BAB V
PEMBAHASAN
A. Analisis Univariat
Penelitian ini menilai pola makan menjadi 2 (dua) yaitu pola makan buruk
dan pola makan normal. Penelitian ini di lakukan di SD Negeri 006 Batam
Kota pada bulan Juli 2018. Hasil yang didapat dari total sampe sebesar 89
orang adalah 38 (42.7%) memiliki pola makan yang buruk dan 51(57.3%)
Pola makan diartikan sebagai cara atau usaha dalam mengatur kegiatan
makan untuk memenuhi kebutuhan tubuh untuk menjadi lebih baik, Pla
makan juga suatu cara atau usaha dalam pengaturan jumlah danjenis makanan
makan juga dapat diartikan sebagai sebuah cara yang ditempuh seseorang
VW dkk, 2015)
makan yaitu, peran keluarga yang mengerti akan manfaat dari pola makan
oleh orang itu. Media masa juga berperan mempengaruhi pola makan dimana
media masa harus memberikan informasi tentang perilaku yang baik terhadap
pola makan.
anak yang memiliki status gizi IMT kurus, 50 (56.2%) anak yang memiliki
status gizi normal, dan 4 (4.5%) anak yang memiliki status gizi gemuk.
Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah alat ukur yang digunakan untuk
mendefinisikan status berat badan anak, remaja, dan dewasa (Kemenkes RI,
IMT kurus. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat anak yang memiliki IMT di
bawah normal, penyebab status gizi kurang bisa disebabkan karena pola
makan yang buruk, atau keadaan hygiene yang pada umum nya jelek disertai
dengan penyakit yang kronis, gangguan hubungan antara orang tua dan anak
juga dapat mempengaruhi keadaan gizi yang dikaitkan dengan psikologis anak
untuk menolak makanan karena faktor orang tua berpengaruh terhadap teknik
B. Analisis Bivariat
Penilaian pola makan pada penelitian ini di bagi menjadi 2 kategori yaitu pola
makan normal dan pola makan buruk. Pola makan dapat dinilai secara langsung
29
dari kualitas dan kuantitas hidangan. Jika susunan hidangan memenuhi kebutuhan
tubuh, baik kuantitas maupun kualitasnya, maka tubuh akan mendapat kondisi
kesehatan yang sebaik - baiknya dan keadaan gizi yang baik pun dapat tercapai
menunjukan bahwa adanya hubungan antara pola makan dengan status gizi IMT.
Penelitian yang dilakukan oleh Lida KS (2016) tentang “Hubungan Pola Makan
Dengan Status Gizi Anak Pra Sekolah di PAUD Tunas Mulia Claket Kecamatan
Pacet Mojokerto”. Lida mendapatkan hasil yaitu responden yang mempunyai pola
makan buruk, 2 (33,3%) tergolong kurus, 4 (66,7%) tergolong normal dan tidak
ditemukan (0%) yang tergolong gemuk. Sedangkan responden dengan pola makan
normal tidak ditemukan (0%) dengan status gizi kurus, 9 (81.8%) dengan status
gizi normal dan 2 (18.2%) dengan status gizi gemuk. Dengan menggunakan uji
= 0,05 yang menunjukan bahwa ada hubungan pola makan dengan status gizi
Mojokerto. Hal ini sejalan dengan teori yang diutarakan oleh Sediaoetama (2008)
yang mengungkapkan bahwa pola makan yang buruk menyebabkan status gizi
menjadi buruk.
Penelitian Lida (2018) didukung oleh penelitian Sari G dkk (2014) yang
berjudul “Hubungan Pola Makan Dengan Status Gizi Anak Usia 3-5 Tahun di
responden dengan status gizi kurus dan sangat kurus, dan 17 (65.4%) responden
dengan status gizi normal yang berpola makan tidak baik. Sedangkan responden
30
dengan status gizi normal terdapat 58 (98.3%) dan 1 (1.7%) mempunyai pola
makan yang baik. Hasil uji statistik dengan uji Fisher menunjukan adanya
umur yang berbeda, hasil kedua penelitian diatas menunjukan bahwa ada
hubungan signifikan antara pola makan dengan status gizi IMT. Peneliti
mendapatkan hasil p value = 0,002 (p<0,05) yang berarti ada hubungan antara
pola makan dan status gizi IMT, dan didukung penelitian diatas. Berdasarkan hal
diatas, hipotesis alternatif (Ha) yaitu ada hubungan pola makan dengan status gizi