Anda di halaman 1dari 8

ETIKA AGEN ASURANSI SYARIAH

Bani Salamah, SP, ME. AAAIJ

Abstrak

Tulisan ini mengulas tentang etika agen asuransi syariah. Etika dalam Al-Qur’an
diartikan sebagai akhlak. Islam mengajarkan untuk melakukan aktivitas secara baik dan
benar (amal sholeh). Rasulullah SAW adalah teladan dalam beramal sholeh karena selalu
menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan dan kemashlahatan.

Agen asuransi syariah adalah ujung tombak bagi perusahaan asuransi syariah dan juga
merupakan representasi dari perusahaan asuransi syariah tempat dia berkarya dan bekerja.
Untuk itu sangat perlu dipraktekkan etika Islami dalam kegiatannya mengedukasi dan
memasarkan produk asuransi kepada masyarakat.

Kata kunci: agen asuransi syariah, etika, asuransi syariah

Pendahuluan

Di Indonesia, saat ini perusahaan asuransi syariah baik yang full pledge maupun yang
unit syariah semakin tumbuh dan berkembang. Hal ini tidak terlepas dari upaya perusahaan
asuransi syariah dalam mengedukasi dan memasarkan produk asuransi syariahnya. Dalam
memasarkan produk asuransi syariah, perusahaan asuransi syariah secara umum
menggunakan tiga kategori jalur pemasaran, yaitu: perantara, lembaga keuangan dan
penjualan langsung. Jalur perantara menggunakan agen yang menjual produk-produk
asuransi. Agen menawarkan produk asuransi dengan menjual secara langsung kepada peserta
dan mendapatkan komisi untuk setiap produk yang dijual. 1 Ditegaskan dalam UU
Perasuransian No. 40 tahun 2014, bahwa agen asuransi syariah adalah orang yang bekerja
sendiri atau bekerja pada badan usaha, yang bertindak untuk dan atas nama Perusahaan
Asuransi Syariah dan memenuhi persyaratan untuk mewakili Perusahaan Asuransi Syariah
memasarkan produk asuransi syariah.
Berdasarkan Fatwa Dewan Syariah Nasional MUI No.21 tahun 2001, Asuransi
Syariah (Ta‘min, Takaful, atau Tadhamun) adalah usaha saling melindungi dan tolong
menolong di antara sejumlah orang/pihak melalui investasi dalam bentuk aset dan/atau
tabarru’ yang memberikan pola pengembalian untuk menghadapi risiko tertentu melalui akad

1
Modul No.12, AAJI Pelatihan Sertifikasi Keagenan Asuransi Jiwa
(perikatan) yang sesuai dengan syariah. Selanjutnya, lebih diperjelas lagi dalam UU No.40
tahun 2014, bahwa Asuransi Syariah adalah kumpulan perjanjian, yang terdiri atas perjanjian
antara perusahaan asuransi syariah dan pemegang polis dan perjanjian di antara para
pemegang polis, dalam rangka pengelolaan kontribusi berdasarkan prinsip syariah guna
saling menolong dan melindungi dengan cara:
a. memberikan penggantian kepada peserta atau pemegang polis karena kerugian,
kerusakan, biaya yang timbul, kehilangan keuntungan, atau tanggung jawab hukum
kepada pihak ketiga yang mungkin diderita peserta atau pemegang polis karena
terjadinya suatu peristiwa yang tidak pasti;
atau
b. memberikan pembayaran yang didasarkan pada meninggalnya peserta atau
pembayaran yang didasarkan pada hidupnya peserta dengan manfaat yang besarnya
telah ditetapkan dan/atau didasarkan pada hasil pengelolaan dana.
Pembahasan
Agen asuransi syariah dalam memasarkan produk-produk asuransi syariah tidak
terlepas dari kode etik profesi agen dan etika Islam. Menurut Burhanudin Salam, istilah etika
berasal dari kata Latin, yaitu ethic, sedangkan dalam bahasa Greek, ethikos, yaitu a body
moral principle or values. Adapun ethic, memiliki arti kebiasaan, habit, custom. Jadi, dalam
pengertian aslinya, apa yang disebutkan baik itu apa yang sesuai dengan kebiasaan
masyarakat (dewasa itu). Lambat laun, pengertian etika berubah dan berkembang sesuai
dengan perkembangan dan kebutuhan manusia. Hal ini tidak lepas dari substansinya bahwa
etika adalah suatu ilmu yang membicarakan masalah perbuatan atau tingkah laku manusia,
yang dinilai baik atau jahat.2 Istilah lain dari etika yaitu moral, susila, budi pekerti, akhlak.
Etika merupakan ilmu, bukan sebuah ajaran.3 Adapun etika dalam bahasa Arab disebut
akhlak, merupakan jamak dari kata khuluq yang berarti kebiasaan, perangai, tabiat, watak,
adab dan agama.
Ibnu Maskawih yang dikenal sebagai bapak etika Islam,telah merumuskan dasar-dasar
etika di dalam kitabnya Tahdzib Al-Akhlaq wa Tathir Al-A’raq (pendidikan budi dan
pembersihan akhlak). Menurut Ibnu Maskawih, akhlak merupakan bentuk jamak dari khuluq
yang berarti perikeadaan jiwa yang mengajak seseorang melakukan perbuatan-perbuatan
tanpa memikirkan dan memperhitungkan sebelumnya. Dengan demikian, dapat dijadikan

