Laporan Kelompok 1
Laporan Kelompok 1
OLEH :
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
PENDIDIKAN FISIKA
2018
KATAPENGANTAR
LENSA” dalam menyusun makalah ini, tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang penulis alami,
namun berkat dukungan, dorongan dan semangat dari orangterdekat penulis, sehingga
penulis mampu menyelesaikannya dan oleh karena itu penulis tidak lupa pada
kesempatan ini mengaturkan terima kasih sedalam(dalamnya kepada dosen pembimbing mata
kuliah FISIKA UMUM, dan kepada teman- teman kelompokku yang telah membantu sehingga
makalah ini bisa terselesaikan tepat waktu dan bisa dipresentasikan tepat pada waktunya. Dan
kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu
segala kritikan dan saran yang membangun akan kami terima dengan baik dan Semoga
Penulis,
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Lensa adalah benda bening yang tembus cahaya dengan bentuk permukaannnya
merupakan garis sferis. Garis hubung antara pusat lengkungan kedua permukaan disebut sumbu
utama. Bayangan yang dibuat oleh permukaan pertama merupakan benda untuk permukaan
kedua. Permukaan kedua akan membuat bayangan akhir. Lensa dibedakan menjadi dua macam,
lensa tebal dan lensa tipis.
Lensa dipelajari karena sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari. Lensa dapat
membantu kita beraktifitas maupun dengan pekerjaan yang terutama berhubunngan dengan
optik. Contoh sederhana dan mudah dari aplikasi lensa ialah pada kaca mata. Selain kaca mata,
alat optik lain yang tak luput dari penerapan lensa yaitu mikroskop, teropong, lup, dan banyak
lagi yang lain.
Pada percobaan menggunakan lensa kali ini, diantara benda dan layar ditempatkan
sebuah lensa cembung. Bila benda tersebut digeser-geserkan sepanjang garis pisah benda dengan
layar, maka akan terdapat dua kedudukan lensa yang memberikan bayangan yang jelas pada
layar. Bayangan yang satu diperbesar, sedangkan yang lain diperkecil. Pada lensa cembung,
layar digeser-geser sehingga didapatkan bayangan dari benda setelah melewati lensa cembung.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian diatas, Adapun rumusan masalah dari percobaan ini, yaitu :
1. Bagaimana pengaruh jarak bayangan terhadap jarak fokus lensa?
2. Bagaimana pengaruh ketebalan lensa terhadap jarak fokus lensa?
C. TUJUAN
Adapun tujuan praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengaruh jarak bayangan terhadap jarak fokus lensa.
2. Untuk mengetahui pengaruh ketebalan lensa terhadap jarak fokus lensa.
D. MANFAAT
Adapun manfaat dari praktikum ini adalah
1. Agar dapat mengetahui pengaruh jarak bayangan terhadap jarak fokus lensa.
2. Agar dapat mengetahui pengaruh ketebalan lensa terhadap jarak fokus lensa.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. KAJIAN TEORI
Optika adalah cabang fisika yang menggambarkan perilaku dan sifat cahaya dan interaksi
cahaya dengan materi. Optika menerangkan dan diwarnai oleh gejala optis. Kata optik berasal
dari bahasa Latin, yang berarti tampilan. Bidang optika biasanya menggambarkan sifat cahaya
tampak, inframerah dan ultraviolet; tetapi karena cahaya adalah gelombang elektromagnetik,
gejala yang sama juga terjadi di sinar-X, gelombang mikro, gelombang radio, dan bentuk lain dari
radiasi elektromagnetik dan juga gejala serupa seperti pada sorotan partikel muatan (charged
beam). Optik secara umum dapat dianggap sebagai bagian dari keelektromagnetan. Beberapa
gejala optis bergantung pada sifat kuantum cahaya yang terkait dengan beberapa bidang optika
hingga mekanika kuantum. Dalam praktiknya, kebanyakan dari gejala optis dapat dihitung dengan
menggunakan sifat elektromagnetik dari cahaya, seperti yang dijelaskan oleh persamaan Maxwell.
