Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

PROGRAM PROFESI NERS

DEPARTEMEN KEPERAWATAN ANAK


PNEUMONIA
A. Anatomi Fisiologi

Paru-paru berada pada rongga dada bagian atas, di bagian samping dibatasi oleh otot

dan rusuk dan di bagian bawah dibatasi oleh diafragma yang berotot kuat. Paru-paru

terbagi atas dua bagian yaitu paru-paru kanan yang terdiri atas 3 lobus yaitu lobus atas,

tengah dan bawah. Paru-paru kiri yang terdiri atas 2 lobus yaitu lobus atas dan lobus

bawah yang dibatasi oleh fisura obliq. Bagian atas atau puncak paru disebut apeks

yang menjorok ke atas arah leher dan pada bagian bawah disebut basal. Paru-paru

dibungkus oleh dua selaput yang tipis, yang disebut pleura (Aryani, 2009).

2
B. Konsep Penumonia

1. Definisi

Pneumonia adalah peradangan paru dimana asinus paru terisi cairan radang
dengan atau tanpa disertai infiltrasi dari sel radang kedalam dinding alveoli dan
rongga interstisium. pneumonia adalah proses inflamasi, yang melibatkan
parenkim paru (Jaypee, 2006).Pneumonia adalah suatu penyakit peradangan akut
pada parenkim paru yang disebabkan oleh bakteri, virus, atau parasit (Standar
Profesi Ilmu Kesehatan Anak FK Unsri Palembang, 2000). Pneumonia disebabkan
oleh virus pathogen yang masuk ke dalam tubuh melalui aspirasi,
inhalasi/penyebab sirkulasi : pneumonia paling banyak disebabkan oleh bakteri
(Brunner & Suddarth, 2001).

2. Etiologi

Penyebab pneumonia adalah:


a. Bakteri:
1) Bakteri garam positif (streptococcus pneumoniae/ pneumococcal
pneumonia, staphylococcus aureus)
2) Bakteri gram negatif (haemophilus influenzae, pseudomonas aeruginosa,
kleibsiella pneumoniae, dan anaerobik bakteria)
3) Atypikal bacteria (legionella pneumophia dan mycoplasma pneumonia)
b. Virus:
1) Virus influenza
2) Parainfluenza
3) Adenovirus
4) Virus Synsitical respiratorik

3
5) Rhinovirus
c. Jamur:
1) Kandidiasis
2) Histoplasmosis
3) Kriptokokkis
d. Protozoa: Pneumokistis karinii pneumonia

3. Fakto Risiko

Faktor-faktor yang meningkatkan risiko kematian akibat pneumonia :

a. Umur di bawah 2 bulan

b. Tingkat sosioekonomi rendah

c. Gizi kurang

d. Berat badan lahir rendah

e. Tingkat pelayanan (jangkauan) kesehatan rendah

f. Kepadatan tempat tinggal

g. Imunisasi yang tidak memadai

h. Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA)

i. Tidak berfungsinya sistem imun (AIDS)

4. Klasifikasi

Menurut buku pneumonia komuniti, pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di

Indonesia yang dikeluarkan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2003

menyebutkan tiga klasifikasi pneumonia.

a. Berdasarkan klinis dan epidemiologis :

1) Pneumonia komuniti

2) Pneumonia nasokomial

3) Pneumonia aspirasi

4) Pneumonia pada penderita immunocompromised

4
b. Berdasarkan penyebab

1) Pneumonia bakteri/tipikal

Pneumonia jenis ini bisa menyerang siapa saja terutama orang yang

mempunyai sistem kekebalan tubuh rendah dan menjadi sangat rentan

terhadap penyakit. Pada saat pertahanan tubuh menurun, bakteri

pneumonia akan dengan cepat berkembang biak dan merusak paru-paru.

