HIPERTENSI ESENSIAL
OLEH
Sri Rahayu MK 1210312023
Lily Fajriati 1210312054
PRESEPTOR
Dr. dr. Irza Wahid, Sp.PD, KHOM, FINASIM
PENDAHULLUAN
dan man made diseases yang merupakan faktor utama masalah morbiditas dan
telah mengadopsi gaya hidup tidak sehat, misalnya merokok, kurang aktivitas
fisik, makanan tinggi lemak dan kalori, serta konsumsi alkohol yang diduga
merupakan faktor risiko PTM. WHO memperkirakan, pada tahun 2020 PTM akan
Salah satu PTM yang menjadi masalah kesehatan yang sangat serius saat ini
adalah hipertensi yang disebut sebagai the silent killer. Menurut NHLBI (National
Heart, Lung, and Blood Institute) 1 dari 3 pasien menderita hipertensi. Riset
diketahui.3
dimiliki seseorang. Faktor pemicu hipertensi dibedakan menjadi yang tidak dapat
dikontrol seperti riwayat keluarga, jenis kelamin, dan umur. Faktor yang dapat
(penyakit jantung iskemik, hipertropi ventrikel kiri, gagal jantung), otak (stroke),
ginjal (gagal ginjal), mata (retinopati hipertensi) dan arteri perifer (claudikasio
intermitten).2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Hipertensi adalah meningkatnya tekanan darah sistolik lebih besar dari 140
mmHg atau diastolik lebih besar dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan
Treatment of High Blood Pressure sebagai tekanan yang lebih tinggi dari 140 / 90
mmHg.4
2.2 Epidemiologi
gejala yang berlanjut untuk suatu target organ, seperti stroke untuk otak, penyakit
jantung koroner untuk pembuluh darah jantung dan untuk otot jantung. Penyakit
ini telah menjadi masalah utama dalam kesehatan masyarakat yang ada di
populasi usia lanjut maka jumlah pasien dengan hipertensi kemungkinan besar
terutama di negara berkembang tahun 2025 dari sejumlah 639 juta kasus di tahun
2000, di perkirakan menjadi 1,15 milyar kasus di tahun 2025. Prediksi ini
didasarkan pada angka penderita hipertensi saat ini dan pertambahan penduduk
saat ini.5,6
yang tidak dapat dimodifikasi antara lain faktor genetik, umur, jenis kelamin, dan
etnis. Sedangkan faktor yang dapat dimodifikasi meliputi stres, obesitas dan
nutrisi.6,7
tua dengan hipertensi mempunyai risiko dua kali lebih besar untuk
2.3.2 Umur
lebih besar atau sama dengan 140/90 mmHg. Hal ini merupakan pengaruh
berbagai faktor. Dengan bertambahnya umur, maka tekanan darah juga akan
penebalan oleh karena adanya penumpukan zat kolagen pada lapisan otot,
sedikit demi sedikit hormon estrogen yang selama ini melindungi pembuluh
darah dari kerusakan. Proses ini terus berlanjut dimana hormon estrogen
tersebut berubah kuantitasnya sesuai dengan umur wanita secara alami, yang
2.3.4 Etnis
Hipertensi lebih banyak terjadi pada orang berkulit hitam dari pada
yang berkulit putih. Sampai saat ini, belum diketahui secara pasti
penyebabnya. Namun pada orang kulit hitam ditemukan kadar renin yang
2.3.5 Obesitas
Health USA (NIH, 1998), prevalensi tekanan darah tinggi pada orang
dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) >30 (obesitas) adalah 38% untuk pria
dan 32% untuk wanita, dibandingkan dengan prevalensi 18% untuk pria dan
17% untuk wanita bagi yang memiliki IMT <25 (status gizi normal menurut
standar internasional). 11
yang direkomendasikan adalah tidak lebih dari 100 mmol (sekitar 2,4 gram
2.3.7 Merokok
yang awalnya tidak ada riwayat hipertensi, 51% subyek tidak merokok, 36%
dan 8% subyek yang merokok lebih dari 15 batang perhari. Subyek terus
diteliti dan dalam median waktu 9,8 tahun. Kesimpulan dalam penelitian ini
2.4 Klasifikasi
Apabila terjadi peningkatan salah satu dari variabel tersebut yang tidak
memiliki sistem yang berfungsi mencegah perubahan tekanan darah secara akut
darah dalam jangka panjang. Sistem pengendalian tekanan darah sangat kompleks.
melalui sistem saraf, refleks kemoreseptor, respon iskemia, susunan saraf pusat
yang berasal dari atrium, dan arteri pulmonalis otot polos. Sedangkan sistem
dan rongga intertisial yang dikontrol oleh hormon angiotensin dan vasopresin.
