Anda di halaman 1dari 14

PYTHAGORAS: Jurnal Pendidikan Matematika

Volume 9 – Nomor 2, Desember 2014, (205-218)


Available online at: http://journal.uny.ac.id/index.php/pythagoras

Pengembangan Bahan Ajar Matematika dengan Pendekatan Open-ended


untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif Siswa SMA
Yandri Soeyono
SMA Negeri 2 Kei Kecil Maluku Tenggara. Kel. Ohoijang Watdek, Kei Kecil, Kabupaten Maluku
Tenggara, Maluku, Indonesia. Email: ri_yand@yahoo.com,

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan bahan ajar Matematika kelas X dengan meng-gunakan
pendekatan open-ended yang baik (valid, praktis dan efektif) untuk meningkatkan kemampuan berpikir
kritis dan kreatif siswa,dan membandingkan keefektifannya dengan Buku Guru dan Buku Siswa
Matematika Kelas X yang dipersiapkan pemerintah dalam rangka implementasi Kurikulum 2013.
Penelitian ini merupakan penelitian dan pengembangan (Research and Development). Model
pengembangan yang diacu adalah model Dick & Carey dan Borg & Gall yang dimodifikasi. Langkah-
langkah dalam pengembangan ini adalah meneliti dan mengumpulkan informasi, mengembangkan RPP,
memilih dan mengembangkan bahan ajar, uji coba awal, revisi, uji coba utama, dan revisi akhir produk.Uji
coba awal dan uji coba utama dilaksanakan di SMA Negeri 1 Bantul. Kevalidan produk divalidasi oleh
ahli. Kepraktisan produk dinilai oleh pengguna produk yaitu guru dan siswa. Keefektifan produk diuji
menggunakan uji statistik inferensial dengan melihat perbedaan rerata yang signifikan dari nilai pretest dan
posttest ditinjau dari kemampuan berpikir kritis dan kreatif siswa. Selanjutnya, akan dibandingkan
keefektifan antara kelas kontrol dan kelas eksperimen tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
produk hasil pengembangan termasuk kategori sangat valid menurut para ahli, praktis menurut penilaian
guru, dan sangat praktis menurut siswa. Produk yang dihasilkan juga efektif, bahkan lebih efektif jika
dibandingkan dengan Buku Guru dan Buku Siswa ditinjau dari kemampuan berpikir kritis dan kreatif
siswa.
Kata Kunci: pengembangan, bahan ajar, pendekatan open-ended, kemampuan berpikir kritis, kemampuan
berpikir kreatif.

Developing Mathematics Teaching Materials Using Open-ended Approach to Improve


Critical and Creative Thinking Skills of SMA Students

Abstract
The purposes of this study were to develop good mathematics teaching materials using open-ended
approach to improve critical and creative thinking skills of Class X students and to compare their
effectiveness with Buku Guru and Buku Siswa that were prepared by the government for the
implementation of Curriculum 2013. This study was a research and development (R&D) using models from
Dick & Carey and Borg & Gall which had been modified. The steps of this study were research-ing and
collecting information, developing lesson plan, developing and selecting instructional mate-rials including
assessing instruments, preliminary field testing, main product revision, main field testing, and final product
revision. Preliminary and main field testing were held at SMA N 1 Bantul. The developed products were
validated by experts. The teacher and students as users of this products evaluated their practicality. The
effectiveness of the products was analyzed by inferential statistics tests by measuring significant mean
difference from pretest and posttest of students’ critical and creative thinking skills. Furthermore, the
effectiveness both of them was compared between experi-mental and control class. The results of this study
showed that the validity of the product is very valid according to experts, is practical according to the
assessment of teacher, and is very practical according to students. The developed product was effective and
more effective than the Buku Guru and Buku Siswa from the government in terms of critical and creative
thinking skills of students.
Keywords: developing, material teaching, open-ended approach, critical thinking skills, creative thinking
skills.

How to Cite Item: Soeyono, Y. (2014). Pengembangan bahan ajar matematika dengan pendekatan open-ended
untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif siswa SMA. PYTHAGORAS: Jurnal Pendidikan
Matematika, 9(2), 205-218. Retrieved fromhttp://journal.uny.ac.id/index.php/pythagoras/article/view/9081