Bidang optika memiliki identitas, masyarakat, dan konferensinya sendiri. Aspek
keilmuannya sering disebut ilmu optik atau fisika optik. Ilmu optik terapan sering disebut
rekayasa optik. Aplikasi dari rekayasa optik yang terkait khusus dengan sistem iluminasi
(iluminasi) disebut rekayasa pencahayaan. Setiap disiplin cenderung sedikit berbeda dalam
aplikasi, keterampilan teknis, fokus, dan afiliasi profesionalnya. Inovasi lebih baru dalam
rekayasa optik sering dikategorikan sebagai fotonika atau optoelektronika. Batas-batas antara
bidang ini dan "optik" sering tidak jelas, dan istilah yang digunakan berbeda di berbagai belahan
dunia dan dalam berbagai bidang industri.
Karena aplikasi yang luas dari ilmu "cahaya" untuk aplikasi dunia nyata, bidang ilmu
optika dan rekayasa optik cenderung sangat lintas disiplin. Ilmu optika merupakan bagian dari
berbagai disiplin terkait termasuk elektro, fisika, psikologi, kedokteran (khususnya optalmologi
dan optometri), dan lain-lain. Selain itu, penjelasan yang paling lengkap tentang perilaku optis,
seperti dijelaskan dalam fisika, tidak selalu rumit untuk kebanyakan masalah, jadi model
sederhana dapat digunakan. Model sederhana ini cukup untuk menjelaskan sebagian gejala optis
serta mengabaikan perilaku yang tidak relevan dan / atau tidak terdeteksi pada suatu sistem.
Di ruang bebas suatu gelombang berjalan pada kecepatan c = 3×108 meter/detik. Ketika
memasuki medium tertentu (dielectric atau nonconducting) gelombang berjalan dengan suatu
kecepatan v, yang mana adalah karakteristik dari bahan dan kurang dari besarnya kecepatan
cahaya itu sendiri (c). Perbandingan kecepatan cahaya di dalam ruang hampa dengan kecepatan
cahaya di medium adalah indeks bias n bahan sebagai berikut : n = c⁄v . Salah satu sifat /
kemampuan dari alat optic (lensa) yaitu membiaskan cahaya. Berikut pembahasannya mengenai
pembiasan cahaya pada (lensa).
1. Pembiasan Cahaya
a. Pengertian Pembiasan Cahaya
Pembiasan (refraksi) cahaya adalah pembelokan arah rambat cahaya. Pembiasan
cahaya disebabkan medium (zat Perantara) yang dilalui cahaya berbeda kerapatam
optiknya yang menyebabkan kecepatan cahaya pada medium itu berbeda pula. Contoh
pembiasan cahaya: cahaya dari udara ke kaca, dari air ke kaca,dari udara ke air, dan
sebagainya kelihatan bengkok/membengkok.
b. Hukum Snellius pada pembiasan
Pada pembiasan cahaya menyatakan sebagai berikut:
1. Sinar datang, garis normal, dan sinar bias terletak pada satu bidang datar
2. Sinar datang dari medium kurang rapat ke medium yang rapat dibiaskan mendekati
garis normal
3. Sinar datang dari medium rapat ke medium yang kurang rapat dibiaskan menjahui
garis normal
4. Sinar datang yang tegak lurus dengan bidang batas tidak
Gambar 2.1 a) Sinar Datang Dari Medium Rapat Ke Medium Kurang Rapat.b).
Sinar Datang Dari Medium Kurang Rapat Ke Medium Rapat (Samin,
2016)
c. Indeks Bias
Terdapat dua jenis indeks bias, yaitu indeks bias mutlak dan indeks bias relatif.