2
Burhanuddin Salam, Etika Individual, Jakarta: Rineka Cipta, 2000, hal.3
3
F.Magnis Suseno, Etika Dasar, Yogyakarta:Kanisius, 2007, hal.14
fitrah manusia ataupun hasil dari latihan-latihan yang telah dilakukan , hingga menjadi sifat
diri yang dapat melahirkan khuluq yang baik.4

Etika merupakan seperangkat tatanan dan prinsip kehidupan manusia. Dalam


pengertian yang lebih luas, etika tidak hanya mencakup kajian tentang tatanan dan aturan,
tetapi pengkajian tentang teori-teori tertentu, seperti “Apakah kehidupan yang baik bagi
manusia?”, “Bagaimana seharusnya manusia bertindak?” Dua pertanyaan tersebut merupakan
pertanyaan yang mendasari etika yang telah menjadi pemikiran manusia sejak masa
permulaan hingga saat ini.

Menurut Haidar Baghir yang dikutip dalam Kamaludin (2010), ciri-ciri etika Islam
ada lima, yaitu sebagai berikut:

1. Islam berpihak pada teori tentang etika yang bersifat fitri. Artinya, semua manusia
pada hakikatnya –baik muslim maupun bukan muslim- memiliki pengetahuan fitri
tentang baik buruk.
2. Moralitas dalam Islam didasarkan pada keadilan, yaitu menempatkan segala sesuatu
pada porsinya.
3. Tindakan etis ini sekaligus dipercaya pada puncaknya akan menghasilkan
kebahagiaan bagi pelakunya.
4. Tindakan etis bersifat rasional. Islam sangat percaya pada rasionalitas sebagai alat
dalam mendapatkan kebenaran.
5. Etika Islam bersumber pada prinsip-prinsip keagamaan. Dalam pemikiran Islam,
keimanan menentukan perbuatan, dan keyakinan mengatur perilaku.

Dengan demikian, etika di dalam Islam didasari oleh keimanan kepada Allah SWT
dan Rasulullah SAW yang membawa ajaran-Nya sehingga dalam menentukan baik dan
buruknya perbuatan, tidak semata-mata didasarkan pada akal pikiran, tetapi didasarkan pada
Al-Qur’an dan Al-Hadis, serta niat karena Allah SWT semata.

Secara umum, tingkat literasi asuransi di Indonesia masih sangat kecil hanya 2% dari
jumlah penduduk di Indonesia. Dari sekitar 254 juta penduduk Indonesia, kurang dari 20 juta
orang yang memiliki polis asuransi. Keadaan ini lebih minim lagitentu terjadi pada
masyarakat pemegang polis asuransi syariah. Bandingkan dengan Jepang yang perbandingan
asuransi dan jumlah penduduknya 600%, yaitu satu penduduk Jepang rata-rata memiliki 6

