Anda di halaman 1dari 4

Acara Dalam Pengajian

Pertanyaan :
-----------------

acara dalam Pengajian

Assalamu'alikum Wr.Wb.,

Pak Sangkan, saya ada sedikit pertanyaan nih. Begini, di kompleks perumahan saya
ada pengajian bulanan, yang belum lama dibentuk (kira-kira 1 tahun). Acara tsb
biasanya diisi dengan membaca Surat Yassin, setelah itu ceramah dengan memanggil
penceramah. Dan bila penceramah berhalangan hadir, kemudian dilanjutkan dengan
Tahlil. Agaknya saya kurang sreg dengan isi pengajian tsb. Mohon saran dari Pak
Sangkan, apa yang harus diisi dalam pengajian ini, agar tidak selalu Yassinan, apalagi
bila dilanjutkan dengan Tahlil. Masalahnya tidak semua anggota pengajian dapat
membaca Al Qur'an, sehingga agak sulit untuk mengisinya dengan Tadarusan.
Kemudian pertanyaan saya juga, adakah Hadist yang menerangkan bacaan Rasullullah
bila ada semacam acara pengajian dizaman beliau ?

Terima kasih sebelumnya atas bantuannya,

Wassalamu'alakum Wr.Wb.,
Savitri

Assalamu'alaikum wr wb.

Keprihatinan anda terhadap kualitas pengajian dilingkungan anda masuk akal, karena
yang namanya pengajian seharusnya pelajarannya tidak itu-itu saja. Dari judulnya saja
sudah bertentangan dengan isinya yaitu PENGKAJIAN dimasyarakatkan menjadi
pengajian. Makna ini sebenarnya dari etos belajar yang digagas oleh Alqur'an, yaitu
mengkaji, meneliti, menganalisa, dan memperhatikan peristiwa- peristiwa / fenomena
alam maupun dirinya sendiri, akan tetapi jika kita mendengar judul pengajian, pikiran kita
pasti tertuju dengan suasana riungan jamaah dengan membawa buku kecil membaca
shalawat, membaca Yasin dan membaca syair Al barzanji, lalu di isi dengan ceramah
monolog.

Saya pernah menghayalkan begini, seandainya ibu-ibu atau nenek-nenek itu di ajak
mengaji dengan tema-tema seperti di kampus-kampus dan seminar-seminar, lokakarya
dll. - alangkah senangnya kita melihat nenek-nenek muslimah siang-siang berdiskusi
membahas masalah sosiologi, psikologi, pendidikan anak, langkah-langkah membenahi
ekonomi keluarga disamping menggali makna Alqur'an dan Al hadist - mungkin akan
lebih bermanfaat untuk generasi Islam.

Selama ini pengajian dilingkungan kita identik dengan shalawatan, Yasinan, barzanjian,
dan mengulang-ulang acara itu menjadi bacaan wajib dan acara resmi perkawinan serta
khitanan maupun kematian. Bukannya saya tidak setuju dengan perkumpulan jamaah
tersebut, akantetapi saya hanya tidak setuju dengan pelajaran yang tidak pernah
berubah sejak sekian ratus tahun yang lalu, sehingga masyarakat Islam tidak
berkembang karena tidak pernah diajak mengerti dengan apa yang sedang dilakukan
atau dikaji. Mungkin pendapat saya ini akan banyak ditentang oleh mereka, karena
selama ini mereka telah terlanjur mengikuti guru-guru sejak nenek moyang dahulu, tidak
bisa diganggu gugat. Sehingga saya tidak bisa berbuat apa-apa terhadap mereka,
kecuali hanya diam sambil membenahi generasi selanjutnya….