1) Indeks bias mutlak
Indeks bias mutlak adalah perbandingan antara cepat rambat cahaya dalam
ruang hampa dan cepat rambat cahaya dalam medium lain. Indeks bias medium
yang rapat itu lebih besar dari indeks bias medium yang kurang rapat. Sebaliknya
indeks bias medium kurang rapat itu lebih kecil dari indeks bias medium yang
rapat. Indeks Bias mutlak dirumuskan :
sin θi
nm = sin θr
Gambar 2.2 Cahaya Datang Dari Kaca Menuju Air Melalui Lapisan Udara
Pertama, sinar datang dari kaca (sudut datang = Ɵk) dibiaskan ketika masuk ke
sin θu
udara (sudut bias = Ɵu). Sesuai persamaan: = nk
sin θk
sin Ɵu = nk sin Ɵk …. (1)
Kedua, sinar datang dari udara (sinar datang = Ɵu) dibiaskan. ketika masuk ke air
(sudut bias = Ɵa). Sesuai persamaan (2-4),
sin θu
= na
sin θk
Sin Ɵu = na sin Ɵa …. (2)
Sin Ɵu pada persamaan (1) dan persamaan (2) adalah sama, sehingga diperoleh
nk sin Ɵk = na sin Ɵa
secara umum, untuk dua medium (medium 1 dan medium 2), persamaan Snellius
berbentuk
n1 sin Ɵ1 = n2 sin Ɵ2
atau
sin θ1 n2
sin θ2
= n1
= n21
Dengan :
n1 = indeks bias mutlak medium 1
n2 = indeks bias mutlak medium 2
Ɵ1 = sudut datang dalam medium 1
Ɵ1 = sudut bias dalam medium 2
n21 = indeks bias medium 2 relatif terhadap medium 1
Ketika sinar-sinar dari koin uang logam mengenai bidang batas air udara,
sinar-sinar ini dibiaskan menjauhi garis normal. Mata anda tidak menyadari
peristiwa tersebut, sehingga melihat koin seakan akan di titik P dan bukan di
tempat sesungguhnya (A). hal inilah yang menyebabkan koin nampak lebih dekat
daripada jarak yang sesungguhnya. Berikut ini contoh gambar jalannya sinar
ketika mata pengamat tepat tegak liris di atas koin. Lalu di mana letak kedalaman
semu.jika posisi mata digeser 45° ke kiri dan 45° ke kanan?
Gambar 2.3 Geometri dan Diagram Sinar Untuk Koin Di Dasar Kolam
Dipandang Vertical Dalam Medium Udara (Kanginan, 2013)
2. Lensa
Lensa atau sering disebut kanta adalah sebuah alat untuk mengumpulkan atau
menyebarkan cahaya, biasanya dibentuk dari sepotong gelas yang dibentuk. Alat sejenis
digunakan dengan jenis lain dari radiasi elektromagnetik juga disebut lensa, misalnya, sebuah
lensa gelombang mikro dapat dibuat dari "paraffin wax". Lensa paling awal tercatat di
Yunani Kuno, dengan sandiwara Aristophanes The Clouds (424 SM) menyebutkan sebuah
gelas-pembakar (sebuah lensa cembung digunakan untuk memfokuskan cahaya matahari
untuk menciptakan api). Lensa terbagi menjadi 2 yaitu lensa cembung dan lensa cekung
a. Lensa Cembung
1) Pengertian lensa cembung
Lensa cembung adalah lensa yang bagian tengahnya lebih tebal daripada
bagian tepinya dan bersifat konvergen (mengumpulkan cahaya). Bila seberkas
sinar sejajar sumbu utama menuju lensa cembung maka akan dibiaskan melalu satu
titik yang disebut titik api utama (titik fokus). Sinar-sinar istimewa lensa cembung:
a) Sinar datang yang sejajar dengan sumbu utama dibiaskan melalui titik
fokus utama (F2).
b) Sinar datang yang melalui titik fokus (F1) dibiaskan sejajar dengan sumbu
utama.
c) Sinar datang yang melalui pusat optik lensa tidak dibiaskan melainkan
diteruskan.
