RSUP.DR.WAHIDIN SUDIROHUSODO
RUANG FISIOTERAPI MOTHER AND CHILD
OLEH :
Laporan kasus pre klinik di ruang fisioterapi Mother and Children mulai
tanggal 15-16 April 2019 dengan judul kasus “Gangguan tumbuh kembang usia
4 bulan kelemahan tipe spastik quadriplegia ec. craniosinostosis ec. epilepsi
pada anak usia 1,5 tahun” telah disetujui oleh Pembimbing Lahan (Clinical
Educator) dan Preceptor (Dosen).
NIP. NIP.
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI............................................................................................................3
BAB I.......................................................................................................................5
PENDAHULUAN....................................................................................................5
BAB II......................................................................................................................6
TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................................6
C. Patologi.......................................................................................................14
1) Definisi.................................................................................................14
2) Epidemiologi........................................................................................16
3) Etiologi.................................................................................................16
5) Gambaran Klinis..................................................................................19
6) Prognosis..............................................................................................21
7) Intervensi Fisioterapi...........................................................................21
BAB III...................................................................................................................22
PROSES FISIOTERAPI........................................................................................22
B. Anamnesis Khusus.....................................................................................23
C. Inspeksi.......................................................................................................24
D. Palpasi........................................................................................................25
F. Orientasi test...............................................................................................25
I. Diagnosa Fisioterapi....................................................................................29
J. Problematika Fisioterapi dan Bagan ICF.....................................................29
M. Intervensi Fisioterapi.................................................................................30
BAB IV..................................................................................................................31
PENUTUP..............................................................................................................31
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Otak
Otak terletak dalam rongga kranium (tengkorak), terdiri atas semua
bagian sistem saraf pusat (SSP) diatas korda spinalis. Otak terdiri dari sel-
sel otak yang disebut neuron, sel-sel penunjang yang dikenal sebagai glia,
cairan serebrospinal, dan pembuluh darah. Semua orang memiliki jumlah
neuron yang sama sekitar 100 miliar, tetapi koneksi diantara berbagai
neuron berbeda-beda. Pada orang dewasa, otak membentuk hanya sekitar
2% (sekitar 1,4 kg) dari berat tubuh total, tetapi mengkonsumsi sekitar
20% oksigen dan 50% glukosa yang ada di dalam darah arterial (Harsono,
2013).
Jika terjadi kerusakan atau gangguan di otak maka akan
mengakibatkan kelumpuhan pada anggota gerak, gangguan bicara, serta
gangguan dalam pengaturan nafas dan tekanan darah (Hayes, 2017).
Otak merupakan bagian utama dari sistem saraf, dengan komponen
bagiannya adalah:
1) Cerebrum
Cerebrum merupakan bagian otak yang terbesar yang terdiri
dari sepasang hemisfer kanan dan kiri dan tersusun dari korteks.
Korteks ditandai dengan sulkus (celah) dan girus (Untari, 2012).
Korteks serebri adalah lapisan terluar dari otak. Korteks serebri
berupa lapisan tipis (1,5 mm sampai 5 mm) yang membungkus otak.
Korteks serebral dilapisi oleh selaput meninges yang tersusun dari
ratusan hingga ribuan sel saraf yang saling berdempetan. Korteks otak
sering juga disebut sebagai materi abu-abu (Untari, 2012).
Sebagian besar pemrosesan informasi sensorik dari lima indera
terjadi di korteks serebral. Bagian otak ini yang paling berkembang
dari otak manusia dan bertanggung jawab untuk berpikir, memahami,
berbicara, memproduksi dan memahami bahasa, ingatan,
perhatian/kewaspadaan, kepedulian, kesadaran, organisasi dan
perencanaan, pemecahan masalah, kemampuan sosial, fungsi motorik
lanjutan, hingga mengambil keputusan (Untari, 2012).
Cerebrum dibagi menjadi beberapa lobus, yaitu
a) Lobus frontalis
Lobus frontalis berperan sebagai pusat fungsi intelektual
yang lebih tinggi, seperti kemampuan berpikir abstrak dan nalar,
bicara (area broca di hemisfer kiri), pusat penghidu, dan emosi.
