Disusun Oleh:
1. Gustina Azmia R (2018200041)
2. Fitrianngsih (2018200054)
PENDAHULUAN
Klasifikasi KKP
a. KKP ringan atau sedang disebut juga sebagai gizi kurang (undernutrition)
ditandai dengan adanya hambatan pertumbuhan.
b. KKP Berat, meliputi
1. Kwashioskor
2. Maramus
3. Marasmik-Kwashioskor.
Marasmus ialah suatu bentuk kurang kalori protein yang berat, keadaan ini
merupakan hasil akhir dari interaksi antara kekurangan makanan dan penyakit
infeksi. Selain faktor lingkungan, ada beberapa faktor lain pada diri anak
sendiri yang dibawa sejak lahir diduga berpengaruh terhadap terjadinya
marasmus.
a. Faktor Ekonomi
Protein yang bermutu baik terutama terdapat pada bahan makanan yang
berasal dari hewan seperti protein susu, keju, telur, daging dan ikan.
Bahkan makanan tersebut mahal harganya, sehingga tidak terbayar oleh
mereka yang berpenghasilan menengah ke bawah.
b. Pengetahuan yang kurang tentang nilai bahan makanan, cara pemeliharaan
anak.
c. Kekurangan gizi merupakan suatu keadaan dimana terjadi kekurangan zat
zat giziensesial, yang bisa disebabkan oleh : asupan yang kurang karena
makanan yang jelek atau penyerapan yang buruk dari usus (malabsorbsi).
penggunaan berlebihan zat zat gizi oleh tubuh . Kehilangan zat zat gizi
yang abnormal memlalui diare, pendarahan, gagal ginjal atau keringat
yang berlebihan. Adapun yang menjadi penyebab langsung terjadinya
KKP adalah konsumsi yang kurang dalam jangka waktu yang lama. Pada
orang dewasa, KKP timbul pada anggota keluarga rumah tangga miskin
oleh karena kelaparan akibat gagal panen atau hilang mata pencaharian.
Bentuk berat dari KKP dibeberapa daerah di Jawa pernah dikenal sebagai
penyakit busung lapar atau HO (Honger Oedeem)
Penyebab Langsung
a. Kurangnya asupan makanan : kurangnya supan makanan sendiri dapat
disebabkan oleh kurangnya jumlah makanan yang diberikan, kurangnya
kualitas makanan yang diberikan dan cara pemberian makanan yang salah.
b. Adanya penyakit : terutama penyakit infeksi, mempengaruhi jumlah
asupan makanan dan penggunaan nutrien oleh tubuh.
Infeksi apapun dapat memperburuk keadaan gizi, malnutrisi walaupun
masih ringan mempunyai pengaruh negatif pada daya tahan tubuh
terhadap infeksi.
Penyebab Tidak Langsung
a. Kurangnya ketahanan pangan keluarga : keterbatasan keluarga untuk
menghasilkan atau mendapatkan makanan. Penyakit kemiskinan
malnutrisi merupakan problem bagi golongan bawah masyarakat tersebut.
b. Kualitas perawatan ibu dan anak
c. Buruknya pelayanan kesehatan
d. Sanitasi lingkungan yang kurang
e. Faktor keadaaan penduduk
Dalam World Food Conference di Roma dikemukakan bahwa kepadatan
jumlah penduduk yang cepat tanpa diimbangi dengan tambahnya persediaan
bahan makanan setempat yang memadai merupakan sebab utama krisis
pangan. Ms. Lorents memperkirakan bahwa maramus terdapat dalam jumlah
yang banyak jika suatu daerah terlalu padat daerahnya dengan hygiene yang
buruk. (Iskandar, 2012)
1. Maramus
a. Masukan kalori yang kurang akibat kesalahan pemberian
b. Makanan
c. Penyakit metabolik
d. Kelainan kongenital
e. Infeksi kronik atau kelainan organ tubuh lainnya
2. Kwashioskor
a. Diare yang kronik
b. Malabsorbsi protein
c. Sindrom nefrotik
d. Infeksi menahun
e. Luka bakar
f. Penyakit hati
Keadaan marasmus merupakan hasil akhir dari interaksi antara
kekurangan makanan dan penyakit infeksi. Selain faktor lingkungan, ada
beberapa faktor lain pada diri anak sendiri yang dibawa sejak lahir, diduga
berpengaruh terhadap terjadinya marasmus. Secara garis besar, penyebab
marasmus (Nurarif & Kusuma, 2015) ialah sebagai berikut:
a. Masukan makanan yang kurang
Marasmus terjadi akibat masukan kalori yang sedikit, pemberian makanan
yang tidak sesuai dengan yang dianjurkan akibat dari ketidaktahuan orang
tua si anak; misalnya pemakaian secara luas susu kaleng yang terlalu
encer.