Jika terjadi infeksi, sebagian jaringan dari lobus paru-paru, atau pun

seluruh lobus, bahkan sebagian besar dari lima lobus paru-paru (tiga di

paru-paru kanan, dan dua di paru-paru kiri) menjadi terisi cairan. Dari

jaringan paru-paru, infeksi dengan cepat menyebar ke seluruh tubuh

melalui peredaran darah. Bakteri pneumokokus adalah kuman yang paling

umum sebagai penyebab pneumonia bakteri tersebut.

Biasanya pneumonia bakteri itu didahului dengan infeksi saluran nafas

ringan satu minggu sebelumnya. Misalnya, karena infeksi virus (flu),

infeksi virus pada saluran pernapasan dapat mengakibatkan pneumonia

disebabkan mukus (cairan/lendir) yang mengandung pneumokokus dapat

terhisap masuk ke dalam paru-paru.

2) Pneumonia akibat virus

Penyebab utama pneumonia virus adalah virus influenza. Gejala awal dari

pneumonia akibat virus sama seperti gejala influenza, yaitu demam, batuk

kering, sakit kepala, nyeri otot, dan kelemahan. Dalam 12 hingga 36 jam

penderita menjadi sesak, batuk lebih parah, dan berlendir sedikit, terdapat

panas tinggi disertai membirunya bibir. Hal itu yang disebut dengan

superinfeksi bacterial. Salah satu tanda terjadi superinfeksi bacterial adalah

keluarnya lendir yang kental dan berwarna hijau atau merah tua.

5
3) Pneumonia Jamur

Sering merupakan infeksi sekunder. Predileksi terutama pada penderita

dengan daya tahan lemah.

c. Bedasarkan predileksi infeksi

Menurut Wong

1) Pneumonia lobaris, pneumonia yang terjadi pada satu lobus (percabangan

besar dari pohon bronkus) baik kanan maupun kiri.

2) Pneumonia bronkopneumia, pneumonia yang ditandai bercak-bercak

infeksi pada berbagai tempat di paru. Bisa kanan maupun kiri yang

disebabkan virus atau bakteri dan sering terjadi pada bayi atau orang tua.

Pada penderita pneumonia, kantong udara paru-paru penuh dengan nanah

dan cairan yang lain. Dengan demikian, fungsi paru-paru, yaitu menyerap

udara bersih (oksigen) dan mengeluarkan udara kotor menjadi terganggu.

Akibatnya, tubuh menderita kekurangan oksigen dengan segala

konsekuensinya, misalnya menjadi lebih mudah terinfeksi oleh bakteri lain

(super infeksi) dan sebagainya.

3) Pneumonia intertisial : Proses inflamasi dengan batas-batas yang lebih atau

kurang dalam dinding alveolus (intertisium) dan jaringan peribronkial dan

interlobaris.

4) Pneumonitis adalah inflamasi akut lokal paru tanpa toksemia yang

berkaitan dengan pneumonia lobaris

5. Manifestasi Klinis

Tanda dan gejala berupa :

a. Batuk nonproduktif

b. Ingus (nasal discharge)

6
c. Suara napas lemah

d. Retraksi intercosta

e. Penggunaan otot bantu napas

f. Demam

g. Ronchii

h. Cyanosis

i. Thorak photo menunjukkan infiltrasi melebar

j. Batuk

k. Sakit kepala

l. Sesak nafas

m. Menggigil

n. Berkeringat

o. Lelah.

6. Patofisiologi

Sistem pertahanan tubuh terganggu menyebabkan virus masuk ke dalam tubuh

setelah menghirup kerosin atau inhalasi gas yang mengiritasi. Mekanisme

pertahanan lanjut berupa sekresi Ig A lokal dan respon inflamasi yang diperantarai

leukosit, komplemen, sitokin, imunoglobulin, makrofag alveolar, dan imunitas

yang diperantarai sel. Infeksi paru terjadi bila satu atau lebih mekanisme di atas

terganggu, atau bila virulensi organisme bertambah. Agen infeksius masuk ke

saluran nafas bagian bawah melalui inhalasi atau aspirasi flora komensal dari

saluran nafas bagian atas, dan jarang melalui hematogen. Virus dapat

meningkatkan kemungkinan terjangkitnya infeksi saluran nafas bagian bawah

dengan mempengaruhi mekanisme pembersihan dan respon imun.

