Anda di halaman 1dari 5

Nama : Ridho Dwi Anggoro

Nim : 03014165
Tugas IKM : Summary mengenai pembiayaan Kesehatan, masalah yang timbul dari kenaikan
iuran BPJS.
Pembiayaan kesehatan

Biaya kesehatan ialah besarnya dana yang harus disediakan untuk menyelenggarakan dan
atau memanfaatkan berbagai upaya kesehatan yang diperlukan oleh perorangan, keluarga,
kelompok dan masyarakat. Berdasarkan pengertian ini, maka biaya kesehatan dapat ditinjau dari
dua sudut yaitu berdasarkan: 1

1. Penyedia Pelayanan Kesehatan (Health Provider), adalah besarnya dana yang harus
disediakan untuk dapat menyelenggarakan upaya kesehatan, maka dilihat pengertian ini
bahwa biaya kesehatan dari sudut penyedia pelayanan adalah persoalan utama pemerintah
dan ataupun pihak swasta, yakni pihak-pihak yang akan menyelenggarakan upaya
kesehatan. Besarnya dana bagi penyedia pelayanan kesehatan lebih menunjuk kepada
seluruh biaya investasi (investment cost) serta seluruh biaya operasional (operational
cost).
2. Pemakai Jasa Pelayanan (Health consumer), adalah besarnya dana yang harus disediakan
untuk dapat memanfaatkan jasa pelayanan. Dalam hal ini biaya kesehatan menjadi
persoalan utama para pemakai jasa pelayanan, namun dalam batas-batas tertentu
pemerintah juga turut serta, yakni dalam rangka terjaminnya pemenuhan kebutuhan
pelayanan kesehatan bagi masyarakat yang membutuhkannya. Besarnya dana bagi
pemakai jasa pelayanan lebih menunjuk pada jumlah uang yang harus dikeluarkan (out of
pocket) untuk dapat memanfaatkan suatu upaya kesehatan.

Pembiayaan kesehatan yang kuat, stabil dan berkesinambungan memegang peranan yang
amat vital untuk penyelenggaraan pelayanan kesehatan dalam rangka mencapai berbagai tujuan
penting dari pembangunan kesehatan di suatu negara diantaranya adalah pemerataan pelayanan
kesehatan dan akses (equitable access to health care) dan pelayanan yang berkualitas (assured
quality). Oleh karena itu reformasi kebijakan kesehatan di suatu negara seyogyanya memberikan
fokus penting kepada kebijakan pembiayaan kesehatan untuk menjamin terselenggaranya
kecukupan (adequacy), pemerataan (equity), efisiensi (efficiency) dan efektifitas (effectiveness)
dari pembiayaan kesehatan itu sendiri. 1

Peraturan BPJS

1. Peraturan BPJS Kesehatan Nomor 3 Tahun 2020 tentang Tata Cara Penagihan,
Pembayaran dan Pencatatan Iuran Jaminan Kesehatan, dan Pembayaran Denda Akibat
Keterlambatan Pembayaran Iuran Jaminan Kesehatan
2. Eraturan badan penyelenggara jaminan sosial kesehatannomor 2 tahun 2019 tentang
pelaksanaan skrining riwayat kesehatan dan pelayanan penapisan atau skrining kesehatan
tertentu serta peningkatan kesehatan bagi peserta penderita penyakit kronis dalam
program jaminan Kesehatan
3. Peraturan BPJS Kesehatan Nomor 1 Tahun 2019 Tentang Pencabutan Peraturan BPJS
Kesehatan Nomor 1 Tahun 2018 Tentang Penilaian Kegawatdaruratan dan Prosedur
Penggantian Biaya Pelayanan Gawat Darurat
4. Peraturan BPJS Kesehatan Nomor 4 Tahun 2019 Tentang Pemindahan Peserta Jaminan
Kesehatan di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
5. Peraturan BPJS Kesehatan Nomor 5 Tahun 2019 Tentang Perubahan Atas Peraturan
BPJS Kesehatan Nomor 4 Tahun 2015 Tentang Mekanisme Pemberian Dana Talangan
6. Peraturan BPJS Kesehatan Nomor 6 Tahun 2019 Tentang Perubahan Atas Peraturan
BPJS Kesehatan Nomor 6 Tahun 2018  Tentang Administrasi Kepesertaan Program
Jaminan Kesehatan
7. Peraturan BPJS Kesehatan Nomor 7 Tahun 2019 Tentang Petunjuk Pelaksanaan
Pembayaran Kapitasi Berbasis Kinerja Pada FKTP
8. Peraturan BPJS Kesehatan Nomor 5 tentang Tata Cara Penagihan, Pembayaran dan
Pencatatan Iuran Jaminan Kesehatan dan Pembayaran Denda Akibat Keterlambatan
Pembayaran Iuran Jaminan Kesehatan.