Copyright © 2014, Pythagoras, ISSN: 1978-4538


Pythagoras, 9 (2), Desember 2014 - 206
Yandri Soeyono

baik lokal maupun global, kehidupan dan karir,


PENDAHULUAN
serta tanggungjawab personal dan sosial ter-
Manusia merupakan makhluk ciptaan masuk juga terhadap budaya).
Allah yang paling sempurna jika dibandingkan Pergeseran zaman dari era industrialisasi
dengan makhluk lainnya. Salah satu alasan menuju era informasi dan pengetahuan memer-
kesempurnaan itu adalah karena manusia dibe- lukan sumber daya manusia yang memiliki
kali akal pikiran oleh Allah. Otak manusia kecakapan terutama yang mampu mengikuti
bukan hanya sebagai memori tempat menyim- cepatnya perkembangan teknologi. Hal ini
pan segala pengetahuan yang dimiliki tetapi juga mendorong untuk teridentifikasi dan terdefinisi-
untuk berpikir. Kegiatan mengingat merupakan kannya kemampuan-kemampuan abad 21 (21st
tingkat proses kognitif rendah. Oleh karena itu, century skills) dan perubahan paradigma tentang
proses pembelajaran harus dapat mengoptimal- proses pembelajaran di kelas. Trilling & Fadel
kan kerja otak pada kemampuan berpikir kom- (2009, p.38) menggambarkan perubahan pada
pleks dalam rangka memberdayakan akal yang proses pembelajaran tersebut secara menarik
dikaruniai Allah. pada Gambar 1.
Perubahan zaman dari zaman industri-
alisasi menuju zaman pengetahuan abad 21 me-
nuntut manusia agar mampu lebih cepat ber-
adaptasi dan memimpin perkembangan yang
tidak dapat dipastikan, baik kecepatan, proses,
maupun produknya. Richard Riley, Secretary of
Education under Clinton (Trilling & Fadel,
2009, p.3), menyatakan:
We are currently preparing students for jobs
that don’t yet exist ... using technologies that
haven’t yet been invented ... in order to solve
problems we don’t even know are problems
yet.
Berdasarkan pernyataan tersebut berarti Gambar 1. Perubahan Paradigma Pembelajaran
bahwa selama ini kegiatan pembelajaran yang
Matematika, dalam pembelajaran di kelas,
dilaku-kan dalam mempersiapkan siswa pada
berada di posisi terdepan dalam rangka memper-
peker-jaan yang belum tersedia, begitu pula
siapkan para siswa untuk mampu bertahan hidup
dengan penggunaan teknologi yang belum
pada era pengetahuan ini, terutama untuk 10
ditemukan untuk menyelesaikan masalah yang
tahun ke depan dan seterusnya. Menurut Gagne
belum kta ketahui. Apakah hal ini telah menjadi
dalam Suherman, et al., (2003, p.33), ada objek
perhatian kita semua?
tak langsung yang dapat diperoleh siswa dalam
Griffin, McGaw & Care (2012, p.2) me-
belajar matematika, seperti kemampuan meme-
nyatakan bahwa pendidikan pada era sekarang
cahkan masalah, kemampuan berpikir, mandiri,
menghadapi tantangan baru, yaitu mengem-
dan bersikap menghargai matematika. Maka dari
bangkan masyarakat dengan information skills
itu, matematika bukan saja mengajarkan suatu
yang diperlukan dalam komunitas informasi.
pengetahuan tentang ilmu matematika, tetapi
Sistem pendidikan harus menyesuaikan dan
juga sebagai pola pikir dan alat dalam kehidupan
menekankan pada keterampilan teknologi dan
sehari-hari.
informasi dari pada yang berbasis produksi.
Dalam dokumen sosialisasi yaitu doku-
Menurut Binkley (Griffin, McGaw &
men Pengembangan Kurikulum 2013 yang dike-
Care, 2012, p.18), terdapat 10 keterampilan abad
luarkan oleh Kementerian Pendidikan dan
21 dalam 4 kelompok yang harus dipelajari dan
Kebudayaan RI pada bulan November 2012,
dikuasai oleh manusia, yaitu: cara berpikir (ter-
diidentifikasi adanya kesenjangan kurikulum
masuk berpikir kreatif dan berinovasi; berpikir
antara kondisi saat ini dengan konsep ideal yang
kritis dan pemecahan masalah; berpikir meta-
diharapkan (Kemendikbud, 2012). Menurut
kognisi, cara bekerja (termasuk kemampuan
pemerintah, dalam dokumen tersebut, sebagian
berkomunikasi dan berkolaborasi), kemampuan
besar pembelajaran saat ini masih berpusat pada
menggunakan informasi dan teknologi, dan
guru, sedangkan paradigma saat ini mengharap-
living in the world (kemampuan bersosialisasi
kan peran aktif siswa dalam proses pembelajar-

