Disusun oleh:
KELOMPOK 2
Pembimbing Akademik
( )
a. Efek fisik
Kelelahan, kehilangan selera, masalah tidur, lemah, berat badan
menurun, sakit kepala, pandangan kabur, susah bernapas, palpitasi
dan kenaikan berat badan, kesulitan untuk bernapas.
b. Efek emosi
Mengingkari, bersalah, marah, kebencian, depresi, kesedihan,
perasaan gagal, sulit untuk berkonsentrasi, gagal dalam menerima
kenyataan, iritabilitas, perhatian terhadap orang yang meninggal
c. Efek social
Menarik diri dari lingkungan, isolasi (emosi dan fisik) dari
keluarga dan teman.
E. Rentang Respon
F. Faktor Predisposisi
1. Faktor genetik
Individu yang dilahirkan dan dibesarkan di dalam keluarga yang
mempunyai riwayat depresi akan sulit mengembangkan sikap optimis
dalam menghadapi suatu permasalahan termasuk dalam menghadapi
perasaan kehilangan.
2. Kesehatan jasmani
Individu dengan keadaan fisik sehat, pola hidup yang teratur, cenderung
mempunyai kemampuan mengatasi stress yang lebih tinggi dibandingkan
dengan individu yang mengalami gangguan fisik.
3. Kesehatan mental
Individu yang mengalami gangguan jiwa terutama yang mempunyai
riwayat depresi yang ditandai perasaan tidak berdaya pesimis, selalu
dibayangi oleh masa depan suram, biasanya sangat peka dalam
menghadapi situasi kehilangan
4. Pengalaman kehilangan di masa lalu
Kehilangan atau perpisahan dengan orang yang berarti pada masa kanak-
kanak akan mempengaruhi kemampuan individu dalam mengatasi
perasaan kehilangan pada masa dewasa.
5. Struktur kepribadian
Individu dengan konsep diri yang negatif, perasaan rendah diri akan
menyebabkan rasa percaya diri yang rendah yang tidak objektif terhadap
stress yang dihadapi.
G. Faktor Presipitasi
Stress yang dapat menimbulkan perasaan kehilangan dapat berupa stress nyata
ataupun imajinasi individu seperti : kehilangan sifat bio-psiko-sosial antara lain
meliputi :
1. Kehilangan kesehatan
2. Kehilangan fungsi seksualitas
3. Kehilangan peran dalam keluarga
4. Kehilangan posisi di masyarakat
5. Kehilangan milik pribadi seperti : kehilangan harta benda atau orang yang
dicintai, kehilangan kewarganegaraan
H. Mekanisema Koping
Koping yang sering dipakai oleh individu dengan respon kehilangan antara lain :
Denial, Represi, Intelektualisasi, Regresi, Disosiasi, Supresi dan Proyeksi yang
digunakan untuk menghindari intensitas stress yang dirasakan sangat
menyakitkan. Regresi dan Disosiasi sering ditemukan pada pasien depresi yang
dalam. Dalam keadaan patologis mekanisme koping tersebut sering dipakai secara
berlebihan dan tidak tepat.
1. Denial
Denial dapat diartikan adalah penyangkalan dikenakan pada seseorang
yang dengan kuat menyangkal dan menolak serta tak mau melihat fakta-
fakta yang menyakitkan atau tak sejalan dengan keyakinan, pengharapan,
dan pandangan-pandangannya. Denialisme membuat seseorang hidup
dalam dunia ilusinya sendiri, terpangkas dari kehidupan dan nyaris tidak
mampu keluar dari cengkramannya. Ketika seseorang hidup dalam denial
“backfire effect” atau ”efek boomerang” sangat mungkin terjadi pada
dirinya. Orang yang hidup dalam denial tentu saja sangat tidak berbahagia.
Dirinya sendiri tidak berbahagia dan juga membuat banyak orang lain
tidak berbahagia (Prabowo, 2014)
2. Represi
Represi merupakan bentuk paling dasar diantara mekanisme lainnya. Suatu
cara pertahanan untuk menyingkirkan dari kesadaran pikiran dan perasaan
yang mengancam. Represi adalah mekanisme yang dipakai untuk
menyembuhkan hal-hal yang kurang baik pada diri kita kedalam bawah
sadar diri kita. Dengan mekanisme ini kita akan terhindar dari situasi tanpa
kehilangan wibawa kita (Prabowo, 2014).
3. Intelektualisasi
Intelektualisasi adalah pengguna logika dan alasan yang berlebihan untuk
menghindari pengalaman yang mengganggu perasaanya. Dengan
intelektualisasi, manusia dapat mengurangi hal-hal yang pengaruhnya
tidak menyenangkan, dan memberikan kesempatan untuk meninjau
permasalahan secara objektif (Prabowo, 2014)
4. Regresi
Regresi yaitu menghadapi stress dengan perilaku, perasaan dan cara
berpikir mundur kembali ke ciri terhadap perkembangan sebelumnya
(Prabowo, 2014)
5. Disosiasi
Beban emosi dalam suatu keadaan yang menyakitkan diputus atau diubah.
Mekanisme dimana suatu kumpulan proses-proses mental dipisahkan atau
diasingkan dari kesadaran dengan bekerja secara merdeka atau otomatis,
afek dan emosi terpisah dan terlepas dari ide, situasi, objek misalnya pada
selektif anamnesa (Prabowo, 2014).
