Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN DIAGNOSA MEDIS


GASTROENTERITIS AKUT

OLEH :
NI MADE AYU PRIYASTINI
17.321.2695
A11-A

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

STIKES WIRA MEDIKA BALI

2019/2020
LAPORAN PENDAHULUAN GASTROENTERITIS AKUT

1.1 Pengertian
Beberapa pengertian gastroenteritis:
1. Gastroenteritis adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cairan
atau setengah cairan, dengan demikian kandungan air pada tinja lebih banyak dari
keadaan normal yakni 100-200 ml sekali defekasi (Hendarwanto, 2010).
2. Menurut WHO (2012) gastroenteritis adalah buang air besar encer atau cair lebih
dari tiga kali sehari.
3. Gastroenteritis ialah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi
dan lebih dari 3 kali pada anak dengan konsistensi feses encer, dapat berwarna
hijau atau dapat bercampur lendir dan darah (Ngastiyah, 2012).

1.2 Etiologi
1.    Faktor infeksi
a. Infeksi enteral; infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama
gastroenteritis, meliputi infeksi bakteri (Vibrio, E. coli, Salmonella, Shigella,
Campylobacter, Yersinia, Aeromonas, dsb), infeksi virus (Enterovirus,
Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus, dll), infeksi parasit (E. hystolytica,
G.lamblia, T. hominis) dan jamur (C. albicans).
b. Infeksi parenteral; merupakan infeksi di luar sistem pencernaan yang dapat
menimbulkan gastroenteritis seperti: otitis media akut, tonsilitis,
bronkopneumonia, ensefalitis dan sebagainya.
2. Faktor Malabsorbsi
Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa),
monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa). Intoleransi laktosa
merupakan penyebab gastroenteritis yang terpenting pada bayi dan anak. Di
samping itu dapat pula terjadi malabsorbsi lemak dan protein.
3.      Faktor Makanan:
Gastroenteritis dapat terjadi karena mengkonsumsi makanan basi, beracun dan
alergi terhadap jenis makanan tertentu.
4.      Faktor Psikologis
Gastroenteritis dapat terjadi karena faktor psikologis (rasa takut dan cemas).
1.3 Patofisiologi

Diare akut di sebabkan oleh infeksi. Banyak dampak yang terjadi karena infeksi
saluran cerna antara lain: pengeluaran toksin yang dapat menimbulkan gangguan sekresi
dan reabsorbsi cairan dan elektrolit dengan akibat dehidrasi, gangguan keseimbangan
elektrolit dan gangguan keseimbangan asam basa. Invasi dan destruksi pada sel epitel,
penetrasi ke lamina propia serta kerusakan mikrovili yang dapat menimbulkan keadaan
maldigesti dan malabsorbsi, dan apabila tidak mendapatkan penanganan yang adekuat
pada akhirnya dapat mengalami invasi sistemik.
Penyebab gastroenteritis akut adalah masuknya virus (Rotavirus, Adenovirus enteris,
Virus Norwalk), Bakteri atau toksin (Compylobacter, Salmonella, Escherichia coli,
Yersinia dan lainnya), parasit (Biardia Lambia, Cryptosporidium). Beberapa
mikroorganisme patogen ini menyebabkan infeksi pada sel-sel, memproduksi
enterotoksin atau sitotoksin dimana merusak sel-sel, atau melekat pada dinding usus pada
Gastroenteritis akut. Penularan Gastroenteritis bisa melalui fekal-oral dari satu penderita
ke yang lainnya. Kasus ditemui penyebaran patogen dikarenakan makanan dan minuman
yang terkontaminasi. Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah gangguan
osmotic (makanan yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotic dalam
rongga usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga
usus,isi rongga usus berlebihan sehingga timbul diare).
Gangguan sekresi akibat toksin di dinding usus, sehingga sekresi air dan elektrolit
meningkat kemudian terjadi diare. Gangguan moltilitas usus yang mengakibatkan
hiperperistaltik dan hipoperistaltik. Akibat dari diare itu sendiri adalah kehilangan air dan
elektrolit (Dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan asam basa (Asidosis Metabolik dan
Hipokalemia), gangguan gizi (intake kurang, output berlebih), hipoglikemia dan
gangguan sirkulasi darah[ CITATION Car18 \l 1033 ].
1.4 Pathway

