Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN

Asuhan Keperawatan Tentang Ansietas akibat wabah Covid-19

Untuk Memenuhi Tugas Profesi Ners pada Stase Jiwa


Modifikasi Pembelajaran di Ruang 23 RSSA

Oleh :

ANITA DWI RAHAYU

(201920461011086)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG


2020
A. DEFINISI ANSIETAS
Ansietas adalah perasaan was-was, khawatir, atau tidak nyaman seakan-akan akan
terjadi sesuatu yang dirasakan sebagai ancaman. Ansietas berbeda dengan rasa takut. Takut
merupakan penilaian intelektual terhadap ssuatu yang berbahaya, sedangkan ansietas adalah
respon emosional terhadap penilaian tersebut (Sarlito Wirawan Sarwono 2012). Sedangkan
Menurut (Riyadi & Purwanto, 2010 dalam Dona Fitri Annisa & Ifdil, 2016) Ansietas adalah
suatu perasaan takut yang tidak menyenangkan dan tidak dapat dibenarkan yang sering
disertai gejala fisiologis, sedangkan pada gangguan ansietas terkandung unsur penderitaan
yang bermakna dan gangguan fungsi yang disebabkan oleh kecemasan tersebut. Kecemasan
merupakan suatu perasaan subjektif mengenai ketegangan mental yang menggelisahkan
sebagai reaksi umum dari ketidak mampuan mengatasi suatu masalah atau tidak adanya rasa
aman. Perasaan yang tidak menentu tersebut pada umumnya tidak menyenangkan yang
nantinya akan menimbulkan atau disertai perubahan fisiologis dan psikologis.
B. ETIOLOGI ANSIETAS
a. Faktor Predisposisi

Menurut Menurut Blacburn & Davidson dalam Triantoro Safaria & Nofrans Eka Saputra,
(2012) terdapat beberapa teori yang dapat menjelaskan terjadinya ansietas, diantaranya:

- Faktor Biologis, Otak mengandung reseptor khusus untuk benzodiazepine, yang


membantu mengatur ansietas. Penghambat GABA juga berperan utama dalam
mekanisme biologis timbulnya ansietas sebagaimana halnya dengan endorfin. Ansietas
mungkin disertai dengan gangguan fisik dan selanjutnya menurunkan kapasitas
seseorang untuk mengatasi stressor.
- Faktor Psikologis
1) Pandangan Psikoanalitik,
Ansietas adalah konflik emosional yang terjadi antara antara 2 elemen kepribadian – id
dan superego. Id mewakili dorongan insting dan impuls primitif, sedangkan superego
mencerminkan hati nurani seseorang yang dikendalikan oleh norma-norma budaya
seseorang. Ego berfungsi menengahi tuntutan dari dua elemen yang bertentangan dan
fungsi ansietas adalah mengingatkan ego bahwa akan bahaya.
2) Pandangan Interpersonal,
Ansietas timbul dari perasaan takut terhadap penerimaan dan penolakan interpersonal.
Ansietas berhubungan dengan kejadian trauma, seperti perpisahan dan kehilangan dari
lingkungan maupun orang yang berarti bagi pasien,. Individu dengan harga diri rendah
sangat mudah mengalami perkembangan ansietas yang berat.

3) Pandangan Perilaku,
Ansietas merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang mengganggu kemampuan
seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Pakar perilaku menganggap ansietas
sebagai dorongan belajar dari dalam diri unntuk menghindari kepedihan. Individu yang
sejak kecil terbiasa menghadapi ketakutan yang berlebihan lebih sering menunjukkan
ansietas dalam kehidupan selanjutnya dibandingkan dengan individu yang jarang
menghadapi ketakutan dalam kehidupannya.
- Sosial budaya.
Ansietas merupakan hal yang biasa ditemui dalam keluarga. Faktor ekonomi, latar
belakang pendidikan berpengaruh terhadap terjadinya ansietas.
b. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi ansietas dibedakan menjadi 2 yaitu:
1. Ancaman terhadap integritas seseorang. Seperti ketidakmampuan atau
penurunan fungsi fisiologis akibat sakit sehingga menganggu individu untuk
melakukan aktivitas hidup sehari-hari
2. Ancaman terhadap sistem diri seseorang. Ancaman ini akan menimbulkan
gangguan terhadap identitas diiri, harga diri, dan fungsi sosial individu.
c. Sumber Koping
Dalam menghadapi ansietas, individu akan memanfaatkan dan menggunakan
berbagai sumber koping di lingkungan.
d. Mekanisme Koping
Pada pasien yang mengalami ansietas sedang dan berat mekanisme koping yang
digunakan terbagi atas dua jenis mekanisme koping yaitu;
a. Reaksi yang berorientasi pada tugas yaitu upaya yang disadari dan berorientasi
pada tindakan realistik yang bertujuan untuk menurunkan situasi stres,
b. Mekanisme pertahanan ego. bertujuan untuk membantu mengatasi ansietas ringan
dan sedang. Mekanisme ini berlangsung secara tidak sadar, melibatkan penipuan diri,
distorsi realitas dan bersifat maladaptif.

