lain:
Masalah Keperawatan : Kerusakan Integritas Jaringan
Intervensi / Implementasi:
Evaluasi :
6. HASIL LABORATORIUM

Hb : 7.5 g%
Ht : 23%
Masalah Keperawatan : PK: Anemia
Intervensi / Implementasi:
Evaluasi :

7. HASIL PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK


Hasil pemeriksaan USG FAST didapatkan koleksi cairan di hepatorenal.
Masalah Keperawatan : PK: Syok
Intervensi / Implementasi:
Evaluasi :

8. TERAPI DOKTER

ANALISA DATA
No DATA MASALAH KEPERAWATAN
1. DS : pasien mengeluh nyeri pada perut Trauma tumpul Nyeri akut
kanan atas ↓
P: nyeri dirasakan setelah mengalami Terjadi benturan keras, merusak organ dalam
kecelakaan dan tertabrak ↓
Q: nyeri tekan Nyeri akut
R: abdomen kanan atas
S: skala 7 dari 10
T: nyeri dirasakan menetap
DO : jejas pada abdomen, pasien tampak
meringis

2 DS : - Trauma tumpul Kerusakan integritas jaringan


DO : tampak jejas pada abdomen ↓
Merusak organ dalam

Timbul jejas

Kerusakan integritas jaringan

3 DS : - Trauma tumpul PK: Anemia


DO : Pasien tampak pucat ↓
Hb 7,59 % Merusak organ dalam
Ht 23 % ↓
Ruptur hepar

Perdarahan massif intraabdominal

Hemodinamik tidak stabil

Hb dan Ht menurun

PK: Anemia

4 DS : - Hemodinamik tidak stabil PK: Syok


DO : Koleksi cairan di hepatorenal (USG), ↓
riwayat pingsan, tanda-tanda syok TD turun

Syok hipovolemi

PK: Syok
INTERVENSI KEPERAWATAN

NO. DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI RASIONAL


1 PK: Syok Setelah diberikan asuhan keperawatan NIC label: Hypovolemia managemen Hypovolemia managemen
selama…. x 24 jam, diharapkan syok 1. Berikan cairan sesuai dengan 1. Memenuhi kebutuhan cairan
pasien teratasi dengan kriteria hasil: yang telah ditentukan pasien sesuai indikasi medis
NOC label: Fluid Balance 2. Observer untuk indikasi dehidrasi 2. Mengetahui dengan segera
1. Nadi perifer normal (skala 5) (misalnya. Turgor kulit buruk, apabila terjadi tanda-tanda
2. Keseimbangan intake dan output tertunda pengisian kapiler, pulsa dehidrasi pada pasien
dalam 24 jam (skala 5) minggu / thread, haus berat,
3. Turgor kulit normal (skala 5) membran mukosa kering,
4. Membran mukosa lembab (skala 5) penurunan output urin, dan
5. Hematokrit normal (skala 4) hipotensi
6. Tidak terjadi hipotensi ortostatik 3. Memonitor status hemodinamik 3. Mengetaui apabila ada
(skala5) perubahan sehingga dapat
diintervensi dengan segera
NOC label: Blood loss Severity 4. Pertahankan kecepatan aliran infus 4. Mempertahankan pemenuhan
1. Hemoglobin dalam rentang normal intravena stabil cairan pasien tetap adekuat
(Hb: >/= 10 gr/dl) (skala 4) 5. Mengatur ketersediaan produk 5. Menyiapkan pasien untuk
2. Hematokrit dalam rentang normal darah untuk transfusi dilakukan transfusi
(Ht : 35%-55%) (skala 4) 6. Berikan produk darah (misalnya, 6. Mengatasi anemia yang dialami
3. Kulit dan mukosa tidak trombosit dan fresh frozen pasien akibat proses trauma
pucat (skala 4) plasma) sesuai ketentuan
4. Tidak terdapat tanda tanda 7. Pantau reaksi transfusi darah 7. Memastikan tidak ada reaksi
perdarahan (skala 4) dengan tepat yang merugikan yang terjadi
pada pasien karena transfusi
darah
8. Pantau adanya tanda dan gejala 8. Memantau pemberian cairan
overhydration/kelebihan cairan pada pasien agar tidak berlebih

NIC label: Bleeding Reduction Bleeding Reduction


1. Monitor tanda-tanda perdarahan 1. Mengetahui karakteristik
perdarahan pasien
2. Observasi keadaan umum pasien 2. Memantau kesadaran dan vital
sign pasien
3. Kolaborasi untuk pemeberian terapi 3. Memenuhi kebutuhan cairan
intravena dan tranfusi darah pasien dan menggantikan
kehilangan darah pasien
4. Kolaborasi kontrol Hb, HMT, Retic, 4. Mengetahui status hemodinamik
status Fe pasien sehingga intervensi yang
dilakukan tepat
5. Pertahankan keakuratan catatan 5. Memastikan balance cairan
intake dan output pasien setiap pasien dalam keadaan seimbang
harinya
NIC label: Shock Managemen Shock Managemen

1. Mempertahankan patensi jalan 1. Memastikan oksigen dapat


napas, dengan benar didistribusikan dengan baik
2. Memantau nadi oximentry dengan 2. Mengetahui denyut nadi pasien
tepat
3. Berikan terapi oksigen/ventilasi 3. Membantu pemenuhan
mekanis yang sesuai dan benar kebutuhan oksigen pasien
NIC label: Medication Aministration Medication Administration

1. Pastikan terapi yang diberikan 1. Memastikan terapi diberikan


sesuai prosedur sesuai dengan 6 Benar
Pemberian Obat
2. Monitor efek samping terapi 2. Memantau apakah ada efek
samping yang terjadi setelah
pemberian terapi
3. Monitor tanda-tanda dan gejala 3. Mengetahui apakah pasien
keracunan obat mengalami keracunan obat yang
diberikan

2. Nyeri Akut b/d agen Setelah dilakukan tindakan NIC Label : Pain Management Pain Management
cedera biologis ditandai keperawatan ... x 24 jam, diharapkan 1. Tentukan lokasi nyeri, karakteristik 1. Untuk mengetahui lokasi,
dengan melaporkan nyeri nyeri pasien berkurang dengan kriteria nyeri, dan skala nyeri pasien karakteristik dan skala nyeri
secara verbal hasil: pasien sehingga tepat dalam
NOC label: Pain Control pemberian intervensi
1. Pengakuan adanya serangan nyeri 2. Mengajarkan menggunakan teknik 2. Memberikan terapi non
berkurang (skala 4) non farmakologis, (misal: kompres farmakologis pengontrol nyeri
2. Menggunakan langkah-langkah hangat, back massage, guided pada pasien sehingga diharapkan
bantuan non-analgesik (skala 4) imagery, relaksasi, distraksi) nyeri dapat berkurang tanpa
3. Melaporkan nyeri terkontrol (skala sebelum, setelah, dan jika mungkin pemberian obat. Karena nyeri
5) selama kesakitan sebelum nyeri pada trauma abdomen tidak
terjadi atau meningkat, dan selama dianjurkan untuk menggunakan
NOC label: Vital Signs tindakan menghilangkan nyeri analgesik karena dapat
1. Suhu tubuh dalam rentang normal mengaburkan gejala dan hasil
(36.5-37.5OC) (skala 5) pemeriksaan.

2. Nadi dalam rentang normal (60-


100 x/menit) (skala 5)
3. RR dalam rentang normal (12-24 NIC label: Vital Sign Monitoring Vital Sign Monitoring
x/menit) (skala 5) 1. Pantau status tekanan darah, nadi, 1. Untuk mengetahui perubahan
4. Tekanan systolic dalam rentang temperatur dan pernapasan status vital sign pasien
normal (100-110 mmHg) (skala 5) 2. Pantau dan laporkan tanda dan 2. Mengetahui perubahan status
5. Tekanan diastolic dalam rentang gejala hipotermi dan hipertermi suhu tubuh pasien sehingga
normal (55-82mmHg) (skala 5) dapat diberikan intervensi yang
tepat

Kerusakan Integritas Setelah diberikan asuhan keperawatan NIC label: Skin Surveillance Skin Surveillance
Jaringan berhubungan … x 24jam, diharapkan integritas 1. Memonitoring kulit di area jejas 1. Memonitor jejas yang dialami
dengan faktor mekanik jaringan klien membaik dengan pasien
(tekanan) ditandai dengan kriteria hasil: 2. Memonitoring untuk pencegahan 2. Mencegah perburukan kondisi
kerusakan jaringan NOC label: Tissue Integrity: Skin & tekanan atau friksi pada pasien kulit
(integumen atau subkutan ) Mocous Membranes 3. Memperhatikan warna kulit klien 3. Mengetahui tanda-tanda iritasi
1. Suhu kulit dalam rentang normal 4. Memperhatikan suhu pada kulit 4. Mempertahankan kulit dalam
2. Perfusi jaringan kembali normal klien suhu yang optimal
3. Tidak terdapat eritema
4. Tidak terdapat nekrosis (jaringan
mati) pada jaringan yang cedera
EVALUASI

NO. DIAGNOSA KEP. EVALUASI PARAF


1. PK: Syok S: −
O: Nadi perifer 115 x/menit, turgor kulit baik, membran mukosa lembab, Ht 23%,
Hb 7,5 gr%, TD: 80/60 mmHg
A: PK: Syok belum teratasi
P: lanjutkan intervensi

2. Nyeri Akut S: Pasien mengatakan masih merasa nyeri di perut kanan atas, skala nyeri 6
O: Pasien tampak meringis, gelisah
A: Nyeri Akut belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi

3. Kerusakan integritas S: −
Jaringan O: masih tampak jejas di abdomen kanan atas, suhu kulit pasien normal
A: Kerusakan integritas kulit belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
DAFTAR PUSTAKA

American College of Surgeons Committee on Trauma. 2008. Abdominal and pelvic


trauma. in: advanced trauma life support for doctors atls student course
manua 8th edition. USA: American College of Surgeons
Cho, Y., Judson, R., Gumm, K., Santos, R., Waish, M., Pascoe, D., et al. 2012.
Blunt abdominal trauma. the royal melbourne hospital.
http://clinicalguidelines.mh.org.au/brochures/TRM05.03.pdf. (Diakses pada 1
Oktober 2014)
De Jong, W, R. Sjamsuhidajat. 2004. Buku ajar ilmu bedah edisi revisi hal. 387-402.
Jakarta: EGC
Demetriades, D., Asensio JA., 2000. Abdomen. in: Trauma Management. USA: Landes
Bioscience
Dochterman, Joanne Mccloskey. 2004. Nursing intervention classification. America:
Mosby
Guilon, F. 2011. Epidemiology of abdominal trauma. in: CT of the Acute Abdomen.
London: Springer
Heater Herdman, T. 2012. NANDA internasional diagnosis keperawatan 2012-
2014.Jakarta: EGC
Hudak & Gallo. 2001. Keperawatan kritis: pendekatan holistik. Jakarta: EGC
Ignativicus, Donna D: Workman. 2006. Medical surgical nursing critical thinking for
collaborative care. USA: Elsevier Saunders
Musliha. (2010). Keperawatan gawat darurat. Yogyakarta: Nuha Medika
Sabiston, D.C., Jr, M.D. 2004. Sabiston buku ajar bedah hal. 364-384. Jakarta: EGC
Salomone A. J., Salomone, J. P. 2011. Emergency medicine: abdominal blunt trauma.
http://emedicine.medscape.com/article/433404-print. (Diakses pada 1 Oktober
2014)
Sjamsuhidayat. 1997. Buku ajar bedah. Jakarta : EGC
Sjamsuhidayat. 1998. Buku ajar bedah. Jakarta : EGC
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku ajar keperawatan medikal-bedah brunner & suddarth
edisi 8. vol 1. Jakarta: E

Anda mungkin juga menyukai