Anda di halaman 1dari 10

Anda sebagai Wajib Pajak Badan berkewajiban memotong PPh Final Pasal 4 Ayat 2 atas beberapa

transaksi atau objek berikut:

Sewa Tanah Dan/Atau Bangunan

Dalam hal Anda merupakan penyewa tanah/bangunan, yang harus Anda lakukan adalah:

1. melakukan pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) sebesar 10% dari jumlah bruto nilai
persewaan tanah dan/atau bangunan
2. membuat bukti potong PPh Pasal 4 ayat (2) melalui aplikasi e-spt PPh pasal 4 ayat (2)
3. melakukan penyetoran PPh Pasal 4 ayat (2) yang telah dipotong tersebut dengan terlebih
dahulu membuat kode billing (MAP-KJS 411128-403). Penyetoran dilakukan paling lambat
tanggal 10 bulan berikutnya. Misalnya: pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) dilakukan pada
bulan Maret 2019, maka penyetoran PPh nya adalah paling lambat dilakukan pada tanggal
10 bulan April 2019.
4. melakukan pelaporan PPh Pasal 4 ayat (2) dengan menggunakan aplikasi espt pph melalui
djponline.pajak.go.id atau ASP

Dalam hal Anda adalah pemilik tanah/bangunan, yang harus anda lakukan adalah:

1. Dalam hal Anda bertransaksi dengan Orang Pribadi maka Anda harus melakukan
penyetoran sendiri PPh atas penghasilan yang Anda peroleh sebesar 10% dari jumlah bruto
nilai persewaan tanah dan/ atau bangunan
2. Melakukan penyetoran PPh Pasal 4 ayat (2) dengan terlebih dahulu membuat kode billing
(MAP-KJS 411128-403). Penyetoran dilakukan paling lambat tanggal bulan berikutnya.
Misalnya: atas penghasilan dari sewa tanah/bangunan bulan Maret 2019, maka penyetoran
PPh nya adalah paling lambat dilakukan pada tanggal 15 bulan April 2019.
3. Melakukan pelaporan PPh Pasal 4 ayat (2) dengan menggunakan aplikasi e spt pph melalui
djponline.pajak.go.id atau ASP paling lama tanggal 20 bulan berikutnya.

Pengalihan Hak Atas Tanah Dan/Atau Bangunan

Objek PPh Pasal 4 ayat (2) atas Pengalihan hak atas tanah dan/ atau
bangunan adalah penghasilan dari :

a. Pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan; atau

b. Perubahan perjanjian pengikatan jual beli atas tanah dan/atau bangunan.


Dalam hal Anda bukan merupakan Wajib Pajak yang melakukan usaha pokok berupa
pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan, maka yang harus Anda lakukan adalah:

1. Melakukan penyetoran PPh Pasal 4 ayat (2) sebesar 2,5% (dua koma lima persen) dari
jumlah bruto nilai pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan dengan terlebih dahulu
membuat kode billing (MAP-KJS 411128-402). Penyetoran dilakukan sebelumakta,
keputusan, kesepakatan,
ataurisalahlelangataspengalihanhakatastanahdan/ataubangunanditandatanganiolehpejabat
yang berwenang.
2. Mengajukan permohonan penelitian formal atas bukti pemenuhan kewajiban penyetoran
Pajak Penghasilan ke Kantor Pelayanan Pajak yang wilayah kerjanya meliputi lokasi tanah
dan/atau bangunan (PER-26/PJ/2018)
3. Mengambilsendiri Surat Keterangan Penelitian Formal Bukti Pemenuhan Kewajiban
Penyetoran Pajak Penghasilan atau Surat Pemberitahuan Permohonan Penelitian Tidak
Lengkap dan/atau Tidak Sesuai di Kantor Pelayanan Pajak yang wilayah kerjanya meliputi
lokasi tanah dan/atau bangunan dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) hari kerja.