C. FAKTOR-FAKTORT YANG MEMPENGARUHI ANSIETAS

Menurut Blacburn & Davidson dalam Triantoro Safaria & Nofrans Eka Saputra,
(2012) menjelaskan faktor-faktor yang menimbulakan kecemasan, seperti pengetahuan yang
dimiliki seseorang mengenai situasi yang sedang dirasakannya, apakah situasi tersebut
mengancam atau tidak memberikan ancaman, serta adanya pengetahuan mengenai
kemampuan diri untuk mengendalikan dirinya (seperti keadaan emosi serta fokus
kepermasalahannya). Sedangkan Menurut (Adler dan Rodman dalam M. Nur Ghufron &
Rini Risnawita, 2014) menyatakan terdapat dua faktor yang dapat menimbulkan kecemasan,
yaitu.
1) Pengalaman negatif pada masa lalu sebab utama dari timbulnya rasa cemas
kembali pada masa kanak-kanak, yaitu timbulnya rasa tidak menyenangkan mengenai
peristiwa yang dapat terulang lagi pada masa mendatang, apabila individu menghadapi
situasi yang sama dan juga menimbulkan ketidaknyamanan, seperti pengalaman pernah
gagal dalam mengikuti tes.
2) Pikiran yang tidak rasional terbagi dalam empat bentuk, yaitu:
a. Kegagalan ketastropik, yaitu adanya asumsi dari individu bahwa sesuatu yang
buruk akan terjadi pada dirinya. Individu mengalami kecemasan serta perasaan
ketidakmampuan dan ketidaksanggupan dalam mengatasi permaslaahannya.
b. Kesempurnaan, individu mengharapkan kepada dirinya untuk berperilaku
sempurna dan tidak memiliki cacat. Individu menjadikan ukuran kesempurnaan sebagai
sebuah target dan sumber yang dapat memberikan inspirasi.
c. Persetujuan
d. Generalisasi yang tidak tepat, yaitu generalisasi yang berlebihan, ini terjadi
pada orang yang memiliki sedikit pengalaman.
D. TANDA GEJALA ANSIETAS
a. Cemas, khawatir, firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri serta mudah tersinggung
b. Pasien merasa tegang, tidak tenang, gelisah dan mudah terkejut
c. Pasien mengatakan takut bila sendiri, atau pada keramaian dan banyak orang
d. Mengalami gangguan pola tidur dan disertai mimpi yang menegangkan
e. Gangguan konsensstrasi dan daya ingat
f. Adanya keluhan somatik, misalnya rasa sakit pada otot dan tulang belakang, pendengaran
yang berdenging atau berdebar-debar, sesak napas, mengalami gangguan pencernaan
berkemih atau sakit kepala
Dona Fitri Annisa & Ifdil (2016)
E. JENIS-JENIS ANSIETAS
Menurut Triantoro Safaria & Nofrans Eka Saputra (2012) menjelaskan kecemasan dalam dua
bentuk, yaitu.

1) Trait anxiety Trait anxiety, yaitu adanya rasa khawatir dan terancam yang
menghinggapi diri seseorang terhadap kondisi yang sebenarnya tidak berbahaya.
Kecemasan ini disebabkan oleh kepribadian individu yang memang memiliki potensi
cemas dibandingkan dengan individu yang lainnya.

