Anda di halaman 1dari 26

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Landasan Teori

1. Pendekatan Open-Ended

a. Pengertian Pendekatan Open-Ended

Pendekatan open-ended adalah salah satu pendekatan dalam

pembelajaran matematika yang mulanya dikembangkan pada tahun

1970-an oleh peneliti Jepang. Pendekatan ini memberikan

keleluasaan berpikir siswa secara aktif dan kreatif. 1 Pada awalnya,

pengembangan soal terbuka (open-ended) hanya digunakan untuk

mengevaluasi keterampilan tingkat tinggi siswa, kemudian disadari

bahwa pembelajaran matematika yang menggunakan soal terbuka

(open-ended) mempunyai potensi yang kaya untuk meningkatkan

kualitas pembelajaran.

Pokok pikiran dari pembelajaran dengan pendekatan open-

ended yaitu pembelajaran yang membangun kegiatan interaktif antara

matematika dan siswa sehingga mengundang siswa untuk menjawab

berbagai permasalahan melalui berbagai strategi. Kegiatan matematis

dan kegiatan siswa disebut terbuka jika memenuhi ketiga aspek

berikut yaitu: kegiatan siswa harus terbuka, kegiatan matematis adalah

1
Ali Mahmudi, Mengembangkan Soal Terbuka (Open-Ended Problem) dalam
Pembelajaran Matematika, Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika,
2008, ISSN 978-979-16353-1-8, hlm. 13.

11
12

ragam berpikir, kegiatan siswa dan kegiatan matematis merupakan

satu kesatuan.2

Pembelajaran dengan pendekatan open-ended diawali dengan

memberikan masalah terbuka kepada siswa. Dasar keterbukaan dalam

masalah terbuka menurut Nohda dapat diklasifikasikan dalam tiga tipe,

yakni: 1) process is open (prosesnya terbuka), maksudnya adalah tipe

soal yang diberikan mempunyai banyak cara penyelesaian yang benar,

2) end product are open (hasil akhir yang terbuka), maksudnya tipe

soal yang diberikan mempunyai jawaban benar yang banyak, dan 3)

ways to develop are open (cara pengembang lanjutannya terbuka),

yaitu ketika siswa telah selesai menyelesaikan masalahnya, mereka

dapat mengembangkan masalah baru dengan mengubah kondisi dari

masalah yang pertama. Hal yang senada juga diungkapkan oleh Japar

bahwa pembelajaran dengan pendekatan open-ended harus

mengarahkan siswa dalam menjawab masalah dengan banyak cara

serta mungkin juga dengan banyak jawaban yang benar, sehingga

merangsang kemampuan intelektual dan pengalaman siswa dalam

proses menemukan sesuatu yang baru.

Dengan demikian, pokok pikiran pembelajaran dengan

pendekatan open-ended ialah pembelajaran yang membangun

kegiatan interaktif antara matematika dan siswa sehingga mendorong

siswa untuk menjawab permasalahan melalui berbagai strategi.

2
Erman Suherman, dkk, Common Textbook Strategi Pembelajaran Matematika
Kontemporer, 2001, hlm. 114.
13

Sehingga, tujuan pembelajaran open-ended seperti yang dikemukakan

oleh Nohda ialah untuk membantu mengembangkan kegiatan kreatif

dan pola pikir matematika siswa harus dikembangkan semaksimal

mungkin sesuai dengan kemampuan yang dimiliki setiap siswa.

Dalam mengonstruksi masalah opend-ended tidaklah mudah

untuk siswa dengan beragam kemampuan. Melalui penelitian di

Jepang, ditemukan beberapa hal yang dapat dijadikan acuan dalam

mengkreasi masalah tersebut, diantaranya:3

1) Sajikan permasalahan melalui situasi fisik yang nyata dimana

konsep-konsep matematika dapat diamati dan dikaji siswa.

2) Soal-soal pembuktian dapat diubah sedemikian rupa sehingga

siswa dapat menemukan hubungan sifat-sifat dari variabel dalam

persoalan itu.

3) Sajikan bentuk-bentuk atau bangun-bangun (geometri) sehingga

siswa dapat membuat suatu konjektur.

4) Sajikan urutan bilangan atau tabel sehingga siswa dapat

menemukan aturan matematika.

5) Berikan beberapa contoh konkrit dalam beberapa kategori

sehingga bisa mengelaborasi sifat-sifat dari contoh itu untuk

menemukan sifat-sifat umum.

6) Berikan beberapa latihan serupa sehingga siswa dapat

menggeneralisasi dari pekerjaannya.

3
Melly Andriani dan Mimi Hariyani, Pembelajaran Matematika SD/MI, Pekanbaru:
Benteng Media, CV, 2013, hlm. 42-43.
14

Setelah guru mengonstruksikan masalah open-ended dengan

baik, tiga hal yang perlu diperhatikan sebelum masalah itu

ditampilkan di kelas adalah:4

1) Apakah masalah-masalah itu kaya dengan konsep-konsep

matematika dan berharga?