Ketika mikroorganisme penyebab pneumonia berkembang biak, mikroorganisme

tersebut mengeluarkan toksin yang mengakibatkan peradangan pada parenkim

7
paru yang dapat menyebabkan kerusakan pada membran mukus alveolus. Hal

tersebut dapat memicu perkembangan edema paru dan eksudat yang mengisi

alveoli sehingga mengurangi luas permukaan alveoli untuk pertukaran

karbondioksida dan oksigen sehingga sulit bernafas.

Invasi bakteri ke parenkim paru menimbulkan konsolidasi eksudatif jaringan ikat

paru yang bisa lobular (bronkhopneumoni), lobar, atau intersisial. Pneumonia

bakteri dimulai dengan terjadinya hiperemi akibat pelebaran pembuluh darah,

eksudasi cairan intra-alveolar, penumpukan fibrin, dan infiltrasi neutrofil, yang

dikenal dengan stadium hepatisasi merah. Konsolidasi jaringan menyebabkan

penurunan compliance paru dan kapasitas vital. Peningkatan aliran darah yang

melewati paru yang terinfeksi menyebabkan terjadinya pergeseran fisiologis

(ventilation-perfusion missmatching) yang kemudian menyebabkan terjadinya

hipoksemia.  Pada kebanyakan kasus, resolusi konsolidasi terjadi setelah 8-10 hari

dimana eksudat dicerna secara enzimatik untuk selanjutnya direabsorbsi dan dan

dikeluarkan melalui batuk (Bennete, 2013).

7. Komplikasi

Menurut Elizabeth (2009)


1. Sianosis merupakan warna kulit dan membran mukosa kebiruan atau pucat karena

kandungan oksigen yang rendah dalam darah.

2. Hipoksemia merupakan penurunan tekanan parsial oksigen dalam darah, kadang-

kadang khusus sebagai kurang dari yang, tanpa spesifikasi lebih lanjut, akan

mencakup baik konsentrasi oksigen terlarut dan oksigen yang terikat pada

hemoglobin

8
3. Bronkaltasis merupakan kelainan morfologis yang terdiri dari pelebaran bronkus

yang abnormal dan menetap disebabkan kerusakan komponen elastis dan

muskular dinding bronkus.

4. Atelektasis (pengembangan paru yang tidak sempurna/bagian paru-paru yang

diserang tidak mengandung udara dan kolaps). Terjadi akibat penumpukan secret.

5. Meningitis terjadi karena adanya infeksi dari cairan yang mengelilingi otak dan

sumsum tulang belakang.

8. Pemeriksaan Diagnostik

Menurut Elizabeth, (2009)


a. Sinar X
Mengidentifikasikan distribusi struktural dapat juga menyatakan abses

luas/infiltrate, empiema, infiltrasi menyebar atau terlokalisasi, atau

penyebaran/perluasan infiltrate nodul. Pada pneumonia mikoplasma, sinar X

dada mungkin bersih.

b. GDA

Tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada luas paru yang terlihat dan

penyakit paru yang ada.

c. JDL

Veukositosis biasanya ada, meskipun sel darah putih rendah terjadi pada

infeksi virus, kondisi tekanan imun seperti AIDS, memungkinkan

berkembangnya pneumonia bakterial.

d. Pemeriksaan gram/kultur sputum dan darah

Untuk dapat mengidentifikasi semua organisme yang ada. Dapat diambil

dengan biopsi jarum, aspirasi trakeal, bronkoskopi fiberoptik, atau biopsi

pembukaan paru untuk mengatasi organisme penyebab. Lebih dari 1 tipe

organisme ada, bakteri yang umum Diplococcus pneumonia, stapilococcus

aureus, A-hemolitik streptococcus, Haemophilus, CMV.