6. Supresi
Supresi adalah suatu proses yang digolongkan sebagai mekanisme
pertahanan tetapi sebenarnya merupakan analog dari represi yang disadari
perbedaan supresi dengan represi yaitu pada supresi seseorang secara sadar
menolak pikirannya keluar alam sadarnya dan memikirkan yang lain.
Dengan demikian supresi tidak begitu berbahaya terhadap kesehatan jiwa,
karena terjadinya dengan sengaja, sehingga ia mengetahui apa yang
diperbuatnya (Prabowo, 2014).
7. Proyeksi
Proyeksi merupakan usaha untuk menyalahkan orang lain mengenai
kegagalannya, kesulitannya atau keinginan yang tidak baik. Proyeksi
adalah contoh dari cara untuk memungkiri tanggung jawab kita terhadap
impuls-impuls dan pikiran-pikiran dengan melimpahkan kepada orang lain
dtidak pada kepribadian diri sendiri (Prabowo, 2014)
II. PROSES TERJADI MASALAH
kehilangan seseorang yang dicintai dan sangat bermakna atau orang yang
berarti, kehilangan yang ada pada diri sendiri, kehilangan objek eksternal misalnya
kehilangan milik sendiri atau bersama-sama, perhiasan, uang ataupun pekerjaan,
kehilangan diartikan dengan terpisahnya dari lingkungan yang sangat dikenal
termasuk dari kehidupan latar belakang dalam waktu satu periode atau bergantian
secara permanen, seseorang dapat mengalami mati baik secara perasaan, pikiran dan
respon pada kegiatan dan orang disekitarnya, sampai pada kematian yang
sesungguhnya. Sebagian orang berespon berbeda tentang kematian. Adapun proses
kehilangan menurut Prabowo (2014) diantaranya :
1. Stressor internal atau eksternal – gangguan dan kehilangan – individu
memberi makna positif – melakukan kompensasi dengan kegiatan positif –
perbaikan (beradaptasi dan merasa nyaman)
2. Stressor internal atau eksternal – gangguan dan kehilangan – individu
memberi makna – merasa tidak berdaya – marah dan berlaku agresi –
diekspresikan ke dalam diri – muncul gejala sakit fisik
3. Stressor internal atau eksternal – gangguan dan kehilangan – individu
memberi makna – merasa tidak berdaya – marah dan berlaku agresi –
diekspresikan ke luar individu – kompensasi dengan perilaku konstruktif –
perbaikan (beradaptasi dan merasa nyaman)
4. Stressor internal atau eksternal – gangguan dan kehilangan – individu
memberi makna – merasa tidak berdaya – marah dan berlaku agresi –
diekspresikan ke luar individu – kompensasi dengan perilaku destruktif –
merasa bersalah – ketidak berdayaan
V. ANALISA DATA
Data Masalah
Data Minor:
Isolasi sosial atau menarik diri / tidak berminat
dalam berinteraksi dengan orang lain
Gagal untuk mengembangkan hubungan/minat-
minat baru
Gagal untuk menyusun kembali kehidupan
setelah kehilangan
Pasien mampu melalui Setelah ...... 1. Bina hubungan saling 1. pasien menjadi
proses berduka dan pertemuan pasien percaya dengan pasien lebih terbuka
menerima kehilangan. mampu: 2. Diskusikan mengenai ,mendukung
1. Membina kondisi pasien saat ini mengatasi perasaan
hubungan saling (kondisi pikiran, kehilangan
percaya dengan perasaan, fisik, sosial 2. berdiskusi terhadap
perawat dan spiritual sebelum kenyataan yang
2. Mengenali dan sesudah bersifat sementara
peristiwa mengalami peristiwa pada peroses
kehilangan yang kehilangan dan berduka
dialami pasien hubungan antara bermanfaat untuk
3. Memahami kondisi saat ini saat mengurangi
hubungan antara peristiwa kehilangan dampat emosional
kehilangan yang terjadi) 3.
d4.ialami dengan 3. Diskusikan cara a. dengan
keadaan dirinya mengatasi berduka mengungkapkan
4. Mengidentifikasi yang dialami persaan klien klien
cara-cara a. Cara verbal dapat mengurangi
mengatasi (mengungkapkan dampak emosional
berduka yang perasaan) b. Melakukan
dialaminya b. Cara fisik aktivitas
5. Memanfaatkan (memberi diharapkan dapat
faktor kesempatan mengurangi rasa
pendukung aktivitas fisik) berduka dan
c. Cara sosial kehilangan
(sharing melalui c. Sharing dapat
kelompok) membuat perasaan
d. Cara spiritual lebih baik
(berdoa, berserah 4. dengan
diri) memberikan
4. Berikan dukungan dukungan dapat
terhadap respon membuat pasien
kehilangan lebih nyaman
5. Bantu pasien 5. dengan beraktivitas
memasukkan kegiatan dapat mengurangi
dalam jadwal harian rasa kehilangan dan
berduka
Dalami , Ernawati . 2010 . Konsep Dasar Keperawatan Jiwa . Jakarta : Trans Info Media
Nurhalimah, Kemenkes RI. Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan Jiwa Komprehensif.
[serial online] 2016 [dikutip 24 Maret 2019]: [182 screens]. Tersedia dari: URL:
https://bppsdmk.kemkes.go.id