2) State anxiety State anxiety, merupakan kondisi emosional dan keadaan


sementara pada diri individu dengan adanya perasaan tegang dan khawatir yang
dirasakan secara sadar serta bersifat subjektif.
Sedangkan Menurut Nur Ghufron & Rini Risnawita, (2014) membedakan kecemasan dalam
tiga jenis, yaitu.
1) Kecemasan neurosis adalah rasa cemas akibat bahaya yang tidak diketahui.
Perasaan itu berada pada ego, tetapi muncul dari dorongan id. Kecemasan neurosis
bukanlah ketakutan terhadap insting-insting itu sendiri, namun ketakutan terhadap
hukuman yang mungkin terjadi jika suatu insting dipuaskan.
2) Kecemasan moral Kecemasan ini berakar dari konflik antara ego dan superego.
Kecemasan ini dapat muncul karena kegagalan bersikap konsisten dengan apa yang
mereka yakini benar secara moral. Kecemasan moral merupakan rasa takut terhadap
suara hati. Kecemasan moral juga memiliki dasar dalam realitas, di masa lampau sang
pribadi pernah mendapat hukuman karena melanggar norma moral dan dapat
dihukum kembali.
3) Kecemasan realistik merupakan perasaan yang tidak menyenangkan dan tidak
spesifik yang mencakup kemungkinan bahaya itu sendiri. Kecemasan realistik
merupakan rasa takut akan adanya bahaya-bahaya nyata yang berasal dari dunia luar.
F. PATHWAY ANSIETAS
G. TINGKAT ANSIETAS
Kecemasan (Anxiety) memiliki tingkatan Menurut Heningsih, (2014) mengemukakan
tingkat ansietas, diantaranya.
1) Ansietas ringan
Berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari, ansietas ini
menyebabkan individu menjadi waspada dan meningkatkan lapang persepsinya.
Ansietas ini dapat memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan serta kreativitas.
2) Ansietas sedang
Memungkinkan individu untuk berfokus pada hal yang penting dan mengesampingkan
yang lain. Ansietas ini mempersempit lapang persepsi individu. Dengan demikian,
individu mengalami tidak perhatian yang selektif namun dapat berfokus pada lebih
banyak area jika diarahkan untuk melakukannya.
3) Ansietas berat
Sangat mengurangi lapang persepsi individu. Individu cenderung berfokus pada sesuatu
yang rinci dan spesifik serta tidak berpikir tentang hal lain. Semua perilaku ditujukan
untuk mengurangi ketegangan. Individu tersebut memerlukan banyak arahan untuk
berfokus pada area lain.
4) Tingkat panik
Berhubungan dengan terperangah, ketakutan, dan teror. Hal yang rinci terpecah dari
proporsinya karena mengalami kehilangan kendali, individu yang mengalami panik tidak
mampu melakukan sesuatu walaupun dengan arahan. Panik mencakup disorganisasi
kepribadian dan menimbulkan peningkatan aktivitas motorik, menurunnya kemampuan
untuk berhubungan dengan orang lain, persepsi yang menyimpang, dan kehilangan
pemikiran yang rasional.
H. PENATALAKSANAAN
Cara yang terbaik untuk menghilangkan kecemasan ialah dengan jalan menghilangkan
sebeb-sebabnya. Menurut (Dona Fitri Annisa & Ifdil, 2016) adapun cara-cara yang dapat dilakukan,
antaralain.
1) Pembelaan

Usaha yang dilakukan untuk mencari alasan-alasan yang masuk akal bagi tindakan yang
sesungguhnya tidak masuk akal, dinamakan pembelaan. Pembelaan ini tidak dimaksudkan
agar tindakan yang tidak masuk akal itu dijadikan masuk akal, akan tetapi membelanya,
sehingga terlihat masuk akal. Pembelaan ini tidak dimaksudkan untuk membujuk atau
membohongi orang lain, akan tetapi membujuk dirinya sendiri, supaya tindakan yang
tidak bisa diterima itu masih tetap dalam batas-batas yang diingini oleh dirinya.