b. Infeksi
Infeksi yang berat dan lama menyebabkan marasmus, terutama infeksi
enteral misalnya infantil gastroenteritis, bronkhopneumonia, pielonephritis
dan sifilis kongenital.
c. Kelainan struktur bawaan
Misalnya: penyakit jantung bawaan, penyakit Hirschprung, deformitas
palatum, palatoschizis, micrognathia, stenosis pilorus, hiatus hernia,
hidrosefalus, cystic fibrosis pankreas.
d. Prematuritas dan penyakit pada masa neonatus
Pada keadaan-keadaan tersebut pemberian ASI kurang akibat reflek
mengisap yang kurang kuat.
e. Pemberian ASI
Pemberian ASI yang terlalu lama tanpa pemberian makanan tambahan
yang cukup.
f. Gangguan metabolik
Misalnya: renal asidosis, idiopathic hypercalcemia, galactosemia, lactose
intolerance.
g. Tumor hypothalamus
Jarang dijumpai dan baru ditegakkan bila penyebab marasmus yang lain
telah disingkirkan.
h. Penyapihan
Penyapihan yang terlalu dini disertai dengan pemberian makanan yang
kurang akan menimbulkan marasmus.
i. Urbanisasi
Urbanisasi mempengaruhi dan merupakan predisposisi untuk timbulnya
marasmus; meningkatnya arus urbanisasi diikuti pula perubahan kebiasaan
penyapihan dini dan kemudian diikuti dengan pemberian susu manis dan
susu yang terlalu encer akibat dari tidak mampu membeli susu; dan bila
disertai dengan infeksi berulang, terutama gastro enteritis akan
menyebabkan anak jatuh dalam marasmus.
2.4 Patofisiologi
Pada defesiensi protein murni tidak terjadi katabolisme jaringan yang
sangat berlebihan karena persediaan energi dapat dipenuhi oleh jumlah kalori
dalam dietnya. Kelainanan yang mencolok adalah gangguan metabolik dan
perubahan sel yang meyebabkan edema dan lemak dalam hati. Kekurangan
protein dalam diet akan terjadi karena kekurangan berbagai asam amino esensial
dalam serum yang diperlukan untuk sentesis dan metabolisme yang akan
disalurkan ke jaringan otot. Semakin asam amino berkurang dalam serum ini
akan menyebabkan kurangnya produksi albumin oleh hepar yang kemudian
berakibat edema. Lemak dalam hati terjadi karena gangguan pembentukan beta-
lipoprotein sehingga transport lemak dari hati terganggu dan berakibat terjadinya
penimbunan lemak dalam hati.
Pertumbuhan yang kurang atau terhenti disertai atrofi otot dan
manghilangkan lemak di bawah kulit. Pada mulanya kelainan demikian
merupakan prosesn fisiologis. Untuk kelangsungan hidup jaringan tubuh
memerlukan energi, namun tidak didapat sendiri dan cadangan protein
digunakan juga untuk memenuhi kebutuhan energi tersebut. Penghancuran
jaringan pada defisiensi kalori tidak saja membantu memenuhi kebutuhan
energi, tetapi juga untuk memungkinkan sintesis glukosa dan metabolit esensial
lainnya seperti asam amino untuk komponen homeostatik. Oleh karena itu, pada
marasmus berat kadang-kadang masih ditemukan asam amino yang normal,
sehingga hati masih dapat membentuk cukup albumin.
(Ngastiyah, 2012).