4
Undang Kamaludin dan Muhammad Alfan, Etika Manajemen Islam, Bandung: Pustaka Setia, 2010, hal.103
polis asuransi.5 Keengganan masyarakat Indonesia untuk memiliki polis asuransi bisa jadi
karena belum gencarnya pemerintah dan perusahaan asuransi memberikan edukasi pada
masyarakat tentang manfaat dan pentingnya asuransi. Untuk meningkatkan edukasi
mengenai asuransi syariah, salah satu upayanya adalah dengan meningkatkan kuantitas dan
kualitas agen asuransi syariah di Indonesia. Dengan demikian, tenaga pemasar atau agen
asuransi syariah memainkan peranan kunci dalam meningkatkan penetrasi bisnis asuransi
syariah di Indonesia.
Agen asuransi syariah tidak boleh keliru mempromosikan, menginformasikan hingga
menjual produk. Berikut adalah upaya-upaya yang dapat dilakukan oleh agen asuransi syariah
guna mengedukasi masyarakat:6

a. Agen asuransi syariah perlu menginvestasikan waktu untuk menjelaskan benefit


asuransi syariah kepada masyarakat secara jujur dan terbuka .
b. Agen asuransi syariah harus mampu bertindak sebagai perencana keuangan atau
konsultan keuangan dengan memberikan pengetahuan yang memadai kepada calon
peserta asuransi syariah.
c. Agen asuransi syariah perlu berupaya cerdas dan kreatif menggunakan media massa,
baik cetak maupun elektronik untuk memasyarakatkan asuransi syariah.
d. Agen asuransi syariah perlu menggali informasi, data dan fakta tentang pemahaman
asuransi di masyarakat sehingga dapat disusun strategi edukasi yang tepat sasaran dan
menyentuh.
e. Agen asuransi syariah perlu mengeliminasi pandangan minor atau sikap apriori
masyarakat terhadap asuransi disebabkan banyaknya penipuan yang dilakukan oknum
agen asurani. Kasus umum adalah mengelabui peserta asuransi dengan memanfaatkan
kebiasaan masyarakat kita yang tidak jeli membaca polis asuransi.

Menurut Sutanto dan Umam (2013), ada sembilan prinsip bagi syariah marketer yang
harus diimplementasikan dalam kegiatannya sebagai agen asuransi syariah, yaitu sebagai
berikut :

1. Memiliki kepribadian spiritual (takwa). Sebuah hadis diriwayatkan dari Umar ra.
mengatakan: “Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Sekiranya kalian
bertawakal kepada Allah dengan sungguh-sungguh, Allah akan memberikan rizki

5
aaji.or.id/aaji daily news, 12Mei 2017
6
Agus Edi Sumanto dkk., Solusi Berasuransi: Lebih Indah dengan Syariah, Bandung: Karya Kita, 2009, hal.`148
kepada kalian seperti burung yang keluar di pagi hari dengan perut kosong (lapar)
tetapi kembali di sore hari dengan perut penuh (kenyang).”
2. Berperilaku baik dan simpatik (shidiq). Al-Qur’an mengajarkan untuk senantiasa
berwajah manis, berperilaku baik dan simpatik.
3. Berlaku adil (al-‘adl). Berlaku adil dalam usaha/bisnis hukumnya wajib. Allah SWT
berfirman : “ ...Dan berlaku adillah karena adil itu lebih dekat kepada takwa.” (QS.
Al-Maidah : 8)
4. Bersikap melayani dan rendah hati (khidmah). Tanpa sikap melayani yang melekat
dalam kepribadiannya, seseorang tidak dapat dikatakan berjiwa pedagang. Rasulullah
SAW bersabda bawa salah satu ciri orang beriman adalah mudah bersahabat dengan
orang lain, dan orang lain pun mudah bersahabat dengannya.
5. Menepati janji dan tidak curang. Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Ma’arij (70):32,
yang artinya: “Dan orang-orang yang memelihara amanat dan janjinya.”
6. Jujur dan terpercaya (al-amanah). Di antara akhlak yang harus menghiasi agen
asuransi syariah adalah kejujuran. Rasulullah SAW bersabda: “Pedagang yang jujur
dan dapat dipercaya (penuh amanah) akan bersama para nabi, para shidiqin dan para
syuhada.” (H.R. At-Tirmizi)
7. Tidak suka menjelek-jelekkan (ghibah). Manusia tidak suka jika bentuk, perangai,
nasab, dan ciri-ciri yang tidak baik dibicarakan. Allah SWT berfirman : “....Dan
janganlah diantara kamu yang menggunjing sebagian yang lain...” (QS.Al-Hujurat :
12)
8. Tidak suka berburuk sangka (su’ushzhann). Saling menghormati satu sama lain
merupakan ajaran Rasulullah SAW. Bahkan Allah SWT berfirman dalam QS.Al-
Hujurat ayat 12 yang artinya: “Wahai orang yang beriman jauhilah dari banyak
prasangka,sesungguhnya sebagian dari prasangka itu dosa.....”
9. Tidak melakukan sogok/suap (risywah). Dalam syariah, menyuap (risywah)
hukumnya haram dan termasuk dalam kategori memakan harta orang lain dengan cara
batil. Allah SWT berfirman: “Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
saling memakan harta sesamu dengan jalan yang batil ...” (Q.S. An-Nisa : 29)