2) Proyeksi
Proyeksi adalah menimpakan sesuatu yang terasa dalam dirinya kepada orang lain,
terutama tindakan, fikiran atau dorongan-dorongan yang tidak masuk akal sehingga
dapat diterima dan kelihatannya masuk akal.
3) Identifikasi
Identifikasi adalah kebalikan dari proyeksi, dimana orang turut merasakan sebagian dari
tindakan atau sukses yang dicapai oleh orang lain. Apabila ia melihat orang berhasil
dalam usahanya ia gembira seolah-olah ia yang sukses dan apabila ia melihat orang
kecewa ia juga ikut merasa sedih.
4) Represi
Represi adalah tekanan untuk melupakan hal-hal, dan keinginan-keinginan yang tidak
disetujui oleh hati nuraninya. Semacam usaha untuk memelihara diri supaya jangan
terasa dorongan-dorongan yang tidak sesuai dengan hatinya. Proses itu terjadi secara
tidak disadari.
5) Subsitusi
Substitusi adalah cara pembelaan diri yang paling baik diantara cara-cara yang tidak
disadari dalam menghadapi kesukaran. Dalam substitusi orang melakukan sesuatu,
karena tujuan-tujuan yang baik, yang berbeda sama sekali dari tujuan asli yang mudah
dapat diterima, dan berusaha mencapai sukses dalam hal itu.

A. PENGKAJIAN
Pengkajian pasien Kecemasan (anxiety) dapat dilakukan melalui wawancara dan observasi
kepada pasien dan keluarga. Tanda dan gejala ansietas dapat ditemukan dengan wawancara,
melalui bentuk pertanyaan sebagai berikut:
1. Coba mas ceritakan masalah yang menghantui fikiran mas disaat dampak covid-19?
2. Coba mas ceritakan apa yang dirasakan pada saat memirkan masalah yang dialami terutama
pada saat pandemik covid?
3. Apakah ada keluhan lain yang dirasakan ibu setelah adanya pandemik covid-19 ini?
4. Apakah keluhan tersebut mengganggu aktivitas sehari-hari ibu?
5. Jika rasa cemas itu muncul, apa yang ibu lakukan pada saat itu?
Tanda dan gejala ansietas yang dapat ditemukan melalui observasi adalah sebagai
berikut: Ekspresi wajah terlihat tegang, cemas, gelisah dan ketakutan sehingga pasien tampak
sering nafas pendek, meremas-remas tangan dan tampak bicara banyak dan kadang kadang
cepat

I. TINDAKAN KEPERAWATAN
a. Tujuan Tindakan Keperawatan:
1) Klien dapat mengenal ansietas
2) Klien dapat mengatasi ansietas melalui latihan relaksasi
3) Klien dapat memperagakan dan menggunakan latihan relaksasi untuk mengatasi ansietas.
4) Melibatkan Keluarga dalam latihan yang telah disusun
b. Tindakan Keperawatan :
1) Membina hubungan saling percaya
2) Membantu klien mengenal ansietas
3) Mengajarkan teknik nafas dalam
Pengertian Teknik relaksasi nafas dalam merupakan suatu tindakan keperawatan dengan
menghembuskan napas secara perlahan, Selain dapat menurunkan intensitas nyeri, teknik relaksasi
napas dalam juga dapat meningkatkan ventilasi paru dan meningkatkan oksigenasi darah juga dapat
menurunkan tingkat kecemasan (Smeltzer & Bare, 2014 dalam Nasuha dkk, 2016). tujuan teknik
relaksasi napas untuk mengurangi stress baik stress fisik maupun emosional yaitu menurunkan
intensitas nyeri dan menurunkan kecemasan.
c. Prosedur teknik relaksasi napas dalam
1) Ciptakan lingkungan yang tenang
2) Usahakan tetap rileks dan tenang
3) Menarik nafas dalam dari hidung dan mengisi paru-paru dengan udara melalui hitungan 1,2,3
4) Perlahan-lahan udara dihembuskan melalui mulut sambil merasakan ekstrimitas atas dan
bawah rileks
5) Anjurkan bernafas dengan irama normal 3 kali
6) Menarik nafas lagi melalui hidung dan menghembuskan melalui mulut secara perlahan-lahan
7) Membiarkan telapak tangan dan kaki rileks
8) Usahakan agar tetap konsentrasi / mata sambil terpejam
9) Pada saat konsentrasi pusatkan pada hal-hal yang nyaman
10) Anjurkan untuk mengulangi prosedur hingga ansietas terasa berkurang
d. Melatih pasien prosedure hipnosis 5 jari
a) Atur posisi klien senyaman mungkin
b) Pejamkan mata ibu dan lakukan teknik napas dalam secara perlahan sebanyak 3 kali. Minta
pasien untuk rileks
c) Minta pasien untuk menautkan ibu jari dengan jari telunjuk, dan minta pasien untuk
membayangkan kondisi dirinya ketika kondisi begitu sehat
d) Tautkan ibu jqri dengan jari tengah minta pasien membayangkan ketika mendapatkan hadiah
atau barang yang sangat disukai
e) Tautkan ibu jari kepada jari manis, bayangkan ketika ibu berada di tempat yang paling nyaman,
tempat yang membuat pasien merasa sangat bahagia
f) Tautkan ibu jari dengan jari kelingking, bayangkan ketika ibu mendapat suatu penghargaan
g) Tarik nafas, lakukan perlahan, lakukan selama 3 kali
h) Buka mata kembali.
e. Evaluasi
a) Pasien dapat mengatasi ansietas melalui latihan relaksasi:tarik nafas dalam dan distraksi lima
jari
b) Pasien dapat memperagakan dan menggunakan latihan relaksasi untuk mengatasi ansietas.
c) Pasien merasakan setelah relaksasi cemas berkurang
f. Pendokumentasian
Dokumentasi asuhan keperawatan dilakukan pada setiap tahap proses keperawatan yang
meliputi dokumentasi pengkajian, diagnosis keperawatan, perencanaan, implementasi tindakan
keperawatan, dan evaluasi.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN “Tn. B”