2) Apakah level matematika dari masalah itu cocok untuk siswa?

3) Apakah masalah itu mengundang pengembangan konsep

matematika lebih lanjut?

Setelah memformulasikan masalah mengikuti kriteria yang telah

dikemukakan, langkah selanjutnya yaitu mengembangkan rencana

pembelajaran yang baik. Hal-hal yang harus diperhatikan yaitu:5

1) Tuliskan respon siswa yang diharapkan

2) Tujuan dari masalah itu diberikan harus jelas

3) Sajikan masalah semenarik mungkin

4) Lengkapi prinsip „posing problem‟ sehingga siswa memahami

dengan mudah maksud dari masalah itu

5) Berikan waktu yang cukup kepada siswa untuk mengeksplorasi

masalah

Ada beberapa asumsi yang mendasari pendekatan open-ended

ini. Diantaranya adalah sebagai berikut:6

4
Erman Suherman, dkk, Op. Cit., hlm. 119.
5
Ibid., hlm. 119-121.
6
Miftahul Huda, Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran: Isu-Isu Metodis dan
Paragdimatis, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015, hlm. 279-280.
15

1) Konteks dan pengalaman merupakan hal penting untuk dipahami:

Pembelajaran akan sangat efektif jika ia melibatkan pengalaman

yang kaya dan konkret yang dengannya siswa bisa menjumpai,

membentuk, dan mengubah teori-teorinya secara praktis di

lapangan.

2) Pemahaman harus dimediasi secara individual: Siswa menilai apa,

kapan, dan bagaimana pembelajaran terjadi.

3) Meningkatkan proses kognitif sering kali lebih penting daripada

menciptakan produk-produk pembelajaran. Untuk itulah,

lingkungan yang open-ended perlu dirancang untuk mendukung

skill-skill kognitif tingkat tinggi, seperti identifikasi dan

manipulasi variabel-variabel, interpretasi data, hipotesis, dan

eksperimentasi. Proses penelitian ilmiah lebih dihargai daripada

pemeroleh „kebenaran‟ itu sendiri.

4) Pemahaman lebih berharga daripada hanya sekedar mengetahui:

Lingkungan pembelajaran yang open-ended harus

menenggelamkan siswa dalam pengalaman-pengalaman yang

dapat melejitkan pemahaman mereka melalui eksplorasi,

manipulasi, dan kesempatan untuk „memahami‟ suatu gagasan

daripada sekedar melalui pengajaran langsung.

5) Proses-proses pembelajaran yang berbeda secara kualitatif sering

kali mengharuskan metode-metode yang berbeda secara kualitatif.

Pendekatan open-ended berfokus pada skill-skill pemecahan


16

masalah dalam konteks yang autentik serta memberi kesempatan

untuk eksplorasi dan pembangun teori.

b. Langkah-Langkah Pelaksanaan

Suyanto mengemukakan langkah-langkah dari pembelajaran

dengan pendekatan open-ended yaitu:7

1) Menyajikan masalah. Sebagai langkah pertama yaitu guru

menyajikan atau memaparkan masalah-masalah secara terbuka

dan sebanyak-banyaknya yang akan dibahas dalam proses belajar

mengajar.

2) Pengorganisasian. Setelah disajikan masalah yang akan dibahas,

lalu diorganisasikan kedalam beberapa kelompok berdasarkan

jenis atau bentuk dari masalah itu sendiri.

3) Pembelajaran. Mengkaji dan menggali masalah-masalah yang

telah diorganisasikan, seperti: kenapa masalah itu bisa terjadi?

Faktor apa yang mempengaruhinya? Bagaimana cara

mengatasinya? Dan lain sebagainya.

4) Perhatikan dan catat respon siswa. Guru memperhatikan

bagaimana perhatian dan respon siswa terhadap masalah tersebut.

5) Bimbingan dan pengarahan. Guru memberikan bimbingan dan

arahan seperlunya dalam proses pembelajaran ketika siswa sedang

menelaah dan mengkaji serta menggali masalah yang diajukan.

7
Istarani dan Muhammad Ridwan, 50 Tipe Pembelajaran Kooperatif, Medan: CV. Media
Persada, 2014, hlm. 70.
17

6) Membuat kesimpulan. Terakhir adalah guru bersama siswa

bekerjasama untuk membuat kesimpulan sebagai hasil akhir dari

proses pembelajaran open-ended.

Langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan

pendekatan open-ended yang diterapkan dalam penelitian ini seperti

yang diungkapkan Miftahul Huda yaitu:8

1) Menyajikan masalah
2) Mendesain pembelajaran
3) Memperhatikan dan mencatat respon siswa
4) Membimbing dan mengarahkan siswa
5) Membuat kesimpulan

c. Keunggulan dan Kelemahan Pendekatan Open-Ended

Keunggulan dari pendekatan ini antara lain:9

1) Siswa berpartisipasi lebih aktif dalam pembelajaran dan sering

mengekspresikan idenya.