Copyright © 2014, Pythagoras, ISSN: 1978-4538


Pythagoras, 9 (2), Desember 2014 - 207
Yandri Soeyono

an. Pembelajaran yang masih berorientasi pada ditemui bahkan pada beberapa Buku Sekolah
buku teks, belum mengacu pada pendekatan Elektronik (BSE) Matematika yang diterbitkan
yang bersifat kontekstual atau hal-hal yang pemerintah. Kreativitas siswa dalam berpikir
dialami maupun yang dekat dengan dunia siswa. selama proses pembelajaran menjadi tidak
Selain itu, buku teks yang ada hanya memuat begitu penting. Kemampuan mengkritisi suatu
materi bahasan, belum memuat proses pembel- jawaban beserta cara menjawabnya pun menjadi
ajaran dan sistem penilaian serta kompetensi hal yang tabu, karena prosedur dan aturan dalam
yang diharapkan. menyelesaikan soal sudah diajarkan terlebih
Selain hal di atas, pada dokumen lainnya, dahulu oleh guru.
Kemendikbud (2013, p.74), disajikan beberapa Penelitian dalam bidang pengembangan
perubahan antara kurikulum sebelumnya dengan berpikir kritis maupun berpikir kreatif menun-
Kurikulum 2013, baik dari sisi bahan ajar mau- jukkan bahwa kedua kemampuan ini dapat
pun proses pembelajaran di kelas, seperti lang- dikembangkan melalui pembelajaran di kelas.
sung masuk ke materi abstrak, banyak rumus Kanik (2010, p.3) dalam disertasinya mendata
yang harus dihafal untuk menyelesaikan perma- beberapa hasil penelitian yang menunjukkan
salahan (hanya bisa menggunakan), permasalah- bahwa pembelajaran di kelas memiliki pengaruh
an matematika selalu diasosiasikan dengan signifikan terhadap kemampuan dan sikap ber-
angka, tidak membiasakan siswa untuk berpikir pikir kritis, diantaranya adalah pembelajaran
kritis, metode penyelesaian masalah yang tidak yang bermakna dan membangun pengetahuan
terstruktur, data dan statistik dikenalkan di kelas awal siswa. Kegiatan lain yang mampu mening-
IX saja, dan mengenalkan matematika adalah katkan kemampuan berpikir kritis adalah mena-
hal yang eksak. nyakan soal-soal tingkat tinggi, memberi waktu
Hal menarik lainnya dalam pergantian yang cukup kepada siswa untuk berpikir lebih
kurikulum menjadi Kurikulum 2013 ini adalah dalam tentang suatu topik, guru menjadi model
disediakannya Buku Pegangan Guru dan Buku atau panutan dalam berpikir kritis dan mencip-
Pegangan Siswa secara nasional dan terpusat takan budaya berpikir kritis, pembelajaran de-
oleh pemerintah pusat. Adanya Permendikbud ngan pendekatan konstruktivis, pembelajaran
Nomor 71 Tahun 2013 tentang Buku Teks berbasis penelitian, menggunakan masalah
Pelajaran dan Buku Pegangan Guru untuk Pen- sehari-hari sebagai motivasi, critical reading
didikan Dasar dan Menengah tidak terlepas dari and writing activities, debat, case-studies, pem-
berbagai masalah yang muncul terkait bahan belajaran jigsaw, role-playing, game, dan mela-
ajar dan buku teks pelajaran. Beberapa kasus kukan evaluasi dari pembelajaran menggu-
yang termuat dalam media massa seperti adanya nakan soal essai.
unsur pornografi dalam buku teks pelajaran dan Pembelajaran dengan menggunakan pen-
khusus untuk pelajaran matematika, masih dekatan open-ended memenuhi beberapa karak-
banyak buku teks yang bersifat mekanistis (ring- teristik yang telah disebutkan sebelumnya
kasan materi dan latihan soal). Contoh tersebut sehingga menurut peneliti, pendekatan open-
merupakan sebagian kecil masalah pada bahan ended mampu meningkatkan kemampuan ber-
ajar yang ada. pikir kritis dan kreatif siswa. Karakteristik dari
Bahan ajar yang lebih fokus pada materi pembelajaran dengan pendekatan open-ended
dan latihan soal mengakibatkan pembelajaran adalah memberikan masalah terbuka pada awal
lebih bersifat teacher-centered. Jika guru tidak pembelajaran (terutama yang bersifat konteks-
melakukan improvisasi dan pengembangan da- tual) yang mempunyai beberapa jawaban. Selan-
lam proses pembelajaran, maka bahan ajar atau jutnya, dengan melakukan refleksi dan analisa
buku teks pelajaran akan lebih dominan dalam terhadap beberapa jawaban/solusi yang ditemu-
pembelajaran tersebut. Dampaknya adalah pada kan, siswa diajak untuk berpikir secara kritis un-
keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Sis- tuk menentukan jawaban mana yang merupakan
wa akan lebih pasif untuk menerima dan meng- jawaban terbaik menurut pemikirannya dengan
ikuti alur dan aturan daripada melakukan ekspe- berbagai alasan yang logis.
rimen dan menemukan jawaban atau solusinya Menurut McGregor (2007, p.189), soal-
sendiri sebagai bagian dari pengalaman. soal open-ended dengan pendekatan yang lebih
Bahan ajar yang ada juga lebih banyak terbuka merupakan salah satu strategi pedagogik
menggunakan soal-soal tertutup yang menekan- (pedagogic strategies) yang dapat mengembang-
kan pada hasil akhir daripada proses bagaimana kan kemampuan berpikir kreatif siswa. Menurut
siswa bisa menemukan jawaban. Hal ini dapat Trilling & Fadel (2009, p.53), berpikir kritis dan