Kemudian dilanjutkan sistem poten dan berlangsung dalam jangka panjang yang
berbagai organ.14
Gambar 2
Faktor
yang
(diproduksi oleh ginjal) akan diubah menjadi angiotensin I. Oleh ACE yang
inilah yang memiliki peranan kunci dalam menaikkan tekanan darah melalui dua
(ADH) dan rasa haus. ADH diproduksi di hipotalamus (kelenjar pituitari) dan
bekerja pada ginjal untuk mengatur osmolalitas dan volume urin. Dengan
menarik cairan dari bagian intraseluler. Akibatnya, volume darah meningkat yang
pada akhirnya akan meningkatkan tekanan darah. Aksi kedua adalah menstimulasi
yang memiliki peranan penting pada ginjal. Untuk mengatur volume cairan
Renin
Angiotensin I
Angiotensin II
↑ Sekresi hormone ADH rasa haus
Stimulasi sekresi aldosteron dari
korteks adrenal
Mengentalkan
↑ Konsentrasi NaCl
di pembuluh darah
Menarik cairan intraseluler → ekstraseluler
↑ Tekanan darah
↑ Volume darah
↑ Tekanan darah
secara tidak sengaja melalui pengukuran tekanan darah. Dahulu, terdapat gejala
klasik hipertensi seperti sakit kepala, epistaksis, dan pusing. Namun gejala klasik
ini tidak digunakan lagi karena menurut penelitian, gejalatersebut tidak muncul
1. Anamnesis7
Anamnesis yang perlu ditanyakan kepada seorang penderita hipertensi
meliputi:
a. Lama menderita hipertensi dan derajat tekanan darah.
b. Indikasi adanya hipertensi sekunder.
Keluarga dengan riwayat penyakit ginjal (ginjal polikistik)
Adanya penyakit ginjal, infeksi saluran kemih hematuri,
(feokromositoma).
c. Faktor-faktor resiko (riwayat hipertensi/ kardiovaskular pada
insentitas olahraga).
d. Gejala kerusakan organ
Otak dan mata: sakit kepala, vertigo, gangguan penglihatan,
kamar periksa dokter atau rumah sakit dilakukan pada penderita yang
sudah bebas dari minuman yang mengandung alcohol, kafein dan merokok
adanya LVH.
Plasma rennin activity (PRA), aldosteron, katekolamin urin.
Ultrasonografi pembuluh darah besar (karotis dan femoral).
Ultrasonografi ginjal jika diduga adanya kelainan ginjal.
Pemeriksaaan neurologis untuk mengetahui kerusakan pada otak.
Funduskopi untuk mengetahui kerusakan pada mata.
Mikroalbuminuria atau perbandingan albumin/kreatinin urin.
Foto thoraks.
2.9 Tatalaksana
a.Pengobatan nonfarmakologis5
b. Pengobatan farmakologi
antara lain:1,5
a. Diuretic, terutama jenis Thiazide (Thiaz) Aldosteron Antagonist (Ald
Ant).
b. Beta Blocker (BB).
c. Calcium channel blocker atau Calcium antagonist (CCB).
d. Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor (ACEI).
e. Angiotensin II Receptor Blocker atau AT1 Receptor angiotensint/ blocker
(ARB).
tabel berikut:1
penyakit lain
g. Bukti ilmiah kemampuan obat antihipertensi yang akan digunakan dalam
penurunan tekanan darah itu sendiri, terlepas dari jenis atau kelas obat
a. Gagal jantung
b. Pasca infark miokardium
c. Resiko penyakit pembuluh darah koroner tinggi
d. Diabetes
e. Penyakit ginjal kronis
f. Pencegahan strok berulang.
a. Populasi minoritas
b. Obesitas dan sindrom metabolik
c. Hipertrofi ventrikel kanan
d. Penyakit arteri perifer
e. Hipertensi pada usia lanjut
f. Hipotensi postural
g. Demensia
h. Hipertensi pada perempuan
i. Hipertensi pada anak dan dewasa muda
j. Hipertensi urgensi dan emergensi.