DENGAN GANGGUAN ALAM PERASAAN : KECEMASAN

A. Identitas Klien

Inisial : Tn. B
Umur : 23 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan : S1
Pekerjaan : Belum bekerja
Suku bangsa : indonesia
Status marital : Belum menikah
Alamat lengkap :Dsn. Genitri kidul, kec. Rowokangkung, kab. Lumajang

B. Alasan Masuk
Tidak terkaji
C. Riwayat penyakit sekarang dan faktor presipitasi
Tn. B Mengatakan sering mengalami cemas, merasa khawatir dan ketakutan ditengah kondisi pandemik
saat ini, dikarenakan pada salah satu anggota keluarga pasien yaitu kakaknya yang bekerja sebagai seorang
perawat di rumah sakit sehingga membuat Tn B memiliki rasa khawatir bahkan cemas akan tertular oleh
virus covid-19 ini. Dan Tn. B Berusaha untuk menenangkan diri dengan cara tidak langsung percaya
dengan adanya berita-berita yang beredar di media sosial terkait dengan covid-19 ini, Tn. B mengatakan
bahwa berita-berita yang beredar itu belum tentu benar dan harus di telaah dulu untuk memastikan, Tn. B
juga mengatakan bahwa jika kakaknya pulang kerja harus mandi terlebih dahulu sebelum bersalaman sama
keluarga.
D. Masalah Keperawatan : Kecemasan Ringan
E. Pemeriksaan Fisik
1. Tanda-Tanda Vital
TD : 120 / 80 mmHg N : 100 x/mt S : 36.7 0C P: 22 x/mt
2. Ukur
TB : 160 cm BB : 50 kg (*) turun ( ) naik
3. Keluhan Fisik ( ) ya (*) tidak
Tn. B mengatakan saat ini tidak ada keluhan fisik yang dirasakan.

F. Psikososial
1. Genogram
Tn. B adalah anak terakhir dari dua bersaudara. Tn. B berumur 23 tahun. Klien belum menikah. Klien
tinggal serumah kedua orang tuanya dan kakaknya. Hubungan Tn. B dengan keluarganya terjalin
dengan erat dan sangat baik.