2. Bahan
Lensa 2 buah (lensa +100 mm dan lensa +200 mm)
B. PROSEDUR KERJA
Prosedur kerja pada percobaan ini yaitu sebagai berikut:
Kegiatan 1: Mengetahui pengaruh jarak benda terhadap pembentukan bayangan.
A. HASIL PENGAMATAN
Hasil pengamatan pada percobaan ini adalah sebagai berikut:
Lensa :
a. Lensa +100 mm
Jarak Benda : 21 cm
Lensa +200 mm
Jarak
Lensa Ruangan Ruang Perbesar
No Bayanga Sifat-sifat Bayangan
(mm) Benda Bayangan Bayangan
n S` (cm)
1. +100 3 19 2 0,9 Nyata, terbalik diperkecil
2. +200 2 42 3 2 Nyata, terbalik diperbesar
B. ANALISIS DATA
Kegiatan 1: Mengetahui pengaruh jarak benda terhadap pembentukan bayangan.
1. Menentukan jarak fokus lensa
a. Rumus umum :
s x s1
F=
s+ s'
Untuk jarak benda f1 = 7 cm
s1 x s1 7 x0
f1 = = = 0,00 cm
s1 + s' 7+ 0
1 s+ s'
f = s x s'
f = s x s' (s + s' )-1, misalkan s + s'
f = s x s' . x-1
αf αf ' αf
∆f = |α s ∆ s| + ¿ α s ' ∆ s ∨¿ + ¿ αx ∆ x |
∆x ∆s ∆ s'
x = | s +s ' |+ ¿
s+ s '
∨¿
Persamaan2 ke persamaan 1
∆s ∆ s' ∆x
∆f = |s |+ ¿ ' ∨¿
s
+¿ x | f
∆s ∆ s' ∆s ∆ s'
= {| s |+¿ s'
∨¿ + ¿ s+ s ' | + s +s '
∨¿ }f
1
Dimana : ∆ s = ∆ s' = 2 x NST
1
= 2 x 0,1 = 0,05 cm
b. Kesalahan mutlak (∆f)
∆s ∆ s' ∆ s ∆ s'
∆f 1 = {| + + + |} f 1
s s' s +s ' s +s '
0,05 0,05 0,05 0,05
= {| 7 + 0 + 7+0 + 7+ 0 |}0
∆s ∆ s' ∆ s ∆ s'
∆f 2 = {| s + s'
+ +
s +s ' s +s '
|} f 2
0,05 0,05 0,05 0,05
= {| 11 + 40 + 11+4 0 11+ 4 0 |}
+ 8,63
∆s ∆ s' ∆ s ∆ s'
∆f 3 = {| s + + + |} f 3
s' s +s ' s +s '
0,05 0,05 0,05 0,05
= {| 15 + 23 + 15+23 15+23 |}
+ 9,08
∆s ∆ s' ∆ s ∆ s'
∆f 4 = {| s + + + |} f 4
s' s +s ' s +s '
0,05 0,05 0,05 0,05
= {| 17 + 20 + 17+2 0 17+2 0 |}
+ 9,19
∆s ∆ s' ∆ s ∆ s'
∆f 5 = {| s + + + |} f 5
s' s +s ' s +s '
0,05 0,05 0,05 0,05
= {| 23 + 16 + 23+16 23+16 |}
+ 9,44
0
= 0 × 100%
= 0%
∆f 2
KR2 = f × 100%
2
0,064
= 8,63 × 100%
= 0,74%
∆f 3
KR3 = × 100%
f3
0,063
= 9,08 × 100%
= 0,69%
∆f 4
KR4 = × 100%
f4
0,069
= 9,19 × 100%
= 0,75%
∆f 5
KR5 = × 100%
f5
0,066
= 9,44 × 100%
= 0,69%
∆f 6
KR6 = × 100%
f6
0,065
= 9,37 × 100%
= 0,69%
d. Menentukan DK
DK1 = 100% - KR1
= 100% - 0%
= 100%
DK2 = 100% - KR2
= 100% - 0,74%
= 99,26%
DK3 = 100% - KR3
= 100% - 0,69%
