Nadya Agustina-18.71.019324
Nadya Agustina-18.71.019324
DISUSUN OLEH
NIM :18.71.019324
KELAS :Farmasi B
Perencanaan kebutuhan obat merupakan proses kegiatan dalam pemilihan Jenis, jumlah
dan harga perbekalan farmasi yang sesuai dengan kebutuhan dan anggaran, untuk
menghindari kekosongan obat dengan menggunakan metode yang dapat
dipertanggungjawabkan dan dasar-dasar perencanaan yang telah ditentukan antara lain
konsumsi, epidemiologi, kombinasi metode konsumsi dan epidemiologi disesuaikan dengan
anggaran yang tersedia.
Secara umum struktur organisasi IFRS terdiri atas 5,12 pimpinan dan bagian
administrasi, bagian penelitian, bagian pelayanan penderita rawat inap, bagian penderita
rawat jalan, bagian informasi obat, bagian pengadaan perbekalan kesehatan dan bagian
perbekalan.12 Struktur organisasi IFRS tersebut dibuat dalam suatu bagan organisasi yang
menggambarkan uraian tugas, fungsi, wewenang dan tanggung jawab serta hubungan
koordinasi di dalam maupun di luar pelayanan farmasi yang ditetapkan oleh pimpinan rumah
sakit.
Penyelanggaraan pelayanan kefarmasian dilaksanakan oleh tenaga farmasi
professional yang berwenang berdasarkan undang-undang, memenuhi persyaratan baik dari
segi aspek hukum, strata pendidikan, kualitas maupun kuantitas dengan jaminan kepastian
adanya peningkatan pengetahuan, keterampilan dan sikap keprofesian terus menerus dalam
rangka menjaga mutu profesi dan kepuasan pelanggan.
Instalasi farmasi rumah sakit memerlukan berbagai prosedur yang terdokumentasi. Salah satu
golongan prosedur yang diperlukan oleh IFRS adalah prosedur operasional baku (POB). POB
harus selalu mutakhir mengikuti perkembangan pelayanan dan kebijakan rumah sakit.
Inti POB perencanaan perbekalan kesehatan, penetapan spesifikasi produk dan pemasok,
serta pembelian perbekalan kesehatan yaitu:
Adapun yang termasuk proses dalam perencanaan obat yaitu pemilihan jenis obat,
perhitungan jumlah kebutuhan obat dan efisiansi dalam penggunaan dana anggaran.
2. Metode Epidemiologi
Metode epidemiologi didasarkan pada pola penyakit, data jumlah kunjungan, frekuensi
penyakit dan standar pengobatan yang ada. Langkah-langkah pokok dalam metode ini adalah
sebagai berikut:
3. Metode Kombinasi
Untuk mengefisiensikan penggunaan dana dalam pengadaan obat dapat dilakukan dengan
beberapa cara yaitu:
Output dari perencanaan obat ini adalah tersedianya obat dengan jenis dan jumlah yang tepat
sesuai kebutuhan dengan mutu yang terjamin dan tersebar secara merata dan teratur, sehingga
mudah diperoleh pada tempat dan waktu yang tepat.Adapun tanda-tanda ketidaktepatan
perhitungan kebutuhan obat antara lain:
1. Kasus
Rumah sakit UM Palangkaraya yang terletak didaerah perumahan padat
penduduk. Setitap tahunnya kasus penyakit yang sering menjadi wabah adalah
diare, batuk dan flu. Selain itu penyakit-penyakit degeneratif yang paling
banyak adalah Hipertensi, Diabetes Melitus dan Koleterol
Lakukan analisis Evaluais Perencaan Dengan Metode ABC, VEN dan
Kombinasi keduanya berdasarkan Perhitungan Stok Kerja Tahun 2019 yang
telah diberikan.
Dana pembelian Rp.800.000.000;
2. Analisis Melakukan pengelompokan dengan metode epidemilogi terlebih dahulu
yaitu pengelompokkan obat-obatan sesuai penyakit (dalam hal ini penyakit yang
paling banyak menjadi wabah dan penyakit degeneratif sesuai kasus)
Untuk mengetahui total harga yang dipelukan untuk bulan juni-oktober maka
harga masing-masing obat dikalikan dengan jumlah penggunaan obat 5 bulan
sebelumyna yaitu januari-mei.
Contoh harga obat garam oralit 200ml × jumlah penggunaan obat oralit jan-mei (Rp
2.500×22.1 = Rp 561.875)
No A B C
1. . Deltiazem 30 mg Dextromethorphan HBr 15 Garam Olarit 200 ml
mg
2. Glimepirida 1 mg Dextromethorphan HBr 10
mg/ 5 ml - sirup
3. Furosemide 40 mg Obat Batuk Hitam
4. Reserpin 0,25 mg Paracetamol sirup
5. Glibenklamide 5 mg
6. Simpastatin 10 mg
7. . Kloramfeniramin maleat 4
mg
8. . Metformin 500 mg
9. Propanolol 40 mg
10. . Nifedipin 10 mg
11. . Clonidine 0,15 mg
12. Paracetamol 500 mg
13. Propanolor 10 mg
14. . Cetirizine 10 mg
No V E N
1. Deltiazem 30 mg - -
2. Glimepirida 1 mg - -
3. Furosemide 40 mg - -
4. Reserpin 0,25 mg Reserpin 0,25 mg -
5. - Glibenklamide 5 mg -
6. - Simpastatin 10 mg -
7. - Kloramfeniramin maleat 4 -
mg
8. - Metformin 500 mg -
9. Propanolol 40 mg - -
10. Nifedipin 10 mg - -
11. Clonidine 0,15 mg - -
12. - Paracetamol 500 mg -
13. Propanolor 10 mg -
14. - Cetirizine 10 mg -
15. - Dextromethorphan HBr 15 -
mg
16. - Dextromethorphan HBr 10 -
mg/ 5 ml
17. - Obat Batuk Hitam -
18. - Paracetamol sirup -
19. - Garam Olarit 200 ml -
1. Deltiazem 30 mg = VA
2. Glimepirida 1 mg = VA
3. Furosemide 40 mg = VA
4. Reserpin 0,25 mg = VA
5. Glibenklamide 5 mg = EA
6. Simpastatin 10 mg = EA
9. Propanolol 40 mg = VA
10. Nifedipin 10 mg = VA
13. Propanolor 10 mg = VA
14. Cetirizine 10 mg = EA
Kasus penyakit yang sering menjadi wabah adalah diare, batuk dan flu. Selain itu
penyakitpenyakit degeneratif yang paling banyak adalah Hipertensi, Diabetes Melitus dan
Kolesterol. Obat-obat yang dianalisa berjumlah 19 obat. Jumlah dana dari RS UMP
Palangkaraya yaitu Rp 800.000.000 total dana obat yang terpakai yaitu Rp 250.640.155 sisa
dana yang tidak terpakai yaitu Rp 549.359.845. Obat yang termasuk Golongan A (70%)
berjumlah 14 obat, obat termasuk golongan B (20%) berjumlah 5 obat dan obat yang
termasuk golongan C (10%) berjumlah 1 obat. Semua obat yang telah dianalisa termasuk obat
esensial.
DAFTAR PUSTAKA