2. Konsep Diri
a. Citra tubuh
Tn. B senang dengan keadaan tubuhnya dari rambut sampai ujung kaki. Klien juga mengatakan
tidak mempunyai bagian tubuh yang tidak disukai.
b. Identitas diri
Tn. B sering membantu keluarganya untuk mencari rumput karena di keluarga Tn. B kebetulan
memiliki hewan ternak.
c. Peran diri
Tn. B berperan sebagai anak
d. Ideal Diri
Tn. B ingin segera pandemi ini segera berakhir sehingga bisa melamar kerja yang Tn. B inginkan.
e. Harga Diri
Klien merasa tidak ada masalah dalam berhubungan dengan keluarga dan orang lain.
3. Hubungan Sosial
Tn. B memiliki orang yang berarti dalam kehidupannya yaitu kedua orang tuanya serta kakaknya.
Tn. B berkata jika ada masalah akan menceritakan kepada orang tuanya.
4. Spiritual
Tn. B beragama Islam dan yakin dengan adanya Tuhan Yang Maha Esa. Tn. B mengatakan sholat
lima waktu dan berjamaah di mushola
G. Status Mental
1. Penampilan
Klien berpenampilan rapi, pakaian yang digunakan sesuai dengan tempatnya. Rambut klien tersisir
rapi.

2. Pembicaraan
Pada saat di wawancara mata Tn. B selalu memandang Kearah lawan bicara, sehingga nyambung saat
diajak berbicara.
3. Aktivitas motorik
Saat wawancara Tn. B tampak sedikit tegang dalam berbicara, ada kata-kata yang diulang-ulang
ataupun gemetar.
4. Alam perasaan
Tn. B mengatakan terkadang masih sedikit khawatir dan cemas dengan pandemi saat ini ditambah
karena kakanya yang bekerja sebagai seorag perawat di rumah sakit sehingga membuat Tn. B merasa
takut tertular oleh virus covid-19.
5. Afek
Dari hasil observasi afek yang ditunjukkan klien sesuai dengan stimulus yang diberikan.
6. Interaksi selama wawancara
Selama proses wawancara, Tn. B mau menjawab pertanyaan. Kontak mata Tn. B ada dan Tn. B
menatap wajah lawan berbicara.
7. Persepsi
Tn. B memiliki persepsi jika kakaknya pulang bekerja dengan langsung mandi sebelum bersalaman
maka hal tersebut bisa mengurangi resiko tertularnya virus covid-19
8. Proses pikir
Selama wawancara, pembicaraan Tn. B singkat dan tidak berbelit-belit namun jelas sesuai dengan topic
yang dibahas.
9. Isi pikir
Selama wawancara pemikiran Tn. B realistis.
10. Tingkat kesadaran
Tn. B menyadari bahwa dia sedang berada di rumahnya, klien juga sadar dan mengenal dengan siapa
dia berbicara dan lingkungannya. Tingkat kesadaran klien terhadap waktu, orang dan tempat jelas.
11. Memori
Tidak terkaji
12. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Selama wawancara, konsentrasi klien baik dan fokus terhadap apa yang ditanyakan.
13. Kemampuan penilaian
Tidak terkaji
14. Daya tilik diri
Tidak terkaji

H. Pola Makan dan Eliminasi


1. Makan dan minum
Tn. B makan 3 kali sehari dengan porsi secukupnya.
2. BAB/BAK
Tn. B dapat BAK dan BAB
3. Mandi
Tn. B mandi 2x sehari
4. Berpakaian/Berhias
Tn. B dapat mengganti pakaian secara mandiri tanpa bantuan orang lain. Tn.B menggunakan baju
dengan benar.
5. Istirahat dan Tidur
Tn. B mengatakan pola tidurnya sedang tidak baik karena terlalu cemas dan khawatir dengan adanya
pandemi covid-19
6. Penggunaan Obat
Tn. B tidak mengonsumsi obat-obatan
7. Kegiatan di Dalam Rumah
Terkadang Tn. B membantu membersihkan rumah seperti menyapu
8. Kegiatan di luar rumah
Tn. B mengatakan sering membantu mencari rumput untuk hewan ternaknya
A. Mekanisme Koping
Tn. B mengatakan setiap mempunyai masalah selalu menceritakannya kepada kedua orang tuanya.
B. Kurang Pengetahuan Tentang
Tn. B masih kurang tau bagaimana cara penularan virus covid-19
C. Aspek Medis
Tidak terkaji
XIII.ANALISA DATA