2.5 Pathway
1. status sosial ekonomi
(Kwashioskor) rendah
2. kurang pengetahuan
3. sistem dukungan sosial
Defisiensi Protein Defisiensi sumber kalori tidak memadai
Resiko Infeksi
Social ekonomi rendah,
Intake kurang dari kurang asupan makanan
Keadaan Umum Lemah kebutuhan bergizi
Anoreksia, diare
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan cairan
2.6 Manifestasi Klinis
a. Edema, umumnya seluruh tubuh terutama pada punggung kaki
(dorsum pedis)
b. Wajah membulat dan sembab
c. Pandangan mata sayu
d. Perubahan status mental, apatis dan rewel
e. Rambut tipis, kemerahan seperti rambut jagung, mudah dicabut
tanpa rasa sakit dan rontok
f. Pembesaran hati
g. Otot mengecil (hipotrofi) lebih nyata diperiksa pada posisi berdiri
atau duduk
a. Kwashioskor
1) Secara umum anak tampak sembab, latergik, cengeng dan
mudah terangsang, pada tahap lanjut anak menjadi apatus dan
koma
2) Pertumbuhan terganggu (BB dan TB kurang dari standart)
Maramus
a. Pemeriksaan Fisik
b. Mengukur TB dan BB
c. Menghitung indeks massa tubuh, yaitu BB (dalam kilogram) dibagi
dengan BB (dalm meter)
d. Mengukur ketebalan lipatan kulit dilengan atas sebelah belakang
(lipatan trisep) ditarik menjauhi lengan, sehingga lapisan lemak
dibawah kulitnya dapat diukur, biasanya dengan menggunakan jangka
lengkung (kaliper) lemak dibawah kulit banyaknya adalah 50% dari
lemak tubuh. lipatan lemak normal sekitar 1,25cm pada laki laki dan
sekitar 2,5cm pada wanita
2.8 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Kwashioskor mengikuti 10 langkah utama
penatalaksanaan gizi buruk yaitu sebagai berikut :
a. Pengobatan atau pencegahan hipoglikemia
b. Pengobatan dan pencegahan hipotermia
c. Pengobatan dan pencegahan kekurangan cairan
Tanda klinis yang sering dijumpai pada anak KEP berat dengan
dehidrasi adalah ada riwayat diare sebelumnya, anak sangat kehausan,
mata cekung, nadi lemah, tangan dan kaki teraba dingin, anak tidak
buang air kecil dalam waktu cukup lama. Tindakan yang dapat
dilakukan adalah :
1. Jika anak tidak menyusui, teruskan ASI dan berikan setiap setengah
jam sekali tanpa berhenti. Jika anak masih dapat minum, lakukan
tindakan rehidrasi oral dengan memberi minum anak 50ml (3
sendok makan) setiap 30 menit dengan sendok. Cairan rehidrasi
oral khusus KEP disebut ReSoMal.
2. Jika tidak ada ReSoMal untuk anak dengan KEP berat dapat
menggunakan oralit yang diencerkan 2x. Jika anak tidak dapat
minum, lakukan rehidrasi intravena (infus) Rl/ Glukosa 5% dan
NaCl dengan perbandingan 1:1
d. Lakukan pemulihan gangguan keseimbangan elektrolit
Pada semua KEP berat atau gizi buruk terjadi gangguan keseimbangan
elektrolit diantaranya :
1. Kelebihan Natrium (Na) Tubuh, walaupun kadar Na plasma rendah
2. Defisiensi Kalium (K) dan Magnesium (Mg)
Ketidakmampuan elektrolit ini memicu terjadinya edema dan untuk
pemulihan keseimbangan elektrolit diperlukan waktu minimal 2
minggu. Berikan makanan tanpa diberi garam atau rendah garam,
untuk rehidrasi, berikan cairan oralit 1 liter yang diencerkan 2x
(dengan per+an 1 liter air) ditambah 4gr kecil dan 50gr gula atau
bila balita KEP bisa makan berikan bahan makanan yang banyak
mengandung mineral bentuk makanan lumat.
e. Lakukan pengobatan dan pencegahan infeksi
Pada KEP berat tanda yang umumnya menunjukkan adanya infeksi
seperti demam seringkali tidak tampak. Pada semua KEP berat secara
rutin diberikan antibiotik sprektum luar.
f. Pemberian makanan, balita KEP berat.
Pemberian diet KEP berat dibagi 3 fase :
Fase Stabilisasi (1-2 hari)
Pada awal fase stabilisasi perlu pendekatan yang sangat hati hati, akrena
Perhatikan masa tumbuh kejar balita keadaan faali anak sangat lemah
dan kapasitas homeostatik berkurang. Pemberian makanan harus
dimulai segera setelah anak dirawat dan dirancang sedemikian rupa
sehingga energi dan protein cukup untuk memenuhi metabolisme basal
saja. Formula khusus seperti formula WHO 75/modifikasi/ modisko ½
yang dilanjutkan dan jadwal pemberian makanan harus disusun agar
dapat mencapai prinsip tersebut dengan persyaratan diet sbb : porsi
kecil, sering, rendah serat dan rendah laktosa, energi 100 kkal/ kg/hari,
protein 1-1,5gr/ kgBB/hari, cairan 130ml/kgBB/hari (jika ada edema
berat 100 ml/kgBB/hari) Bila anak mendapat ASI teruskan, dianjurkan
memberi formula WHO 75 /pengganti/ modisco ½ dengan gelas, bila
anak terlalu lemah berikan dengan sendok atau pipet. Pemberian
formula WHO 75/ pengganti/ modisco ½ atau pengganti dengan jadwal
pemmberian makanan harus sesuai dengan kebutuhan anak.