2) Siswa memiliki kesempatan lebih banyak dalam memanfaatkan

pengetahuan dan keterampilan matematik secara komprehensif.

3) Siswa dengan kemampuan matematika rendah dapat merespon

permasalahan dengan cara mereka sendiri.

4) Siswa secara instringsik termotivasi untuk memberikan bukti atau

penjelasan.

5) Siswa memiliki pengalaman banyak untuk menemukan sesuatu

dalam menjawab permasalahan.

8
Miftahul Huda, Op.Cit., hlm. 280.
9
Erman Suherman, dkk, Op.Cit., hlm. 121.
18

Disamping keunggulan yang dapat diperoleh dari pendekatan

open-ended terdapat beberapa kelemahan, diantaranya: 10

1) Membuat dan menyiapkan masalah matematik yang bermakna

bagi siswa bukanlah pekerjaan mudah.

2) Mengemukakan masalah yang langsung dapat dipahami siswa

sangat sulit sehingga banyak siswa yang mengalami kesulitan

bagaimana merespon permasalahan yang diberikan.

3) Siswa dengan kemampuan tinggi bisa merasa ragu atau

mencemaskan jawaban mereka.

4) Mungkin ada sebagian siswa yang merasa bahwa kegiatan belajar

mereka tidak menyenangkan karena kesulitan yang mereka hadapi.

2. Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa

Komunikasi atau dalam bahasa inggris communication berasal dari

kata Latin communicatio, dan bersumber dari kata yang berarti sama.

Maka komunikasi akan terjadi selama ada kesamaan makna mengenai apa

yang dibicarakan. Menurut Herdian yang dikutip oleh Nila Ubaidah

menyatakan komunikasi secara umum dapat diartikan sebagai suatu cara

untuk menyampaikan suatu pesan dari pembawa pesan ke penerima pesan

untuk memberitahu, pendapat, atau perilaku, baik secara lisan maupun

melalui media.11 Menurut Abdulhak, komunikasi dimaknai sebagai proses

10
Ibid.
11
Nila Ubaidah, Pemanfaatan CD Pembelajaran untuk Meningkatkan Kemampuan
komunikasi Matematis Siswa melalui Pembelajaran Make a Match, Jurnal Pendidikan Matematika
FKIP Unissula, Volume 4 (1) 2016, ISSN: 2338-5988, hlm. 63.
19

penyampaian pesan dari pengirim pesan kepada penerima pesan melalui

saluran untuk tujuan tertentu.12

Prayitno dkk menyatakan komunikasi matematis adalah suatu cara

siswa untuk menyatakan dan menafsirkan gagasan-gagasan matematika

secara lisan maupun tertulis, baik dalam bentuk gambar, tabel, diagram,

rumus, ataupun demostrasi. Pengertian yang lebih luas tentang

komunikasi matematik dikemukakan oleh Romberg dan Chair dalam

Qohar, yaitu: menghubungkan benda nyata, gambar, dan diagram ke

dalam idea matematika; menjelaskan idea, situasi dan relasi matematik

secara lisan atau tulisan dengan benda nyata, gambar, grafik, dan aljabar;

menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau simbol matematika;

mendengarkan, berdiskusi, dan menulis tentang matematika; membaca

dengan pemahaman suatu presentasi matematika tertulis, membuat

konjektur, menyusun argument, merumuskan definisi dan generalisasi,

menjelaskan dan membuat pertanyaan tentang matematika yang telah

dipelajari.13

Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat di simpulkan bahwa

komunikasi matematis adalah peristiwa penyampaian pesan dari pembawa

pesan ke penerima pesan (antara guru dan siswa, antara sesama siswa,

12
Fadilah, Dian Armanto, dan Asmin Paajaitan, Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa
Sekolah Menengah Pertama dan Madrasah Tsanawiyah pada Materi Fungsi di P.Brandan
Kabupaten Langkat, Medan: Jurnal Pendidikan Matematika PARADIKMA, Vol 5 Nomor 2, hal
117-127, hlm. 118.
13
Hodiyanto, Kemampuan Komunikasi Matematis dalam Pembelajaran Matematika,
AdMathEdu, Vol. 7 No. 1, Juni 2017, ISSN: 2088-687X, hlm. 11.
20

ataupun antara media pembelajaran dengan siswa) baik secara lisan

maupun tulisan dengan tujuan tertentu.

Komunikasi matematis merupakan komponen penting dalam

belajar matematika, alat untuk bertukar idea, dan mengklarifikasi

pemahaman matematis. Dalam komunikasi matematis siswa

melaksanakan refleksi, diskusi, dan revisi pemahaman matematikanya.

