Anda di halaman 1dari 4

27

BAB V

PEMBAHASAN

A. Analisis Univariat

1. Distribusi Frekuensi Pola Makan

Penelitian ini menilai pola makan menjadi 2 (dua) yaitu pola makan buruk

dan pola makan normal. Penelitian ini di lakukan di SD Negeri 006 Batam

Kota pada bulan Juli 2018. Hasil yang didapat dari total sampe sebesar 89

orang adalah 38 (42.7%) memiliki pola makan yang buruk dan 51(57.3%)

memiliki pola makan yang baik.

Pola makan diartikan sebagai cara atau usaha dalam mengatur kegiatan

makan untuk memenuhi kebutuhan tubuh untuk menjadi lebih baik, Pla

makan juga suatu cara atau usaha dalam pengaturan jumlah danjenis makanan

dengan maksud tertentu seperti mempertahankan kesehatan, status nutrisi,

mencegah atau membantu kesembuhan penyakit (DEPKES RI ,2009). Pola

makan juga dapat diartikan sebagai sebuah cara yang ditempuh seseorang

atau sekelompok untuk memilih makanan dan mengkonsumsinya sebagai

reaksi terhadap pengaruh fisiologis, psikologis, budaya dan sosial. (Rodwell

VW dkk, 2015)

Menurut Fatah N (2017) ada beberapa faktor yang mempengaruhi pola

makan yaitu, peran keluarga yang mengerti akan manfaat dari pola makan

yang baik sertabahan makanan yang diperlukan yang didukung oleh

pendapatan keluarga yang cukup akan menghasilkan pola makan yang

normal. Teman sebaya juga mempengaruhi pola makan karena kebiasaan


28

makan teman - teman seseorang atau sekelompoknya akan mudah diterima

oleh orang itu. Media masa juga berperan mempengaruhi pola makan dimana

media masa harus memberikan informasi tentang perilaku yang baik terhadap

pola makan.

2. Distribusi Frekuensi Status Gizi IMT

Berdasarkan hasil penelitian terhadap 89 responden didapatkan 35 (39.3%)

anak yang memiliki status gizi IMT kurus, 50 (56.2%) anak yang memiliki

status gizi normal, dan 4 (4.5%) anak yang memiliki status gizi gemuk.

Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah alat ukur yang digunakan untuk

mendefinisikan status berat badan anak, remaja, dan dewasa (Kemenkes RI,

2013). Dari hasil penelitian, peneliti menemukan 35 (39.3%) anak memiliki

IMT kurus. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat anak yang memiliki IMT di

bawah normal, penyebab status gizi kurang bisa disebabkan karena pola

makan yang buruk, atau keadaan hygiene yang pada umum nya jelek disertai

dengan penyakit yang kronis, gangguan hubungan antara orang tua dan anak

juga dapat mempengaruhi keadaan gizi yang dikaitkan dengan psikologis anak

untuk menolak makanan karena faktor orang tua berpengaruh terhadap teknik

pemberian makanan (Heba A, 2014).

B. Analisis Bivariat

1. Hubungan Pola Makan Dengan Status Gizi IMT

Penilaian pola makan pada penelitian ini di bagi menjadi 2 kategori yaitu pola

makan normal dan pola makan buruk. Pola makan dapat dinilai secara langsung
29

dari kualitas dan kuantitas hidangan. Jika susunan hidangan memenuhi kebutuhan

tubuh, baik kuantitas maupun kualitasnya, maka tubuh akan mendapat kondisi

kesehatan yang sebaik - baiknya dan keadaan gizi yang baik pun dapat tercapai

menunjukan bahwa adanya hubungan antara pola makan dengan status gizi IMT.

Penelitian yang dilakukan oleh Lida KS (2016) tentang “Hubungan Pola Makan

Dengan Status Gizi Anak Pra Sekolah di PAUD Tunas Mulia Claket Kecamatan

Pacet Mojokerto”. Lida mendapatkan hasil yaitu responden yang mempunyai pola

makan buruk, 2 (33,3%) tergolong kurus, 4 (66,7%) tergolong normal dan tidak

ditemukan (0%) yang tergolong gemuk. Sedangkan responden dengan pola makan

normal tidak ditemukan (0%) dengan status gizi kurus, 9 (81.8%) dengan status

gizi normal dan 2 (18.2%) dengan status gizi gemuk. Dengan menggunakan uji

statistic Spearman’s rho Lida mendapatkan p value = 0,038 dengan signifikansi α

= 0,05 yang menunjukan bahwa ada hubungan pola makan dengan status gizi

pada penelitian Lida KS di PAUD Tunas Mulia Claket Kecamatan Pacet

Mojokerto. Hal ini sejalan dengan teori yang diutarakan oleh Sediaoetama (2008)

yang mengungkapkan bahwa pola makan yang buruk menyebabkan status gizi

menjadi buruk.

Penelitian Lida (2018) didukung oleh penelitian Sari G dkk (2014) yang

berjudul “Hubungan Pola Makan Dengan Status Gizi Anak Usia 3-5 Tahun di

Wilayah Kerja Puskesmas Nanggalo Padang 2014”. Sari G dkk melakukan

penelitian kepada 85 responden dan mendapatkan hasil yaitu, terdapat 9 (34.6%)

responden dengan status gizi kurus dan sangat kurus, dan 17 (65.4%) responden

dengan status gizi normal yang berpola makan tidak baik. Sedangkan responden
30

dengan status gizi normal terdapat 58 (98.3%) dan 1 (1.7%) mempunyai pola

makan yang baik. Hasil uji statistik dengan uji Fisher menunjukan adanya

hubungan antara pola makan dengan status gizi (p<0,05).

Walaupun 2 (dua) penelitian diatas dilakukan pada responden dalam tingkatan

umur yang berbeda, hasil kedua penelitian diatas menunjukan bahwa ada

hubungan signifikan antara pola makan dengan status gizi IMT. Peneliti

mendapatkan hasil p value = 0,002 (p<0,05) yang berarti ada hubungan antara

pola makan dan status gizi IMT, dan didukung penelitian diatas. Berdasarkan hal

diatas, hipotesis alternatif (Ha) yaitu ada hubungan pola makan dengan status gizi

IMT dapat diterima.

Anda mungkin juga menyukai