Pro dan Kontra masalah yang timbul akibat kenaikan pembayaran BPJS, kendala bagi
masyarakat dan Rumah sakit.

Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) telah dimulai sejak 6 tahun lalu (1 Januari
2014), namun dalam praktiknya masih banyak kendala seperti masalah mekanisme layanan yang
dinilai merepotkan, keterbatasan sumber daya manusia, defisit anggaran yang terus terjadi, dan
sebagainya. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS Kesehatan) sebagai
penyelenggara Program JKN terus mendapat kritik terkait berbagai permasalahan tersebut.
Defisit anggaran merupakan masalah krusial yang memicu kenaikan iuran. Menurut Direktur
Utama BPJS Kesehatan, Fachmi Idris, kenaikan iuran 2020 belum akan mampu menutup
keseluruhan defisit 2020. Defisit diprediksi mencapai Rp32 triliun hingga akhir tahun 2019.
Sementara itu, Pemerintah mencairkan dana sekitar Rp9,13 triliun untuk BPJS Kesehatan. 2

Peraturan presiden republik indonesia nomor 64 tahun 2020. Mengenai perubahan iuran
bagi peserta. Pada awal tahun ini kembali marak pemberitaan tentang kenaikan iuran. Hal
tersebut sebagai solusi atas defisit anggaran. Akhir tahun 2019 Komisi IX DPR RI dan
Pemerintah sepakat menaikan iuran peserta, kecuali kelas III-Mandiri. Namun faktanya
Pemerintah menaikan iuran di semua kelas sekitar 2 kali lipat dari angka sebelumnya. Dengan
demikian Komisi IX DPR RI menentang kenaikan iuran tersebut khususnya untuk peserta kelas
III Mandiri.2

Kenaikan iuran terus memicu perdebatan. Di sisi lain,masalah yang terjadi di kalangan
masyarakat adalah telah terjadi ribuan kasus migrasi peserta menuju kelas yang lebih rendah,
karena khawatir tidak mampu membayar. Beberapa Pemerintah Daerah menyatakan keberatan
atas kenaikan tersebut. Pemkab Lahat, Sumatera Selatan menolak kenaikan. Iuran peserta Kelas
III karena terbebani oleh iuran Penerima Bantuan Iuran (PBI) yang harus ditanggung APBD
Begitu juga menurut Wali Kota Bontang, Neni Moerniaeni, seharusnya kenaikan iuran menjadi
alternatif terakhir, setelah perbaikan manajemen dan optimalisasi pengumpulan iuran dari
kelompok masyarakat yang belum tertib membayar Pada umumnya Pemerintah Daerah
mengaitkan besaran iuran dengan kualitas layanan kesehatan. 2

DPR RI mendesak Pemerintah mencari cara lain dalam menanggulangi defisit. Dirut
BPJS Kesehatan mengusulkan agar semua peserta Kelas III-Mandiri dialihkan ke PBI. Namun
usulan tersebut bisa bermasalah, jika banyak peserta migrasi ke kelas III maka Pemerintah akan
membayar lebih mahal. Selain itu, BPJS Kesehatan juga tidak dapat berharap banyak dari
pemasukan iuran peserta, karena banyaknya migrasi turun kelas akan membuat peserta Kelas I
dan II jumlahnya berkurang. 2
Pemerintah telah resmi melakukan penyesuaian atau rasionalisasi besaran iuran Program
Jaminan Kesehatan Nasional-Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS) yang dikelola oleh BPJS
Kesehatan. Besaran iuran yang baru ini ditetapkan melalui Peraturan Presiden (Perpres) Nomor
75 Tahun 2019 tentang Perpres Nomor 82 Tahun 2018 tentang Jaminan Kesehatan yang
ditandatangani Presiden Jokowi pada tanggal 24 Oktober 2019. Perpres ini mengatur bahwa
besaran iuran untuk penduduk miskin yang tergolong dalam segmen Peserta Penerima Bantuan
Iuran (PBI) ditetapkan sebesar Rp42.000 per orang per bulan, naik dari sebelumnya Rp23.000.
Segmen kedua adalah Pekerja Bukan Penerima Upah (PBPU) dan Bukan Pekerja (BP) atau lebih
dikenal dengan peserta mandiri juga mengalami penyesuaian. Peserta mandiri kelas 1 sebesar
Rp42.000 per orang per bulan naik dari sebelumnya Rp25.500. Kelas 2 ditetapkan sebesar
Rp110.000 per orang per bulan, naik dari sebelumnya Rp51.000. Kelas I sebesar Rp160.000 per
orang per bulan, naik dari sebelumnya Rp80.000. 3

Menteri Kesehatan, Agus Terawan Putranto, mengatakan, jika pemerintah tidak


melakukan penyesuaian iuran, maka kondisi defisit JKN-KIS akan terus terjadi. Apabila JKN-
KIS defisit terus maka masyarakat sendirilah yang akan dirugikan. Pasalnya program ini sangat
dibutuhkan masyarakat, sehingga keberlanjutannya harus dijamin termasuk mencegah terjadinya
kekurangan pembiayaan. Data BPJS Kesehatan menunjukkan, rata-rata per hari kalender ada
640.822 kunjungan orang berobat menggunakan kartu JKN-KIS di tahun 2018. 3

Permasalahan defisit ini berdampak pada pelayanan Jaminan Kesehatan yang diberikan
kepada masyarakat serta menimbulkan permasalahan dari para pemangku kepentingan. Dari
hasil wawancara yang dilakukan dengan pihak internal BPJS Kesehatan, defisit yang terjadi
menimbulkan banyak klaim atas tagihan fasilitas kesehatan tingkat lanjutan dan Rumah Sakit
yang tertunda pembayarannya. Sejumlah rumah sakit yang berlokasi di Karawang melakukan
penundaan pembayaran honor kepada karyawannya lataran klaim yang diajukan ke BPJS
Kesehatan tak kunjung cair.4
Daftar Pustaka

1. Setyawan FEB. Sistem Pembiayaan Kesehatan. Fakultas Kedokteran Universitas


Muhammadiyah Malang 2018. Vol. 2 (4)
2. Retnaningsih H. Mencari Solusi Atas Kenaikan Iuran Bpjs Kesehatan 2020. Jurnal Info
Singkat. Bidang Kesejahteraan Sosial.2020. Vol XII.(2)
3. BPJS. Info BPJS Kesehatan. PERPRES No 75 TAHUN 2019 Andil Besar Pemerintah Di
Balik Rasionalisasi Iuran JKN-KIS. 2019. Edisi 81.
4. Fordaus KK. Wondabio LS. Analisis Iuran dan Beban Kesehatan dalam Rangka Evaluasi
Program Jaminan Kesehatan. Jurnal Aset (Akuntansi Riset).2019. 11(1)
5. https://bpjs-kesehatan.go.id/bpjs/arsip/categories/MzU/peraturan-bpjs-kesehatan

Anda mungkin juga menyukai