Copyright © 2014, Pythagoras, ISSN: 1978-4538


Pythagoras, 9 (2), Desember 2014 - 208
Yandri Soeyono

kreatif dapat dikembangkan melalui pembelajar- kan pembelajaran (waktu dan energi yang digu-
an bermakna yang dilakukan dengan mengga- nakan), (4) membantu guru membuat lembar
bungkan pertanyaan (open-ended) dan masalah. kegiatan siswa LKS, (5) sebagai suplemen soal-
Selain itu, beberapa penelitian tentang pende- soal latihan, (6) selain memberi informasi dan
katan open-ended juga telah dilakukan dan pengetahuan, juga menstimulasi pemikiran dan
menghasilkan kesimpulan yang signifikan terha- penalaran siswa, (7) bisa mengembangkan ke-
dap kemampuan berpikir tingkat tinggi, terma- biasaan belajar sendiri pada siswa, (8) mem-
suk kemampuan berpikir kritis dan kreatif, bantu siswa menyelesaikan tugas di rumah, (9)
seperti Junaidi (2012), Hartanto (2010), Fadillah membantu siswa dalam mengerjakan soal
(2010), Klavir & Hershkovitz (2008), Kwon, dengan melihat contoh soal yang ada dalam
Park, & Park (2006). bahan ajar, (10) membantu siswa memahami
Pada penelitian dan pengembangan ini dan menginterpretasi fakta dan ide yang
akan menghasilkan bahan ajar yang mampu diberikan di bahan ajar, dan (11) membantu
meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan siswa memperoleh ilmu dengan cepat dan tepat.
kreatif siswa. Peningkatan tersebut dinilai berda- Menurut National Center for Vocational
sarkan peningkatan yang signifikan antara nilai Education Research Ltd/National Center for
pretest dan posttest siswa. Selanjutnya, akan Competency Based Training dalam buku Pandu-
dilakukan perbandingan keefektifan antara Buku an Pengembangan Bahan Ajar (Direktorat Pem-
Guru dan Buku Siswa Matematika Kelas X yang binaan Sekolah Menegah Atas, 2008, p.7),
diterbitkan pemerintah dalam rangka implemen- bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang
tasi Kurikulum 2013 dengan bahan ajar yang digunakan untuk membantu guru atau instruktur
dihasilkan dari pengembangan ini. dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar
Bahan ajar merupakan salah satu perang- di kelas. Bahan yang dimaksud bisa berupa
kat penting dalam pembelajaran. Bahan ajar bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis. Pada
yang baik membuat proses belajar mengajar di buku yang sama, didefinisikan pula bahwa ba-
kelas lebih sistematis, efektif, dan efisien. han ajar merupakan informasi, alat dan teks
Menurut Suneetha, Rao, & Rao (2004, p.268), yang diperlukan guru/instruktur untuk perenca-
“a good mathematics text-book provides not naan dan penelaahan implementasi pembelajar-
only the contents of mathematics but also an. Definisi bahan ajar yang digunakan dalam
determines the methods of teaching”. Senada buku Panduan Pengembangan Bahan Ajar yang
dengan hal ini, Douglas (Suneetha, Rao, & Rao, dikeluarkan dalam rangka pelatihan Kurikulum
2004, p.260) menyatakan bahwa, “in the analy- Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tersebut
sis with great majority the text-book is a potent adalah seperangkat materi yang disusun secara
determinant of what and how they will teach”. sistematis sehingga tercipta lingkungan/suasana
Pengaruh bahan ajar atau buku cukup besar ter- yang memungkinkan siswa untuk belajar.
hadap proses pembelajaran dan guru, sehingga Bahan ajar yang akan dihasilkan pada
bisa dikatakan, “as the text-book, so the teaching penelitian dan pengembangan ini berupa Buku
and learning”. Panduan Guru dan Buku Kegiatan Siswa,
Bahan ajar bukanlah sebagai pengganti termasuk bagian evaluasi atau penilaian beserta
guru di kelas, akan tetapi harus memberikan rubriknya yang termuat pada Buku Panduan
pengetahuan minimal kepada siswa. Yang diha- Guru tersebut. Meskipun Rencana Pelaksanaan
rapkan dengan adanya bahan ajar yang baik dan Pembelajaran (RPP) bukanlah merupakan suatu
guru yang berpengalaman atau terlatih bisa bahan ajar (lebih merupakan perangkat pembel-
membuat proses belajar mengajar di kelas lebih ajaran), tetapi dalam penelitian ini peneliti tetap
efektif. Bahan ajar matematika sebaiknya bukan membuat RPP sebagai bagian dalam proses
hanya sebagai sumber informasi dan pengeta- penelitian dan pengembangan bahan ajar yang
huan, tetapi juga “to be a course of study layak dan baik.
organized” sesuai rencana pembelajaran dan Buku Panduan Guru memuat tentang pen-
sebagai panduan pembelajaran (Suneetha, Rao, jelasan materi dari Buku Kegiatan Siswa, pandu-
& Rao, 2004, p.259). an dalam proses pembelajaran, beberapa respon
Suneetha, Rao, & Rao (2004, p.260) me- atau jawaban yang diharapkan dari siswa pada
nyatakan beberapa alasan pentingnya suatu ba- masalah terbuka yang diberikan, materi peng-
han ajar matematika yaitu: (1) sebagai panduan ayaan, lembar evaluasi, dan kunci jawaban
guru dalam mengajar, (2) sebagai buku referensi beserta rubrik penyekorannya. Proses berpikir
dan perangkat untuk mengajar, (3) mengefektif- beberapa materi pada Buku Panduan Guru lebih

Copyright © 2014, Pythagoras, ISSN: 1978-4538


Pythagoras, 9 (2), Desember 2014 - 209
Yandri Soeyono

bersifat deduktif yang dimulai dengan menje- keterampilan, atau cara berpikir yang telah
laskan tentang konsep dari materi tersebut dan dimiliki siswa (Shimada, 1977, p.1).
dilanjutkan dengan memberikan contoh pada Menurut Nohda (2000), tujuan dari
kegiatan pembelajaran. pembelajaran dengan pendekatan terbuka adalah
Buku Kegiatan Siswa tidak berbeda jauh untuk meningkatkan aktivitas kreatif dan ke-
dengan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) seperti mampuan berpikir matematis siswa dalam me-
pada umumnya. Buku Kegiatan Siswa ini me- nyelesaikan masalah secara bersamaan. Pende-
muat beberapa contoh masalah terbuka yang katan open-ended dimaksudkan untuk dapat
akan dikerjakan siswa pada awal proses pem- meningkatkan kemampuan siswa dalam berpikir
belajaran secara individu maupun berke-lompok, tingkat tinggi, salah satu cara adalah dengan
penjelasan tentang materi beserta contoh soal, mengobservasi bagaimana siswa menggunakan
dan latihan soal. Lembar kerja juga disediakan ilmu yang telah dipelajari dalam situasi sehari-
pada buku ini, sehingga, diharapkan Buku Ke- hari atau hal-hal yang bersifat kontekstual.
giatan Siswa ini juga bisa dijadikan buku catatan Dengan memberikan masalah terbuka pada awal
siswa. Proses berpikir pada Buku Kegiatan pembelajaran, terutama jika masalah tersebut
Siswa lebih bersifat induktif, dengan dimulai adalah masalah kontekstual, akan memaksa
dari beberapa masalah kontekstual yang merujuk siswa menggunakan pengalaman dan ilmu yang
pada konsep dari materi tersebut. telah dipelajari untuk menyelesaikan soal ter-
Terdapat penelitian dalam rangka me- sebut. Adanya beberapa jawaban yang mungkin
ngembangkan suatu metode untuk mengukur direspon siswa, akan membantu siswa dan guru
kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa yang dalam mengasah kemampuan membandingkan,
dilakukan oleh Shimada (1997, p.vii) dengan mencari persamaan atau perbedaan, mengana-
fokus awal yang dilakukan adalah pada keefek- lisis, dan membuat kesimpulan dari pengalaman
tifan soal-soal terbuka (open-ended problems) yang baru mereka peroleh di kelas.
untuk mengukur kemampuan berpikir tingkat Tidak mudah dalam membuat suatu
tinggi. Kesimpulan lanjutan yang diperoleh ada- masalah atau situasi terbuka dan sesuai dengan
lah bahwa pembelajararan yang berbasis pada materi yang akan dipelajari serta kemampuan
penyelesaian masalah open-ended juga berpo- kognitif dari para siswa. Shimada (1997, p.27)
tensi untuk mengembangkan proses pembelajar- mengklasifikasikan masalah-masalah yang dapat
an di kelas. Hal ini pun dibenarkan oleh digunakan sebagai masalah open-ended, yaitu:
Pehnoken, Naveri, & Laine (2013, p.19), (1) tipe menemukan relasi/hubungan, masalah
peneliti dari Universitas Helsinki, yang menya- pada tipe ini dibuat agar siswa mencari atau
takan bahwa kemampuan berpikir matematis menemukan relasi atau rumus matematika, (2)
dan pemecahan masalah harus diajarkan di seko- tipe mengklasifikasi, siswa diminta untuk meng-
lah. Namun, hal ini tidak akan terlihat dengan klasifikasi berdasarkan perbedaan karak-teristik
pembelajaran matematika biasa. Elemen lain yang ada pada masalah yang akan menuntun
harus terintegrasi dalam pembelajaran yaitu mereka pada konsep matematika yang akan di-
pemberian soal terbuka. pelajari, dan (3) tipe mengukur atau meng-
Shimada (1997, p.3) mendefinisikan hitung, siswa diminta untuk mengukur atau
masalah terbuka (incomplete atau open-ended menghitung fenomena atau situasi yang diberi-
problem) sebagai masalah yang memiliki bebe- kan guru. Siswa diharapkan menggunakan
rapa jawaban benar, sedangkan masalah atau kemampuan dan pengetahuan matematika yang
soal-soal yang hanya memiliki satu jawaban telah dimiliki sebelumnya untuk menyelesaikan
benar dan jawaban selain jawaban tersebut masalah yang diberikan.
adalah jawaban salah, maka masalah tersebut Selain beberapa paparan tersebut, berikut
adalah masalah tertutup (complete atau closed adalah beberapa kelebihan dari pendekatan
problems). Pendekatan open-ended merupakan open-ended menurut Shimada (1997, pp.23-24)
pendekatan pembelajaran yang biasanya dimulai yaitu (1) siswa berpartisipasi aktif dalam pem-
dengan memberikan masalah atau situasi open- belajaran dan sering mengekspresikan ide, (2)
ended. Dilanjutkan dengan mencari solusi de- siswa memiliki kesempatan lebih banyak dalam
ngan berbagai cara dan berbagai jawaban untuk memanfaatkan pengetahuan dan keterampilan
mengembangkan pengalaman dalam menemu- matematik secara komprehensif, (3) siswa de-
kan sesuatu yang baru. Hal ini dapat dilakukan ngan kemampuan rendah dapat merespon per-
dengan mengombinasikan antara pengetahuan, masahan dengan cara mereka sendiri, (4) siswa
secara intrinsik termotivasi untuk memberikan