9
e. Pemeriksaan serologi

Membantu dalam membedakan diagnosis organisme khusus

f. LED

Meningkat

g. Pemeriksaan fungsi paru

Untuk mengetahui paru-paru, menetapkan luas berat penyakit dan membantu

diagnosis keadaan.Volume mungkin menurun, tekanan jalan napas mungkin

meningkat dan komplain menurun, mungkin terjadi perembesan.

h. Elektrolit

Natrium dan klorida mungkin rendah.

i. Bilirubin

Mungkin meningkat

j. Aspirasi perkuatan/biopsi jaringan paru terbuka

Dapat menyatakan intraniklear tipikal dan keterlibatan sitoplastik, karakteristik

sel raksasa.

9. Penatalaksanaan

Pasien menjalani tirah baring sampai infeksi menunjukkan tanda-tanda

penyembuhan. Kebanyakan penderita akan memberikan respon terhadap

pengobatan dan keadaannya membaik dalam waktu 2 minggu. Penatalaksanaan

untuk pneumonia bergantung pada penyebab, sesuai yang ditentukan oleh

pemeriksaan sputum mencakup :

a. Oksigen 1-2 l/menit

b. IVFD dekstrose 10% : NaCl 0,9% = 3:1, +KCl 10 mEq/500 ml cairan sesuai

berat badan, kenaikan suhu dan status dehidrasi.

10
c. Jika sesak tidak terlalu hebat, dapat dimulai makanan enteral bertahap melalui

selang nasogastirk dengan feeding drip.

d. Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal dan

beta agois untuk memperbaiki transport mukosiler.

e. Koreksi gangguan keseimbangan asam dan basa elektrolit.

f. Antibiotik sesuai hasil biakan atau berikan :

1) Untuk kasus pneumonia communiti base :

a) Ampisilin 100 mg/kg BB/hari dalam 4 kali pemberian

b) Kloramfenikol 75 mg/kg BB/hari dalam 4 kali pemberian

2) Untuk kasus pneumonia hospital base :

a) Sefotaksim 100 mg/kg BB/hari dalam 2 kali pemberian

b) Amikasin 10-15 mg/kg BB/hari dalam 2 kali pemberian.

3) Penicillin G: untuk infeksi pneumonia staphylococcus.


4) Amantadine, rimantadine: untuk infeksi pneumonia virus
5) Eritromisin, tetrasiklin, derivat tetrasiklin: untuk infeksi pneumonia
mikroplasma.
(Roudelph, 2007).

11
10. WOC Pneumonia
Bakteri
CAP (Community Acquired Pneumonia) Jamur
Virus Aspirasi
1) Streptococcus Pneumonia Candida & Aspergilus
Respiratory syntial virus
2) Staphylococcus Aureus Influenza Virus
3) Myciplasma pneumonia
HAP ( Hospital Acquired Pneumonia)
1) Escherchia Coli
2) Haemophilus Influenza
3) Pseudomonas Aeurugimosa

Masuknya benda asing/ mikroorganisme ke


saluran pernafasan

Pengeluaran toksin

Inflamasi/ peradangan

Pelepasan sitoksin
Kerusakan membrane mukosa
alveolus (parenkim paru)
Mengaktifkan
leukosit dan
makrofag
Peningkatan Pelepasan zat Konsolidasi eksudatif jaringan
permeabilitas pirogen, ikat paru
Fagositosis
patogen kapiler prostaglandin dan
mediator kimia Penurunan compliance
lain paru
Terakumulasi Edema paru dan
bersama jaringan akumulasi
mati Meningkatkan set
transudat Pengembangan paru tidak
temostat di
hipotalamus maksimal
Transudat

peningkatan Sesak nafas


metabolisme dan
Berkurangnya area pertukaran
penghematan KETIDAKEFEKTIFAN
oksigen dan terhalang oleh cairan
panas POLA NAFAS
di alveoli

