Bahan Modul
Bahan Modul
Ads by optAd360
Ads by optAd360
Pada tahun 1960 dilaksanakan Konferensi Karachi yang
menghasilkan rencana kerja pembangunan pendidikan di
wilayah Asia yang selanjutnya melahirkan Karachi Plan.
Karachi Plan tersebut berisikan rekomendasi (1) perluasan
kesempatan untuk memperoleh pendidikan bagi usia
sekolah dasar secara bebas melalui Kewajiban Belajar, dan
(2) pembentukan unit pelayanan perencanaan pendidikan di
tingkat nasional.
Ads by optAd360
Ads by optAd360
Sumber:
Usman, Husaini. 2011. Manajemen: Teori, Praktek, dan
Riset Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Hal.66-6
https://www.asikbelajar.com/sejarah-perencanaan-pendidikan/
PENDAHULUAN
Perencanaan pendidikan telah berkembang menjadi disiplin ilmu atau menjadi cabang ilmu
pengetahuan yang baru. Jika dipandang dari sudut ideologi, maka perencanaan pendidikan
adalah berbeda-beda, dan jika dipandang dari sudut metodologi, maka perencanaan pendidikan
bersifat fleksibel yaitu dapat di sesuaikan dengan sistem social dan taraf perkembangan yang
berbeda-beda dari berbagai masyarakat yang ada.
Perencanaan pendidikan adalah merupakan suatu proses kegiatan yang setiap orang
berbeda-beda mendefinisikannya, kita juga dapat membuat definisi sendiri tentang perencanaan
pendidikan, yaitu sebagai usaha untuk mencapai pengalokasian sumber daya pendidikan pada
system pendidikan secara efisien, adil, dan rasional.[1]
Perencanaan pendidikan di sini akan membahas tentang apa pengertian perencanaan
pendidikan, tujuan dan fungsi perencanaan pendidikan, jenis-jenis perencanaan pendidikan,
prosedur perencanaan pendidikan serta bagaimana perencanaan pendidikan.
II. RUMUSAN MASALAH
A. Apa pengertian dan bagaiamana Sejarah perencanaan pendidikan ?
B. Apa Tujuan dan Fungsi perencanaan pendidikan?
C. Apa Jenis – Jenis Perencanaan Pendidikan?
D. Bagaiamana Prosedur membuat Perencanaan pendidikan?
E. Bagaiman Implementasi perencanaan pendidikan?
III. PEMBAHASAN
A. Pengertian dan sejarah perkembangan pendidikan
1. Pengertian perencanaan pendidikan
Perencanaan merupakan kegiatan menetapkan tujuan serta merumuskan dan mengatur
pendayagunaan manusia, informasi, finansial, metode dan waktu untuk memaksimalkan efisiensi
dan efektivitas pencapaian tujuan.
Pendidikan berasal dari kata “pedagogi” yang berarti pendidikan dan kata
“pedagogia” yang berarti ilmu pendidikan yang berasal dari bahasa Yunani. Pedagogia terdiri
dari dua kata yaitu “paedos” dan “Agoge” yang berarti “saya membimbing, memimpin anak.”
Dari pengertian ini pendidikan dapat diartikan : kegiatan seseoarang dalam membimbing
dan memimpin anak menuju ke pertumbuhan dan perkembangan secara optimal agar dapat
berdiri sendiri dan bertanggung jawab.
Banyak konsep yang dikemukan oleh para ahli mengenai rumusan perencanaan
pendidikan, diantaranya sebagai berikut:
a. C.E. Beeby, perencanaan pendidikan adalah suatu usaha melihat ke masa depan dalam hal
menentukan kebijaksanaan, prioritas dan biaya pendidikan dengan mempertimbangkan
kenyataan-kenyataan yang ada dalam kegiatan ekonomi, sosial dan politik untuk pengembangan
potensi sistem pendidikan nasional, memenuhi kebutuhan bangsa dan anak didik yang dilayani
oleh sisten tersebut.
b. Menurut Comb, perencanaan pendidikan merupakan aplikasi analisi rasonal dan sistmatik dalam
proses pengembangan pendidikan yang bertujuan menigkatkan efektivitas dan efisiensi
pendidikan dalam usahanya memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan (pendidikan) baik tujuan
yang berhubungan dengan anak didik maupun masyarakat.
c. Albert waterston, perencanaan pendidikan adalah investasi pendidikan yang dapat di jalankan
dan kegiatan-kegiatan pembangunan lain yang didasarkan atas pertimbangan ekonomi dan biaya
serta keuntungan sosial.[2]
2. Sejarah perkembangan perencanaan pendidikan
Perencanaan pendidikan di Indonesia mengikuti perencanaan pembangunan nasional atau
yang lebih di kenala dengan REPELITA kurun waktu antara 1967-1998, dan program
pembangunan Ekonomi Nasional 1999-2004, serta Program Pembangunan Jangka Menengah
Nasional 2004-2009, sebagai berikut:
Pada REPELITA I tahun 1968-1975 perencanan pendidikan nasional dibebankan kepada
Badan Pengenmbangan Pendidikan (BPP) yang berada dibawah naungan Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan dengan tugas utama membantu menteri dalam bidang penelitian dan
perencanaan pendidikan sertamengadakan penyempurnaan dalam rangka penegmbangan
pendidikan.
Pada tahun 1975 dibentuk Badan Penelitian dan Pengembangan Pendidikan dan
Kebudayaan (BP3K) dan kemudian BP3K membentuk suatu “Proyek Perintis Perencanaan
Integral Pendidikan Derah” atau PROPPIPDA di Sumatra Barat dan Jawa Timur.
Pada tahun 1980 di lingkungan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan telah
dilaksanakan “Sistem Mekanisme perencanaan Tahunan Terpadu rutin dan Pembangunan”
sebagai upaya menyatukan pendapat dan pikiran serta gagasan dalam merencanakan pendidikan
dan kebudayaan.
Selanjutnya pada Repelita II dan seterusnya perencanaa pendidikan di Indonesia di
koordinasikan oleh Biro Perencanaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Departemen
Pendidikan Nasional) sekarang.
Pada tahun 1983 muncul gagasan untuk melakukan perencanaan pada daerah tingkat II
kabupaten / Kota, dimana perencanaan pendidikan diarahkan pada perencanaan yang lebih
rasional, lebih komfrehensif, lebih nyata dan tegas seta lebih di sesuaikan dengan kondisi
sosiografis dan potensi dareah masing-masing.
Kebijakan perencanaan pendidikan kurn waktu 1975-1998 terus mengalami peningkatan
dan penyempurnaan baik dari unsur kulitatif, kuantitatif, maupun dari sisi anggaran. Kurun
waktu ini pemerintah terus mengirimkan tenga-tenaga perencanaan pendidikan untuk mengikuti
pendidikan dan pelatihan di international for Education planning (IIEP) dibawah naungan
UNESCO PBB di Paris.
Seiring dengan tuntunan Reformasi pada tahun 1998,dan dikeluarkannya undang-undang
mengenai otonomi daerah serta pada era program pembangunan Ekonomi Nasional 1999-2004
serta Rencana Pembangunan jangka menengah Nasional 2004-2009 perencanaan pendidikan
diitik beratkan pada daerah tingkat satu dan lebih dititik beratkan lagi pada daerah tingkat satu
dan lebih dititik beratkan lagi daerah tingkat dua dengan dibentuknya DinasPendidikan dan sub
dinas / seksi dinas pada masing-masing Kabupaten / Kota.
Arah pembanguan bidang pendidikan nasioanl pada program pembangunan Ekonomi
Nasioanl (PROPENAS) 1999-2004 seacar gari besar adalah mengupayakan perluasan dan
pemerataan kesempatan pendidikan, meningkatkan mutu kesejahteraan tenaga pendidik,
memberdayakan lembaga pendidikan sebagai pusat kebudayaan, nilai, sikap dan kemampuan,
melakukan pembaruan dan pemantapan sistem pendidikan termasuk pembaruan dan kurikulum
dan pelaksanan desentralisasi pendidikan, meningkatkan kulitas lembaga pendidikan dalam
menghadapi perekembangan ilmi pengetahuan, teknologi dan seni serta mengembangkan sumber
daya manusia sedini mungkin.
Sedangkan pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 20004-2009
diarahkan pada peningkatan akses masyarakat terhadap pendidikan yang berkualitas dengan
sasaran : menigktakan presentase siswa yang menamatkan program wajib belajar pendidikan
dasar sembilan tahun; meningkatkan kualitas pendidikan, meningkatkan relevansi pendidikan
dengan kebutuhan pembangunan, meningkatkan efektivitas dan efisiensi manajemen pelayanan
pendidikan.[3]
a. Menurut besarannya
1. Perencanaan Makro
Adalah perencanaan yang menetapkan kebijakan-kebijakan yang akan ditempuh, tujuan
yang ingin dicapai dan cara-cara mencapai tujuan itu pada yingakt nasional. Rencana
pembagunan nasional meliputi rencana pada bidang ekonomi dan sosial.
Dipandang dari sudut perencanaan makro, tujuan yang harus dicapai negara (khususnya
dalam bidang peningkatan SDM) adalah pengembangan sistem pendidikan untuk menghasilkan
tenaga pembangunan baik secara kuantitatif maupun kualitatif.
Secara kuantitatif pendidikan harus menghasilkan tenaga yang cukup banyak sesuai dengan
kebutuhan pembangunan. Sedangkan secara kualitatif harus dapat menghasilkan tenaga
pembanguan yang terampil sesuai dengan bidangnya dan memilik jiwa pancasila. Untuk
melaksanakan fungsi perencanaan makro ini, strategi pendidikan hendaknya memenuhi syarat
sebagai berikut :
a) Tujuan pendidikan nasional telah dirumuskan dengan jelas. Tujuan ini dijabarkan menjadi
tujuan-tujuan yang lebih spesifik.
b) Pemerintah memegang peranan utama dalam pengambilan keputusan dan menciptakan
mekanisme kerja yang efektif.
c) Sumber-sumber pembiayaan harus dimobilisasikan dari sektor yang ada.
d) Prioritas harus disusun, baik yang berkenaan dengan bentuk, tingkat dan jenis pendidikan.
e) Alokasi biaya harus disediakan menurut prioritas yang telah ditetapkan.
f) Penilaian yang berkesinambungan harus selalu dilaksanakan dan program direvisi berdasarkan
penilaian itu.
g) Pelaksanaan pendidikan mendapat latihan sesuai dengan tugas yang akan dikerjakannya.
2. Perencanaan Meso
Kebijaksanaan yang telah ditetapkan pada tingkat makro, kemudian dijabarkan keddalam
program-program yang berskala kecil. Pada tingkat ini perencanaan sudah lebih bersifat
operasional disesuaikan dengan departemen atau unit-unit.
Pertanyaan yang perlu dijawab dalam perencanaan meso mempunyai kesamaan dengan
pertanyaan untuk tingkat makro, tetapi lebih terperinci dan kebebasannya dibatasi oleh apa yang
telah ditetapkan dalam perencanaan tingkat makro.
3. Perencanaan Mikro
Perencanaan mikro diartikan sebagai perencanaan pada tingkat institusional dan merupakan
penjabaran dar perencanaan tingkat meso. Contoh perencanaan mikro, yaitu kegian belajar
mengajar.
a. Menurut Tingkatannya
1. Perencanaan Strategik (Renstra)
Perencanaan strategik disebut juga dengan perencanaan jangka panjang. Perencanaan
strategik digunakan untuk mengatakan suatu lungkup perencanaan yang lebih “general”
disamping adanya beberapa jenis perencanaan lain yang disebut Stainer sebagai medium tange
programming dan short term budget and detailed fungtional plan.
Dikaitkan dengan permasalahan da bidang pendidikan, konsep perencanaan strategik dapat
diterapkan dalam perencanaan pendidikan. Dengan perencanaan strategik, ada kecenderungan
diperoleh suatu perumusan program yang lebih oprasional. Berbagai faktor baik internal
(organisasi) maupun eksternal (lingkungan) yang berpengaruh pertlu diperhitungkan dalam
proses perencanaan ini.
Diperlukan penerapan pendekatan sistem ke dalam perencanaan pendidikan yang strategik,
bertujuan untuk mencari bentuk dan identitas pada masa yang akan datang dengan
mempertimbangkan berbagai hubungan yang kompleks dalam suatu sistem.
Pendekatan sistem dalam renstra memberi dasar-dasar konseptual dalam perencanaan
pendidikan, diharapkan dapat membantu dalam memecahkan masalah kependidikan yang
kompleks tersebut.
2. Perencanaan Koordinatif (managerial)
Perencanaan koordinatif ditujukan untuk mengarahkan jalannya pelaksanaan, sehingga
tujuan yang telah ditetapkan itu dapat dicapai secara efektif dan efisien. Perencanaan koordinatif
biasanya sudah terperinci dan menggunakan data statistik. Namun demikian, kadang-kadang juga
menggunakan pertimbanagan akal sehat.
Perencanaan ini mempunyai cakupan semua aspek operasi suatu sistem yang meminta
ditaatinya kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan pada ingkat perencanaan strategik.
3. Perencanaan Oprasional
Perencanaan ini bersifat spesifik dan berfungsi untuk memberikan petunjuk konkret tentang
bagaimana suatu program atau proyek khusus dilaksanakan menurut aturan, prosedur, dan
ketentuan lain yang ditetapkan secara jelas sebelummya. Dengan demikian, rencana operasional
mudah diukur, peranan keberhasilan unit-unit mudah dibandingkan dan sekaligus dapat dijadikan
ukuran keberhasilan. Artinya, rencana oprasional berfungsi sebagai instrumen yang cukup halus
dan tajam untuk mengenali keadaan waktu lampau dan bisa atau akan dijadikan alat atau teknik
perencanaan berikutnya. [7]
b. Menurut jangka waktunya
1. Perencanaan jangka pendek
Perencanaan jangka pendek adalah perencanaan tahunan atau perencanaan yang dibuat untuk
dilaksanakan dalam waktu kurang dari 5 tahun, sering disebut sebagai rencana operasional.
2. Perencanaan jangka menengah
Perencanaan jangka menengah mencangkup kurun waktu pelaksanaan 5-10 tahun. Perencanaan
ini penjabaran dari jangka panjang, tetapi sudah lebih bersifat operasional.
3. Perencanaan jangka panjang
Perencanaan jangka panjang meliputi cakupan waktu di atas 10 tahun samapai dengan 25
tahun. Perencanaan ini memiliki jangka menengah, lebih-lebih lagi jika dibandingkan dengan
perencanaan jangkla pendek. Dengan demikian perencanaan tahunan bukan hanya sekedar
pembabakan dari rencana 5 tahun, tetapi merupakan penyempurnaan dari rencana itu sendiri.
Kegiatan-kegiatan apakah yang terdapat dalam penyusunan rencana tahunan? secara garis
besar jenis kegiatan dan tahapannya meliputi sebagai berikut:
1. Penyusunan kebijakan umum
2. Penyusunan kebijakan teknis
3. Penyusunan rancangan penyesuaian kebijaksanaan
4. Penyempurnaan program
5. Penyusunan uraian kegiatan operasional proyek-proyek (UKOP)
6. Identifikasi proyek
7. Penyusunan pra-DUP (Daftar Usulan Proyek)
8. Penyusunan DUP Depdikbud
9. Pembahasan DOP, antara Depdikbud, Bapenas dan Departemen Keuangan
10. Penyusunan UKOP
11. Penyusunan Pra-DIP (Daftar Isian Proyek)
12. Pembahasan Pra-DIP, antar Depdikbud, Bappenas, dan Dirjen Anggaran
13. Penyempurnaan UKOP
14. Penyeleseian DIP (dari konsep DIP yang telah disetujui).[8]
D. Prosedur Perencanaan
Setiap kegiatan mempunyai prosedur, yaitu suatu cara yang ditempuh dalam kegiatan itu
untuk mencapai apa yang dicita-citaka. Prosedur dalam perencanaan adalah cara yang ditempuh
oleh perencana untuk merealisasi usahanya agar dapat terwujud suatu konsep perencanaan.
Prosedur perencanaan adalah langkah-langkah yang ditempuh dalam proses perencanaan.
Prosedur yang ditempuh oleh setiap perencana pendidikan seringkali bervariasi, tetapi dalam
garis besarnya adalah sama.
Prosedur perencanaan pendidikan akan membahas tentang perencanaan partisipatori yaitu
suatu perencanaan yang dikerjakan bersama oleh wakil-wakil peminat pendidikan baik dari
kalangan lembaga pendidikan maupun dari kalangan masyarakat. Bagian lain yang dibahas
adalah tentang ramalan dan pemrogaman (forecasting) dan pengambilan keputusan. Ketiga
bagian itu adalah merupakan langkah umum dalam membuat rencana tertentu dalam pendidikan.
1. Perencanaan partisipatori
Kata partisipatori berasal dari partisipasi yaitu pelibatan seseorang atau beberapa orag dalam
suatu kegiatan. Perencanaan partisipatori berarti perencanaan yang melibatkan beberapa orang
dalam suatu kegiatan. Perencanaan partisipatori berarti perencanaan yang melibatkan beberapa
yang berkepentingan dalam merencanakan sesuatu yang dipertentangkan dengan merencanakan
yang hanya dibuat oleh seseorang atau beberapa orang atas dasar wewenang kedudukan , seperti
perencana di tingakat pusat kepala-kepala kantor pendidikan di daerah, dan para kepala sekolah.
Perencanaan partisipatori banyak melibatkan orang-orang daerah yang memiliki kepentinagn
atas objek yang direncanakan.
2. Ramalan dan pembuatan program (forecasting)
Forecasting mempunyai arti ganda, arti yang pertama adalah ramalan yang terbatas, yaitu
apa kira-kira yang akan terjadi di lingkungan organisasi pendidikan pada masa yang akan datang.
Atau perubahan apa kira-kira yang akan terjadi dalam masyarakat di lingkungan lembaga
pendidikan. Misalnya ramalan tentang peledakkan jumlah penduduk, ramalan tentang pengaruh
computer yang pesat memasuki kehidupan manusia, ramalan tentang perubahan hubungan sosial
di masyarakat dan sebagainya. Conto-contoh seperti itu dikatakan Forecasting atau ramalan
yang terbatas.
Arti Forecasting yang lebih luas atau lebih lengkap adalah di samping meramalkan keadaan
perubahan dalam lingkungan organisasi, ia juga meramalkan kegiatan atau program
organisasinya yang cocok dengan hasil ramalan terhadap lingkungan. Ia berusaha mengimbangi
perubahan-perubahan yang terjadi di luar organisasi dengan perubahan-perubahan pada
organisasi. Agar organisasi pendidikan dan masyarakat sejajar, sejalan maju dalam derap yang
sama.
Untuk dapat membuat atau meramalkan kegiatan/ program yang tepat dalam lembaga
pendidikan dalam usaha menyongsong atau mengantisipasi perubahan lingkungan perlu
mengidentifikasi kondisi organisasi yang sekarang. Artinya kekuatan, kemampuan, dan potensi
apa saja yang sudah dimiliki oleh organisasi perlu diketahui secara jelas. Begitu pula kelemahan-
kelemahan organisasi itu perlu diidentifikasi. Sesudah hasil identifikasi keadaan organisasi
pendidikan ini dikaitkan dengan hasil ramalan tentang perubahan lingkungan barulah membuat
ramalan tentang perubahan lingkungan barulah membuat ramalan tentang kegiatan/ program
untuk mengantisipasi perubahan tersebut.
Jadi forecasting dalam artinya yang lengkap atau luas mempunyai tiga macam kegiatan:
a. Meramalkan kemungkinan yang akan terjadi pada lingkungan/ masyarakat baik yang dekat
maupun yang jauh, yang bertalian dengan kegiatan-kegiatan lembaga pendidikan.
b. Mengidentifikasi kemampuan, potensi, dan situasi lembaga pendidikan itu sendiri termasuk
sumber-sumber pendidikan. Begitu pula kelemahan-kelemahan yang ada dalam organisasi
diidentifikasi seluruhnya.
c. Meramalkan atau membuat program baru untuk menyongsong atau mengantisipasi perubahan
lingkungan, agar lembaga pendidikan dan masyarakat/ lingkungan berjalan berimbang sama-
sama memberi keuntungan.[9]
3. Pengambilan keputusan
Setiap kegiatan pendidikan selalui disertai dengan pengambilan keputusan, sebab
sebelum diputuskan rencana kegiatan itu tidak boleh dilaksanakan. Yang mengambil keputusan
pada umumnya adalah manajer tertinggi atau administrator tertinggi atau tim manajer. Tetapi
kegiatan diluar rutin dapat diputuskan oleh pejabat/ orang lain, sebab kegiatan ini biasanya
dilakukan oleh suatu panitia. Dalam hal ini ketua panitialah yang memutuskan atas kesepakatan
bersama. Kemudian keputusan diserahkan kepada manajer/ para manajer atau administrator
pendidikan. Administrator beserta staf atau badan tertentu kemudian mempertimbangkan apakah
keputusan panitia ini dapat dilaksanakan dalam kegiatan rutin apa tidak.
http://zuniaervin.blogspot.com/2014/11/perencanaan-pendidikan.html