2.9 Komplikasi
Anak dengan kwashioskor akan lebih mudah untuk terkena infeksi
dikarenakan lemahnya sistem imun. Tinggi maksimal dan kemajuan potensial
untuk tumbuh tidak akan pernah dpat dicapai oleh anak dengan riwayat
kwashioskor. Bukti secara statistik mengemukakan bahwa kwashioskor yang
terjadi pada awal kehidupan (bayi dan anak-anak ) saat menurunkan IQ secara
permanen.
Kwashiorkor yang tidak cepat diatasi akan mengakibatkan marasmus bahkan
marasmus-kwashiorkor. Anak akan mudah terserang infeksi, seperti diare, ISPA
(infeksi saluran pernapasan atas), TBC, polio, dan lain-lain. Lebih dari 40%
anak-anak yang menderita Kwashiorkor meninggal karena gangguan elektrolit,
infeksi, hipotermia, dan kegagalan jantung. Keterbelakangan mental yang
bersifat ringan bisa menetap sampai anak mencapai usia sekolah dan mungkin
lebih. Anak dengan Kwashiorkor dapat terjadi penurunan IQ secara permanen.
Diperlukan waktu sekitar 2-3 bulan agar berat badan anak kembali ke berat
badan ideal. Komplikasi jangka pendek yang akan terjadi bagi penderita
kwashiorkor adalah diare, hipoglikemia, anemia, hipokalemia, shock, hipotermi,
dehidrasi, gangguan fungsi vital, gangguan keseimbangan elektrolit asam-basa,
infeksi berat, serta hambatan penyembuhan penyakit penyerta. Sedangkan
komplikasi jangka panjang adalah tubuh pendek dan berkurangnya potensi
tumbuh kembang.
Adapun komplikasi yang terjadi pada penderita marasmus antara lain infeksi,
tuberculosis, parasitosis, disentri, malnutrisi kronik, gangguan tumbuh kembang.
Komplikasi yang mungkin terjadi menurut (Nurarif & Kusuma, 2015),
diantaranya :
a. Defisiensi Vitamin A
b. Infestasi Cacing
c. Dermatis
d. Tuberkulosi
e. Bronkhopneumonia
f. Noma (Penyakit mulut )
g. Anemia
h. Gagal tumbuh
i. Keterlambatan perkembangan mental dan psikomotor
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
5. Sistem Gatrointestinal
Terjadi anoreksia, diare tampak pada sebagian besar penderita.
6. Sistem Kardiovaskuler
Bisa terjadi miodegenerasi jantung dan gangguan fungsi jantung
disebabkan hipokalemi dan hipomagnesemia.
7. Rambut
Sangat khas untuk penderita kwashiorkor ialah rambut kepala yang
mudah tercabut tanpa rasa sakit, warna menjadi kemerahan. Pada
penderita kwashiorkor lanjut, rambut akan tampak kusam, halus,
kering, jarang dan berubah warna menjadi putih.
8. Kulit
Kulit penderita biasanya kering dengan menunjukkan garis-garis kulit
yang lebih mendalam dan lebar. Sering ditemukan hiperpigmentasi
dan persisikan kulit. Perubahan kulit lain pun dapat ditemui, seperti
kulit yang keringdengan garis kulit yang mendalam. Kadang-kadang
pada kasus yang sangat lanjut ditemui petehia tanpa trombositopenia
dengan prognosis yang buruk bagi si penderita
9. Gigi
Sering juga ditemukan caries pada gigi penderita
10. Tulang
Pada tulang penderita kwashioskor didapatkan dekalsifikasi,
osteoporosis, dan hambatan pertumbuhan
11. Edema
Pada sebagian besar penderita ditemukan edema baik ringan maupun
berat. Edemanya bersifat pitting. Edema bisa terjadi disebabkan
hipoalbuminea, gangguan dinding kapiler, dan hormonal akibat dari
gangguan eliminasi ADH
12. Hati
Hati yang membesar merupakan gejala yang sering ditemukan.