DIAGNOSA
NO DATA KEPERAWATAN
DS:
- Tn. B Mengatakan sering mengalami cemas, merasa khawatir dan ketakutan ditengah
kondisi pandemik saat ini.
- Tn. B mengatakan bahwa salah satu anggota keluarga klien yaitu kakaknya yang bekerja
sebagai seorang perawat di rumah sakit sehingga membuat Tn B memiliki rasa khawatir
bahkan cemas akan tertular oleh virus covid-19 ini. Dan Tn. B Berusaha untuk
menenangkan diri dengan cara tidak langsung percaya dengan adanya berita-berita yang
beredar di media sosial terkait dengan covid-19 ini, Tn. B mengatakan bahwa berita-
berita yang beredar itu belum tentu benar dan harus di telaah dulu untuk memastikan,
Tn. B juga mengatakan bahwa jika kakaknya pulang kerja harus mandi terlebih dahulu Ansietas b/d kurang terpapar
1. sebelum bersalaman sama keluarga. informasi

DO: -Tampak dari wajah terlihat tegang, cemas dan gelisah

- Tampak berusaha untuk menenangkan diri dan menyelesaikan masalah


DS:
- Tn. B mengatakan sulit tidur karena terlalu khawatir dan cemas dengan adanya pandemi
covid-19 ini
Gangguan pola tidur b/d
2. DO: hambatan lingungan.

D. Daftar Masalah
1. Kecemasan
2. Gangguan pola tidur
N. Pohon Masalah

Gangguan pola tidur

Kecemasan
No DIAGNOSA (SDKI) LUARAN (SLKI) INTERVENSI (SIKI)
1. Ansietas b/d Kurang terpapar informasi. Setelah dilakukan Tindakan 1x24 jam maka Terapi Relaksasi
diharapkan Tingkat Ansietas Menurun Observasi
dengan kriteria hasil : - Identifikasi penurunan tingkat energi,
1. Verbalisasi khawatir akibat kondisi ketidakmampuan berkonsentrasi atau gejala
yang dihadapi Menurun lain yang mengganggu kemampuan kognitif
2. Perilaku gelisah Menurun - Identifikasi teknik relaksasi yang pernah
3. Perilaku tegang Menurun efektif digunakan yaitu : (relaksasi nafas dalam
4. Keluhan Pusing Menurun dan hypnosis 5 jari)
5. Anoreksia Menurun - Identifikasi kesedihan, kemampuan dan
6. Frekuensi nadi Menurun penggunaan Teknik sebelumnya
7. Tekanan darah Menurun - Identifikasi ketegangan otot, frekuensi nadi,
8. Konsentrasi Membaik tekanan darah dan suhu sebelum dan sesudah
9. Pola tidur Membaik Latihan
10. Perasaan keberdayaan Membaik - Monitor respon pasien terhadap terapi
relaksasi yang diberikan
Terapeutik
- Ciptakan lingkungan tegang dan tanpa
gangguan dengan cara pencahayaan dan sushu
ruangan yang nyaman
- Berikan informasi tertulis tentang persiapan
dan prosedur teknik relaksasi
-Gunakan pakaian longgar
Edukasi
- Jelaskan tujuan, manfaat, Batasan dan jenis
relaksasi
- Jelaskan secara rinci tentang relaksasi yang
diberikan
- Anjurkan rileks dan merasakan sensai
relaksasi
- Anjurkan sering mengulangi atau melatih
Teknik yang dipilih
2 Gangguan pola tidur b/d hambatan Setelah dilakukan Tindakan 1x24 jam maka dukungan Tidur
lingkungan diharapkan pola tidur Membaik dengan Observasi
kriteria hasil :
- Identifikasi pola aktivitas dan tidur
1. Keluhan sulit tidur Menurun
2. Keluhan sering terjaga Menurun - identifikasi faktor pengganggu tidur ( fisik
3. Keluhan tidak puas tidur Menurun atau psikologis)
4. Berjalan menampakan wajah
- identifikasi makanan dan minuman yang
Meningkat
5. Keluhan pola tidur berubah Menurun mengganggu tidur (mis, kopi, the, alcohol,
6. Keluhan istirahat tidak cukup makan mendekati waktu tidur, minum banya
Menurun
air sebelum tidur)
Terapeutik
- identifikasi lingkungan (pencahayaan,
lingkungan, kebisingan, suhu, matras, dan
tempat tidur) batasi waktu tidur siang jika
perlu
- batasi menghilangkan stress sebelum tidur
Edukasi
- anjurkan menepati kebiasaan waktu tidur
-anjurkan menghindari makanan dan minuman
yang dapat mengganggu tidur
- Anjurkan faktor-faktor yang berkontribusi
terhadap gangguan pola tidur (mis, psikologis,
gaya hidup)
-ajarkan relaksasi otot autogenic atau cara
nonfarmakologi lainnya.
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