Copyright © 2014, Pythagoras, ISSN: 1978-4538


Pythagoras, 9 (2), Desember 2014 - 210
Yandri Soeyono

bukti atau penjelasan, dan (5) siswa memiliki The dispositions are an essential part of
pengalaman banyak untuk menemu-kan sesuatu critical thinking: without being open-minded
dalam menjawab permasalahan. and considerate of other people and per-
Selain dari keunggulan tersebut, terdapat spectives, critical thinking does not exceed
beberapa kelemahan dalam penggunaan pende- egocentric and socio-centric thinking, which
katan open-ended dalam pembelajaran menurut is conceived as critical thinking in the weak-
Shimada (1997, p.24), antara lain: (1) membuat sense.
dan menyiapkan masalah matematika yang ber-
Oleh karena itu, guru perlu melakukan
makna bagi siswa bukanlah pekerjaan mudah,
pembiasaan terhadap berpikir kritis di kelas agar
(2) mengemukakan masalah yang langsung
kemam-puan berpikir kritis menjadi suatu
dapat dipahami siswa sangat sulit sehingga
kebiasaan (habit of mind).
banyak siswa yang mengalami kesulitan bagai-
Dewey (Kanik, 2010, p.14) menyamakan
mana merespon permasalahan yang diberi-kan,
berpikir kritis sebagai berpikir reflektif, yaitu
(3) siswa dengan kemampuan tinggi biasa ragu
“as an active, persistent, and carefull
atau cemas dengan jawaban mereka, dan (4)
consideration of a belief or supposed form of
mungkin ada sebagian siswa yang merasa bahwa
knowledge in the light of the grounds which
kegiatan belajar mereka tidak menyenangkan
support it and the further conclusions to which it
karena kesulitan yang mereka hadapi.
tends.” Sebaliknya, jenis berpikir di mana sese-
Beberapa kelemahan dari pendekatan
orang hanya menerima saja informasi dan ide
open-ended dapat diminimalisir dengan adanya
yang diberikan atau pasif dalam berpikir dise-
suatu bahan ajar yang membantu guru dengan
butnya sebagai berpikir unreflective. Menurut
memberikan beberapa contoh masalah dan soal-
Dewey (Kanik, 2010, p.14), seseorang dikatakan
soal terbuka beserta respon-respon siswa yang
berpikir kritis jika ia memikirkan hal tersebut,
diharapkan. Selain itu juga, bahan ajar tersebut
mencoba memahami, bertanya pada diri sendiri,
memuat berbagai bentuk penilaian beserta
dan mencari informasi yang relevan, dan hal-hal
rubriknya sehingga guru hanya perlu melakukan
lainnya untuk dapat menyelesaikan atau mem-
pengembangan dan perencanaan terhadap proses
buat kesimpulan dari hal yang ada. Butuh
pembelajaran yang disesuaikan dengan karak-
kesung-guhan dan ketekunan (persistent) serta
teristik siswa dan sekolah. Melalui penelitian
kehati-hatian (carefully) dalam berpikir kritis.
ini, diharapkan mampu menghasilkan bahan ajar
Berbeda dengan berpikir unreflective yang dide-
tersebut untuk digunakan dalam pembelajaran.
finisikan Dewey sebagai menerima dan lang-
Secara umum, dapat dikatakan ada 2
sung pada kesimpulan (jump to a conclusion).
tujuan penting dalam pembelajaran atau pendi-
Glaser (McGregor, 2007, p.191) pada
dikan yaitu mengajarkan siswa agar mengetahui
tahun 1941 menyatakan bahwa critical thinking
apa yang dipikirkan (ilmu pengetahuan) dan
termasuk „knowledge of the methods of logical
bagaimana cara berpikir (mengevaluasi, analisis,
enquiry and reasoning’. Sejalan dengan Dewey,
dan sintesis). Secara sederhana, berpikir kritis
Glaser (McGregor, 2007, p.191) juga menjelas-
masuk dalam kategori kedua, yaitu bagaimana
kan bahwa:
cara berpikir yang baik.
Beberapa definisi tentang berpikir kritis Critical thinking requires persistence to
tidak hanya memandang kemampuan ini dari examine beliefs or ideas in the light of the
sisi kognitif, tetapi juga dari sisi sikap dan evidence that supports it and the further
kebiasaan (disposisi), seperti bersikap terbuka, conclusions to which it tends.
tertarik dengan hal-hal baru, penasaran dengan Terlihat jelas bahwa pernyataan tersebut
selalu bertanya kenapa dan mencari alasan yang pun mendefinisikan berpikir kritis dari sudut
tepat, selalu mencari informasi, fleksibel, meng- pandang sikap di mana perlunya ketekunan dan
hargai terhadap sudut pandang berbeda, dan kegigihan untuk mengkaji bukti-bukti dan argu-
lainnya. Sebagai contoh, seseorang belum dika- men-argumen yang merujuk pada solusi yang
takan sebagai pemikir kritis jika sudah mampu dibuat.
memahami masalah dan menemukan solusi, tapi Pascarelli dan Terenzini (Kanik, 2010,
hanya berdiam diri tanpa mencoba berbuat p.20) menyatakan bahwa:
sesuatu untuk menyelesaikan masalah tersebut.
Paul (Kanik, 2010, p.20) menyatakan bahwa: Thinkers who use these cognitive skills do
some or all of the following: identifying
central issues and assumptions in an

Copyright © 2014, Pythagoras, ISSN: 1978-4538


Pythagoras, 9 (2), Desember 2014 - 211
Yandri Soeyono

argument, recognizing important relation- programs. This skills are developed most
ships, making correct inferences from data, effectively through meaningful learning
deducing conclusions from informa-tion or projects driven by engaging questions and
data provided, interpreting whether conclu- problems.
sions are warranted on the basis of the data
Dari beberapa pengertian tersebut, dapat
given.
disimpulkan bahwa berpikir kritis adalah proses
Kemampuan atau keterampilan kognitif berpikir untuk mengkonstruksi atau membangun
yang dimaksud pada pernyataan di atas adalah keyakinan dan mental yang dilakukan secara
kemampuan berpikir kritis. Kemampuan berpi- aktif, penuh pertimbangan, berdasarkan penge-
kir kritis akan membantu (memaksa) siswa un- tahuan dan pengalaman yang dimiliki, melalui
tuk terhubung dengan pengetahuan dan penga- keterampilan interpretasi, menganalisa, menilai,
laman yang mereka miliki dari berbagai sumber membuat kesimpulan, sehingga mampu menje-
yang berbeda untuk memperluas perspektif dan laskan argumen dan menggunakan argumen
memperdalam pemahaman siswa. serta kesimpulan tersebut untuk menyelesaikan
The American Philosophical Association masalah atau membuat keputusan.
mempublikasikan laporan Delphy yang dipim- Pada penelitian dan pengembangan ini,
pin oleh Facione tentang berpikir kritis. Tujuan kemampuan berpikir kritis yang dinilai adalah
dari studi Delphy ini adalah untuk mengiden- hanya pada sisi kognitif. Keterbatasan waktu
tifikasi keterampilan dan disposisi yang menjadi dari pelaksanaan penelitian ini merupakan hal
karak-teristik dari berpikir kritis, mengeksplor yang mendasari pengukuran kemampuan berpikir
cara-cara efektif untuk mengajarkan dan menilai kritis hanya pada sisi kognitif melalui tes ter-
berpikir kritis, mendesain program akademik tulis yang dilaksanakan sebelum dan sesudah
level perguruan tinggi dalam berpikir kritis, dan percobaan. Aspek dari kemampuan berpikir
membantu memperkenalkan berpikir kritis pada kritis yang digunakan pada penelitian ini adalah
kurikulum sekolah. Hasilnya, mereka meng- kemampuan interpretasi, kemampuan mengana-
identifikasi enam ketrampilan berpikir kognitif, lisis, kemampuan menilai atau mengevaluasi,
yaitu (1) interpretation (categorization, deco- dan kemampuan membuat kesimpulan.
ding significance, clarifying meaning), (2) ana- Enstein pernah berkata (Monahan, 2002,
lysis (examining ideas, identifying arguments, p.15) bahwa “imagination is more important than
analyzing arguments), (3) evaluation (assessing knowledge”. Tak dapat dipungkiri bahwa tekno-
claims, assessing arguments), (4) inference logi telah mengambil alih sebagian tugas dari
(querying evidence, conjecturing alternatives, otak kiri. Dapat dikatakan bahwa era informasi
drawing conclusions), (5) explanation (stating dan pengetahuan sekarang ini merupakan era
results, justifying procedures, presenting argu- imajinasi. Saat ini, ide-ide baru memiliki nilai