Permohonan dilakukan dengan menggunakan surat permohonan sebagaimana tercantum dalam


Lampiran I PER-26/PJ/2018dengan dilampiri:

1. Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lainnya yang disamakan dengan Surat
Setoran Pajak;
2. Surat pernyataan pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan atau perjanjian pengikatan
jual beli atas tanah dan/atau bangunan beserta perubahannya yang  telah diisi secara
lengkap menggunakan formulir sebagaimana tercantum dalam Lampiran II PER-26/PJ/2018;
3. Fotokopi seluruh bukti penjualan (bukti transfer, faktur penjualan dan/atau bukti penerimaan
kas);
4. fotokopi SPPT PBB tahun terakhir;
5. fotokopi KTPbagi pembeli dan penjual yang berstatus Warga Negara Indonesia; dan
6. fotokopi Paspor bagi pembeli dan penjual yang berstatus Warga Negara Asing.
7. Dalam hal penyampaian permohonan penelitian dikuasakan, wajib dilampiri dengan surat
kuasa dan fotokopi Kartu Tanda Penduduk yang diberi kuasa untuk menyampaikan dan/atau
mengambil dokumen.
8. Dalam hal Wajib Pajak memenuhi syarat tidak wajib memiliki NPWP, wajib melampirkan
surat pernyataansebagaimana tercantum dalam Lampiran III PER-26/PJ/2018.
Dalam hal Anda merupakan Wajib Pajak yang melakukan usaha pokok berupa pengalihan
hak atas tanah dan/atau bangunan, maka yang harus Anda lakukan adalah:

1. Melakukan penyetoran PPh Pasal 4 ayat (2) sebesar 2,5% (dua koma lima persen) dari
jumlah bruto nilai pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan dengan terlebih dahulu
membuat kode billing (MAP-KJS 411128-402). Penyetoran dilakukan sebelumakta,
keputusan, kesepakatan, atau risalah lelang atas pengalihan hak atas tanah dan/atau
bangunan ditandatangani oleh pejabat yang berwenang. Dalam hal yang dialihkan adalah
Rumah Sederhana dan Rumah Susun Sederhana yang mendapat pembebasan PPN maka
tarifnya adalah 1%.
2. Mengajukan permohonan penelitian formal atas bukti pemenuhan kewajiban penyetoran
Pajak Penghasilan ke Kantor Pelayanan Pajak yang wilayah kerjanya meliputi lokasi tanah
dan/atau bangunan (PER-26/PJ/2018). Permohonan dilakukan dengan menggunakan surat
permohonan Lampiran IA PER-26/PJ/2018 dengan dilampiri daftar pembayaran Pajak
Penghasilan dalam bentuk dokumen fisik (hardcopy) dan dokumen elektronik (softcopy)
sesuai dengan format dalamLampiran IB PER-26/PJ/2018.
3. Mengambilsendiri Surat Keterangan Penelitian Formal Bukti Pemenuhan Kewajiban
Penyetoran Pajak Penghasilan atau Surat Pemberitahuan Permohonan Penelitian Tidak
Lengkap dan/atau Tidak Sesuai di Kantor Pelayanan Pajak yang wilayah kerjanya meliputi
lokasi tanah dan/atau bangunan dalam jangka waktu:
o Paling lama 3 (tiga) hari kerja jika jumlah bukti pembayaran dalam daftar
pembayaran pajak penghasilan paling banyak 10 buah.
o Paling lama 10 hari kerja jika jumlah bukti pembayaran dalam daftar pembayaran
pajak penghasilan lebih dari 10 buah.

Jasa Konstruksi

Objek PPh Pasal 4 ayat (2) atas Jasa Konsruksi adalah penghasilan dari :

1. layanan jasa konsultasi perencanaan pekerjaan konstruksi,


2. layanan jasa pelaksanaan pekerjaan konstruksi, dan
3. layanan jasa konsultasi pengawasan pekerjaan konstruksi.