Bagian ini mengandung pusat pengontrolan gerakan volunter di
gyrus presentralis (area motorik primer) dan terdapat area asosiasi
motorik (area premotor). Pada lobus ini terdapat daerah broca
yang mengatur ekspresi bicara, lobus ini juga mengatur gerakan
sadar, perilaku sosial, berbicara, motivasi dan inisiatif (Untari,
2012).
b) Lobus temporalis
Berfungsi untuk mengatur daya ingat verbal, visual,
pendengaran dan berperan dalam pembentukan dan
perkembangan emosi (Sholiha, 2016).
c) Lobus parietalis
Merupakan daerah pusat kesadaran sensorik di gyrus
postsentralis (area sensorik primer) untuk rasa raba dan
pendengaran (Untari, 2012).
d) Lobus oksipitalis
Berfungsi untuk pusat penglihatan dan area asosiasi
penglihatan, menginterpretasi dan memproses rangsang
penglihatan dari nervus opticus dan mengasosiasikan rangsang ini
dengan informasi saraf lain dan memori (Untari, 2012).
e) Lobus limbic
Lobus limbik berfungsi untuk mengatur emosi manusia,
memori emosi dan bersama hipothalamus menimbulkan
perubahan melalui pengendalian atas susunan endokrin dan
susunan otonom (Untari, 2012).
2) Cerebellum
Otak kecil (cerebellum) mempunyai fungsi utama dalam
koordinasi terhadap otot dan tonus otot, keseimbangan dan posisi tubuh.
Bila ada rangsangan yang merugikan atau berbahaya maka gerakan
sadar yang normal tidak mungkin dilaksanakan. Otak kecil juga
berfungsi mengkoordinasikan gerakan yang halus dan luwes.
3) Brainstem
Brainstem atau batang otak berada di dalam tulang tengkorak atau
rongga kepala bagian dasar dan memanjang sampai medulla spinalis
(CDC, 2004). Brainstem berfungsi untuk mengatur seluruh proses
kehidupan yang mendasar. Berhubungan dengan diensefalon diatasnya
dan medulla spinalis dibawahnya. Struktur-struktur fungsional batang
otak yang penting adalah jaras asenden dan desenden traktus
longitudinalis antara medulla spinalis dan bagian-bagian otak, anyaman
sel saraf dan 12 pasang saraf cranial. Secara garis besar brainstem
terdiri dari tiga segmen, yaitu mesensefalon, pons dan medulla
oblongata (Hayes, 2017).
2. Medulla spinalis
Merupakan bagian susunan saraf pusat mulai dari foramen
magnum tengkorak ke bawah sepanjang lebih kurang 45cm (18 inci)
sampai setinggi vertebra lumbal (VL1) dan dikelilingi serta dilindungi oleh
tulang vertebra dan meningens (duramater, araknoid, piamater). Medula
spinalis tersusun dari 31 pasang saraf spinalis yaitu : 8 pasang saraf
cervical, 12 pasang saraf thorakal, 5 pasang saraf lumbal, 5 pasang saraf
sacral, 1 pasang saraf cocsigeal (Sugiritama dkk, 2015).
Susunan traktus-traktus serat saraf sebagai berikut:
a. Traktus Asenden
1) Traktus dalam columna alba posterior terdiri dari fasciculus
gracilis dan cutaneus yang merupakan dua traktus asenden yang
besar yang menyalurkan informasi sensibilitas proprioseptif,
getaran, dan diskriminasi taktil.
2) Traktus dalam columna alba lateralis, terdiri dari :
(a) Traktus spinocerebellaris posterior, berfungsi menyalurkan
informasi dan kontribusi tambahan reseptor rasa raba dan
tekanan. Informasi ini memungkinkan cerebellum untuk
berpartisipasi dalam pengendalian gerakan volunteer.
(b) Traktus cerebellaris anterior, berfungsi menyalurkan
informasi dan kontribusi tambahan reseptor rasa raba dan
tekanan. Informasi ini memungkinkan cerebellum untuk
berpartisipasi dalam pengendalian gerakan involunter.
(c) Traktus spinothalamicus lateralis, berfungsi menyalurkan
informasi yang berkaitan dengan sensibilitas nyeri dan suhu.
(d) Traktus spinotectalis, berkaitan dengan suatu lintasan
asenden reflek spinovisual.
(e) Traktus posterolateralis, terbentuk dari serabut bagian lateral
radiks posterior, yang terbagi menjadi cabang asenden dan
desenden.
(f) Traktus spinoretikularis yang merupakan campuran dengan
traktus spinothalamicus lateralis.
(g) Traktus spinoolivarius, berfungsi menyalurkan informasi dari
organ kulit dan proprioseptif.
3) Traktus dalam columna alba anterior : traktus spinothalamicus
anterior terletak dibagian medial radik saraf anterior dan
berfungsi untuk menyalurkan sensibilitas taktil dan tekanan.
b. Traktus Desenden
1) Traktus columna alba posterior
2) Traktus columna alba lateralis
(a) Traktus corticospinalis, merupakan lintasan motorik yang
penting yang berkaitan dengan gerakan volunter.
(b) Traktus rubrospinalis, berfungsi menyalurkan impuls yang
berkaitan dengan aktivitas otot.