Ketika siswa ditantang untuk berfikir dan bernalar tentang suatu ide

matematika, maka ia akan mengkomunikasikannya dengan orang lain

secara tertulis dan secara lisan sehingga ide tadi semakin jelas bagi

dirinya dan juga untuk orang lain.14

Komunikasi matematis mencakup komunikasi tertulis maupun lisan

atau verbal. Komunikasi tertulis dapat berupa penggunaan kata-kata,

gambar, tabel, dan sebagainya yang menggambarkan proses berpikir siswa.

Komunikasi tertulis juga dapat berupa uraian pemecahan masalah atau

pembuktian matematika yang menggambarkan kemampuan siswa dalam

mengorganisasi berbagai konsep untuk menyelesaikan masalah.

Sedangkan komunikasi lisan dapat berupa pengungkapan dan penjelasan

verbal suatu gagasan matematika. Komunikasi lisan dapat terjadi melalui

interaksi antar siswa misalnya dalam pembelajaran dengan setting diskusi

kelompok.15

14
Utari Sumarmo, Kumpulan Makalah Berpikir dan Disposisi Matematika Serta
Pembelajarannya, Bandung: FPMIPA-UPI, 2013, hlm. 199.
15
Ali Mahmudi, Komunikasi dalam Pembelajaran Matematika, Makalah Termuat pada
Jurnal MIPMIPA UNHALU, ISSN: 1412-2318, Vol 8, No 1, 2009, hlm. 3.
21

Terdapat beragam bentuk komunikasi matematis, menurut Vermont

Departement of Education, yang dikutip oleh Ali Mahmudi komunikasi

matematis melibatkan 3 aspek, yaitu:16

a. Menggunkan bahasa melalui matematik secara akurat dan


menggunakannya untuk mengkomunikasi aspek-aspek
penyelesaian masalah.
b. Menggunakan representasi matematika secara akurat untuk
mengkomunikasikan penyelesaian masalah.
c. Mempresentasikan penyelesaian masalah yang terorganisasi dan
terstuktur dengan baik.

Menurut Sumarmo indikator kemampuan komunikasi matematis

diantaranya:17

a. Menyatakan suatu situasi, gambar, diagram, atau benda nyata


kedalam bahasa, simbol, idea, atau model matematik
b. Menjelaskan idea, situasi, dan relasi matematika secara lisan atau
tulisan
c. Mendengarkan, berdiskusi, dan menulis tentang matematika
d. Membaca dengan pemahaman suatu presentasi matematika
tertulis
e. Membuat konjektur, menyusun argumen, merumuskan definisi,
dan generalisasi
f. Mengungkapkan kembali suatu uraian atau paragraf matematika
dalam bahasa sendiri

Adapun kemampuan komunikasi matematis siswa menurut NCTM

dalam Fachrurazi dapat dilihat dari:18

a. Kemampuan mengekspresikan ide-ide matematika melalui lisan,


tertulis, dan mendemonstrasikannya serta menggambarkannya
secara visual.
b. Kemampuan memahami, menginterpretasikan, dan mengevaluasi
ide-ide Matematika baik secara lisan maupun dalam bentuk visual
lainnya.
c. Kemampuan dalam menggunakan istilah-istilah, notasi-notasi
Matematika dan struktur-strukturnya untuk menyajikan ide,
menggambarkan hubungan-hubungan dan model-model situasi.
16
Ibid.
17
Utari Sumarmo, Op. Cit., hlm. 129.
18
Nila Ubaidah, Op. Cit., hlm. 65.
22

Indikator kemampuan komunikasi matematis lainnya dikemukakan

Kementrian Pendidikan Ontario tahun 2005 dalam Heris Hendriana, dkk.,

adalah sebagai berikut:19

a. Written text, yaitu memberikan jawaban dengan menggunakan


bahasa sendiri, membuat model situasi atau persoalan
menggunakan lisan, tulisan, konkret, grafik dan aljabar,
menjelaskan dan membuat pertanyaan tentang matematika yang
telah dipelajari, mendengarkan, mendiskusikan dan menulis
tentang matematika, membuat konjektur, menyusun argument dan
generalisasi.
b. Drawing, yaitu merefleksikan benda-benda nyata, gambar, dan
diagram ke dalam ide-ide matematika.
c. Mathematical Expressions, yaitu mengekspresikan konsep
matematika dengan menyatakan peristiwa sehari-hari dalam
bahasa atau simbol matematika.

Indikator yang dikemukakan Kementrian Pendidikan Ontario inilah

yang peneliti gunakan dalam penelitian ini yaitu:

a. Kemampuan menulis (written text), meliputi kemampuan memberikan

alasan dan penjelasan secara matematika dengan menggunakan bahasa

matematika yang benar dan mudah dipahami.

b. Kemampuan menggambar (drawing), meliputi kemampuan siswa

dalam mengungkapkan ide-ide kedalam bentuk grafik, gambar,

ataupun diagram.

c. Kemampuan mengekspresikan (mathematical expression), meliputi

kemampuan membuat pemodelan matematika dari masalah yang

berhubungan dengan kehidupan sehari-hari.