Tarif jasa konstruksi:

1. Pelaksana Konstruksi:
1. 2%: kualifikasi usaha kecil;
2. 4%: tidak punya kualifikasi;
3. 3%: kualifikasi selain kecil (menengah & besar)
2. Perencanaan/Pengawasan Konstruksi:
1. 4%: punya kualifikasi usaha;
2. 6%: tidak punya

Jika Anda adalah pengusaha jasa konstruksi, yang harus Anda lakukan adalah:

1. Jika Anda bertransaksi dengan WP Badan, maka Anda harus memastikan bahwa Anda
menerima bukti potong PPh Pasal 4 ayat (2). Untuk seterusnya disimpan dan dijadikan salah
satu bahan untuk melakukan pengisian Lampiran IV SPT Tahunan PPh Badan tahun Pajak
tersebut. Jika pemotong pajaknya kurang melakukan pemotongan maka Anda harus
membayar sisanya sendiri.
2. Jika Anda bertransaski dengan WP Orang Pribadi, maka Anda harus menyetor sendiri PPh
Pasal 4 ayat (2) dengan terlebih dahulu membuat kode billing (MAP KJS 411128-409),
kemudian melaporkan e-spt PPh Pasal 4 ayat (2) melalui djponline.pajak.go.id atau ASP.

Jika Anda adalah pengguna jasa konstruksi, yang harus Anda lakukan adalah:

1. Melakukan pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) sesuai dengan tarif yang berlaku, dan
memberikan bukti potong  melalui aplikasi e-spt PPh pasal 4 ayat (2)
2. Melakukan penyetoran PPh Pasal 4 ayat (2) dengan terlebih dahulu membuat kode billing
(MAP KJS 411128-409)
3. melaporkan e-spt PPh Pasal 4 ayat (2) melalui djponline.pajak.go.id atau ASP.

Dividen Yang Diterima Orang Pribadi

Jika Anda membayarkan Dividen kepada Orang Pribadi, maka yang harus Anda lakukan adalah:

1. melakukan pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) sebesar 10% saat dividen disediakan untuk
dibayarkan dan membuat bukti potong PPh Pasal 4 ayat (2) melalui aplikasi e-spt PPh pasal
4 ayat (2)
2. melakukan penyetoran PPh dengan terlebih dahulu membuat kode billing (MAP-KJS
411128-419). Penyetoran dilakukan paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya.
3. melakukan pelaporan PPh Pasal 4 ayat (2) dengan menggunakan aplikasi e spt pph melalui
djponline.pajak.go.id atau ASP paling lama tanggal 20 bulan berikutnya.
Jika Anda menerima Dividen, maka yang harus Anda lakukan adalah memastikan bahwa Anda
menerima bukti potong PPh Pasal 4 ayat (2). Untuk seterusnya disimpan dan dijadikan salah satu
bahan untuk melakukan pengisian Lampiran III SPT Tahunan PPh OP tahun Pajak tersebut.

Hadiah Undian

Jika Anda sebagai penyelenggara undian memberikan hadiah undian kepada peserta kegiatan,
maka yang harus Anda lakukan adalah:

1. melakukan pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) sebesar 25% dari nilai hadiah undian. Nilai
hadiah undian adalah nilai uang atau nilai pasar apabila hadiah tersebut diserahkan dalam
bentuk natura misalnya mobil.
2. membuat bukti potong PPh Pasal 4 ayat (2) melalui aplikasi e-spt PPh pasal 4 ayat (2)
3. melakukan penyetoran PPh dengan terlebih dahulu membuat kode billing (MAP-KJS
411128-405). Penyetoran dilakukan paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya.
4. melakukan pelaporan PPh Pasal 4 ayat (2) dengan menggunakan aplikasi e spt pph melalui
djponline.pajak.go.id atau ASP paling lama tanggal 20 bulan berikutnya.

Penghasilan Dari Usaha Yang Diterima Atau Diperoleh Wajib Pajak Yang Memiliki Peredaran Bruto
Tertentu