Gangguan pada difusi oksigen Vasokontriksi


pembuluh darah

Nafas sesak, cepat, suara nafas Menggigil dan HIPERTERMI


tambahan (wheezing) demam
Suhu tubuh meningkat
dispneu (sulit bernafas) anoreksia

GANGGUAN Gangguan intake KEKURANGAN VOLUME


PERTUKARAN GAS makanan dan cairan CAIRAN
Suplai O2 ke
jaringan menurun Peningkatan sekesi dan
mukus KETIDAKSEIMBANGAN
NUTRISI KURANG DARI
Metabolisme tubuh KEBUTUHAN TUBUH
menurun KETIDAKEFEKTIFAN
BERSIHAN JALAN
ATP menurun NAFAS

fatigue

INTOLERANSI
AKTIVITAS
12
C. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. Data Dasar Pengkajian

a) Aktivitas/Istirahat

Gejala : Kelemahan, kelelahan, Insomnia

Tanda : Letargi, Penurunan toleransi terhadap aktivitas

b) Sirkulasi

Gejala : Riwayat adanya GJK kronis

Tanda : Takikardia, Penampilan kemerahan atau pucat

c) Integritas Ego

Gejala : Banyaknya stressor, masalah finansial

d) Makanan dan cairan

Gejala : kehilangan nafsu makan, mual/muntah

Tanda : Distensi abdomen, Hiperaktif bunyi usus, Kulit kering dengan turgor

buruk, Malnutrisi

e) Neurosensori

Gejala : Sakit kepala daerah frontus (influenza)

Tanda : Perubahan mental (bingung, somnolen)

f) Nyeri / Kenyamanan

Gejala : Sakit kepala, Nyeri dada (pleuritik) meningkat oleh batuk : nyeri dada

substernal (influenza), Mialgia, artalgia

Tanda : Melindungi area yang sakit (pasien umumnya tidak pada sisi yang

sakit untuk membatasi gerakan)

g) Pernapasan

Gejala : Takipnea, dispnea progresif, pernapasan dangkal, penggunaan otot

aksesori, pelebaran nasal.

13
Tanda : Sputum, merah muda, berkarat atau purulen, Warna pucat atau

siunosis bibir/kaku. Perkusi : pekak di atas area yang konsolidasi. Fremitus :

taktis dan vokal bertahap meningkat dengan konsolidasi Gesekan fraksi

pleural. Bunyi napas : menurun atau tidak ada diale area yang terlibat, atau

nafas bronchial.

h) Keamanan

Gejala: Riwayat gangguan sistem imun, Demam

Tanda : Berkeringat, Menggigil berulang, gemetaran

i) Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : riwayat mengalami pembedahan, penggunaan alkohol kronis
Tanda : DRG menunjukkan rerata lama dirawat 6 – 8 hari
j) Pemeriksaan Diagnostik

2. Diagnosa yang mungkin muncul

a. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan terbentuknya eksudat

dalam alveoli.

b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolar-

kapiler.

c. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan compliance paru menurun

d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

anoreksia

e. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan berlebihan

(demam, berkeringat banyak, napas mulut/ hiperventilasi, muntah)

f. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan

kebutuhan oksigen

g. Hipertermi berhubungan dengan isolasi respiratory

14
3. Rencana Asuhan Keperawatan

No Diagnosa keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional

1 Bersihan jalan napas tidak Setelah dilakukan tindakan Mandiri : 1. Takipnea, pernapasan
efektif berhubungan keperawatan dalam 1. Kaji frekuensi/kedalaman dangkal, dan gerak dada
dengan terbentuknya waktu….x24 jam maka pernapasan dan gerak dada. tak simetris sering terjadi
eksudat dalam alveoli. masalah keperawatan dapat 2. Auskultasi area paru, catat arena karena ketidaknyamanan
diatasi dengan kriteria hasil : penurunan/tak ada aliran udara gerakan dinding dada
a) Mengidentifikasi/menu dan bunyi napas adventisus, misal dan/atau cairan paru.
njukkan perilaku : krekels, mengi. 2. Penurunan aliran udara
mencapai bersihan 3. Bantu pasien latihan napas sering. terjadi pada area
jalan napas. Tunjukkan/bantu pasien konsolidasi dengan cairan.
b) Menunjukkan jalan mempelajari melakukan batuk, Bunyi napas bronchial
napas paten dengan misal : menekan dada dan batuk (normal pada bronkus)
napas bersih, tak ada efektif sementara posisi batuk dapat terjadi juga pada
dispnea, sianosis. tinggi. area konsolidasi. Krekels,
4. Berikan cairan sedikitnya 2500 ronki dan mengi terdengar
ml/hari (kecuali kontraindikasi). pada inspirasi dan/atau
Tawarkan air hangat, daripada ekspirasi pada respons
dingin. terhadap pengumpulan
5. Penghisapan sesuai indikasi cairan, sekret kental dan
spasme jalan
Kolaborasi : napas/obstruksi.
1. Bantu mengawasi efek 3. Napas dalam
pengobatan nebuliser dan memudahkan ekspansi
fisioterapi lain. Lakukan maksimum paru-paru/
tindakan diantara waktu makan jalan napas lebih kecil.
dan batasi cairan bila mungkin. Batuk adalah mekanisme
2. Berikan cairan tambahan, pembersihan jalan napas
misal : IV, oksigen alami, membantu silia
humudifikasi, dan ruangan untuk mempertahankan
humudifikasi. jalan napas paten.
Penekanan menurunkan
ketidaknyamanan dada
dan posisi duduk
memungkinkan upaya
napas lebih dalam dan
lebih kuat.
4. Cairan (khususnya air
hangat) memobilisasi dan
mengeluarkan secret
5. Merangsang batuk atau
pembersihan jalan napas
secara mekanik pada
pasien yang tidak mampu
melakukan karena batuk
tak efektif atau penurunan
tingkat kesadaran.

Kolaborasi :
1. Memudahkan
pengenceran dan
pembuangan sekret.
Koordinasi
pengobatan/jadwal dan
masukan oral menurunkan
muntah karena batuk,
pengeluaran sputum.
2. Cairan diperlukan untuk
menggantikan kehilangan
dan memobilisasi sekret.

16
2 Gangguan pertukaran gas Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji frekuensi, kedalaman dan 1. Manifestasi distress
berhubungan dengan keperawatan dalam kemudahan bernapas. pernapasan tergantung
perubahan membran waktu….x24 jam maka 2. Tinggikan kepala dan dorong pada indikasi derajat
alveolar-kapiler. masalah keperawatan dapat sering mengubah posisi, napas keterlibatan paru dan
diatasi dengan kriteria hasil : dalam dan batuk efektif. status kesehatan umum.
1. Menunjukkan 3. Pertahankan istirahat tidur. 2. Tindakan ini
perbaikan ventilasi dan Dorong menggunakan teknik meningkatkan inspirasi
oksigenasi jaringan relaksasi dan aktifitas senggang. maksimal, meningkatkan
dengan GDA dalam 4. Observasi penyimpangan kondisi, pengeluaran sekret untuk
rentang normal dan tak cacat hipotensi banyaknya jumlah memperbaiki ventilasi.
ada gejala distress sputum merah mudah/berdarah, 3. Mencegah terlalu lelah
pernapasan. pucat, sianosis, perubahan tingkat dan menurunkan
2. Berpartisipasi pada kesadaran, dispnea berat, gelisah kebutuhan/ konsumsi
tindakan untuk oksigen untuk
memaksimalkan memudahkan perbaikan
oksigenasi. infeksi.
4. Syok dan edema paru
adalah penyebab umum
kematian pada pneumonia
dan membutuhkan
intervensi medik segera.