19
Heris Hendriana, dkk., Hards Skill dan Soft Skills Matematik Siswa, Bandung: Refika
Aditama, 2017, hlm. 62-63.
23

Alat yang digunakan untuk mengukur kemampuan komunikasi

matematis adalah tes yang berbentuk uraian (essay). Dengan tes uraian

siswa dibiasakan dengan kemampuan komunikasi, menggambarkan,

menyusun dan mengekspresikan gagasannya, dan membuat pemodelan

matematika dari masalah yang berhubungan dengan kehidupan sehari-

hari. Skoring bisa digunakan dalam berbagai bentuk, misalnya 0-4, 0-10,

bahkan 0-100.20 Adapun pemberian skor tes berdasarkan Tabel II.1:21

20
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Belajar Mengajar, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2004, hlm. 35-36.
21
Misveria Villa Waru, Perbandingan Komunikasi Matematika melalui Pembelajaran
Quantum dan Pembelajaran Langsung dengan Memperhitungkan Kemampuan Awal Siswa, Jurnal
Pendidikan Matematika STKIP GArut, Volume 5, No 2, 2016, ISSN 2086 4280. hal. 95.
24

TABEL II.1
KRITERIA PEMBERIAN SKOR KOMUNIKASI MATEMATIS

Ekspresi Matematis
Menulis Menggambar
Skor (Mathematical
(Written texts) (Drawing)
Expression)
Tidak ada jawaban, kalau ada hanya memperhatikan tidak
0 memahami konsep sehingga informasi yang diberikan tidak
berarti apa-apa
Hanya sedikit dari Hanya sedikit dari Hanya sedikit dari
penjelasan yang gambar, diagram model matematika
1
benar atau tabel yang yang benar.
benar.
Penjelasan seacara Melukis gambar, Menggunakan
matematis masuk diagram, atau tebel persamaan aljabar
akal namun hanya namun kurang atau model
sebagian lengkap lengkap dan benar. matematika dan
2
dan benar. melakukan
perhitungan, namun
hanya sebagian benar
dan lengkap.
Penjelasan secara Melukiskan Menggunakan
matematis masuk gambar, diagram, persamaan aljabar
akal dan benar, atau tabel secara atau model
namun terdapat lengkap namun ada matematika dan
3
sedikit kesalahan. sedikit kesalahan . melakukan
perhitungan, namun
ada sedikit
kesalahan.
Penjelasan secara Melukiskan Membentuk
matematis masuk diagram, gambar, persamaan aljabar
akal dan benar atau tabel secara atau model
4 serta tersusun lengkap dan benar. matematika,
secara logis. kemudian melakukan
perhitungan secara
lengkap dan benar.
Skor maksimal = 4 Skor maksimal = 4 Skor maksimal = 4
Sumber: Misveria Villa Waru

3. Pengetahuan Awal Matematis Siswa

Pengetahuan awal (prior knowledge) merupakan pengetahuan

prasyarat yang telah dimiliki siswa sebagai akibat proses belajar

sebelumnya. Hasil belajar siswa tentu saja bervariasi sesuai kemampuan


25

dari siswa itu sendiri. Ada siswa yang berkemampuan di atas rata-rata,

menengah bahkan ada yang di bawah rata-rata.22

Pada proses pembelajaran, siswa tidak dianggap sebagai kertas

putih kosong yang tidak memiliki pengertian apa-apa sebelum

dilakukannya pembelajaran formal didalam kelas, melainkan sebagai

individu yang sudah memiliki pengetahuan awal. Pengetahuan awal ini

diperoleh siswa dari pembelajaran sebelumnya atau dari sumber-sumber

belajar yang tersedia diluar bangku sekolah.

Menurut Harlen, pengetahuan awal memiliki beberapa karakteristik,

yaitu:23

a. Dihasilkan melalui proses berpikir dengan sedikit “percobaan”,


tetapi lebih dekat pada imajinasi atau fantasi.
b. Bersifat kaku dan dapat berlawanan dengan fakta, tetapi berguna
untuk memenuhi harapan siswa
c. Memerlukan tambahan bukti agar dapat berguna apabila dicoba
dipraktekkan.
d. Berasal dari kejadian nyata, informasi teman, orang dewasa dan
teman sebaya.
e. Kadang-kadang bersifat ilmiah.

Pengetahuan awal ini juga dikenal dengan pengetahuan dasar

matematika meskipun memiliki perbedaan. Perbedaannya adalah

pengetahuan dasar matematika (mathematical basic knowledge) lebih

mengarah pada semua pengetahuan yang menjadi matematika dasar.