Jika Anda adalah WP yang pada tahun pajak 2017 dan 2018 mempunyai penghasilan dari usaha
yang nilainya tidak lebih dari Rp.4.800.000.000,00 setahun, maka yang harus anda lakukan adalah:

a. Memilih untuk dikenakan PPh Pasal 25 dengan tarif umum PPh yang bersifat tidak final atau
memilih untuk dikenakan PPh yang bersifat final sebesar 0,5% per bulan dari jumlah pruto
penghasilan sebulan.
b. Dalam hal Anda memilih untuk dikenakan PPh Pasal 25 dengan tarif umum PPh yang
bersifat tidak final, maka yang harus Anda lakukan adalah menyampaikan Surat Keterangan
paling lambat pada akhir Tahun Pajak dan Anda dikenai Pajak Penghasilan berdasarkan
Ketentuan Umum Pajak Penghasilan mulai Tahun Pajak berikutnya.
c. Dalam hal Anda memilih untuk dikenakan PPh yang bersifat final sebesar 0,5% per bulan,
maka yang harus anda lakukan adalah:
1. Mengajukan permohonan Surat Keterangan PP 23 ke KPP tempat Anda terdaftar
2. Untuk selanjutnya dalam hal bertransaksi dengan pemotong pajak, maka Anda dapat
menyerahkan fotokopi Surat Keterangan agar dapat dipotong PPh Final sebesar
0,5% oleh pemotong pajak
3. Menerima fotokopi bukti penyetoran PPh (SSP) dari pemotong Pajak. Yang harus
diperhatikan adalah bukti pembayarannya adalah atas nama dan NPWP Anda
sebagai pihak yang menerima penghasilan.
4. Menghitung jumlah peredaran usaha dalam satu bulan dan memastikan jumlah
penyetoran PPh nya adalah 0,5% dari jumlah peredaran usaha dalam satu bulan.
d. Dalam hal Anda menggunakan jasa atau membeli barang dari Wajib Pajak yang mempunyai
Surat Keterangan PP 23, maka yang harus Anda lakukan adalah:
1. Membuat kode billing dengan nama dan NPWP pihak yang menerima penghasilan
2. Memberikan fotokopi bukti penyetoran PPh kepada pihak yang menerima
penghasilan

PENGHITUNGAN PAJAK, WAKTU SETOR, DAN LAPOR               

No Uraian Perhitungan Pajak Waktu Setor dan Lapor

 1 Sewa tanah dan/atau 10% x Jumlah bruto nilai persewaan Disetor oleh pemotong
bangunan. tanah dan/atau bangunan maksimal tanggal 10 bulan
    berikutnya, jika disetor sendiri
maksimal tanggal 15 bulan
berikutnya.

Pelaporan SPT Masa


maks tanggal 20 bulan
berikutnya.

2 Pengalihan hak atas 2,5% x Jumlah bruto nilai pengalihan Disetor sendiri oleh penerima
tanah dan/atau hak atas tanah dan/atau bangunan. penghasilan sebelum akta
bangunan. ditandatangani oleh pejabat
Rumah Sederhana dan Rumah yang berwenang.
Susun Sederhana dikenakan= 1% x
jumlah bruto nilai pengalihan
Untuk lelang, disetor oleh
Pejabat Lelang atas nama
pemilik harta
3 Jasa Konstruksi Pelaksanaan Konstruksi: Disetor oleh
pemotong: paling lambat
1. 2%: kualifikasi usaha kecil; disetor tanggal 10 bulan
2. 4%: tidak memiliki kualifikasi; berikutnya.
3. 3%: kualifikasi selain kecil
(menengah & besar)
Disetor sendiri (tidak
Perencanaan/Pengawasan dipotong): disetor paling
Konstruksi: lambat tanggal 15 bulan
berikutnya.
1. 4%: memiliki kualifikasi
usaha;
2. 6%: tidak memiliki kualifikasi
usaha.

4 Penjualan saham di selain IPO= 0,1% x Jumlah bruto Pemotong Pajak setor paling
Bursa Efek nilai transaksi penjualan lambat tanggal 20 bulan
berikutnya. 
IPO=
((0,5 % x nilai saham) +(0,1 % x
jumlah bruto nilai transaksi Pemotong Pajak adalah:
penjualan))
1. selain IPO: perantara
pedagang efek
2. IPO: Emiten

Pelaporan untuk:

1. Selain IPO:
maksimal tanggal 25
bulan
berikutnya setelah
saham
diperdagangkan
2. IPO:
maksimal tanggal
20 setelah bulan
penyetoran

5 Penghasilan Bunga/ Untuk Wajib Pajak Dalam Negeri Pemotong Pajak setor paling
Diskonto Obligasi dan Bentuk Usaha Tetap: lambat tanggal 10 bulan
15% x Jumlah bruto bunga/diskonto berikutnya.