Pada umumnya pengajian selalu membahas masalah-masalah akhirat seperti siksa


neraka dan kenikmatan di syurga, atau berkisar persoalan fikih, seperti tata cara shalat
dan bacaannya, masalah haji, puasa, dan tuntutan-tuntutan kewajiban yang lainnya.
Terkadang terkesan islam itu jauh dan terpisah dari masalah kehidupan perdagangan
secara praktis, masalah pertanian seperti bercocok tanam, pemupukan, cara mencegah
hama wereng dan ulat penggerek, serta memandu pengusaha kecil serta
memanfaatkan system zakat yang bersifat kerakyatan didalam mengentas kemiskinan
dll. Karena itu dianggap bukan urusan agama, sehingga ketika disebut kantor KUA
(Kantor Urusan Agama) pikiran anda langsung membayangkan kalau menikah dan
bercerai berurusan dengan kantor ini.

Saya sangat setuju jika pengajian sekarang bertema "selamat dating para peserta
pengkajian (pengajian) agrobisnis dan problematikanya", "Peranan orang tua terhadap
anak", "Cara beternak Ikan hias Tawar", "Olah nafas dan manfaatnya bagi kesehatan".
Di tulis diatas kain panjang empat meter kali delapan puluh sentimeter, di pasang di
depan Masjid kita Mungkin tema-tema diatas agak aneh bagi orang yang tidak mengerti
maksud saya ini, pengajian kok membahas masalah agrobisnis, masalah ikan hias !
Pikiran seperti ini seharusnya kita luruskan agar Islam tidak menjadi rancu dan sempit.
Orang-orang islam akan mendapatkan manfaatnya dari kajian Alqur'an, yang di
peruntukkan semua ummat baik orang islam maupun bukan islam.

Pengkajian berasal dari makna Alqur'an yang memotifasi orang-orang beriman untuk
belajar dan meneliti apa-apa yang dilihat pada alam ini misalnya tanaman, tanah tandus,
onta, angkasa, bintang, atom ( dzarrah) bulan, laut, ikan dll. seperti dalam firman Allah :

"Katakanlah (hai Muhammad) perhatikan dengan intidhzar apa-apa yang ada dilangit
dan di bumi." ( Yunus: 101)

"Maka apakah mereka tidak melakuan intidhzar dan memperhatikan onta, bagaimana ia
diciptakan. Dan langit bagaimana di tinggikan. Dan gunung-gunug bagaimana mereka di
dirikan. Dan bumi bagaimana dibentangkan, maka berilah peringatan karena engkaulah
pemberi peringatan." ( Al Ghasyiyah: 17-20)

"Dia menumbuhkan bagimu, dengan air hujan itu, tanaman zaitun, korma, anggur dan
segalam macam buah-buahan. Sesungguhnya yang demikian itu merupakan ayat-ayat
Allah bagi orang-orang yang berfikir." ( An Nahl : 12)

Intidhzar berasal dari kata nadhzara, artinya melihat atau memperhatikan. kemudian
akrab dengan makna sifatnya yaitu mengkajian, penelitian. Alangkah dangkalnya kata
kajian berubah menjadi membaca syair dan mengulang-ulang bacaan Yasin yang tidak
memberikan kedalaman makna Ayat tersebut secara langsung kepada masyarakat yang
bersifat luas. Akan tetapi jika kita menganalisa dan meneliti apa-apa yang terjadi pada
diri kita maupun terhadap alam, maka akan dirasakan manfaatnya secara langsung oleh
semua kalangan baik orang-orang muslim maupun orang-orang di luar muslim, karena
Alqur'an bersifat Universal. Dan kandungan Alqur'an hampir tujuh puluh persen
menceritakan tentang fenomena alam baik alam manusia alam jin alam malaikat,
sisanya mengenai sejarah perbakala, perjuangan, tata hukum negara, dll

Kalau saya ambil satu contoh ayat yang menjelaskan bahwa Allah menumbuhkan pohon
korma, tanaman zaitun, anggur dan segala macam buah- buahan. Dikatakan yang
demikian itu merupakan kekuasaan Allah dan lebih tegas lagi Allah menyebutnya bahwa
alam semesta merupakan ayat- ayat Allah yang tidak tertulis (kauniyah) berarti alam ini
adalah firman Allah dan bersifat pasti (eksakta), dan Allah menunjukkan kepada kita
agar dipikirkan dan di analisa untuk mengembangkan dan memelihara dengan ilmunya
yang sudah dikandung di dalam hukum tanaman tersebut. Sebab Allah menciptakan
tanaman sekaligus dengan manualnya sebagai petunjuk bagi si peneliti di dalam
memahami karakter tanaman dan kemauan serta komposisi kimiawi yang di inginkannya
agar tanaman itu bisa berkembang dengan baik dan berbuah lebat.

Semakin kita perhatikan dengan teliti, tanaman itu akan memberikan petunjuk akan
dirinya kepada kita segala rahasia kandungan zat yang bermanfaat, kemudian kita teliti
dari segi keindahan dan tekstur batang tanaman serta dedaunan yang hijau membuat
kita tertarik untuk meletakkan dihalaman rumah dan di dalam ruangan agar kesegaran
udara tercipta, karena zat asam yang tidak kita butuhkan di serap oleh daun- daun
tanaman tersebut. Ketika kita melihat indahnya dan ranumnya buah yang dihasilkan
tanaman tersebut, kita akan tergelitik untuk menawarkan kepada tetangga untuk
mencicipi rasa buah itu, kemudian berkembang menjadi timbal balik dengan cara
membelinya. Terjadilah peristiwa jual dan beli yang disebut perdagangan.

Dari proses berfikir dan memperhatikan inilah muncul ahli bio kimia, ahli ekonomi, ahli
seni, setelah memperhatikan kebutuhan unsur-unsur hara yang di inginkan tanaman
tersebut. Dilihat dari segi keindahan, sang pelukis dan ahli interior melihat objek secara
langsung apa yang dilihatnya - dimanfaatkannya untuk karya seninya yang indah.
Demikian seterusnya sehingga Islam menjadi berkembang dan besar seperti pada masa
keemasannya di mulai tahun 900 sampai tahun 1100 M. Namun akhirnya Islam menjadi
mundur akibat tidak ada lagi halaqah-halaqah pengkajian yang menyajikan kandungan
Alqur'an serta akibat peperangan yang berkecamuk lama dan konflik antara madzhab-
madzhab yang ada masa itu.

Halaqah-halaqah ini sampai sekarang masih semarak bahkan di kampung- kampung, di


kantor-kantor, di televisi di radio - serentak begitu hebatnya dan tidak ada bosan-
bosannya - karena dorongan belajar yang tinggi dan berpahala jika mendengarkan ilmu
yang di sajikan oleh para ustadz atau kiyai. Akan tetapi malang bagi ummat, setiap
pengajaran ilmu-ilmu yang disajikan, tidak terlintas ajaran meneliti dan memperhatikan
serta menganalisa setiap peristiwa. Kecuali hanya mempersoalkan furu'yah yang tidak
habis-habisnya.

Saya setuju dengan apa yang dilakukan oleh Prof. Hembing, karena beliau adalah salah
satu orang yang meneliti tanaman untuk pengobatan. Saya kira sangat baik kalau di
dalam pengajian dilingkungan kita, beliau di undang untuk berceramah mengenai
bidangnya. Karena beliau telah mengamalkan ayat Alqur'an secara langsung dan bisa
dibuktikan manfaatnya. Dari pada kita membaca Alqur'an yang tidak mengerti artinya
sehingga masyarakat kita menjadi buta dan terbelakang. Atau kita undang Profesor
Dadang Hawari untuk membicarakan mengenai kenakalan remaja, masalah narkotik,
bahayanya terhadap mental. Karena beliau termasuk orang yang telah membuktikan
kebenaran Alqur'an masalah zat adiktif yang merusak jaringan otak manusia serta
dampaknya terhadap generasi muda. Mengapa pengajian kita hanya di isi oleh orang
yang tidak perpengetahuan masalah kandungan Alqur'an.

Mudah-mudahan diantara kita tidak terjadi salah faham karena pendapat saya ini

Dan menjadi renungan masa akan datang untuk anak-anak kita, untuk dikenalkan
dengan bahasa Alqur'an yang bersifat memotivasi ummat untuk belajar dan meneliti
lingkungan di sekitar kita.

Wassalam,

Abu Sangkan

---------------------

Anda mungkin juga menyukai