Anda di halaman 1dari 2

Pendidikan anak usia dini

Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan


dasar yang merupakan suatu upaya pembinaanyang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan
usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu
pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki
pendidikan lebih lanjut, yang diselenggarakan pada jalur formal, nonformal, dan informal.

Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang
menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan 5 perkembangan, yaitu :
perkembangan moral dan agama, perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan
kasar),kecerdasan/kognitif (daya pikir, daya cipta), sosio emosional (sikap dan emosi) bahasa dan
komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan sesuai kelompok usia yang
dilalui oleh anak usia dini seperti yang tercantum dalam Permendiknas no 58 tahun 2009.

Cukup banyak artikel yang membahas mengenai “perkembangan Otak Kiri dan


Otak Kanan”, tetapi banyak pembaca yang belum mengetahui apa pengaruh otak
kiri dan otak kanan pada cara berpikir.
     Otak Kiri bekerja untuk mengatur kemampuan seseorang pada nalar, tulisan,
berhitung dan berlogika. Kerusakan pada otak kiri dapat berakibat gangguan
ingatan jangka pendek, berbicara dan logika matematika. Maka, untuk
mempertahankan otak kiri supaya bekerja dengan baik, kita dapat bermain
puzzle, belajar berhitung atau ilmu pasti lainnya.
     Otak Kanan mempunyai fungsi berpikir kreatif dan biasanya memberikan
kemampuan seseorang untuk berkhayal, mencurahkan emosi, membedakan
warna, dan ilmu ruang. Otak kanan mempunyai kemampuan untuk menyimpan
memori jangka lama. Maka itu, apabila seseorang kena penyakit stroke atau
tumor otak, maka yang akan terganggu adalah kemampuan visual dan emosi.
Untuk menjaga ketajaman otak kanan, maka kita perlu mendengarkan atau
memainkan musik.
     Pelajaran di sekolah formal (TK, SD, SMP dan SMA) umumnya me-aktifasi
OTAK KIRI. Bagaimana tidak, lihat saja kurikulum sekolah kita. Pelajaran
Matematik atau ilmu pasti mempunyai porsi yang lebih banyak daripada
pelajaran lainnya. Belum lagi pelajaran yang harus menghafal, juga merupakan
pelajaran yang me-aktifasi berpikir secara logis.
     Beberapa sekolah yang cukup bagus di negeri ini, hanya memberikan test
Matematika untuk masuk SMP dan SMA. Begitu pentingnya pelajaran
Matematik bagi sekolah ini dan mereka yakin bahwa murid yang jago matematik,
nalar pikiran mempunyai dasar yang kuat dan akan mudah untuk mempelajari
pelajaran IPS (tidak sebaliknya yang mana murid IPS tidak akan bisa belajar
ilmu pasti dengan baik).
     Dengan pelajaran di sekolah yang lebih me-AKTIFASI OTAK KIRI, ada
BAHAYA LATEN yang bisa mengancam, yaitu otak yang kurang seimbang,
terutama pada OTAK KANAN. Lemahnya OTAK KANAN menyebabkan anak
berbicara kasar dan TIDAK KO_OPERATIF & KREATIF pada cara berpikirnya -
dalam hal ini anak TIDAK mempunyai EQ (emotional intelligent). Sebagai
sekolah musik yang telah mengajar berbagai macam sifat murid, kami sangat
menyayangkan apabila bertemu dengan anak pandai/pintar, tetapi tidak
mempunyai perasaan atau sangat kasar sekali dalam berkata.
     Salah satu solusi untuk me AKTIFASI OTAK KANAN adalah memberikan
anak PENDIDIKAN MUSIK KLASIK. Pada saat belajar musik klasik, anak harus
membaca not balok, dan ini berarti dia harus menghitung (karena tiap not balok
ada harga ketukannya). Pada waktu memainkan musik, anak harus mengetahui
dinamik dari lagu. Sebagai contoh, anak harus dapat memainkan lagu dengan
“Piano” (lembut) atau “Forte” (keras) secara silih berganti. Dia harus bisa
memainkan lagu dengan jelas apabila ada tanda “Crescendo” (dari halus makin
keras) atau “Decrescendo” (dari keras ke halus). Ada juga teknik bermain
secara “Legato” (menyatukan not menjadi suatu kesatuan) atau “Staccato”
(memainkan not dengan terpatah patah). Hal ini tentunya membutuhkan dan
me-aktifasi konsentrasi di OTAK KANAN, karena harus dirasakan (FEEL),
bukannya di pikir (THINK).
     Selain itu, memainkan alat musik telah dibuktikan me-aktifkan hubungan
saraf mata dan motorik. Sewaktu membaca not balok, mata harus melihat semua
tanda not, kemudian masuk ke otak dan di proses, kemudian otak
memerintahkan otot motorik pada lengan dan jari untuk memainkan musik.
Selain itu, indera pendengaran harus juga aktif untuk membedakan dinamik dari
lagu tersebut.

Anda mungkin juga menyukai