Sedangkan pengetahuan awal matematika adalah pengetahuan awal siswa

terhadap materi matematika yang akan dipelajarinya atau yang sudah

22
Bansu I. Ansari, Komunikasi Matematik (Strategi Berpikir dan Manajemen Belajar :
Konsep dan Aplikasi), Banda Aceh: PeNa, 2016, hlm. 33.
23
Unang Purwana, Profil Pengetahuan Awal (Prior Knowledge) Siswa SMP Tentang
Konsep Kemagnetan, Jurnal Pendidikan MIPA: Universitas Pendidikan Indonesia Volume 13 No.
2, 2012, hlm. 118.
26

dipelajarinya untuk mendukung penguasaannya terhadap materi

matematika selanjutnya.24

Pendapat tersebut sejalan dengan pendapat Dochy, Moerkerke dan

Segers yang dikutip oleh Hailikari menyatakan bahwa pengetahuan awal

dapat didefinisikan sebagai pengetahuan yang: 1) meliputi pengetahuan

deklaratif dan prosedural, 2) disajikan sebelum implementasi dari suatu

materi pembelajaran khusus, 3) diperoleh atau dapat disampaikan kembali

(recalled) atau direkonstruksi (reconstructed), 4) diorganisasikan ke

dalam skemata terstruktur (structured schemata), 5) derajat kepercayaan

yang dapat ditransfer atau diaplikasi materi pembelajaran lainnya, atau 6)

dinamika di alam.25

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa pentingnya

memiliki pengetahuan awal karena erat hubungannya dengan

pengetahuan lain dalam proses pembelajaran. Apalagi dalam

pembelajaran matematika, siswa akan merasa kesulitan untuk memahami

materi yang dijelaskan kalau tidak memiliki pengetahuan awal

sebelumnya. Ada siswa yang daya pikir tinggi ada pula yang daya pikir

rendah ataupun sedang. Hal ini juga berpengaruh terhadap tingkat

pengetahuan awal yang dimilikinya.

Pada penelitian ini pengetahuan awal berperan sebagai variabel

moderator, yaitu pengetahuan yang dimiliki siswa terhadap materi

24
Kadir dan La masi, Penggunaan Konteks dan Pengetahuan Awal Matematika dalam
Pembelajaran Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa (Using Context and Mathematical Prior
Knowledge in Learning Students’ Creativity Thinking Skills, Jurnal Pendidikan Matematika,
Volume 5 Nomor 1, Januari 2014, hlm. 57.
25
Ibid.
27

segitiga dan segi empat yang dinyatakan dalam bentuk skor. Tujuan

diperhatikan pengetahuan awal sebagai variabel moderator adalah untuk

melihat pembelajaran pendekatan open-ended lebih baik digunakan pada

kelompok siswa kategori pengetahuan awal tinggi, sedang dan rendah

terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa. Untuk itu peneliti

mengambil suatu kriteria untuk menentukan pengetahuan awal siswa

yang dijelaskan pada Tabel II.2 berikut:26

TABEL II.2
KRITERIA PENGELOMPOKAN
KEMAMPUAN AWAL ATAU PENGETAHUAN AWAL

Kriteria Kemampuan Awal Keterangan


Tinggi
Sedang
Rendah
Sumber: Karunia Eka Lestari dan Mokhammad Ridwan

Keterangan:

̅ rata-rata skor/ nilai siswa

simpangan baku dari skor/ nilai siswa

B. Hubungan Pendekatan Open-Ended terhadap Kemampuan Komunikasi

Matematis Siswa

Hubungan antara pendekatan open-ended dengan kemampuan

komunikasi matematika siswa dapat dilihat dari pokok pikiran dari

pembelajaran dengan pendekatan open-ended yaitu pembelajaran yang

membangun kegiatan interaktif antara matematika dan siswa sehingga

mengundang siswa untuk menjawab berbagai permasalahan melalui berbagai

26
Karunia Eka Lestari dan Mokhammad Ridwan Yudhanegara, Op.Cit, hlm. 233.
28

strategi. Pembelajaran dengan pendekatan open-ended juga dapat melatih dan

menumbuhkan orisinilitas ide, kreativitas, kognitif tinggi, kritis, komunikasi-

interaksi, sharing, keterbukaan, dan sosialisasi.

Pendekatan open-ended ini dapat memberikan kesempatan kepada

siswa untuk melakukan aktivitas-aktivitas yang dapat meningkatkan

kemampuan komunikasi matematika siswa karena dalam pelaksanaan

pembelajaran dengan pendekatan open-ended ini siswa diberikan suatu

permasalahan yang bersifat terbuka, sehingga siswa bisa mengembangkan

dan mengaplikasikan ide-ide matematika yang dimilikinya dalam

menyelesaikan permasalahan yang diberikan. Masalah terbuka merupakan

bentuk masalah yang dapat diarahkan untuk mendorong tumbuhnya

komunikasi siswa atas masalah yang diajukan. Hal ini sesuai dengan yang

dinyatakan Ali Mahmudi ”penggunaan masalah dengan menggunakan

pendekatan open-ended menjadi sangat relevan dalam pembelajaran

matematika dengan maksud untuk mengembangkan kemampuan komunikasi

matematika sekaligus menstimulasi siswa untuk megembangkan ide-ide

matematikanya”.27

C. Penelitian yang Relevan

Berikut ini adalah hasil penelitian yang mendukung

direkomendasikannya pendekatan open-ended untuk meningkatkan

kemampuan komunikasi matematis siswa di SMP.