Di samping itu,agen asuransi syariah dalam aktivitas mengedukasi masyarakat


terhadap produk-produk asuransi syariah harus memiliki semangat kerja seorang muslim 7,
yang terdiri atas :
7
Didin Hafidhuddin dan Hendri Tanjung, Manajemen Syariah dalam Praktik, Jakarta:Gema Insani Press, 2003,
hal.40
1. Al-Shalah atau baik dan manfaat.
“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam
keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang
baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang
lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (Q.S. An-Nahl : 97)
2. Al-Itqan atau kemantapan dan perfectness.
“Sesungguhnya Allah sangat mencintai jika seseorang melakukan suatu pekerjaan
yang dilakukannya dengan itqan/sempurna (profesional).” (H.R.Thabrani)
3. Al-Ihsan atau melakukan yang terbaik dan lebih baik lagi.
Kualitas ihsan mempunyai dua makna dan dua pesan:
a. Melakukan yang terbaik dari yang dapat dilakukan. Dengan makna ini
pengertiannya sama dengan itqan. Pesan yang dikandungnya antara lain agar
setiap muslim memiliki komitmen terhadap dirinya untuk berbuat yang terbaik
dalam segala hal yang ia kerjakan, apalagi untuk kepentingan umat.
b. Mempunyai makna lebih baik dari prestasi atau kualitas pekerjaan sebelumnya.
Makna ini memberikan pesan peningkatan terus menerus seiring dengan
bertambahnya pengetahuan, pengalaman, waktu dan sumber daya lainnya.
4. Al-Mujahadah atau kerja keras dan optimal.
“Dan orang-orang yang berjihad (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami
tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar
beserta orang-orang yang berbuat baik.” (Q.S. Al-Ankabut : 69)
5. Tanafus dan ta’awun atau berkompetisi dan tolong menolong.
“.....Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa dan
janganlah tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah
kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.” (Q.S. Al-Ma’idah :2)
6. Mencermati nilai waktu, termasuk disiplin dalam pemanfaatan waktu. Allah SWT
bersumpah atas nama waktu dalam surat Al-Ashr, menandakan betapa pentingnya arti
waktu bagi seorang muslim dalam memberikan manfaat kebaikan dunia akhirat.

Ditegaskan pula oleh AASI (Asosiasi Asuransi Syariah Indonesia) -sebagai organisasi
yang menaungi agen dan perusahaan asuransi syariah- bahwa seorang agen asuransi syariah
sepatutnya mengikuti sejumlah kaidah sebagai berikut :8

