Anda di halaman 1dari 16

AsikBelajar.

Com | Konsep dasar perencanaan pendidikan


telah dikenal 25 abad yang lalu, yaitu sejak bangsa Sparta
mengembangkan sistem pendidikan yang ditujukan untuk
membentuk manusia Sparta di bidang militer, sosial, dan
ekonomi. Plato dalam bukunya Republic, menyatakan
bahwa perencanaan sekolah bertujuan untuk melayani
masyarakat.

Pada abad ke-18 ditemukan tulisan yang berkenaan dengan


perencanaan pendidikan yang berjudul Perencanaan
Universitas di Rusia karya Diderot. Selanjutnya, pada abad
ke-19 sudah terdapat beberapa perencanaan pembangunan
sekolah dan perencanaan pendidikan guru.

Setelah Perang Dunia I, pada tahun 1923, Rusia dalam


Rencana Pembangunan Lima Tahun I merupakan negara
pertama yang menerapkan konsep perencanaan
pendidikan, kemudian diikuti Prancis pada tahun 1929,
Amerika Serikat pada tahun 1933, Swiss pada tahun 1941,
dan Puerto Rico pada tahun 1942.

Ads by optAd360

Sesudah Perang Dunia II, muncul pergolakan sosial dan


ledakan penduduk. Sementara itu sumber daya semakin
mahal dan langka. Akibatnya, beberapa negara di Eropa
memandang bahwa perencanaan pendidikan itu penting
mengingat keterbatasan sumber daya tadi. Sejak itu Inggris
pada tahun 1944 melakukan wajib belajar di 146 daerah
dan para pejabat daerahnya diminta untuk menyiapkan
perencanaan pendidikan.
Pada tahun 1951, Prancis membentuk komisi Perencanaan
Pembangunan Sekolah, Universitas Ilmu Pengetahuan dan
Seni. Selanjutnya pada tahun 1953, pendidikan merupakan
bagian integral dari rencana pembangunan nasional.
Sementara itu, sejak tahun 1950 beberapa negara yang
baru mendapat kemerdekaan mulai menerapkan
perencanaan pendidikan sebagai instrumen peningkatan
pembangunan pendidikannya. Pada tahun 1951-1955 India
dalam Rencana Pembangunan I telah menempatkan
pendidikan dalam kerangka pembangunan sosial dan
ekonominya.

Ghana dalam pembangunan delapan tahunnya telah


menempatkan pendidikan sebagai prioritas utamanya. Pada
tahun 1952, Birma mengesahkan rencana pembangunan
pendidikan selama empat tahun.

Pada tahun 1956-1965 telah dilaksanakan berbagai


seminar, lokakarya, dan konferensi pendidikan, baik di
tingkat lokal, regional, nasional, maupun internasional.
Salah satu kegiatannya adalah Konferensi Santiago di Chili
(1962). Konferensi itu menghasilkan Deklarasi Santiago.
Salah satu rekomendasi Santiago tersebut adalah anggaran
untuk biaya pendidikan sebesar minimal 4 persen dari
pendapatan nasional. Jika pada Konferensi Santiago lebih
menitikberatkan pada pendekatan kuantitatif maka pada
Konferensi Buenes Aires (1965) lebih menitikberatkan pada
pendekatan kualitatif yang berkenaan dengan isi, metode,
dan evaluasi pendidikan.

Ads by optAd360
Pada tahun 1960 dilaksanakan Konferensi Karachi yang
menghasilkan rencana kerja pembangunan pendidikan di
wilayah Asia yang selanjutnya melahirkan Karachi Plan.
Karachi Plan tersebut berisikan rekomendasi (1) perluasan
kesempatan untuk memperoleh pendidikan bagi usia
sekolah dasar secara bebas melalui Kewajiban Belajar, dan
(2) pembentukan unit pelayanan perencanaan pendidikan di
tingkat nasional.

Setelah melalui berbagai sidang yang intensif, akhirnya


Sidang Umum Unesco (1960) memutuskan untuk
mendirikan empat pusat pendidikan dan pelatihan regional
perencanaan pendidikan, yaitu The Regional Centre for
Educational Planning and Administration untuk negara-
negara Arab (Beirut,1961); The Asian Institute of
Educational Planning and Administration (New Delhi,1962);
The Regional Institute of Educational Planning and
Administration for Latin America and Caribbean
(Santiago,1968); The Regional Educational Planning and
Administration Group for Africa.

Beberapa konferensi tentang pembangunan pendidikan


melalui instrumen perencanaan pendidikan juga diadakan di
negara-negara Afrika. Pada tahun 1961 diadakan
Konferensi Addis Ababa yang menghasilkan Garis-Garis
Besar Rencana Pembangunan Pendidikan di Afrika.
Selanjutnya, pada tahun 1962 dilakukan Konferensi Paris
yang merekomendasikan agar di setiap negara Afrika
dibentuk badan-badan atau unit-unit kerja perencanaan
pendidikan.
Pada tahun 1962, Konferensi Tokyo diberi mandat oleh
Konferensi Karachi untuk me-review berbagai kemajuan
dan kesulitan-kesulitan pelaksanaan Karachi Plan dan
laporan studi pembangunan pendidikan dasar dalam rangka
perencanaan pendidikan yang lebih luas dalam konteks
perencanaan sosial dan ekonomi. Konferensi Tokyo
tersebut menghasilkan resolusi Tokyo yang memberi
rekomendasi bahwa negara-negara Asia hendaknya dapat
menyisihkan sekitar 5 persen dari GNP-nya untuk investasi
pembangunan pendidikan.

Ads by optAd360

Pada Sidang Umum Unesco tahun 1962 diputuskan untuk


mendirikan International Institute of Educational Planning
(IIEP) di Paris pada tahun 1963. Tugas utama institusi ini
adalah melaksanakan pendidikan dan pelatihan spesialisasi
perencanaan pendidikan tingkat tinggi, menstimulasi, dan
mengoordinasikan penelitian-penelitian perencanaan
pendidikan berskala internasional.

Pada tahun 1965 dilaksanakan Konferensi Bangkok yang


merupakan tindak lanjut dari Konferensi Karachi dan Tokyo.
Dalam Konferensi Bangkok tersebul direkomendasikan draf
pembangunan pendidikan untuk diterapkan di negara-
negara Asia mulai tahun 1965 sampai 1980. Draf tersebut
selanjutnya dikenal dengan sebutan Model for Asian
Educational Development atau disingkat Asian Model.

Pengaruh isu perencanaan pendidikan masuk ke Indonesia


pada tahun 1968, yaitu dengan dilaksanakannya Proyek
Penilaian Nasional Pendidikan (PPNP). Hasil PPNP telah
menarik perhatian Unesco dan UNDP. Selanjutnya, mereka
bersedia membantu Indonesia untuk mengembangkan
perencanaan pendidikan.

Pada tahun 1969 didirikan Badan Penelitian Pendidikan


(BPP) yang selanjutnya pada tahun 1975 berubah menjadi
Badan Penelitian dan Pengembangan Pendidikan dan
Kebudayaan (Balitbang Dikbud) yang mulai tampak
kegiatannya dalam pengembangan perencanaan
pendidikan. Dengan bantuan UNESCO telah dikirim
beberapa staf secara bertahap untuk mengikuti pendidikan
dan pelatihan perencanaan pendidikan yang
diselenggarakan oleh Asian Institute of Educational
Planning and Administration di New Delhi, INNOTECH di
Manila, dan IIEP di Paris.

Alumni pertama (1969) yang mengikuti pendidikan dan


pelatihan sampai dengan alumni terakhir (1989) sebanyak
36 orang dan mereka telah menjadi tenaga perencanaan
pendidikan di Depdiknas Pusat dan Kanwil-Kanwil Diknas
Provinsi. Di samping itu, mereka telah pula mengikuti
pelatihan jangka pendek, seminar, lokakarya yang
diselenggarakan UNESCO Regional Ohice for Asia and
Pacific di Bangkok.

Ads by optAd360

Pada tahun 1975 didirikan Biro Perencanaan di Sekretariat


Jenderal Depdiknas yang bertujuan untuk meningkatkan
kemampuan akademik dan keterampilan teknis di bidang
perencanaan pendidikan melalui dua jalur pendidikan dan
pelatihan, yaitu jalur pendidikan dan pelatihan tatap muka
melalui penataran serta jalur pendidikan dan pelatihan
melalui media cetak dengan sistem modul. Bahan-bahan
kepustakaan mengenai perencanaan pendidikan
berkembang dengan pesatnya. Usaha-usaha organisasi
internasional seperti OECD dan IIEP telah merumuskan
konsep, metode, dan proses perencanaan pendidikan yang
mendapat banyak perhatian dari berbagai disiplin ilmu,
khususnya disiplin ilmu ekonomi.

Sumber:
Usman, Husaini. 2011. Manajemen: Teori, Praktek, dan
Riset Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Hal.66-6

https://www.asikbelajar.com/sejarah-perencanaan-pendidikan/
    PENDAHULUAN
Perencanaan pendidikan telah berkembang menjadi disiplin ilmu atau menjadi cabang ilmu
pengetahuan yang baru. Jika dipandang dari sudut ideologi, maka perencanaan pendidikan
adalah berbeda-beda, dan jika dipandang dari sudut metodologi, maka perencanaan pendidikan
bersifat fleksibel yaitu dapat di sesuaikan dengan sistem social dan taraf perkembangan yang
berbeda-beda dari berbagai masyarakat yang ada.
Perencanaan pendidikan adalah merupakan suatu proses kegiatan yang setiap orang
berbeda-beda mendefinisikannya, kita juga dapat membuat definisi sendiri tentang perencanaan
pendidikan, yaitu sebagai usaha untuk mencapai pengalokasian sumber daya pendidikan pada
system pendidikan secara efisien, adil, dan rasional.[1]
Perencanaan pendidikan di sini akan membahas tentang apa pengertian perencanaan
pendidikan, tujuan dan fungsi perencanaan pendidikan, jenis-jenis perencanaan pendidikan,
prosedur perencanaan pendidikan serta bagaimana perencanaan pendidikan.

II.            RUMUSAN MASALAH
A.    Apa pengertian dan bagaiamana Sejarah perencanaan pendidikan ?
B.     Apa Tujuan dan Fungsi perencanaan pendidikan?
C.     Apa  Jenis – Jenis Perencanaan Pendidikan?
D.     Bagaiamana Prosedur membuat Perencanaan pendidikan?
E.     Bagaiman Implementasi perencanaan pendidikan?

III.            PEMBAHASAN
A.    Pengertian dan sejarah perkembangan pendidikan
1.      Pengertian perencanaan pendidikan
Perencanaan merupakan kegiatan menetapkan tujuan serta merumuskan dan mengatur
pendayagunaan manusia, informasi, finansial, metode dan waktu untuk memaksimalkan efisiensi
dan efektivitas pencapaian tujuan.
Pendidikan berasal dari kata “pedagogi” yang berarti pendidikan dan kata
“pedagogia” yang berarti ilmu pendidikan yang berasal dari bahasa Yunani. Pedagogia terdiri
dari dua kata yaitu “paedos” dan “Agoge” yang berarti “saya membimbing, memimpin anak.”
Dari pengertian ini pendidikan dapat diartikan : kegiatan seseoarang dalam membimbing
dan memimpin anak menuju ke pertumbuhan dan perkembangan secara optimal agar dapat
berdiri sendiri dan bertanggung jawab.
Banyak konsep yang dikemukan oleh para ahli mengenai rumusan perencanaan
pendidikan, diantaranya sebagai berikut:
a.    C.E. Beeby, perencanaan pendidikan adalah suatu usaha melihat ke masa depan dalam hal
menentukan kebijaksanaan, prioritas dan biaya pendidikan dengan mempertimbangkan
kenyataan-kenyataan yang ada dalam kegiatan ekonomi, sosial dan politik untuk pengembangan
potensi sistem pendidikan nasional, memenuhi kebutuhan bangsa dan anak didik yang dilayani
oleh sisten tersebut.
b.    Menurut Comb, perencanaan pendidikan merupakan aplikasi analisi rasonal dan sistmatik dalam
proses pengembangan pendidikan yang bertujuan menigkatkan efektivitas dan efisiensi
pendidikan dalam usahanya memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan (pendidikan) baik tujuan
yang berhubungan dengan anak didik maupun masyarakat.
c.    Albert waterston, perencanaan pendidikan adalah investasi pendidikan yang dapat di jalankan
dan kegiatan-kegiatan pembangunan lain yang didasarkan atas pertimbangan ekonomi dan biaya
serta keuntungan sosial.[2]
2.      Sejarah perkembangan perencanaan pendidikan
Perencanaan pendidikan di Indonesia mengikuti perencanaan pembangunan nasional atau
yang lebih di kenala dengan REPELITA kurun waktu antara 1967-1998, dan program
pembangunan Ekonomi Nasional 1999-2004, serta Program Pembangunan Jangka Menengah
Nasional 2004-2009, sebagai berikut:
Pada REPELITA I tahun 1968-1975 perencanan pendidikan nasional dibebankan kepada
Badan Pengenmbangan Pendidikan (BPP) yang berada dibawah naungan Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan dengan tugas utama membantu menteri dalam bidang penelitian dan
perencanaan pendidikan sertamengadakan penyempurnaan dalam rangka penegmbangan
pendidikan.
Pada tahun 1975 dibentuk Badan Penelitian dan Pengembangan Pendidikan dan
Kebudayaan (BP3K) dan kemudian BP3K membentuk suatu “Proyek Perintis Perencanaan
Integral Pendidikan Derah” atau PROPPIPDA di Sumatra Barat dan Jawa Timur.
Pada tahun 1980 di lingkungan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan telah
dilaksanakan “Sistem Mekanisme perencanaan Tahunan Terpadu rutin dan Pembangunan”
sebagai upaya menyatukan pendapat dan pikiran serta gagasan dalam merencanakan pendidikan
dan kebudayaan.
Selanjutnya pada Repelita II dan seterusnya perencanaa pendidikan di Indonesia di
koordinasikan oleh Biro Perencanaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Departemen
Pendidikan Nasional) sekarang.
Pada tahun 1983 muncul gagasan untuk melakukan perencanaan pada daerah tingkat II
kabupaten / Kota, dimana perencanaan pendidikan diarahkan pada perencanaan yang lebih
rasional, lebih komfrehensif, lebih nyata dan tegas seta lebih di sesuaikan dengan kondisi
sosiografis dan potensi dareah masing-masing.
Kebijakan perencanaan pendidikan kurn waktu 1975-1998 terus mengalami peningkatan
dan penyempurnaan baik dari unsur kulitatif, kuantitatif, maupun dari sisi anggaran. Kurun
waktu ini pemerintah terus mengirimkan tenga-tenaga perencanaan pendidikan untuk mengikuti
pendidikan dan pelatihan di international for Education planning  (IIEP) dibawah naungan
UNESCO PBB di Paris.
Seiring dengan tuntunan Reformasi pada tahun 1998,dan dikeluarkannya undang-undang
mengenai otonomi daerah serta pada era program pembangunan Ekonomi  Nasional 1999-2004
serta Rencana Pembangunan  jangka menengah Nasional 2004-2009 perencanaan pendidikan
diitik beratkan pada daerah tingkat satu dan lebih dititik beratkan  lagi pada daerah tingkat satu
dan lebih dititik beratkan lagi daerah tingkat dua dengan dibentuknya DinasPendidikan dan sub
dinas / seksi dinas pada masing-masing Kabupaten / Kota.
Arah pembanguan bidang pendidikan nasioanl pada program pembangunan Ekonomi
Nasioanl (PROPENAS) 1999-2004 seacar gari besar adalah mengupayakan perluasan dan
pemerataan kesempatan pendidikan, meningkatkan mutu kesejahteraan tenaga pendidik,
memberdayakan lembaga pendidikan sebagai pusat kebudayaan, nilai, sikap dan kemampuan,
melakukan pembaruan dan pemantapan sistem pendidikan termasuk pembaruan dan kurikulum
dan pelaksanan desentralisasi pendidikan, meningkatkan kulitas lembaga pendidikan dalam
menghadapi perekembangan ilmi pengetahuan, teknologi dan seni serta mengembangkan sumber
daya manusia sedini mungkin.
Sedangkan pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 20004-2009
diarahkan pada peningkatan akses masyarakat terhadap pendidikan yang berkualitas dengan
sasaran : menigktakan presentase siswa yang menamatkan program wajib belajar pendidikan
dasar sembilan tahun; meningkatkan kualitas pendidikan, meningkatkan relevansi pendidikan
dengan kebutuhan pembangunan, meningkatkan efektivitas dan efisiensi manajemen pelayanan
pendidikan.[3]

B. Tujuan dan Fungsi Perencanaan Pendidikan

1.      Tujuan Perencanaan Pendidikan


Pada dasarnya tujuan perencanaan adalah sebagai pedoman untuk mencapai sasaran yang
telah ditetapkan. Sebagai suatu alat ukur di dalam membandingkan antara hasil yang dicapai
dengan harapan. Banyak tujuan yang hendak dicapai dari perencanaan pendidikan sebagai
berikut :
a.       Menyajikan rancangan keputusan-keputusan atasan untuk disetujui pejabat tingkat nasional yang
berwenang.
b.      Menyediakan pola kegiatan-kegiatan secara matang bagi berbagai bidang/satuan kerja yang
bertanggung jawab untuk melakukan kebijaksanaan.[4]
c.       Mencari kebenaran atas fakta-fakta yang diperoleh atau yang akan disajikan agar dapat diterima
oleh stake holder pendidikan.
d.      Menentukan tindakan-tindakan yang akan dilakukan dan diorientasikan pada masa depan.
e.       Meyakinkan secara logis dan rasional kepada stake holder pendidikan terhadap pendidikan.[5]
2.      Fungsi Perencanaan Pendidikan
Fungsi perencanaan pendidikan sama seperti fungsi perencanaan pada umumnya yaitu:
a.       Sebagai pola dasar dan petunjuk dalam mengambil keputusan tentang bagaimana  mencapai
tujuan dan jalan apa yang harus ditempuh untuk mencapai tujuan tersebut.
b.      Sebagai pedoman pelaksanaan dan pengendalian pelaksanaan pendidikan.
c.       Menghindari dari pemborosan sumber-sumber daya baik sumber daya manusia maupun sumber
daya alam.
d.      Sebagai alat pengembangan penjaminan kualitas pendidikan.
e.       Sebagai upaya untuk memenuhi dan mewujudkan akuntabilitas lembaga pendidikan.
f.       Mempersiapkan keputusan-keputusan atau alternatif-alternatif kebijaksanaan untuk kegiatan
masa depan dalam pembangunan pendidikan.[6]

C. Jenis-jenis Perencanaan Pendidikan

a.       Menurut besarannya
1.      Perencanaan Makro
Adalah perencanaan yang menetapkan kebijakan-kebijakan yang akan ditempuh, tujuan
yang ingin dicapai dan cara-cara mencapai tujuan itu pada yingakt nasional. Rencana
pembagunan nasional meliputi rencana pada bidang ekonomi dan sosial.
Dipandang dari sudut perencanaan makro, tujuan yang harus dicapai negara (khususnya
dalam bidang peningkatan SDM) adalah pengembangan sistem pendidikan untuk menghasilkan
tenaga pembangunan baik secara kuantitatif maupun kualitatif.
Secara kuantitatif pendidikan harus menghasilkan tenaga yang cukup banyak sesuai dengan
kebutuhan pembangunan. Sedangkan secara kualitatif harus dapat menghasilkan tenaga
pembanguan yang terampil sesuai dengan bidangnya dan memilik jiwa pancasila. Untuk
melaksanakan fungsi perencanaan makro ini, strategi pendidikan hendaknya memenuhi syarat
sebagai berikut :
a)      Tujuan pendidikan nasional telah dirumuskan dengan jelas. Tujuan ini dijabarkan menjadi
tujuan-tujuan yang lebih spesifik.
b)      Pemerintah memegang peranan utama dalam pengambilan keputusan dan menciptakan
mekanisme kerja yang efektif.
c)      Sumber-sumber pembiayaan harus dimobilisasikan dari sektor yang ada.
d)     Prioritas harus disusun, baik yang berkenaan dengan bentuk, tingkat dan jenis pendidikan.
e)      Alokasi biaya harus disediakan menurut prioritas yang telah ditetapkan.
f)       Penilaian yang berkesinambungan harus selalu dilaksanakan dan program direvisi berdasarkan
penilaian itu.
g)      Pelaksanaan pendidikan mendapat latihan sesuai dengan tugas yang akan dikerjakannya.
2.      Perencanaan Meso
Kebijaksanaan yang telah ditetapkan pada tingkat makro, kemudian dijabarkan keddalam
program-program yang berskala kecil. Pada tingkat ini perencanaan sudah lebih bersifat
operasional disesuaikan dengan departemen atau unit-unit.
Pertanyaan yang perlu dijawab dalam perencanaan meso mempunyai kesamaan dengan
pertanyaan untuk tingkat makro, tetapi lebih terperinci dan kebebasannya dibatasi oleh apa yang
telah ditetapkan dalam perencanaan tingkat makro.
3.      Perencanaan Mikro
Perencanaan mikro diartikan sebagai perencanaan pada tingkat institusional dan merupakan
penjabaran dar perencanaan tingkat meso. Contoh perencanaan mikro, yaitu kegian belajar
mengajar.
a.       Menurut Tingkatannya
1.      Perencanaan Strategik (Renstra)
Perencanaan strategik  disebut juga dengan perencanaan jangka panjang. Perencanaan
strategik digunakan untuk mengatakan suatu lungkup perencanaan yang lebih “general”
disamping adanya beberapa jenis perencanaan lain yang disebut Stainer sebagai medium tange
programming  dan short term budget and detailed fungtional plan.
Dikaitkan dengan permasalahan da bidang pendidikan, konsep perencanaan strategik dapat
diterapkan dalam perencanaan pendidikan. Dengan perencanaan strategik, ada kecenderungan
diperoleh suatu perumusan program yang lebih oprasional. Berbagai faktor baik internal
(organisasi) maupun eksternal (lingkungan) yang berpengaruh pertlu diperhitungkan dalam
proses perencanaan ini.
Diperlukan penerapan pendekatan sistem ke dalam perencanaan pendidikan yang strategik,
bertujuan untuk mencari bentuk dan identitas pada masa yang akan datang dengan
mempertimbangkan berbagai hubungan yang kompleks dalam suatu sistem.
Pendekatan sistem dalam renstra memberi dasar-dasar konseptual dalam perencanaan
pendidikan, diharapkan dapat membantu dalam memecahkan masalah kependidikan yang
kompleks tersebut.
2.      Perencanaan Koordinatif (managerial)
Perencanaan koordinatif ditujukan untuk mengarahkan jalannya pelaksanaan, sehingga
tujuan yang telah ditetapkan itu dapat dicapai secara efektif dan efisien. Perencanaan koordinatif
biasanya sudah terperinci dan menggunakan data statistik. Namun demikian, kadang-kadang juga
menggunakan pertimbanagan akal sehat.
Perencanaan ini mempunyai cakupan semua aspek operasi suatu sistem yang meminta
ditaatinya kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan pada ingkat perencanaan strategik.
3.      Perencanaan Oprasional
Perencanaan ini bersifat spesifik dan berfungsi untuk memberikan petunjuk konkret tentang
bagaimana suatu program atau proyek khusus dilaksanakan menurut aturan, prosedur, dan
ketentuan lain yang ditetapkan secara jelas sebelummya. Dengan demikian, rencana operasional
mudah diukur, peranan keberhasilan unit-unit mudah dibandingkan dan sekaligus dapat dijadikan
ukuran keberhasilan. Artinya, rencana oprasional berfungsi sebagai instrumen yang cukup halus
dan tajam untuk mengenali keadaan waktu lampau dan bisa atau akan dijadikan alat atau teknik
perencanaan berikutnya. [7]
b.      Menurut jangka waktunya
1.      Perencanaan jangka pendek
Perencanaan jangka pendek adalah perencanaan tahunan atau perencanaan yang dibuat untuk
dilaksanakan dalam waktu kurang dari 5 tahun, sering disebut sebagai rencana operasional.
2.      Perencanaan jangka menengah
Perencanaan jangka menengah mencangkup kurun waktu pelaksanaan 5-10 tahun. Perencanaan
ini penjabaran dari jangka panjang, tetapi sudah lebih bersifat operasional.
3.      Perencanaan jangka panjang
Perencanaan jangka panjang meliputi cakupan waktu di atas 10 tahun samapai dengan 25
tahun. Perencanaan ini memiliki jangka menengah, lebih-lebih lagi jika dibandingkan dengan
perencanaan jangkla pendek. Dengan demikian perencanaan tahunan bukan hanya sekedar
pembabakan dari rencana 5 tahun, tetapi merupakan penyempurnaan dari rencana itu sendiri.
Kegiatan-kegiatan apakah yang terdapat dalam penyusunan rencana tahunan? secara garis
besar jenis kegiatan dan tahapannya meliputi sebagai berikut:
1.    Penyusunan kebijakan umum
2.    Penyusunan kebijakan teknis
3.    Penyusunan rancangan penyesuaian  kebijaksanaan
4.    Penyempurnaan program
5.    Penyusunan uraian kegiatan operasional proyek-proyek (UKOP)
6.    Identifikasi proyek
7.    Penyusunan pra-DUP (Daftar Usulan Proyek)
8.    Penyusunan DUP Depdikbud
9.    Pembahasan DOP, antara Depdikbud, Bapenas dan Departemen Keuangan
10.    Penyusunan UKOP
11.    Penyusunan Pra-DIP (Daftar Isian Proyek)
12.    Pembahasan Pra-DIP, antar Depdikbud, Bappenas, dan Dirjen Anggaran
13.    Penyempurnaan UKOP
14.    Penyeleseian DIP (dari konsep DIP yang telah disetujui).[8]

D. Prosedur Perencanaan

Setiap kegiatan mempunyai prosedur, yaitu suatu cara yang ditempuh dalam kegiatan itu
untuk mencapai apa yang dicita-citaka. Prosedur dalam perencanaan adalah cara yang ditempuh
oleh perencana untuk merealisasi usahanya agar dapat terwujud suatu konsep perencanaan.
Prosedur perencanaan adalah langkah-langkah yang ditempuh dalam proses perencanaan.
Prosedur yang ditempuh oleh setiap perencana pendidikan seringkali bervariasi, tetapi dalam
garis besarnya adalah sama.
Prosedur perencanaan pendidikan akan membahas tentang perencanaan partisipatori yaitu
suatu perencanaan yang dikerjakan bersama oleh wakil-wakil peminat pendidikan baik dari
kalangan lembaga pendidikan maupun dari kalangan masyarakat. Bagian lain yang dibahas
adalah tentang ramalan dan pemrogaman (forecasting) dan pengambilan keputusan. Ketiga
bagian itu adalah merupakan langkah umum dalam membuat rencana tertentu dalam pendidikan.
1.   Perencanaan partisipatori
Kata partisipatori berasal dari partisipasi yaitu pelibatan seseorang atau beberapa orag dalam
suatu kegiatan. Perencanaan partisipatori berarti perencanaan yang melibatkan beberapa orang
dalam suatu kegiatan. Perencanaan partisipatori berarti perencanaan yang melibatkan beberapa
yang berkepentingan dalam merencanakan sesuatu yang dipertentangkan dengan merencanakan
yang hanya dibuat oleh seseorang atau beberapa orang atas dasar wewenang kedudukan , seperti
perencana di tingakat pusat kepala-kepala kantor pendidikan di daerah, dan para kepala sekolah.
Perencanaan partisipatori banyak melibatkan orang-orang daerah yang memiliki kepentinagn
atas objek yang direncanakan.
2.   Ramalan dan pembuatan program (forecasting)
Forecasting  mempunyai arti ganda, arti yang pertama adalah ramalan yang terbatas, yaitu
apa kira-kira yang akan terjadi di lingkungan organisasi pendidikan pada masa yang akan datang.
Atau perubahan apa kira-kira yang akan terjadi dalam masyarakat di lingkungan lembaga
pendidikan. Misalnya ramalan tentang peledakkan jumlah penduduk, ramalan tentang pengaruh
computer yang pesat memasuki kehidupan manusia, ramalan tentang perubahan hubungan sosial
di masyarakat dan sebagainya. Conto-contoh seperti itu dikatakan Forecasting atau ramalan
yang terbatas.
Arti Forecasting yang lebih luas atau lebih lengkap adalah di samping meramalkan keadaan
perubahan dalam lingkungan organisasi, ia juga meramalkan kegiatan atau program
organisasinya yang cocok dengan hasil ramalan terhadap lingkungan. Ia berusaha mengimbangi
perubahan-perubahan yang terjadi di luar organisasi dengan perubahan-perubahan pada
organisasi. Agar organisasi pendidikan dan masyarakat sejajar, sejalan maju dalam derap yang
sama.
Untuk dapat membuat atau meramalkan kegiatan/ program yang tepat dalam lembaga
pendidikan dalam usaha menyongsong atau mengantisipasi perubahan lingkungan perlu
mengidentifikasi kondisi organisasi yang sekarang. Artinya kekuatan, kemampuan, dan potensi
apa saja yang sudah dimiliki oleh organisasi perlu diketahui secara jelas. Begitu pula kelemahan-
kelemahan organisasi itu perlu diidentifikasi. Sesudah hasil identifikasi keadaan organisasi
pendidikan ini dikaitkan dengan hasil ramalan tentang perubahan lingkungan barulah membuat
ramalan tentang perubahan lingkungan barulah membuat ramalan tentang kegiatan/ program
untuk mengantisipasi perubahan tersebut.
Jadi forecasting dalam artinya yang lengkap atau luas mempunyai tiga macam kegiatan:
a.       Meramalkan kemungkinan yang akan terjadi pada lingkungan/ masyarakat baik yang dekat
maupun yang jauh, yang bertalian dengan kegiatan-kegiatan lembaga pendidikan.
b.      Mengidentifikasi kemampuan, potensi, dan situasi lembaga pendidikan itu sendiri termasuk
sumber-sumber pendidikan. Begitu pula kelemahan-kelemahan yang ada dalam organisasi
diidentifikasi seluruhnya.
c.       Meramalkan atau membuat program baru untuk menyongsong atau mengantisipasi perubahan
lingkungan, agar lembaga pendidikan dan masyarakat/ lingkungan berjalan berimbang sama-
sama memberi keuntungan.[9]
3.      Pengambilan keputusan
Setiap kegiatan pendidikan selalui disertai dengan pengambilan keputusan, sebab
sebelum diputuskan rencana kegiatan itu tidak boleh dilaksanakan. Yang mengambil keputusan
pada umumnya adalah manajer tertinggi atau administrator tertinggi atau tim manajer. Tetapi
kegiatan diluar rutin dapat diputuskan oleh pejabat/ orang lain, sebab kegiatan ini biasanya
dilakukan oleh suatu panitia. Dalam hal ini ketua panitialah yang memutuskan atas kesepakatan
bersama. Kemudian keputusan diserahkan kepada manajer/ para manajer atau administrator
pendidikan. Administrator beserta staf atau badan tertentu kemudian mempertimbangkan apakah
keputusan panitia ini dapat dilaksanakan dalam kegiatan rutin apa tidak.

E.            Implementasi Perencana pendidikan


Implementasi atau perencanaan pendidikan sendiri merupakan salah satu kebijakan
pemerintah yang terkait dengan kebijakan-kebijakan publik lainnya. Fungsi dari setiap keputusan
publik juga diintegrasikan dengan keputusan-keputusan lainnya. Proses perencanaan pendidikan
di Indonesia diarahkan pada relevansi, efisiensi, dan efektivitas pendidikan, sehinga sasaran
pendidikan akan tercapai sesuai dengan tujuan yang telah digariskan. Ini pada awalnya adalah
pendekatan perencanaan konvensional..
Hanya saja dalam tataran implementasi, apa yang telah digariskan seringkali berbeda
dengan kenyataan di lapangan, sehinga optimalisasi kinerja manajemen pendidikan belum
berjalan sesuai harapan. Dalam hal inilah, diperlukan perencanaan strategik yang tanggap
terhadap tuntutan perubahan, tanpa melupakan misi, visi, mandat dan nilai-nilai yang telah
ditetapkan.
Paradigma perencanaan lama yang bersifat sentralisasi juga telah bergeser dengan
lahirnya Undang-undang No. 22 Tahun 1999 jo No. 32 Tahun 2004 tentang Otonomi Daerah dan
Undang-undang No. 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah.
Undang-undang ini memberi kewenangan yang lebih luas pada provinsi, kabupaten dan
kota untuk mengelola daerahnya masing-masing sesuai dengan aspirasi masyarakat dan potensi
yang dimilikinya. Dan, tentu juga, agar pemerintah daerah bisa bersikap adaptif dan kreatif
terhadap perubahan lingkungan eksternal yang cepat dan dinamis. Dengan digariskannya
kebijakan tentang Otonomi Daerah, termasuk di bidang penyelenggaraan pendidikan, maka
implikasinya berdampak pada perubahan sistem perencanaan.[10]
Logika dasar dari implementasi adalah bahwa dalam lingkungan dunia yang berubah
secara pesat dan tak menentu, suatu organisasi memerlukan kemampuan untuk perubahan
perencanaan dan manajemen secara cepat. Maka kemampuan untuk senantiasa melakukan
penangkapan lingkungan eksternal dari organisasi, serta upaya terus-menerus untuk senantiasa
melakukan penelaahan kemampuan dan kelemahan internal, menjadi prasyarat bagi organisasi
untuk tetap strategik dan relevan.
Pada perencanaan konvensional yang merupakan paradigma lama, perencanaan
berangkat dari penetapan tujuan jangka panjang. Berdasarkan tujuan tersebut, segenap daya
dikelola untuk mencapai tujuan tersebut. Sebaliknya, perencanaan strategik memiliki logika yang
berbeda. Justru perencanaan strategik berangkat dari misi, mandat, dan nilai-nilai yang menjadi
dasar suatu organisasi untuk berkembang, serta visi organisasi di masa mendatang.
Analisis yang mengaitkan antara misi dan visi, serta perkembangan lingkungan eksternal
serta kekuatan dan kelemahan internal ini, akan membawa organisasi menemukan arah menuju
yang paling strategik. Dengan begitu, organisasi akan tetap menjadi relevan. Di sisi lain,
organisasi juga tidak mungkin menjadi pendukung yang efektif bagi kesejahteraan
komunitasnya, kecuali organisasi tersebut meningkatkan kemampuannya untuk berpikir dan
bertindak strategik.[11]
IV.            KESIMPULAN
1.      Pengertian perencanaan pendidikan
perencanaan pendidikan adalah suatu usaha melihat ke masa depan dalam hal
menentukan kebijaksanaan, prioritas dan biaya pendidikan dengan mempertimbangkan
kenyataan-kenyataan yang ada dalam kegiatan ekonomi, sosial dan politik untuk pengembangan
potensi sistem pendidikan nasional, memenuhi kebutuhan bangsa dan anak didik yang dilayani
oleh sisten tersebut.
2.      Sejarah perkembangan perencanaan pendidikan
Perencanaan pendidikan di Indonesia mengikuti perencanaan pembangunan nasional atau
yang lebih di kenala dengan REPELITA kurun waktu antara 1967-1998, dan program
pembangunan Ekonomi Nasional 1999-2004, serta Program Pembangunan Jangka Menengah
Nasional 2004-2009,
3.      Tujan perencanaan pendidikan
a.       Menyajikan rancangan keputusan-keputusan.
b.      Menyediakan pola kegiatan-kegiatan secara matang.
c.       Mencari kebenaran atas fakta-fakta.
d.      Menentukan tindakan-tindakan yang akan dilakukan dan diorientasikan pada masa depan.
e.       Meyakinkan secara logis dan rasional kepada stake holder pendidikan terhadap pendidikan.
4.      Fungsi perencanaan pendidikan
a.       Sebagai pola dasar dan petunjuk.
b.      Sebagai pedoman pelaksanaan dan pengendalian pelaksanaan pendidikan.
c.       Menghindari dari pemborosan sumber-sumber daya baik sumber daya manusia maupun sumber
daya alam.
d.      Sebagai alat pengembangan penjaminan kualitas pendidikan.
e.       Sebagai upaya untuk memenuhi dan mewujudkan akuntabilitas lembaga pendidikan.
f.       Mempersiapkan keputusan-keputusan atau alternatif-alternatif kebijaksanaan.
5.      Prosedur  perencanaan pendidikan
a.       Perencanaan partisipatori
b.      Ramalan dan pembuatan program (forecasting)
c.       Pengambilan keputusan
6.      Implementasi perencanaan pendidikan
Implementasi atau perencanaan pendidikan sendiri merupakan salah satu kebijakan pemerintah
yang terkait dengan kebijakan-kebijakan publik lainnya.

[1] Matin, Perencanaaan Pendidikan, (Jakarta: Pt Raja Grafindo Indonesia, 2013) hal. 1-2


[2] Supardi dan Darwyan Syah, Perencanaan Pendidikan
suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Diadit Media, 2010), hal. 2-7
[3] Ibid, hlm 44 - 47
[4] http://renggani.blogspot.com/2008/03/makalah-perencanaan-pendidikan.html di akses pada
3/20/2014 10:44:21 PM
[5] Ibid, hlm 11-12
[6] Ibid, hlm 13-14
[7] Dr. Nanang Fattah, Landasan Menejemen Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosakarya
Bandung, 2008), hlm 54-55.
[8] http://attawijasa20.wordpress.com/2011/05/06/jenis-jenis-perencanaan-pendidikan/ diakses pada hari
minggu 23 maret 2014, jam 11.00

[9] Made Pidarta, Perencanaan Pendidikan Dengan Pendekatan Sistem, (Jakarta: Penerbit Rineka


Cipta, 2005), hal.45-46
[10] Bryson dan John M. Perencanaan Strategis Bagi Organisasi Sosial. (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar,2008) hal. 108.
[11] Syamsuddin, Abidin Makmum. Perencanaan Pendidikan: Suatu Pendekatan
Komprehensif. (Bandung: Remaja Rosdakarya: 2007), hal. 78-79

http://zuniaervin.blogspot.com/2014/11/perencanaan-pendidikan.html

Anda mungkin juga menyukai