Faktor makanan (makanan Faktor infeksi (bakteri dan virus) Faktor malabsorpsi
basi, beracun, alergi (karbohidrat, protein dan
makanan) lemak)
Masuk ke dalam tubuh
Makanan tidak diserap oleh
villi usus
Mencapai usus halus Infeksi usus halus

Peningkatan isi (rongga)


Menstimulus dinding usus lumen usus
Malabsorpsi makanan dan cairan
halus

Peningkatan tekanan osmotic


dalam lumen usus

Hiperperistaltik

Peningkatan percepatan kontak makanan dan air dengan mukosa usus

Penyerapan makanan, air, elektrolit terganggu

Output cairan dan elektrolit


berlebihan Frekuensi defekasi Refleksi spasme otot
dinding perut

Dehidrasi
BAB encer dengan
atau danpa darah
Sirkulasi darah menurun Nyeri akut

Merangsang hipotalamus Diare

Risiko
Hipovolemia
1.5 Tanda dan Gejala

a.       Diare.
b.      Muntah.
c.       Demam.
d.      Nyeri abdomen
e.       Membran mukosa mulut dan bibir kering
f.       Fontanel cekung
g.      Kehilangan berat badan
h.      Tidak nafsu makan
i.        Badan terasa lemah

1.6 Klasifikasi

Diare dapat diklasifikasikan sebagai berikut :


1. Ditinjau dari ada atau tidaknya infeksi, diare dibagi menjadi dua golongan:
1) Diare infeksi spesifik : tifus dan para tifus, staphilococcus disentri basiler,
dan Enterotolitis nektrotikans.
2) Diare non spesifik : diare dietetis.
2. Ditinjau dari organ yang terkena infeksi diare :
1) Diare infeksi enteral atau infeksi di usus, misalnya: diare yang ditimbulkan oleh
bakteri, virus dan parasit.
2) Diare infeksi parenteral atau diare akibat infeksi dari luar usus, misalnya: diare
karena bronkhitis.
3. Ditinjau dari lama infeksi, diare dibagi menjadi dua golongan yaitu:
1) Diare akut : Diare yang terjadi karena infeksi usus yang bersifat mendadak,
berlangsung cepat dan berakhir dalam waktu 3 sampai 5 hari. Hanya 25% sampai
30% pasien yang berakhir melebihi waktu 1 minggu dan hanya 5 sampai 15%
yang berakhir dalam 14 hari.
2) Diare kronik, ádalah diare yang berlangsung 2 minggu atau lebih
1.7 Pemeriksaan Fisik
1. Kepala dan mata
Kepala : Inspeksi ada tidaknya ubun-ubun yang besar dan cekung
Rambut : Terjadi rontok atau merah karena malnutrisi
Mata : Mata pada umumnya agak cekung
Mulut : Mukosa kering, bibir pecah-pecah, lidah kering, bibir
sianosis
Pipi : Pada tulung pipi biasanya menonjol
Wajah : Tampak lebih pucat
2. Leher
Umumnya tidak terjadi pembesaran kelenjar tiroid
3. Jantung
Menimbulkan aritmia jantung
4. Abdomen
Inspeksi :Inspeksi umumnya kadang simetris, cembung terlihat
pembesaran pada perut kanan bawah
Perkusi :Tympani (kembung)
Palpasi : Umumnya ada nyeri tekan bagian perut bawah yaitu bagian
usus dan dapat terjadi kejang perut.
Auskultasi : Bising usus >30x/ menit
5. Anus
Anus terjadi iritasi, kemerahan pada daerah sekitarnya
6. Kulit
Kekenyalan kulit sedikit kurang dan elastisitas kembali setelah 1-2 detik.
a. Pemeriksaan diagnostic / Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
2. Pemeriksaan tinja
3. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah astrup,bila
memungkinkan dengan menentukan PH keseimbangan analisa gas darah
atau astrup,bila memungkinkan.
4. Pemeriksaan kadar ureum dan creatinin untuk mengetahui pungsi ginjal.
5. Pemeriksaan elektrolit intubasi duodenum (EGD) untuk mengetahui jasad
renik atau parasit secara kuantitatif,terutama dilakukan pada penderita
diare kronik.
6. Pemeriksaan radiologis seperti sigmoidoskopi, kolonoskopi dan lainnya biasanya
tidak membantu untuk evaluasi diare akut infeksi [ CITATION Kus15 \l 1033 ].

b. Penatalaksaan
1. Pemberian cairan
Pemberian cairan pada pasien diare dan memperhatikan derajat
dehidrasinyadan keadaan umum.
a. Pemberian cairan
Pasiendengandehidrasiringandansedang cairanyang diberikan
peroralberupacairanyangberisikanNaCldanNaHCO3,KCL dan glukosauntuk
diare akut.
b. Cairan Parenteral
Sebenarnyaadabeberapajeniscairanyang diperlukansesuaidengan
kebutuhanpasien,tetapisemuanyaitutergantung tersedianyacairan setampat.
Pada umumnyacairan RingerLaktat(RL) diberikan tergantung
berat/ringandehidrasi,yang diperhitungkandengan kehilangan cairan sesuai
dengan umurdan berat badannya.
1) Dehidrasi Ringan
1jampertama25–50ml/kgBB/hari,kemudian125ml/kgBB/oral.
2) Dehidrasisedang
1jampertama50–100ml/kgBB/oralkemudian125ml/kgBB/hari.
3) Dehidrasiberat
1jampertama20ml/kgBB/jamatau5tetes/kgBB/menit
(inperset1ml:20tetes),16jamnerikutnya105ml/kg BB oralitper oral.
c. Obat-obatan
Prinsippengobatandiareadalahmengganticairanyang hilang melalui
tinjadengan/tanpamuntahdengancairanyangmengandung elektrolit dan
glukosa/ karbohidratlain (gula,airtajin, tepungberas, dsb).
1) Obat anti sekresi
Asetosal, dosis 25 mg/ ch dengan dosis minimum30 mg.
Klorrpomozin, dosis 0,5– 1 mg/ kgBB/ hari.
2) Obat spasmolitik, umumnyaobat spasmolitik seperti papaverin
ekstrakbeladora,opiumloperamiatidakdi gunakanuntuk
mengatasidiare akutlagi,obatpengerastinja sepertikaolin,pectin,
charcoal,tabonal,tidakada manfaatnyauntukmengatasidiare
sehinggatidak diberikanlagi.
3) Antibiotic
Umumnyaantibiotic tidakdiberikanbila tidakada penyebabyang
jelas.Bilapenyebabnyakolera,diberikantetrasiklin25–50mg/ kg
BB / hari. Antibiotic juga diberikan bila terdapat penyakit seperti
OMA, faringitis, bronchitis / bronkopeneumonia.
c. Komplikasi
1. Dehidrasi
2. Renyatan Hiporomelik
3. Kejang
4. Bakterikimia
5. Malnutrisi
6. Hipoglikimia
7. Intoleransisekunderakibat kerusakan mukosausus
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
b. Identitas klien
c. Keluhan utama : pasien mengatakan sejak kemarin sudah
BAB lebih dari 6x dengan konsistensis cair dengan jumlah yang
banyak
d. Riwayat penyakit saat ini : Buang air besar lebih dari 1 hari disertai nyeri
perut
e. Riwayat penyakit sebelumnya : Pasien mengatakan tidak mempunyai
penyakit apa pun sebelumnya
f. Riwayat penyakit keluarga : Adanya riwayat penyakit keluarga yang

2. Diagnosa Keperawata
1) Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi gastrointestinal ditandai dengan
tampak meringis dan frekuensi nadi meningkat
2) Diare berhubungan dengan gastrointestinal di tandai dengan defekasi lebih
dari 3 x dalam 24 jam dan feses lembek atau cair
3) Risiko hipovolemia berhubungan dengan kekurangan intake cairan
3. Intervensi
No.
Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional
Dx
1 Setelah diberikan asuhan 1. Monitor tanda-tanda 1) Monitor tanda-
keperawatan selama 3x 24 vital pasien. tanda vital pasien
jamdiharapkan nyeri pasien dapat 2. Lakukan pengkajian Mengetahui tanda-
berkurang dengan kriteria hasil: nyeri secara tanda vital pasien
1. Mampu mengontrol nyeri konpreensif termasuk secara rutin.
(tau penyebab nyeri, mampu lokasi, karakteristik, 2) Mengontrol nyeri
menggunakan teknik non durasi, frekuensi, pasien secara
parmakologi untuk mengurangu kualitas dan faktor teratur
nyeri) presipitasi. 3) Meningkatkan
2. Melaporkan bahwa nyeri 3. Kontrol lingkungan kenyaman pasien
berkurang dengan yang dapat saat beristirahat.
menggunakan manajemen nyeri. mempengaruhi nyeri 4) Meningkatkan
3. Mampu mengenali nyeri (Skala, seperti suhu ruangan, relaksasi pola
intensitas, frekuensi dan tanda pencahayan dan pernafasan pasien.
nyeri). kebisingan. 5) Mengatasi
4. Menyatakan rasa nyaman 4. Ajarkan teknik non dukungan pasien
setelah nyeri berkurang. farmakologi (nafas terhadap nyeri.
5. TTV dalam rentang normal dalam) 6) Mengurangi rasa
6. Tidak mengalami gangguan 5. Bantu pasien dan nyeri yang di
tidur. keluarga menemukan rasakan pasien
dukungan untuk
mengurangi nyeri.
6. Delegatif dalam
pemeberian ranetidin
2x1.
2 Setelah diberikan asuhan 1. Monitor tanda- 1. Mengetahui tanda-
keperawatan selama 3x 24 tanda vital tanda vital pasien
jamdiharapkan diare pasien dapat 2. Monitor elastisitas secara rutin.
membaik dengan kriteria hasil: tugor kulit 2. Mengontrol
1. Kontrol pengeluarkan feses 3. Berikan asupan elastisitas kulit
menurun cairan oral pasien
2. Nyeri abdomen menurun misalnya: oralit, 3. Mengurangi
3. Konsistensis feses dan cairan intra defikasi cairan
membaik vena. pasien secara
4. Frekuensi defekasi 4. Anjurkan teratur
membaik makanan porsi 4. Mengontrol asupan
5. Frestaltik usus membaik kecil dan sering nutrisi pasien
secara bertahap secara berkala
5. Kolaborasi 5. Mengurangi diare
pemberian obat dengan
antimotilitas menghambat
gerakan usus

3 Setelah diberikan asuhan 1. Monitor dan intake 1. Mencegah


keperawatan selama 3x 24 output cairan terjadinya
jamdiharapkan kekurangan volume 2. Berikan asupan cairan kekurangan volume
cairan pasien dapat membaik oral cairan pada pasien
dengan kriteria hasil: 3. Anjurkan 2. Menganjurkan
1. Takikardi menurun memperbanyak asupan pasien agar banyak
2. Suhu tubuh menurun cairan oral minum
3. Tekanan darah membaik 4. Kolaborasi pemberian 3. Mengontrol asupan
cairan IV ISOTONIS cairan oral secara
(RL) teratur
4. Menggantikan
cairan tubuh pasien
yang hilang akibat
diare

4. Implementasi
Implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi yang direncanakan (terlampir)
5. Evaluasi
Hasil evalusai yang diharpkan diantarnya:
1) Diagnosa I
a. Mampu mengontrol nyeri
(tau penyebab nyeri, mampu menggunakan teknik non parmakologi
untuk mengurangu nyeri)
b. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan
manajemen nyeri.
c. Mampu mengenali nyeri (Skala, intensitas, frekuensi dan tanda
nyeri).
d. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang.
e. TTV dalam rentang normal
f. Tidak mengalami gangguan tidur.
2) Diagnosa II
a. Kontrol pengeluarkan feses menurun
b. Nyeri abdomen menurun
c. Konsistensis feses membaik
d. Frekuensi defekasi membaik
e. Frestaltik usus membaik
3) Diagnosa III
a. Takikardi menurun
b. Suhu tubuh menurun
c. Tekanan darah membaik

Anda mungkin juga menyukai