Yg dimaksud dengan Pelaporan paling


Obligasi disini Untuk Wajib Pajak Luar Negeri lambat tanggal 20 bulan
adalah Surat selain Bentuk Usaha Tetap: berikutnya.
Utang dan Surat Utang 20% x Jumlah bruto bunga/diskonto
Negara atau sesuai tarif P3B
(SUN) yang berjangka
waktu lebih dari 12
bulan. Untuk Wajib Pajak reksadana yg
terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan:

Untuk SBSN dengan 1. 5% x Jumlah bruto (tahun

jangka waktu lebih dari 2014-2020)

12 bulan juga mengikuti 2. 15% x Jumlah bruto (tahun

ketentuan seperti 2021- dan seterusnya)

Obligasi Negara.

Dikecualikan dari
pemotongan PPh Pasal
4(2) jika:

1. penerima adalah
WP Dana Pensiun
yang telah
disahkan oleh
MenKeu;
2. WP Bank yang
didirikan di
Indonesia, atau
cabang bank luar
negeri di
Indonesia.

6 20% x diskonto SPN Pemotong Pajak setor paling


lambat tanggal 10 bulan
Surat Perbendaharaan (yg dikecualikan dari berikutnya.
Negara (SPN)= pemotongan: bank yg didirikan di
SUN berjangka waktu Indonesia atau cabang bank Luar Pelaporan paling

paling lama 12 bulan. Negeri di Indonesia, Dana Pensiun, lambat tanggal 20 bulan


Reksadana yg terdaftar di berikutnya.

BAPEPAM-LK)

7 Deviden yang dibagikan 10% x Jumlah bruto deviden Pemotong Pajak setor paling
kepada OP lambat tanggal 10 bulan
berikutnya.

Pelaporan paling
lambat tanggal 20 bulan
berikutnya.

8 Bunga Simpanan 0% atas bunga simpanan Pemotong Pajak setor paling


Koperasi yang koperasi sampai dengan Rp lambat tanggal 10 bulan
dibayarkan kepada 240.000 berikutnya.
anggota koperasi orang
pribadi Pelaporan paling
10% x Jumlah bruto (utk bunga lambat tanggal 20 bulan
simpanan diatas Rp 240.000 berikutnya.
sebulan.)

9 Pendapatan bunga Untuk Wajib Pajak Dalam Negeri & Pemotong Pajak setor paling
deposito dan tabungan Bentuk Usaha Tetap: lambat tanggal 10 bulan
serta Sertifikat Bank 20% x jumlah bruto bunga berikutnya.
Indonesia (SBI)
Pelaporan paling
Untuk Wajib Pajak Luar Negeri: lambat tanggal 20 bulan
20% x jumlah bruto bunga atau
sesuai P3B berikutnya.

dikecualikan dari pemotongan:

1. jumlah tidak melebihi Rp 7,5


juta
2. jika penerima: bank yg
didirikan di Indonesia atau
cabang bank Luar Negeri di
Indonesia.
3. jika penerima: Dana Pensiun
yg telah disahkan Menteri
Keuangan.
4. bunga tabungan pada bank
yang ditunjuk Pemerintah dlm
rangka pemilikan Rumah
Sederhana, dan sebagainya.

10 Hadiah Undian 25% x jumlah bruto nilai hadiah Pemotong Pajak setor paling
  lambat tanggal 10 bulan
  berikutnya.

Pelaporan paling
lambat tanggal 20 bulan
berikutnya.

11 Penjualan saham milik 0,1% x jumlah bruto nilai transaksi Disetor paling lambat tanggal
Modal Ventura   10 bulan berikutnya.
Jika saham diperjualbelikan di Bursa Pelaporan paling
Efek, maka berlaku ketentuan lambat tanggal 20 bulan
tentang penjualan saham di Bursa berikutnya.
Efek.

Anda mungkin juga menyukai