(c) Traktus reticulispinalis lateralis, berperan penting dalam
aktivitas otot.
(d) Serabut-seabut autonomic decenden, berfungsi dalam
pengendalian fungsi visceral.
(e) Traktus olivispinalis, fungsi tepatnya tidak
diketahui,kendatipun dapat berhubungan dengan aktivitas
otot.
3) Traktus columna alba anterior
(a) Traktus corticospinalis anterior, berkaitan dengan gerak
volunteer
(b) Traktus vestibulospinalis, berfungsi menyalurkan informasi
yang berkaitan dengan pengendalian keseimbangan ke sel-
sel corn grisea anterior dan karena itu berhubungan dengan
pengendalian tonus otot
(c) Traktus tectospinalis, membentuk bagian dari lintasan
reflex saraf yang berhubungan dengan rotasi kepala dan
pergerakan lengan sebagai respon terhadap stimulus visual.
(d) Serabut reticulospinalis, tersebar diseluruh columna
anterior dan berkaitan dengan fungsi motorik.
C. Patologi
1) Definisi
2) Epidemiologi
3) Etiologi
5) Gambaran Klinis
6) Prognosis
7) Intervensi Fisioterapi
BAB III
PROSES FISIOTERAPI
C. Inspeksi
Statis 1) Kepala tampak kecil
2) Posisi kepala cenderung ekstensi dan rotasi
dekstra
3) Kedua tangan selalu menggenggam
4) Elbow dan wrist cenderung fleksi
5) Kaki tampak menyilang dengan kedua knee
lurus kaku
6) Telapak kaki plantar fleksi dan terputar ke
dalam
Dinamis 1) Anak datang digendong olah ibunya
2) Sering terkaget-kaget
3) Kontrol kepala cuckup bagus saat didudukkan,
sedangkan kontrol badan/trunk belum cukup
kuat
4) Mata tampak tidak fokus ketika diajak
berkomunikasi
5) Gerakan kedua tangan dan kaki tampak kaku
D. Palpasi
Suhu : Normal
Kontur kulit : Normal
Oedem : Tidak ada
Tonus otot :Hipertonus ekstremitas superior dan inferior
hipertonus bilateral
ekstremitas
superior dan
inferior bilateral
F. Orientasi test
Kriteria penilaian + : Bisa tanpa bantuan
± : Bisa dengan bantuan
- : Tidak Bisa
Miring kanan kiri : +
Tengkurap : +
Dari tiduran ke duduk : -
Dari duduk ke berdiri : -
Berdiri dengan suport : -
Berdiri : -
Berdiri pada kaki kanan : -
Berdiri pada kaki kiri : -
Jongkok : -
2. Skala Asworth
Hasil :3
IP : Peningkatan tonus lebih nyata sepanjang sebagian
besar ROM, tapi sendi masih mudah digerakkan.
3. Lingkar kepala
Hasil : 36 cm (N: 44,5-50,5 cm)
4. Refleks Fisiologi
Knee pes refleks : Hiper refleks
Achilles pes refleks : Hipo refleks
5. Refleks Primitif
Hasil : Babinsky (-), Glabella (-), Oppenheim (-),
Rooting (+), sucking (+) , refleks menggenggam
(+)
6. Pemeriksaan Visual
Hasil : Anak kadang bisa fokus pada suatu objek dan
mampu mengikuti gerak objek tersebut
7. Pemeriksaan auditori
Hasil : Anak tidak merespon suara dan tidak mencari
sumber suara
8. Tes Kognitif
Hasil : Anak tidak mampu mendengarkan dan
melakukan instruksi yang diberikan
: Kognitif terganggu
IP
Inspeksi
Statis 1) Kepala tampak kecil
2) Posisi kepala cenderung ekstensi dan rotasi dekstra
3) Kedua tangan selalu menggenggam
4) Elbow dan wrist cenderung fleksi
5) Kaki tampak menyilang dengan kedua knee lurus kaku
6) Telapak kaki plantar fleksi dan terputar ke dalam
Dinamis 1) Anak datang digendong olah ibunya
2) Sering terkaget-kaget
3) Kontrol kepala cuckup bagus saat didudukkan,
sedangkan kontrol badan/trunk belum cukup kuat
4) Mata tampak tidak fokus ketika diajak berkomunikasi
5) Gerakan kedua tangan dan kaki tampak kaku
Jika tidak
Pemeriksaan Fisik
Algoritma lain
Diagnosa ICF
Gangguan tumbuh kembang usia 4 bulan kelemahan tipe spastik quadriplegia ec.