3 Ketidakefektifan pola Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji frekuensi kedalaman 1. kecepatan biasanya
nafas berhubungan dengan keperawatan dalam pernafasan dan ekspansi dada. mencapai kedalaman
compliance paru menurun waktu….x24 jam maka Catat upaya pernafasan termasuk pernafasan bervariasi
masalah keperawatan dapat penggunaan otot bantu tergantung derajat gagal
diatasi dengan kriteria hasil : pernafasan / pelebaran nasal. nafas. Expansi dada
2. Auskultasi bunyi nafas dan catat terbatas yang
1. Pola nafas efektif, adanya bunyi nafas seperti berhubungan dengan
2. bunyi nafas normal atau krekels, wheezing. atelektasis dan atau nyeri
bersih, 3. Tinggikan kepala dan bantu dada
3. TTV dalam batas mengubah posisi. 2. Ronki dan wheezing

17
normal, 4. Observasi pola batuk dan menyertai obstruksi jalan
4. ekspansi paru karakter sekret. nafas / kegagalan
mengembang. 5. Dorong/bantu pasien dalam pernafasan.
nafas dan latihan batuk. 3. Duduk tinggi
memungkinkan ekspansi
paru dan memudahkan
pernafasan.
4. Kongesti alveolar
mengakibatkan batuk
sering/iritasi.
5. Dapat
meningkatkan/banyaknya
sputum dimana gangguan
ventilasi dan ditambah
ketidak nyaman upaya
bernafas.
4 Kekurangan volume cairan Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji perubahan tanda vital, 2. Peningkatan
berhubungan dengan keperawatan dalam contoh : peningkatan suhu/memanjangnya
kehilangan cairan waktu….x24 jam maka suhu/demam memanjang, demam meningkatkan laju
berlebihan, penurunan masalah keperawatan dapat takikardia, hipotensi ortostatik. metabolik dan kehilangan
masukan oral. diatasi dengan kriteria hasil : 2. Kaji turgor kulit, kelembaban cairan melalui evaporasi.
membran mukosa (bibir, lidah). TD ortostatik berubah dan
1. Mempertahankan urin 3. Pantau masukan dan haluaran, peningkatan takikardia
output sesuai dengan catat warna, karakter urine, menunjukkan kekurangan
usia dan BB, BJ, urine hitung keseimbangan cairan. cairan sistemik.
normal, HT normal 3. Indikator langsung
2. Tekanan darah, nadi, Kolaborasi : keadekuatan volume
suhu dalam batas normal 1. Kolaborasi dengan tim medis cairan, meskipun
3. Tidak ada tanda-tanda pemberian anti piretik, anti membran mukosa mulut
dehidrasi, elastis turgor emetic. mungkin kering karena
kulit baik, membrane nafas mulut dan oksigen
mukosa lembab, tidak tambahan

18
ada rasa haus yang 4. Memberikan informasi
berlebihan. tentang keadekuatan
volume cairan dan
kebutuhan penggantian.

Kolaborasi :
1. Berguna menurunkan
kehilangan cairan.

5 Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan tindakan 1. Evaluasi respon pasien terhadap 1. Merupakan kemampuan,
berhubungan dengan keperawatan dalam aktivitas. kebutuhan pasien dan
ketidakseimbangan antara waktu….x24 jam maka 2. Berikan lingkungan tenang dan memudahkan pilihan
suplai dan kebutuhan masalah keperawatan dapat batasi pengunjung selama fase interan.
oksigen diatasi dengan kriteia hasil : akut sesuai indikasi 2. Menurunkan stress dan
1. Nafas normal 3. Bantu pasien memilih posisi rangsangan berlebihan,
2. Sianosis nyaman untuk istirahat atau tidur. meningkatkan istirahat.
3. Irama jantung 4. Bantu aktivitas perawatan diri 3. Pasien mungkin nyaman
yang diperlukan dengan kepala tinggi, tidur
di kursi.
4. Meminimalkan kelelahan
dan membantu
keseimbangan suplai dan
kebutuhan oksigen

6 Hipertermi berhubungan Setelah dilakukan tindakan 1. Pantau suhu klien (derajat dan 1. Suhu 38,9ºC – 41,1ºC
dengan isolasi respiratory keperawatan dalam polanya) perhatikan menggigil menunjukkan proses
waktu….x24 jam maka atau diaphoresis penyakit infeksi akut. Pola
masalah keperawatan dapat 2. Pantau suhu lingkungan, demam dapat membantu
diatasi dengan kriteria hasil : batasi/tambahkan linen tempat dalam diagnosis,
1. Konvulsi tidur, sesuai indikasi . misalnyakurva demam
2. Kulit Kemerahan 3. Berikan kompres hangat, lanjut berakhir lebih dari 24
3. Peningkatan suhu tubuh hindari, hindarkan penggunaan jam menunjukkan

19
di atas kisaran normal alkohol. pneumonia pneumokokal,
4. Takikardi demam skarlet atau tifoid,
5. Takipnea Kolaborasi : demam remiten (bervariasi
6. Kulit terasa hangat 1. Kolaborasi dengan tim medis hanya beberapa derajat
pemberian antipiretik. pada arah tertentu).
2. Suhu ruangan/jumlah
selimut harus diubah untuk
mempertahankan suhu
mendekati normal
3. Dapat membantu
mengurangi demam,
penggunaan air es/alkohol
mungkin menyebabkan
kedinginan, peningkatan
suhu secara aktual. Selain
itu, alkohol dapat
mengeringkan kulit.

Kolaborasi :
1. Digunakan untuk
mengurangi demam dengan
aksi sentralnya pada
hipothalamus, meskipun
demam mungkin dapat
berguna dalam membatasi
pertumbuhan organisme,
dan meningkatkan
autodestruksi dari sel-sel
yang terinfeksi.

20
DAFTAR PUSTAKA

Aryani. (2009). Prosedur Kebutuhan Cairan dan Elektrolit. Jakarta : C.V. Trans Info Media
Betz & Sowden. (2004). Buku Saku Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC.
Bulechek, G.. et al. (2013). Nursing Intervention Classification. Jakarta : Elsevier
Brunner & Suddarth. (2001). Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Volume 2. Jakarta : EGC
Elizabeth J. Corwin. (2009). Buku Saku Patofisiologi: Edisi Revisi 3. Jakarta: EGC.
Herdman. (2015). Diagnosis Keperawatan NANDA 2015-2017, Edisi 10. Jakarta : EGC
Jaypee Brothers. (2006). IAP Textbook of Pediatrics: Third Edition. India: Medical
Publhishers.
Lippincott Williams & Wilkins. (2006). Oski’s Pediatrics: Principles & Practice: 4th Edition.
Philadelphia.
Mansjoer, arif. (2000). Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1. Media Aesculapius. Jakarta
Moorhead, s. et al.(2013). Nursing Outcomes Classification. Jakarta : Elsevier
Ridha, Nabiel. (2014). Buku Ajar Keperawatan Anak. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Riyadi sujono, suharsono. (2010). Asuhan keperawatan pada anak sakit. Gosyen publishing.
Yogyakarta
Roudelph. (2007). Buku Peditria Rubolph. Edisi , 20. Volume Jakarta : EGC
Sugihartono, Rashmastullah P. Nurjazuli. (2002) Analisis faktor resiko kejadian pneumonia
pada anak. Jurnal kesehatan lingkungan Indonesia. Bogor
Wong, Donna L. (2009). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Edisi 6. Volume 6. Jakarta : EGC

21

Anda mungkin juga menyukai