= 99,31%
DK4 = 100% - KR4
= 100% - 075%
= 99,25%
DK5 = 100% - KR5
= 100% - 0,69%
= 99,31%
PF2 = | f 2 ± ∆ f 2 | satuan
= | 8,63± 0,06 | cm
PF3 = | f 3 ± ∆ f 3 | satuan
= | 9 , 08 ± 0,06 | cm
PF4 = | f 4 ± ∆ f 4 | satuan
= | 9,19 ± 0,06 | cm
PF5 = | f 5 ± ∆ f 5 | satuan
= | 9,44 ± 0,06 | cm
PF6 = | f 6 ± ∆ f 6 | satuan
= | 9,37 ± 0,06 | cm
o Kesalahan mutlak
∆ s' ∆s
∆M1 = {| ' | + | |}M1
s s
0,05 0,05
= {|
0
+ 7 |}0
= 0,00 kali
∆ s' ∆s
∆M2 = {| ' | + | |}M2
s s
0,05 0,05
= {|
40
+ ¿
11
|}3,63
= {|0,001 + |0,004|}3,63
= |0,005 | 3,63
= 0,02 kali
∆ s' ∆s
∆M3 = {| ' | + | |}M3
s s
0,05 0,05
= {|
23
+ 15 |}1,53
= {|0,002 + |0,003|}1,53
= |0,005| 1,53
= 0,007 kali
∆ s' ∆s
∆M4 = {| ' | + | |}M4
s s
0,05 0,05
= {| + |}1,18
20 17
= {|0,002 + |0,003|}1,18
= |0,005| 1,18
= 0,006 kali
∆ s' ∆s
∆M5 = {| ' | + | |}M5
s s
0,05 0,05
= {|
16
+ 23 |}0,69
= {|0,003 + |0,002|}0,69
= |0,005| 0,69
= 0,003 kali
∆ s' ∆s
∆M6 = {| ' | + | |} M6
s s
0,05 0,05
= {|
15
+ 25 |} 0,6
0
= 0 × 100%
= 0%
∆ m2
KR2 = m × 100%
2
0,02
= 3,63 × 100%
= 0,55%
∆ m3
KR3 = × 100%
m3
0,007
= 1,53 × 100%
= 0,45%
∆ m4
KR4 = × 100%
m4
0,006
= 1,18 × 100%
= 0,51%
∆ m5
KR5 = × 100%
m5
0,003
= 0,69 × 100%
= 0,43%
∆ m6
KR6 = × 100%
m6
0,003
= 0,60 × 100%
= 0,50%
o Menentukan DK
DK1 = 100% - KR1
= 100% - 0%
= 100%
DK2 = 100% - KR2
= 100% - 0,55%
= 99,26%
DK3 = 100% - KR3
= 100% - 0,45%
= 99,55%
DK4 = 100% - KR4
= 100% - 0,51%
= 99,49%
DK5 = 100% - KR5
= 100% - 0,43%
= 99,57%
PF2 = | m 2 ± ∆ m 2 | satuan
= = | 3,63 ± 0,02 | kali
PF4 = | m 4 ± ∆ m 4 | satuan
= | 1,18 ± 0,006 |
PF6 = | m6 ± ∆ m6 | satuan
= | 0,60 ± 0,003 | kali
= ∆ m1+ ¿∆ m ¿
∆ḿ 2+ ¿∆ m3+¿ ∆m
m
5+¿ ∆ m
6
¿
¿ ¿
4+¿ ∆ ¿
n
0+3,63+1,53+1,18+0,69+ 0,60
=
6
7,63
= = 1,27 kali
6
∆s ∆ s' ∆ s ∆ s'
∆f 2 = {| s + s'
+ +
s +s ' s +s '
|} f 2
0,05 0,05 0,05 0,05
= {| 21 + 42 + 21+ 4 2 21+ 4 2 |}
+ 14
0,06
= 9,97 × 100%
= 0,60%
∆f 2
KR2 = f × 100%
2
0,0046
= 14
× 100%
= 0,011%
h. Menentukan DK
DK1 = 100% - KR1
= 100% - 0,60%
= 99,40%
DK2 = 100% - KR2
= 100% - 0,11%
= 99,89%
4. Menentukan pembesaran bayangan
Rumus umum
s'
M=| |
s
Untuk jarak benda s1
s'
M =| |
s
19
=| |
21
= 0,9 kali