Kadang-kadang batas hati terdapat setinggi pusar. Hati yang
membesar dengan mudah dapat diraba.
13. Kelainan Darah dan Sumsum Tulang
Anemia ringan selalu ditemukan pada penderita kwashiorkor. Bila
disertai penyakit lain, terutama infestasi parasit (ankilostomiasis,
amoebiasis) maka dapat dijumpai anemia berat. Anemia juga terjadi
disebabkan kurangnya nutrien yang penting untuk pembentukan darah
seperti Ferum, vitamin B kompleks (B12, folat, B6). Kelainan dari
pembentukan darah dari hipoplasia atau aplasia sumsum tulang
disebabkan defisiensi protein dan infeksi menahun. Defisiensi protein
juga menyebabkan gangguan pembentukan sistem kekebalan tubuh.
Akibatnya terjadi defek umunitas seluler, dan gangguan sistem
komplimen.
14. Pankreas dan Kelenjar Lain
Di pankreas dan kebanyakan kelenjar lain seperti parotis, lakrimal,
saliva dan usus halus terjadi perlemakan.
15. Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksaan laboratorium, anemia selalu ditemukan terutama
jenis normositik normokrom karena adanya gangguan sistem
eritropoesis akibat hipoplasia kronis sumsum tulang di samping
karena asupan zat besi yang kurang dalam makanan, kerusakan hati
dan gangguan absorbsi. Pemeriksaan radiologis juga perlu dilakukan
untuk menemukan adanya kelainan pada paru. Selain itu juga
ditemukan:
a. Penurunan kadar albumin (Kadar Albumin normal : 3.5-5.0 g/dl)
1. Ansietas
2. Hiperventilasi
3. Nyeri
4. Keletihan otot pernapasan
c. Resiko Kerusakan Intergritas Kulit (00047)
Definisi: rentan mengalami kerusakan epidermis dan / atau dermis
yang dapat mengganggu kesehatan
Factor resiko:
1. Eksternal
a) Ekskresi
b) Egens cidera kimiawi
c) Sekresi
2. Internal
a) Gangguan volume cairan
b) Nutrisi tidak adekuat
c) Fakto psikogenik
Kondisi terkini
1. Gangguan metabolisme
2. Gangguan sensasi
3. Gangguan tugor kulit
d. Intoleransi aktivitas (00092)
Definisi: ketidakcukupan energy psiologis atau fisiologis untuk
mempertahankan atau menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari-hari
yang harus atau yang ingin dilakukan
Batasan karakteristik:
1. Respon tekanan darah abnormal terhadap aktivitas
2. Respon frekuens jantung abnormal terhadap aktivitas
3. Ketidaknyamanan setelah beraktivitas
4. Keletihan
5. Kelemahan umum
Nama Internasional KKP yaitu Calori Protein Malnutrion atau CPM adalah
suatu penyakit defisiensi gizi dari keadaan ringan sampai berat, disebut juga
Protein Energi Malnutrisi (PEM). Secara klinikdibedakan dalam bentuk yaitu
Kwashioskor dan maramus. Diantara kedua betuk tersebut terdapat bentuk
antara atau “Maramus Kwashioskor”. Kwashioskor adalah satu bentuk
malnutrisi yang disebabkan oleh defisiensi protein yang berat bisa dengan
konsumsi energi dan kalori tubuh yang tidak mencukupi kebutuhan. Kwshioskor
atau busung lapar adalah salah satu bentuk sindroma dari gangguan yang
dikenali sebagai Malnutrisi Energi Protein (MEP). Marasmus ialah suatu bentuk
kurang kalori protein yang berat, keadaan ini merupakan hasil akhir dari
interaksi antara kekurangan makanan dan penyakit infeksi. Selain faktor
lingkungan, ada beberapa faktor lain pada diri anak sendiri yang dibawa sejak
lahir diduga berpengaruh terhadap terjadinya marasmus.
4.2 Saran
Mengingat semakin banyaknya bayi dan anak-anak yang menderita
penyakit KKP, hendaknya orang tua bisa lebih memberikan makanan yang
bergizi untuk sang anak untuk memenuhi gizi mereka, anak pun dapat tumbuh
dan berkembang dengan baik, dan agar tidak terjadi gizi buruk pada anak. Pada
saat hamilpun seorang ibu sudah harus memenuhi kebutuhan dasarnya untuk
perkembangan dan pertumbuhan anaknya kelak, makan-makanan bergizi, tidak
mengkonsumsi minum-minuman yang mengandung alcohol.
DAFRAT PUSTAKA