27
Ali Mahmudi, Op.Cit., hlm. 15.
29

1. Penelitian jurnal yang dilakukan oleh Nurjanah dkk dengan judul

penelititan “Penerapan Pendekatan Open-Ended terhadap Peningkatan

Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa SMP Melalui Lesson Study

Berbasis MGMP Jalancagak” pada tahun 2013 menunjukkan bahwa

kemampuan akhir komunikasi matematik siswa yang mendapat

pendekatan open-ended lebih baik daripada kemampuan komunikasi

matematik siswa yang mendapat pembelajaran secara konvensional. Hal

ini berdasarkan pengujian hipotesis terhadap dua rata-rata hasil posttest

kelas eksperimen dan kelas kontrol.

2. Penelitian jurnal yang dilakukan oleh Nuning Melianingsih dan Sugiman

dengan judul penelitian “Keefektifan Pendekatan Open-Ended dan

Problem Solving Pada Pembelajaran Bangun Ruang Sisi Datar Di SMP”

pada tahun 2015 menyimpulkan bahwa pendekatan open-ended pada

pembelajaran matematika efektif ditinjau dari pencapaian kemampuan

penalaran, pemecahan masalah, dan komunikasi matematis siswa kelas

VIII SMP Negeri 1 Pandak Bantul; pendekatan problem solving pada

pembelajaran matematika efektif ditinjau dari pencapaian kemampuan

penalaran, pemecahan masalah, dan komunikasi matematis siswa kelas

VIII SMP Negeri 1 Pandak Bantul; dan pendekatan open-ended lebih

efektif dibandingkan pendekatan problem solving pada pembelajaran

matematika ditinjau dari pencapaian kemampuan penalaran, pemecahan

masalah, dan komunikasi matematis siswa kelas VIII SMP Negeri 1

Pandak Bantul.
30

3. Penelitian yang dilakukan oleh Memen Permata Azmi di SMPN 09

Pekanbaru dengan judul penelitian “Pengaruh Penerapan Pendekatan

open-ended terhadap Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa” pada

tahun 2013 menyimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan

pendekatan open-ended dapat meningkatkan kemampuan komunikasi

matematis siswa.

Perbedaan penelitian yang akan dilakukan dari 3 penelitian relevan

yang telah diuraikan adalah perbedaan tempat penelitian dan variabel

moderator yang akan digunanakan. Tempat penelitiannya yaitu di SMP

Negeri 1 Kampar dengan Variabel moderator dalam penelitian yaitu

pengetahuan awal matematis siswa.

D. Konsep Operasional

Konsep operasional ini merupakan konsep yang digunakan untuk

memberi batasan terhadap konsep-konsep teoritis agar jelas dan terarah.

Dalam hal ini terdapat tiga konsep yang dioperasionalkan yaitu, pendekatan

open-ended, kemampuan komunikasi matematis siswa, dan pengetahuan awal

matematis siswa.

1. Pendekatan Open-Ended

Pendekatan open-ended merupakan variabel bebas yang

mempengaruhi kemampuan komunikasi matematis siswa. Pendekatan

open-ended adalah pendekatan pembelajaran yang menyajikan suatu

masalah yang memiliki metode atau penyelesaian yang benar lebih dari

satu, sehingga dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk


31

memperoleh pengetahuan, pengalaman menemukan, mengenali, dan

memecahkan masalah dengan beberapa teknik. Masalah yang disajikan

haruslah masalah terbuka agar pada kegiatan pembelajaran siswa dapat

menjawab permasalahan dengan banyak cara dan permasalahan yang

diberikan bukan berorientasi pada jawaban akhir sehingga dapat memacu

potensi intelektual dalam proses memecahkan masalah menemukan

sesuatu yang baru dengan cara mereka sendiri.

Adapun langkah-langkah pendekatan open-ended yang akan

dilakukan peneliti adalah sebagai berikut:

a. Tahap Persiapan

1) Guru menentukan tujuan pembelajaran.

2) Melakukan identifikasi karakteristik siswa.

3) Guru memilih salah satu materi yang akan disajikan.

4) Guru membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

5) Membuat lembar kerja.

6) Guru membagi siswa dalam kelompok yang heterogen,

beranggotakan 5-6 orang berdasarkan kemampuan akademik,

jenis kelamin, dan lain sebagainya.

b. Tahap Pelaksanaan

1) Pendahuluan

a) Guru membuka pembelajaran

b) Memeriksa kebersihan ruang belajar.

c) Memeriksa kehadiran siswa.


32

d) Memotivasi siswa dengan mengaitkan materi pelajaran ke

dalam kehidupan sehari-hari.

e) Mengajak siswa untuk mengingat materi sebelumnya yang

berhubungan dengan pembelajaran.

f) Menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, dan

tujuan pembelajaran serta cara belajar yang akan

dilaksanakan.

2) Kegiatan Inti

a) Menyajikan masalah

Guru memberikan masalah open-ended yang berkaitan dengan

materi yang akan dipelajari.

b) Mendesain pembelajaran

Guru mengkondisikan siswa ke dalam pembelajaran dengan

cara mengelompokan siswa menjadi beberapa kelompok

heterogen berdasarkan kemampuan akademik, agar siswa

terlibat secara aktif untuk menyelesaikan permasalahan.

c) Memperhatikan dan mencatat respon siswa

Guru mengamati dan mengarahkan siswa dalam kegiatan

diskusi, kemudian mencatat respon siswa terhadap

permasalahan yang disajikan.


33

d) Membimbing dan mengarahkan siswa

Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengerjakan

LKS, kemudian meminta siswa untuk mempresentasikan hasil

diskusi kelompoknya masing-masing.

e) Membuat kesimpulan

Guru bersama-sama dengan siswa merangkum materi yang

telah dipelajari.

3) Penutup

a) Guru membimbing siswa untuk menyimpulkan mengenai

materi yang telah dipelajari.

b) Guru menyampaikan topik pembelajaran untuk pertemuan

berikutnya.

c) Guru menutup pembelajaran

2. Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa

Kemampuan komunikasi matematis siswa merupakan variabel

terikat yang dipengaruhi oleh pendekatan open-ended. Kemampuan

komunikasi matematis yang dimaksud oleh penulis adalah kemampuan

komunikasi tertulis siswa yang diukur melalui:

a. Kemampuan menulis (written text), meliputi kemampuan

memberikan alasan dan penjelasan secara matematika dengan

menggunakan bahasa matematika yang benar dan mudah dipahami.


34

b. Kemampuan menggambar (drawing), meliputi kemampuan siswa

dalam mengungkapkan ide-ide kedalam bentuk grafik, gambar,

ataupun diagram.

c. Kemampuan mengekspresikan (mathematical expression), meliputi

kemampuan membuat pemodelan matematika dari masalah yang

berhubungan dengan kehidupan sehari-hari.

Soal tes kemampuan komunikasi matematis pada pembelajaran

dengan pendekatan open-ended sama dengan soal tes kemampuan

komunikasi matematis dengan menggunakan pembelajaran konvensional.

Sebelum soal kemampuan komunikasi diberikan kepada kelas eksperimen

dan kelas kontrol, terlebih dahulu dilakukan langkah-langkah sebagai

berikut:

a. Membuat kisi-kisi tes kemampuan komunikasi matematis. Kisi-kisi

soal tes tersebut disusun berdasarkan kepada indikator-indikator

kemampuan komunikasi matematis.

b. Menyusun butir soal kemampuan komunikasi berdasarkan dengan

kisi-kisi soal yang baik.

c. Melakukan validitas kepada validator yaitu Dosen Pendidikan

Matematika UIN SUSKA Riau

d. Persetujuan validasi soal dari validator terhadap soal kemampuan

komunikasi.

e. Uji tes kemampuan komunikasi.


35

3. Pengetahuan Awal Matematis Siswa

Pada penelitian ini pengetahuan awal berperan sebagai variabel

moderator.

Sebelum soal pengetahuan awal diberikan kepada kelas eksperimen

dan kelas kontrol, terlebih dahulu dilakukan langkah-langkah sebagai

berikut:

a. Membuat kisi-kisi tes pengetahuan awal siswa berdasarkan

indikator-indikator pembelajaran yang menjadi materi prasyarat

yang akan diteliti.

b. Menyusun butir soal pengetahuan awal berdasarkan dengan kisi-

kisi soal yang baik.

c. Melakukan validitas kepada validator yaitu Dosen Pendidikan

Matematika UIN SUSKA Riau.

d. Persetujuan validasi soal dari validator terhadap soal pengetahuan

awal.

e. Uji tes pengetahuan awal.

E. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan masalah dengan kajian teori yang telah diuraikan, maka

dapat dirumuskan hipotesis dalam penelitian ini adalah:

1. Ha : Terdapat perbedaan kemampuan komunikasi matematis siswa yang

mengikuti pembelajaran mengunakan pendekatan open-ended

dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional.


36

H0 : Tidak terdapat perbedaan kemampuan komunikasi matematis siswa

yang mengikuti pembelajaran menggunakan pendekatan open-

ended dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional.

2. Ha: Terdapat interaksi antara faktor pendekatan pembelajaran dan

pengetahuan awal matematis terhadap kemampuan komunikasi

matematis siswa.

H0: Tidak terdapat interaksi antara faktor pendekatan pembelajaran dan

pengetahuan awal matematis terhadap kemampuan komunikasi

matematis siswa.

Anda mungkin juga menyukai