craniosinostosis ec. epilepsi pada anak usia 1,5 tahun
I. Diagnosa Fisioterapi
Gangguan tumbuh kembang usia 4 bulan kelemahan tipe spastik
quadriplegia ec. craniosinostosis ec. epilepsi pada anak usia 1,5 tahun
J. Problematika Fisioterapi dan Bagan ICF
Diagnosis ICF
Gangguan tumbuh kembang usia 4 bulan kelemahan tipe spastik
quadriplegia ec. craniosinostosis ec. epilepsi pada anak usia 1,5 tahun
1. Manual therapy
Tuj : Stimulasi taktil untuk mengurangi spastik pada
uan kedua lengan dan tungkai
Dos
is : 1x/hari
F : 8x repetisi
I : Positioning dan stimulasi taktil
T : 15 menit
T
2. Exercise therapy
Tuj : Mengurangi tonus otot dan mencegah limitasi
uan ROM
Dos
is : 1x/hari
F : 8x repetisi / 3xrepetisi
I : Promex
T : 15 menit
T
PENUTUP
Kesimpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Aisen, Mindy, et al. 2011. Cerebral Palsy: Clinical Care and Neurological
Rehabilitation. Lancet Neural. 10: 844-52.
Alexander, M.A., Mattews, D.J. 2010. Pediatric Rehabilitation : Principle and
Practice 4th Edition. Nerw York : Demos Medical Publishing.
Aras, Djohan. 2013. Buku Ajar Proses dan Pengukuran Fisioterapi. Makassar:
Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.
Carney, P.R. and Geyer, J.D. 2010. Pediatric practice: Neurology: MCGraw-Hill.
Gunardi, H, et al. 2011. Kumpulan Tips Pediatri Edisi 2. Jakarta: Badan
Penerbit IDAI.
Fitriadi, Yogi, Sareharto, Tun Paksi, Istiadi. 2014. Pengaruh Penyuluhan Tentang
Palsi Cerebral Terhadap Pengetahuan Masyarakat Umum. Semarang:
Universitas Diponegoro.
Guyton, A.C., Hall, J.E. 2012. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC
Harsono, 2013. Buku Ajar Neurologi Klinis. Cetakan kelima. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.
Hayes, C, Hardian, Hardian. 2017. Pengaruh Brain Training Terhadap Tingkat
Inteligensia Pada Kelompok Usia Dewasa Muda. Semarang: Universitas
Diponegoro.
Hockenberry, Marilyn. J., and Wilson, D. 2015. Wong Buku Ajar Keperawatan
Pediatrik Edisi 6. Jakarta: EGC.
Jan, MMS. 2006. Cerebral Palsy: Comprehensive Review and Updates. Ann
Saudi Med.
Khandaker, G. et al. 2015. Bangladesh Cerebral Palsy Register (BCPR): a pilot
study to develop a national cerebral palsy (CP) register with surveillance of
children for CP. BMC Neurology. 15 (173): 1-7.
Muliati. 2011. Gambaran Pemberian Terapi NDT pada Pasien CP berdasarkan
Level Kemampuan Fungsional. Skripsi tidak diterbitkan. Makassar:
Program Studi S1 Fisioterapi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin
Makassar.
Riskesdas. 2014. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Kementrian
Kesehatan RI.
Rudolph, Abraham, et al. 2007. Buku Ajar Pediatri Rudolph Volume 3. Jakarta:
EGC.
Sarayati, Safirah. 2016. Analisis Faktor Perilaku Seksual Pada Anak SD Di SDN
Dukuh Kupang II -489 Kecamatan Dukuh Pakis Kelurahan Kupang
Surabaya. Surabaya: Universitas Airlangga.
Sherwood, Lauralee. 2001. Fisiologi Manusia: dari sel ke sistem. Jakarta. EGC.
Sholiha, AA. 2016. Korelasi Antara Volume Perdarahan Intraserebral Dengan
Nilai Indeks Barthel pada Stroke Hemoragik. Semarang: Universitas
Diponegoro.
Soetjiningsih. 2013. Tumbuh Kembang Anak Edisi 2. Jakarta: EGC.
Yudhiastuti, R.R.D.O. 2014. Penambahan Head Control Exercise Pada
Intervensi Trunk Balance Exercise Tidak Lebih Baik Dalam Meningkatkan
Kemampuan Fungsional Duduk Pada Anak Cerebral Palsy Tipe Spastik
Diplegi Usia 3-10 Tahun Di Klinik Happy Kids Therapy. Skripsi
dipublikasikan. Jakarta: Fakultas Fisioterapi Universitas Esa Unggul.
Yunivitasari, ED. 2014. Karakteristik Klinik Dan Histopatologi Tumor Otak Di
Dua Rumah Sakit Di Kota Bandar Lampung. Lampung: Universitas
Lampung.