Untuk jarak benda s2
s'
M =| |
s
42
=| |
21
= 2 kali
o Kesalahan mutlak
∆ s' ∆s
∆M1 = {| ' | + | |}M1
s s
0,05 0,05
= {|
19
+ 21 |}0,9
= 0,025 kali
∆ s' ∆s
∆M2 = {| ' | + | |}M2
s s
0,05 0,05
= {|
42
+ ¿
21
|}2
= {|0,001 + |0,002|}3,63
= |0,005 | 3,63
= 0,018 kali
o Kesalahan Relatif (KR)
∆ ḿ
KR1 = × 100%
ḿ
0,025
= × 100%
0,9
= 2,78 %
∆ ḿ
KR2 = × 100%
ḿ
0,018
= × 100%
3,63
= 0,49 %
o Derajat Kepercayaan (DK)
DK1 = 100% - KR
= 100% - 2,78%
= 97,22%
DK2 = 100% - KR
= 100% - 0,49%
= 99,51%
o Pelaporan Fisika (PF)
PF1 = | ḿ ± ∆ ḿ | satuan
= | 0,9 ± 0,025 | kali
PF1 = | ḿ ± ∆ ḿ | satuan
= | 3,63 ± 0,018 | kali
C. Pembahasan
Kegiatan 1
Berdasarkan hasil pengamatan untuk percobaan ini, untuk jarak benda S1 = 7 cm, jarak
bayangannya (s’) 0 cm, berada diruang 4 dan perbesaran bayangannya (M1) adalah 0,00 kali dan
menghasilkan bayangan maya, tegak, diperbesar, untuk jarak benda S2 = 11 cm, jarak
bayangannya (s’) adalah 40 cm, berada diruang 3 dan perbesaran bayangannya (M 2) sebesar 3,63
kali, maka sifat bayangannya Nyata, terbalik, diperbesar . Untuk jarak benda S3 = 15 cm, jarak
bayangannya (s’) 40 cm, berada diruang 2, sehingga perbesaran bayangannya (M 3) 1,53 kali dan
sifat bayangannya Nyata, terbalik, diperbesar. Untuk jarak benda S 4 = 17 cm, jarak bayangannya
(s’) 20 cm, berada di ruang 2, dan perbesaran bayangannya (M4) 1,18 kali sehingga sifat
bayangannya Nyata, terbalik, diperbesar. Untuk jarak benda S5 = 23 cm jarak bayangannya (s ’)
16 cm, berada di ruang 2, perbesaran bayangannya (M5) adalah 0,60 kali, sehingga sifat
bayangannya nyata, terbalik, diperkecil. Untuk jarak benda S6 =25 cm, jarak bayangannya (s’) 15
cm, berada pada ruang 2, perbesaran bayangannya (M6) 0,60 kali sehingga sifat bayangannya
nyata, terbalik, diperkecil. Untuk jarak fokusnya, f1 = 0,00; f2 = 8,63; f3 = 9,08; f4 = 9,19; f5 =
9,44; dan f6 = 9,37. Kemudian untuk kesalahan mutlaknya (∆f) yaitu ∆ f 1 = 0,00 cm, ∆ f 2 = 0,064
cm, ∆ f 3 = 0,063 cm, ∆ f 4 = 0,069 cm, ∆ f 5 = 0,066 cm, dan ∆ f 6 = 0,065 cm. dengan Kesalahan
Relatif (KR) yaitu KR1 = 0%, KR2 = 0,74%, KR3 = 0,69%, KR4 = 0,75%, KR5 = 0,69% dan KR6