bertahap, dan target tekanan darah dicapai secara progresif dalam beberapa
sekali sehari. Pilihan apakah memulai terapi dengan satu jenis obat
dan ada tidaknya komplikasi. Jika terapi dimulai dengan satu jenis obat dan
dalam dosis rendah, dan kemudian darah belum mencapai target, maka
adalah:1
Diuretika
β Bloker ARB
α Bloker CCB
ACE I
Obat Antihipertensi Dosis inisial (mg) Dosis target (mg) Frekuensi pemberian
ACE Inhibitor
Captopril 50 150-200 2
Enalapril 5 20 1-2
Lisinopril 10 40 1
Angiotensin receptor
blockers
Eprosartan 400 600-800 1-2
Candesartan 4 12-32 1
Losartan 50 100 1-2
Valsartan 40-80 160-320 1
Irbesartan 75 300 1
β-blockers
Atenolol 25-50 100 1
Metoprolol 50 100-200 1-2
Calcium channel
blockers
Amlodipine 2,5 10 1
Diltiazem extended 120-180 360 1
release
Nitrendipine 10 20 1-2
Thiazide-type diuretics
Bendroflumethiazide 5 10 1
Chlorthalidone 12,5 12,5-25 1
Hydrochlorothiazide 12,5-25 25-100 1-2
Indapamide 1,25 1,25-2,5 1
Tatalaksana hipertensi menurut rekomendasi JNC 8:6
Rekomendasi 1
Pada populasi yang berusia ≥60 tahun, tatalaksana farmakologis dimulai jika TDS
≥150 mmHg atau TDD ≥90 mmHg. Target pengobatan sampai TDS <150 mmHg
Corollary Recommendation
Pada populasi yang berusia ≥60 tahun, jika terapi farmakologi mengakibatkan
penurunan TDS lebih rendah (<140 mmHg) dan pengobatan ditoleransi baik tanpa
Rekomendasi 2
Populasi yang berusia <60 tahun, tatalaksana farmakologi dimulai jika TDD ≥90
mmHg dan target pengobatan sampai TDD <90 mmHg. (Usia 30-59 tahun:
Rekomendasi 3
Pada populasi yang berusia <60 tahun, terapi farmakologi dimulai jika TDS ≥140
Rekomendasi 4
Populasi yang berusia ≥18 tahun dengan Penyakit Ginjal Kronik (CKD), terapi
farmakologi dimulai jika TDS ≥140 mmHg atau TDD ≥90 mmHg. Terget TDS
Rekomendasi 5
Populasi yang berusia ≥18 tahun dengan diabetes, terapi farmakologi dimulai jika
TDS ≥140 mmHg atau TDD ≥90 mmHg. Terget TDS <140 mmHg dan TDD <90
mmHg.
Rekomendasi 6
Populasi bukan kulit hitam termasuk dengan diabetes, terapi antihipertensi harus
dimulai dengan obat thiazide type diuretic, CCB, ACE I, atau ARB.
(Rekomendasi B)
Rekomendasi 7
dengan thiazide type diuretic atau CCB. (Untuk populasi kulit hitam: rekomendasi
Rekomendasi 8
Populasi yang berusia ≥18 tahun dengan CKD, pengobatan awal atau tambahan
antihipertensi harus dimulai dengan ACE I atau ARB untuk memperbaiki kerja
ginjal. Ini diaplikasikan untuk semua pasien CKD dengan hipertensi tanpa
Rekomendasi 9
target tekanan darah. Apabila target TD tidak tercapai dalam 1 bulan, naikkan
dosis atau tambahkan obat kedua dari salah satu diantara obat rekomendasi 6
(thiazide type diuretic, CCB, ACE I atau ARB). Jika target TD tidak tercapai
dengan 2 obat, tambahkan dan titrasi obat ketiga dari daftar obat yang disarankan.
Jangan menggunakan ACE I dan ARB pada satu pasien. Jika target TD masih
E).
pemberian beta bloker yang merupakan obat pilihan utama pada pasien dengan
penyakit jantung koroner. Obat ini akan bekerja dengan mengurangi iskemia dan
angina. Beta blocker juga menghambat terjadinya gagal jantung. CCB akan
digunakan sebagai obat tambahan setelah optimalisasi dosis beta blocker bila
terjadi:
resistensi vascular perifer dan menurunkan tekanan darah. Selain itu, CCB juga
diabetes mellitus dengan atau tanpa gangguan fungsi sistolik ventrikel kiri
penurunan tekanan darah yang sama. Indikasi pemberian ARB adalah pada pasien
2.10 Komplikasi
a. Jantung
Hipertensive heart disease (HHD) disebabkan karena adaptasi struktural
b. Otak
gangguan kognitif pada lansia. Otak merupakan salah satu organ yang
c. Ginjal
d. Arteri perifer
atau peripheral artei disease. PAD ditandai dengan nyeri pada betis atau
2.11 Prognosis
Hipertensi dapat dikendalikan dengan baik dengan pengobatan yang
antihipertensi biasanya dapat menjaga tekanan darah pada tingkat yang tidak akan
menyebabkan kerusakan pada jantung atau organ lain. Kunci untuk menghindari
kerusakan terjadi.1