ments), dan (6) self-regulation (self-examina- lebih jika dibandingkan dengan konten dari ilmu
tion, self-correction) (Griffin, McGaw & Care, pengetahuan.
2012, p.39; Kanik, 2010, p.23). Kreativitas dan berpikir kreatif sering
Jones, et al., (Kanik, 2010, p.24) juga dipahami sebagai satu pengertian yang sama.
melaporkan hasil studinya terhadap bahwa ka- Binkley, et al., (Griffin, McGaw & Care, 2012,
rakteristik dari berpikir kritis, yaitu interpretasi, p.37) membedakan antara kreativitas dan ino-
analisis, evaluasi, inferensi, mempresentasikan vasi. Kreativitas lebih sering menjadi fokus para
argumen, dan refleksi. Sebagai pemikir kritis psikologis kognitif. Inovasi, di lain sisi, lebih
perlu untuk memiliki disposisi seperti berpikir dekat hubungannya dengan ekonomi di mana
independen, fair-mindedness, mengembangkan tujuannya adalah mengembangkan, meningkat-
wawasan, percaya diri dalam bernalar, dan kan, dan mengimplementasikan produk dan ide-
lainnya. ide baru. Wegerif dan Dawes (Griffin, McGaw
Berbagai penelitian tentang pengembang- & Care, 2012, p.38) menggambarkan kreativitas
an berpikir kritis menunjukkan bahwa kemam- sebagai keterampilan berpikir atau minimal
puan berpikir kritis dapat dikembangkan melalui sebagai salah satu aspek penting dalam berpikir
kegiatan pembelajaran di kelas. Trilling & Fadel yang bisa dan harus dikembangkan. Dari bebe-
(2009, p.53) menyatakan bahwa: rapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa
kreativitas lebih kepada kemampuan berpikir
Critical thinking and problem solving skills
kreatif, sedangkan inovasi merupakan hasil dari
can be learned through a variety of inquiri
pemikiran kreatif.
and problem-solving acitivities and

Copyright © 2014, Pythagoras, ISSN: 1978-4538


Pythagoras, 9 (2), Desember 2014 - 212
Yandri Soeyono

Swatz, et al., (McGregor, 2007, p.167) kelancaran (fluently), keluwesan (flexibility), ke-
mendefinisikan berpikir kreatif sebagai “the aslian (originality), dan elaborasi (elaboration).
generation of possibilities”. Mereka juga meng- Berpikir kreatif memerlukan pengetahuan atau-
gambarkan berpikir kreatif sebagai penggunaan pun pengalaman awal yang cukup agar memiliki
secara aktif imajinasi kreatif dari diri masing- beberapa kemungkinan strategi atau ide yang
masing. McGregor (2007, p.169) mendefinisikan dapat dimunculkan. Berpikir kreatif juga bukan
kreativitas sebagai kemampuan melihat sesuatu merupakan faktor keturunan, sehingga dapat
dengan cara baru, melihat masalah yang mung- dikembangkan dan diajarkan dengan metode
kin belum disadari oleh orang lain, dan bahkan maupun strategi pembelajaran tertentu yang
mengembangkan solusi baru, unik dan efektif dapat mendukung berkembangnya kemampuan
untuk menyelesaikan masalah tersebut. Santrock berpikir kreatif.
(2011, p.310) juga mendefinisikan kreativitas
METODE
sebagai, “the ability to think about something in
novel and unusual ways and come up with Jenis Penelitian
unique solutions to problems”. