Anda di halaman 1dari 13

1

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH OTORITER ORANGTUA DENGAN


PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS SATU SEKOLAH DASAR

NASKAH PUBLIKASI
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai
Derajat Sarjana (S-1) Psikologi

Diajukan oleh:

Hanung Panjie Putra


F 100 080 059

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2013
2

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH OTORITER ORANGTUA DENGAN


PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS SATU SEKOLAH DASAR

NASKAH PUBLIKASI
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai
Derajat Sarjana (S-1) Psikologi

Diajukan oleh :
HANUNG PANJIE PUTRA
F 100 080 059

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2013
3

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH OTORITER ORANGTUA DENGAN


PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS SATU SEKOLAH DASAR

Yang diajukan oleh :

HANUNG PANJIE PUTRA


F 100 080 059

Telah disetujui untuk dipertahankan

di depan Dewan Penguji


4

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH OTORITER ORANGTUA DENGAN


PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS SATU SEKOLAH DASAR

Yang diajukan oleh :

HANUNG PANJIE PUTRA


F 100 080 059

Telah disetujui untuk dipertahankan di depan Dewan Penguji


Pada tanggal 22 Maret 2013
Dan dinyatakan telah memenuhi syarat.
5

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH OTORITER ORANGTUA DENGAN


PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS SATU SEKOLAH DASAR
Hanung Panjie Putra1)

Siti Nurina Hakim2)


Fakultas Psikologi
Universitas Muhammadiyah Surakarta

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pola asuh otoriter
orangtua dengan prestasi belajar siswa kelas satu sekolah dasar (SD). Populasi
penelitian ini adalah siswa sekolah dasar (SD) kelas satu yang bersekolah di SDN
Mojo II Surakarta yang berjumlah 15 siswa, SDN Mojo III Surakarta yang
berjumlah 12 siswa, SDN Sudiroprajan Surakarta yang berjumlah 10 siswa, SDN
Wiropaten III Surakarta yang berjumlah 9 siswa dan SDN Purwoprajan I yang
berjumlah 11 siswa. Jadi, keseluruhan berjumlah 57 siswa yang berasal dari
kelima SD yang telah ditetapkan sebagai tempat penelitian.. Subjek dalam
penelitian ini adalah seluruh populasi siswa kelas satu di SD tersebut. Penentuan
pengambilan subjek dalam penelitian ini dengan menggunakan studi populasi,
sehingga seluruh populasi yang ada digunakan sebagai sampel penelitian.
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan angket pola asuh orangtua
dan data sekunder menggunakan raport anak ketika kelas satu semester satu dan
dua yang digunakan untuk melihat prestasi belajar. Hipotesis yang diajukan
adalah ada hubungan negatif antara pola asuh otoriter dengan prestasi belajar
siswa kelas satu sekolah dasar. Berdasarkan hasil analisis statistik dengan
menggunakan teknik korelasi product moment dari Pearson menunjukkan nilai
koefisien korelasi (r) sebesar -0,142 dengan p = 0,293 (p>0,05) yang artinya tidak
ada hubungan antara pola asuh otoriter orangtua dengan prestasi belajar siswa.
Kata Kunci: Pola Asuh Otoriter, Prestasi Belajar, Siswa Kelas 1 SD.

1) Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta


2) Dosen Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta
6

CORRELATION BETWEEN AUTHORITARIAN PARENTING PARENTS


WITH STUDENT ACHIEVEMENT FIRST GRADE ELEMENTARY
SCHOOL

Abstract

This study aimed to determine the relationship between authoritarian parenting parents
with student achievement first grade elementary school (SD). The population was
elementary school (SD) grade of the school in Surakarta SDN Mojo II totaling 15
students, SDN Mojo III, amounting to 12 students Surakarta, Surakarta Sudiroprajan SDN
totaling 10 students, SDN Wiropaten III Surakarta, amounting to 9 students and SDN
Purwoprajan I were a total of 11 students. Thus, the total of 57 students from thes
elementary school who be this study. Subjects in this study were all first class student
population at the elementary school. Determination capture subjects in this study using
population studies, so that the entire population was used as the sample. Data
collection in this study using a questionnaire parenting parents and secondary data using
child report cards when the class one semester one and two are used to look at
academic achievement. The hypothesis is there is a negative relationship between
authoritarian parenting with student achievement first grade of elementary school.
Based on the statistical analysis using the techniques of the Pearson product moment
correlation showed a correlation coefficient (r) of -0.142 with p = 0.293 (p> 0.05), which
means there is no relationship between authoritarian parenting parents with student
achievement.

Keywords: Authoritarian Parenting, Learning Achievement, Student Grade 1


Elementary School.
7

PENDAHULUAN Nasional Bab 1 Pasal 1 (1) pendidikan


Pendidikan merupakan salah adalah: “Usaha sadar dan terencana
satu cara meningkatkan sumber daya untuk mewujudkan suasana belajar dan
manusia untuk bangkit dari dunia proses pembelajaran agar peserta didik
kebodohan. Di era global seperti ini secara aktif mengembangkan potensi
individu tidak akan mencapai di dirinya, masyarakat, bangsa dan
kehidupannya secara maksimal dan negara.” Dalam hal ini, tentu saja
puas tanpa adanya pendidikan. Seiring diperlukan adanya pendidikan
berkembangnya jaman, berkembang profesional yakni guru di sekolah-
pula ilmu pengetahuan dan teknologi sekolah dasar dan menengah, serta
yang ada. Maka dari itulah seseorang dosen di perguruan tinggi (Syah,
dituntut untuk mengikuti 2011).
perkembangan jaman yang ada salah
satunya dengan menempuh pendidikan Salah satu faktor penentu
yang telah disediakan. Pendidikan dalam pemaksimalan prestasi belajar
tidak akan berjalan dengan lancar adalah dukungan orang tua yang
apabila tidak ada kerja sama yang baik paham akan perbedaan status
antara siswa dengan tenaga pengajar (Faturrahman, Ahmadi, Amri dan
atau yang sering disebut dengan guru, Setyono, 2012). Reynolds (1975)
karena guru merupakan kunci dalam menyatakan bahwa anak yang berhasil
peningkatan mutu pendidikan dan di sekolah adalah anak yang berlatar
mereka berada di titik sentral dari belakang dari keluarga yang
setiap usaha reformasi pendidikan berhubungan akrab, penuh kasih
(Syah, 2011). sayang, dan menerapkan disiplin
berdasarkan kecintaan (Shochib,
Ki Hajar Dewantara yang 2010). Orang tua merupakan sosok
selaku Bapak Pendidikan Indonesia yang paling dekat dan paling
menjelaskan tersendiri tentang berpengaruh terhadap pendidikan
pengertian pendidikan, yaitu tuntutan anak. Orang tua dalam keluarga
di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, berperan sebagai guru, penuntun,
adapun maksudnya, pendidikan yaitu pengajar, serta sebagai pemimpin
menuntun segala kekuatan kodrat yang pekerjaan dan pemberi contoh. Semua
ada pada anak-anak itu, agar mereka orang tua menginginkan hal yang
sebagai manusia dan sebagai anggota terbaik bagi anaknya, termasuk
masyarakat dapatlah mencapai prestasi belajar dalam bidang
keselamatan dan kebahagiaan setinggi- pendidikan. Ki Hadjar Dewantara
tingginya (Faturrahman, Ahmadi, menyatakan bahwa keluarga
Amri dan Setyono, 2012). merupakan “pusat pendidikan” yang
pertama dan terpenting karena sejak
Di Indonesia ini pendidikan timbulnya adab kemanusiaan sampai
mendapat perhatian khusus yang diatur kini, keluarga selalu mempengaruhi
dalam Undang-Undang RI No.20 pertumbuhan budi pekerti tiap-tiap
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan manusia. Di samping itu, orang tua
8

dapat menanamkan benih kebatinan selalu dilakukan orang tua akan


yang sesuai dengan kebatinannya berakibat buruk terhadap
sendiri ke dalam jiwa anak-anak. perkembangan jiwa anak. Selalu
(Shochib, 2010) penurut, tidak mempunyai inisiatif dan
selalu merasa takut menyampaikan
Baumrind (dalam Gustiany, sesuatu menjadi persoalannya karena
2003) mengatakan bahwa ada empat takut disalahkan yang dapat berakibat
macam pola asuh orang tua, yaitu: dikenai sanksi/hukuman (Zahroh,
Pola asuh otoriter cenderung 2003).
menetapkan standar yang mutlak harus
dituruti, biasanya standar tersebut Baumrind (Zahroh, 2003)
diikuti dengan ancaman-ancaman yang mengistilahkan pola asuh otoriter
bersifat menghukum anak jika tidak dengan gaya Authoritarian. Orang tua
mengikuti apa yang diperintah oleh yang authoritarian suka mengawasi
orang tua. Pola asuh demokratis, pola tetapi tidak mau mendengar anak-
asuh ini mempriorioritaskan anaknya, mereka lebih bersifat lugas
kepentingasn anak untuk memilih dan dan dingin. Perintah hukuman adalah
menentukan suatu tindakan, akan rutin, berlangsung dari hari ke hari.
tetapi tidak menutup kemungkinan Dari gaya seperti ini, ternyata anak-
orangtua untuk mengendalikannya. anak pada umunya tidak bahagia dan
Pola asuh permisif, yaitu pola asuh cenderung untuk menarik diri dari
yang memberikan kesempatan pergaulan, suka menyendiri.
sepenuhnya kepada anak tanpa adanya Disamping itu sulit bagi mereka untuk
pengawasan dari orang tua. Pola asuh mempercayai pihak lain dan prestasi
penelantar, orang tua yang belajar mereka di sekolahpun rendah.
mempunyai pola asuh penelantar ini
lebih banyak mengahabiskan Prestasi belajar adalah hasil
waktunya untuk bekerja, dan juga belajar yang meliputi seluruh ranah
kadang kala biayapun diminimalisir psikologis yang berubah sebagai akibat
untuk anaknya, sehingga tidak mampu pengalaman dan proses belajar siswa
memberikan perhatian fisik maupun (Syah, 2011). Hasan berpendapat
psikis pada anak-anaknya. bahwa prestasi belajar adalah
penguasaan pengetahuan atau
Dalam penelitian Walters ketrampilan yang dikembangan oleh
(dalam Zahroh, 2003) ditemukan mata pelajaran yang lazim ditunjukkan
bahwa orang tua yang otoriter dengan angka tes atau angka lain
cenderung memberi hukuman terutama (Tukiran, 2006).
hukuman fisik. Sedangkan menurut
Martaniah (1964) orang tua yang Menurut Bloom (Kuswana,
otoriter amat berkuasa terhadap anak, 2012), prestasi belajar diklasifikasikan
memegang kekuasaan tertinggi serta dalam tiga aspek, yaitu: a) Aspek
mengharuskan anak dikontrol dengan kognitif: Mengetahui, memahami,
ketat. Perintah dan hukuman yang menerapkan, menganalisa,
9

mensintesis, yaitu kemampuan untuk digunakan orang tua dalam mencoba


mengaplikasikan bagian-bagian untuk berbagai strategi untuk mendorong
membentuk satu kesatuan yang baru anak mencapai tujuan yang diinginkan.
dan mengevaluasi. b) Aspek afektif: Tujuan tersebut antara lain:
Menerima, menanggapi, menghargai, pengetahuan, nilai moral dan standar
membentuk, berpribadi. c) Aspek perilaku yang harus dimiliki anak bila
psikomotorik: Melempar, mengangkat, sudah dewasa nanti. Suardiman
berlari, dan lain sebagainya. (Iswantini, 2002) mengatakan pola
asuh adalah suatu cara orang tua
Menurut Arikunto (2008) menjalankan peranan yang penting
prestasi belajar dapat diukur dengan bagi perkembangan anak selanjutnya,
cara: Tes diagnostik, tes formatif, tes dengan memberi bimbingan dan
sumatif. pengalaman serta memberikan
pengawasan agar anak dapat
Slameto (2003)
menghadapi kehidupan yang akan
mengemukakan faktor yang
datang dengan sukses, sebab di dalam
mempengaruhi prestasi belajar adalah:
keluarga yang merupakan kelompok
a) Faktor Intern: kecerdasan/
sosial dalam kehidupan individu, anak
intelegensi, bakat, minat, motivasi. b)
akan belajar dan menyatakan dirinya
Faktor Ekstern: keadaan keluarga,
sebagai manusia sosial dalam
keadaan sekolah, lingkungan
hubungan dan interaksi dengan
masyarakat.
kelompok.
Sekolah Dasar (SD)
Menurut Baumrind (Surbakti,
merupakan pendidikan formal wajib
2012) pola asuh otoriter adalah pola
yang pertama kali ditempuh oleh
asuh yang menetapkan standar yang
seorang anak. Untuk dapat mengikuti
mutlak harus dituruti, dan biasanya
SD anak harus berusia minimal
diikuti dengan ancaman-ancaman dari
sekurang-kurangnya enam tahun.
Pendidikan SD di Indonesia umumnya orang tua. Barnadib (Zahroh, 2003)
mengatakan bahwa pola asuh orang
ditempuh selama enam tahun dengan
tua yang otoriter adalah anak harus
urutan dari kelas satu sampai dengan
memahami peraturan-peraturan orang
kelas enam. Tiap kelas ditempuh
tua dan tidak boleh membantah. Orang
dengan masa pendidikan selama satu
tua cenderung mencari-cari kesalahan
tahun. Untuk dapat naik ke kelas yang
pada anak dan kemudian
lebih tinggi maka anak (siswa SD)
menghukumnya.
harus mengikuti ujian kenaikan kelas
yang diadakan setiap akhir tahun Berdasarkan teori dari Frazier
pelajaran (Peraturan Pemerintah RI (2000) dan Baumrind (dalam Zulaifah,
No.28 Tahun 1990 Tentang 1992). Skala pola asuh otoriter
Pendidikan Dasar). meliputi beberapa aspek yang ada
dalam pola asuh otoriter, yaitu: batasan
Mussen (1994) mengatakan
perilaku (behavioral guidelines),
bahwa pola asuh itu sebagai cara yang
10

kualitas hubungan emosional Pengambilan data pada


orangtua-anak (emotional quality of penelitian ini dilakukan dengan
parent-child relationship), perilaku menggunakan satu skala yaitu skala
mendukung (behavioral encouraged), pola asuh otoriter dan data sekunder
tingkat konflik orangtua-anak (levels yaitu nilai raport siswa pada waktu
of parent-child conflict), pandangan kelas satu pada semester satu dan dua.
orangtua terhadap anak, komunikasi Penelitian ini dianalisis
orangtua terhadap anak, penerapan menggunakan menggunakan teknik
disiplin, aturan atau kontrol dan product moment pada program SPSS
pemenuhan kebutuhan. 15 untuk mengetahui hubungan antara
dua variabel.
Hipotesis yang diajukan Pelaksanaan analisis data
dalam penelitian ini adalah Ada dilaksanakan melalui 2 tahap yaitu uji
hubungan negatif antara pola asuh asumsi yang meliputi uji normalitas
otoriter dengan prestasi belajar anak sebaran dan uji linieritas hubungan
kelas 1 SD. Semakin tinggi tingkat terlebih dahulu kemudian uji hipotesis.
pola asuh otoriter orang tua, maka Uji linieritas untuk memenuhi
semakin rendah prestasi belajar siswa. mengetahui apakah variabel bebas (
Begitu juga sebaliknya, semakin pola asuh otoriter) dengan variabel
rendah tingkat pola asuh otoriter orang tergantung ( prestasi belajar) memiliki
tua, maka semakin tinggi tingkat korelasi yang searah (linier) atau tidak.
prestasi belajar siswa. Berdasarkan uji linieritas diperoleh
nilai F pada Linierity 1,130 dan
METODE PENELITIAN signifikansi (p) = 0,293 (p>0,05).
Di dalam penelitian ini Hasil tersebut menunjukkan bahwa
menggunakan pendekatan kuantitatif variabel bebas (pola asuh otoriter)
dengan Variabel tergantung : Prestasi dengan variabel tergantung (prestasi
Belajar dan Variabel bebas : Pola Asuh belajar) tidak memiliki korelasi yang
Otoriter. searah (linier).
Subjek dalam penelitian ini Berdasarkan uji asumsi yang
adalah siswa SD Negeri Mojo II meliputi uji normalitas sebaran dan uji
berjumlah 15 siswa, SD Negeri Mojo linieritas hubungan diketahui bahwa
III berjumlah 12 siswa, SD Negeri data berdistribusi normal dan linier,
Sudiroprajan berjumlah 10 siswa, SD sehingga memenuhi syarat
Negeri Wiropaten III berjumlah 9 menggunakan korelasi product
siswa dan SD Negeri Purwoprajan I moment dari Pearson. Adapun hasil
berjumlah 11 siswa yang memiliki perhitungan diperoleh nilai koefisien
raport kelas satu pada semester satu korelasi sebesar -0,142; p = 0,293
dan dua yang sekarang duduk di kelas (p>0,05) artinya tidak ada hubungan
dua. Jumlah sampel yang digunakan antara pola asuh otoriter dengan
dalam penelitian ini adalah 57 anak. prestasi belajar siswa. Sumbangan
efektif (SE) variabel pola asuh otoriter
sebesar 2,02%. Berarti masih terdapat
11

97,98% variabel lain yang diperoleh nilai koefisien korelasi (r)


mempengaruhi prestasi belajar siswa sebesar -0,142; p = 0,293 (p>0,05)
diluar variabel pola asuh otoriter. artinya tidak ada hubungan antara pola
asuh otoriter orangtua dengan prestasi
Berdasarkan hasil analisis belajar. Hal tersebut berarti hipotesis
diketahui variabel pola asuh otoriter penelitian yang diajukan ditolak
mempunyai rerata empirik (RE) sehingga tidak ada hubungan antara
sebesar 64,67 dan rerata hipotetik pola asuh otoriter orangtua dengan
(RH) sebesar 82,5 yang berarti pola prestasi belajar.
asuh otoriter orangtua subjek tergolong Meskipun hasil penelitian ini
rendah. Variabel prestasi belajar menunjukkan bahwa pola asuh otoriter
diketahui memiliki rata-rata sebesar orangtua tergolong rendah dan prestasi
71,16 yang berarti prestasi belajar pada belajar siswa tergolong baik, tetapi
subjek tergolong baik. keduanya tidak ada hubungan. Hal
tersebut dikarenakan banyak faktor-
HASIL PENELITIAN faktor lain yang mempengaruhi
Berdasarkan hasil penelitian prestasi belajar siswa selain pola asuh
disimpulkan bahwa tidak ada otoriter orangtua itu sendiri.
hubungan antara pola asuh otoriter Penelitian pada kali ini
orangtua dengan prestasi belajar. Hal dilakukan oleh peneliti di lima SD
ini ditunjukkan dengan koefisien Negeri yang tersebar di wilayah kota
korelasi (r) sebesar -0,142 dengan p = Surakarta. SD Negeri tersebut adalah
0,293 (p>0,05). Peranan atau SD Negeri Mojo II yang berada di
sumbangan efektif pola asuh otoriter kecamatan Pasar Kliwon, SD Negeri
orangtua terhadap prestasi belajar Mojo III yang berada di kecamatan
sebesar 2,02%. Hal ini berarti masih Pasar kliwon, SD Negeri Wiropaten III
terdapat 97,98% variabel lain yang yang berada di kecamatan Pasar
dapat mempengaruhi prestasi belajar di Kliwon, SD Negeri Sudiroprajan yang
luar variabel pola asuh otoriter berada di kecamatan Jebres, SD Negeri
orangtua. Tingkat pola asuh otoriter Purwoprajan yang berada di
orangtua pada subjek tergolong kecamatan Jebres. Berdasarkan data
rendah. Hal ini ditunjukkan oleh rerata yang diperoleh dari Dikpora Kota
empirik (RE) variabel pola asuh otoriter Surakarta kelima SD Negeri tersebut
sebesar 64,67 dan rerata hipotetik (RH)
merupakan SD Negeri yang memiliki
sebesar 82,5. Sedangkan tingkat
rerata nilai UAN tahun 2012 pada
prestasi belajar subjek tergolong baik.
posisi lima terbawah se-Surakarta. Hal
Hal ini ditunjukkan oleh rerata sebesar tersebut berarti bahwa kelima SD
71,16.
tersebut mempunyai prestasi belajar
yang rendah.
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil perhitungan Sumbangan Efektif (SE)
teknik statistic parametric Product variabel pola asuh otoriter terhadap
Moment dengan dari analisis Pearson prestasi belajar sebesar 2,02%
12

ditunjukkan oleh koefisien korelasi (- otoriter pendidikan anak, semakin


0,142)2 dikali 100%. Berarti masih mendendam anak tersebut dan semakin
terdapat 97,98% variabel lain yang besar kemungkinan anak akan senang
mempengaruhi prestasi belajar selain melawan dan tidak patuh secara
pola asuh otoriter orangtua. Slameto sengaja. Perilaku menentang sangat
(2003) mengemukakan beberapa besar peranannya dalam
faktor yang mempengaruhi prestasi memnburuknya hubungan orangtua
belajar yang terbagi dalam dua dengan anak seiring bertambanya usia
kategori, yaitu faktor yang terdapat anak.
dalam diri (faktor intern) antara lain Berdasarkan kategorisasi
kecerdasan/intelegensi, bakat, minat, prestasi belajar dapat diketahui bahwa
dan motivasi. Sedangkan faktor yang terdapat 3 orang (5,26%) berprestasi
berasal dari luar (faktor ekstern) antara belajar kurang; 20 orang (35,09%)
lain faktor keadaan keluarga, keadaan berprestasi belajar cukup; 33 orang
sekolah dan lingkungan masyarakat. (57,9%) berprestasi belajar baik dan 1
Berdasarkan hasil analisis orang (1,75%) berprestasi belajar baik
diketahui rerata empirik (RE) variabel sekali. Jumlah prosentasi terbanyak
pola asuh otoriter orangtua sebesar menempati kategori baik, artinya
64,67 dan rerata hipotetik (RH) subjek dapat mencapai hasil belajar
sebesar 82,5. Hal tersebut yang cukup maksimal yang
menunjukkan bahwa pola asuh otoriter ditunjukkan dengan nilai raport yang
orangtua pada subjek tergolong baik (Winkel, 1996)
rendah. Hal ini pada dapat Berdasarkan uraian diatas
diintepretasikan bahwa pada dasarnya dapat diambil kesimpulan bahwa pola
orangtua tidak menerapkan pola asuh asuh otoriter orangtua tidak memiliki
otoriter. pengaruh yang signifikan terhadap
Prestasi anak pada penelitian prestasi belajar anak. Tetapi, hasil
kali ini sebesar 71,16 sehingga prestasi penelitian ini terbatas pada populasi
belajar anak termasuk dalam kategori dimana tempat penelitian ini
baik. Hal ini dapat diintepretasikan dilakukan. Sehingga penerapan pada
bahwa subjek penelitian mempunyai ruang lingkup yang lebih luas dengan
aspek kognitif, aspek afektif dan aspek karakteristik yang berbeda kiranya
psikomotorik yang baik pula. perlu dilakukan lagi dengan
Berdasarkan kategorisasi menggunakan atau menambah variabel
skala pola asuh otoriter dapat diketahui lain yang belum disertakan dalam
bahwa 2 orang (3,51%) berpola asuh penelitian atau dengan menambah atau
otoriter sangat rendah, 28 orang memperluas ruang lingkup.
(49,12%) berpola asuh otoriter rendah
dan 27 orang (47,37%) berpola asuh DAFTAR PUSTAKA
otoriter sedang. Hal tersebut Arikunto, S. 2008. Dasar-dasar
diinterpretasikan bahwwa orangtua Evaluasi Pendidikan. Jakarta:
tidak berpola asuh otoriter. Hurlock Bumi Aksara
(2004) mengemukakan bahwa semakin
13

Faturrahman. Ahmadi, I. K. Amri, S. Winkel.1996. Psikologi Pengajaran.


dan Setyono, H. A. 2012. c.2. Yogyakarta
Pengantar Pendidikan.
Jakarta: Prestasi Pustaka Zahroh, A. 2003. Pengaruh Pola Asuh
Publisher Orangtua terhadap Kecerdasan
Emosi Anak di MTs Sunan
Frazier, B. M. S. W. 2000. Parenting Pandanaran Yogyakarta. Skripsi.
Styles: Assesing Your Yogyakarta: Fakultas Ilmu
Parenting Style. Agama Islam UII
http://www.thesuccesfullpare
nt.com/articles/styles.html Zulaifah, E. 1992. Tingkat Kekuasaan
antara Mahasiswa dengan
Hurlock, E. B. 2004. Perkembangan Dosen dari Asal Daerah dan
Anak. Jakarta: Erlangga Persepsi Pola Asuh Otoriter
pada Mahasiswa Sumbar dan
Kuswana, W.S. 2012. Taksonomi
Mahasiswa Jawa di
Kognitif. Bandung: Remaja
Universitas Gadjah Mada
Rosda Karya
Yogyakarta. Skripsi. (Tidak
Mussen, P. H. 1994. Perkembangan diterbitkan). Yogyakarta:
dan Kepribadian Anak. Jakarta : Fakultas Psikologi
Arcan Universitas Proklamasi 45.

Shochib, M. 2010. Pola Asuh Orang http://wartawarga.gunadarma.ac.id/200


Tua. Jakarta: PT. Rineka Cipta 9/11/tipe-tipe-pola-asuh/

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-


faktor yang Mempengaruhinya.
Jakarta: Rineka Cipta

Surbakti, E.B. 2012. Parenting anak-


anak. Jakarta: PT. Gramedia
Syah, M. 2011. Psikologi Pendidikan.
Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya
Tukiran. 2006. Efektivitas Model
Pembelajaran Berbasis
Portofolio untuk Meningkatkan
Prestasi Belajar Mata Kuliah
Pendidikan Kewarganegaraan.
Varidika,Vol.I8 No.2. Hal 98-
108

Anda mungkin juga menyukai