No Implementasi evaluasi
1. Terapi Relaksasi S: klien tampak lebih tenang

Observasi O: keadaan klien mulai membaik


A: intervensi teratasi
- Identifikasi penurunan tingkat energi, ketidakmampuan berkonsentrasi atau gejala lain yang
P: lanjutkan intervensi
mengganggu kemampuan kognitif

- Identifikasi teknik relaksasi yang pernah efektif digunakan yaitu : (relaksasi nafas dalam dan hypnosis
5 jari)

- Identifikasi kesedihan, kemampuan dan penggunaan Teknik sebelumnya

- Identifikasi ketegangan otot, frekuensi nadi, tekanan darah dan suhu sebelum dan sesudah Latihan

- Monitor respon pasien terhadap terapi relaksasi yang diberikan

Terapeutik

- Ciptakan lingkungan tegang dan tanpa gangguan dengan cara pencahayaan dan sushu ruangan yang
nyaman
- Berikan informasi tertulis tentang persiapan dan prosedur teknik relaksasi

-Gunakan pakaian longgar

Edukasi

- Jelaskan tujuan, manfaat, Batasan dan jenis relaksasi

- Jelaskan secara rinci tentang relaksasi yang diberikan

- Anjurkan rileks dan merasakan sensai relaksasi

- Anjurkan sering mengulangi atau melatih Teknik yang dipilih


2. dukungan Tidur S: klien mengatakan pola tidur
sudah mulai membaik
Observasi
O: klien tampak tidur dengan
- Identifikasi pola aktivitas dan tidur nyenyak
A: intervensi teratasi
- identifikasi faktor pengganggu tidur ( fisik atau psikologis)
P: lanjutkan intervensi
- identifikasi makanan dan minuman yang mengganggu tidur (mis, kopi, the, alcohol, makan mendekati
waktu tidur, minum banya air sebelum tidur)

Terapeutik

- identifikasi lingkungan (pencahayaan, lingkungan, kebisingan, suhu, matras, dan tempat tidur) batasi
waktu tidur siang jika perlu

- batasi menghilangkan stress sebelum tidur

Edukasi
- anjurkan menepati kebiasaan waktu tidur

-anjurkan menghindari makanan dan minuman yang dapat mengganggu tidur

- Anjurkan faktor-faktor yang berkontribusi terhadap gangguan pola tidur (mis, psikologis, gaya hidup)

-ajarkan relaksasi otot autogenic atau cara nonfarmakologi lainnya.

DAFTAR PUSTAKA
PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPN.

Annisa, D. F., & Ifdil. (2016). Konsep Kecemasan (Anxiety) pada Lanjut Usia (Lansia). KONSELOR ISSN: 1412-9760
(http://ejournal.unp.ac.id/index.php/konselor), 1-7.

dkk, N. (2016). PENGARUH TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA. Nursing News,
1-10.

M. Nur Ghufron & Rini Risnawita, S. (2014). Teori-Teori Psikologi. Jogjakarta: Ar- Ruzz Media.

Sarlito Wirawan Sarwono. (2012). Pengantar Psikologi Umum. Jakarta: Rajawali Pers.

Sunartyasih & Linda. (2013). “Hubungan Kendala Pelaksanaan Posbindu dengan Kehadiran Lansia di Posbindu RW 08 Kelurahan Palasari
Kecamatan Cibubur Kota Bandung.” Jurnal Stikes Santo Borromeus, Vol 3, No 1, 2013, hal 59.

Taufik, T., & Ifdil, I. (2013). Kondisi Stres Akademik Siswa SMA Negeri di Kota Padang. Jurnal Konseling dan Pendidikan, 1(2), 143-150.

Triantoro Safaria & Nofrans Eka Saputra. (2012). Manajemen Emosi: Sebuah panduan cerdas bagaimana mengelola emosi positif dalam hidup
Anda. Jakarta: Bumi Aksara.

Anda mungkin juga menyukai