8
Modul AASI Pelatihan Sertifikasi Keagenan Asuransi Jiwa Syariah
1. Selalu mematuhi kaidah syariah Islam. Semua kegiatan termasuk kegiatan bisnis
harus senantiasa berlandaskan syariat Islam dan dalam rangka mencari keridhoan
Allah.
2. Berperilaku baik dan simpatik. Dalam menjalankan bisnis dan memasarkan produk
harus dilakukan dengan simpatik dan rendah hati serta ringan tangan untuk menolong.
3. Bersikap adil. Dalam bertransaksi harus bersikap adil terhadap pihak-pihak tanpa
membedakn status, jabatan, kekayaan, dan lain-lain.
4. Bersaing secara sehat. Berlomba-lomba dalam kebaikan dengan cara yang baik
termasuk dalam bertransaksi dengan bersaing secara sehat dan fair.
5. Tolong menolong. Sebagai manusia tentu saling membutuhkan dan memerlukan
pertolongan sesama, demikian juga dalam konsep asuransi syariah yang
mengedepankan nilai ta’awun (saling menolong) dalam menghadapi musibah. Dalam
memasarkan produk asuransi syariah juga dilandasi untuk menolong calon peserta
melalui asuransi syariah.
6. Jujur dan amanah. Kejujuran adalah landasan utama termasuk dalam bertransaksi,
sedangkan amanah adalah sikap untuk memenuhi segala sesuatu sesuai dengan
ketentuan sehingga menimbulkan kepercayaan dari orang lain. Dalam memasarkan
produk asuransi syariah juga harus dilandasi dengan kejujuran sehingga menimbulkan
kepercayaan dari nasabah.
7. Sabar dalam melayani. Kesabaran sangat penting dalam melayani nasabah yang
memiliki sifat dan karakteristik bermacam-macam. Sabar juga diperlukan dalam
menghadapu berbagai cobaan dalam menjalankan bisnis secara syariah.
8. Bekerja secara profesional. Profesionalitas mutlak diperlukan dalam menjalankan
suatu profesi. Untuk bekerja secara profesional diperlukan kesungguhan dan
kemampuan dalam menjalankan tugas/amanahnya.
9. Senang memberi hadiah. Saling memberi hadiah dianjurkan dalam Islam karena
dengan memberi hadiah akan menimbulkan kecintaan diantara pihak-pihak tersebut.
Namun dalam memberikan hadiah harus tulus tanpa maksud/tujuan tertentu.

Selain poin di atas, penampilan fisik, pakaian dan juga pemahaman harus selalu
menjadi poin penting bagi agen asuransi syariah sebelum ia mempresentasikan produk
asuransi syariah. Penampilan ini juga menjadi cerminan profesionalitas perusahaan asuransi
syariah tempat agen tersebut berkarya. Agen asuransi syariah dalam pemasaran produk
asuransi syariah berupaya menghindarkan pencampuran antata yang haq dan yang bathil,
misalnya turut juga memasarkan produk asuransi konvensional yang mengandung riba.9

Ditambahkan pula oleh Agus Edi Sumanto (2009) bahwa agen asuransi syariah dalam
menawarkan produk asuransi syariah harus memiliki pengetahuan yang seimbang antara
pengetahuan produk (product knowledge) dan pengetahuan syariah (shariah knowledge),
serta menjunjung tinggi adab pergaulan secara Islami.

Kesimpulan
Agen asuransi syariah sebagai ujung tombak dalam mengedukasi dan memasarkan
produk asuransi syariah harus bersikap profesional dan memiliki etika Islami. Etika di dalam
Islam didasari oleh keimanan kepada Allah SWT dan Rasulullah SAW yang membawa
ajaran-Nya sehingga dalam menentukan baik dan buruknya perbuatan, tidak semata-mata
didasarkan pada akal pikiran, tetapi didasarkan pada Al-Qur’an dan Al-Hadis, serta niat
karena Allah SWT semata.

Daftar Pustaka
AAJI-AASI. CD Modul Pelatihan Sertifikasi Keagenan Asuransi
aaji.or.id/aaji daily news. 12 Mei 2017.
Al-Qur’an dan Terjemahnya. Jakarta: Almahira. 2017
Hafidhuddin, Didin dan Hendri Tanjung. Manajemen Syariah dalam Praktik. Jakarta: Gema
Insani Press. 2003.
Kamaludin, Undang Ahmad dan Muhammad Alfan. Etika Manajemen Islam. Bandung:
Pustaka Setia. 2010.
Salam, Burhanuddin. Etika Individual. Jakarta: Rineka Cipta. 2000.
Sumanto, Agus Edi, dkk. Solusi Berasuransi: Lebih Indah dengan Syariah. Bandung:Karya
Kita. 2009.
Suseno, F.Magnis. Etika Dasar. Yogyakarta:Kanisius. 2007.
Sutanto, Herry dan Khaerul Umam. Manajemen Pemasaran Bank Syariah. Bandung: Pustaka
Setia. 2013.

9
Agus Edi Sumanto dkk., Solusi Berasuransi Syariah: Lebih Indah dengan Syariah, Bandung: Karya Kita, 2009,
hal.161

Anda mungkin juga menyukai