= 0,69%. Derajat kepercayaan (DK) yaitu DK1 = 100%, DK2 = 99,26%, DK3 = 99,31%,
DK4
= 99,25%, DK5 = 99,31% dan DK6 = 99,31%. Pelaporan Fisika (PF), PF1 = | 0 ± 0 | cm,
PF2 = | 8,63± 0,06 | cm, PF3 = | 9 , 08 ± 0,06 | cm, PF4 =| 9,19 ± 0,06 | cm,
PF5 = | 9,44 ± 0,06 | cm, PF6 = | 9,37 ± 0,06 | cm kesalahan mutlak pada perbesaran bayangan
(∆M) yaitu ∆M1 = 0,00 kali, ∆M2 = 0,02 kali, ∆M3 = 0,007 kal, ∆M4 = 0,006 kali, ∆M5= 0,003
kali, dan ∆M6 = 0,003 kali. Kesalahan Relatif (KR) yaitu KR1 = 0%, KR2 = 0,55%, KR3 = 0,45%,
KR4 = 0,51%, KR5 = 0,43%, KR6 = 0,50%. Derajat Kepercayaan (DK) yaitu DK 1 = 100%, DK2 =
99,45%, DK3 = 99,55%, DK4 = 99,49%, DK5 = 99,57%, DK6 = 99,50% dengan Pelaporan Fisika
(PF) sebesar PF1 = | 0 ± 0 | kali, PF2 = | 3,63 ± 0,02 | kali, PF3 = | 1,53 ± 0,007 | kali, PF4 = |
1,18 ± 0,006 | kali, PF5 = | 0,69 ± 0,003 | kali, PF6 = | 0,60 ± 0,003 | kali. Untuk perbesaran rata-
rata (ḿ) = 1,27 kali, (∆ḿ) = 0,04 kali, KR = 0,315%, DK = 99,68%, dan PF = | 1,27 ± 0,004 |
kali.
Berdasarkan data tersebut, dapat disimpulkan bahwa jarak suatu benda dengan titik fokus
lensa mempengaruhi jarak bayangan dan sifat bayangan yang dihasilkan. Percobaan diatas,
terdapat kesalahan meskipun sangat kecil, tetapi hanya pada ketepatan alat dan pengamat derta
percobaan yang kami lakukan berhasil, karena hasil yang kami peroleh sesuai dengan Dalil
Esbach yang menyatakan bahwa jumlah ruang benda dan ruang bayangan sama dengan lima.
Kegiatan 2
Berdasarkan hasil pengamatan untuk percobaan ini, Untuk jarak fokusnya, f1 = 9,97 cm
dan f2 = 14 cm. Kemudian untuk kesalahan mutlaknya (∆f) yaitu ∆ f 1 = 0,06 cm dan ∆ f 2 =
0,0064 cm. dengan Kesalahan Relatif (KR) yaitu KR 1 = 0,60% dan KR2 = 0,011. Derajat
kepercayaan (DK) yaitu DK1 = 99,40% dan DK2 = 99,89.
Pelaporan Fisika (PF), PF1 = | 0,9 ± 0,025 | cm dan
PF2 = | 3,63± 0,018 | cm, kesalahan mutlak pada perbesaran bayangan (∆M) yaitu ∆M1 = 0,025
kali dan ∆M2 = 0,018 kali. Kesalahan Relatif (KR) yaitu KR1 = 2,78% dan KR2 = 0,49. Derajat
Kepercayaan (DK) yaitu DK1 = 97,22% dan DK2 = 99,51,
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN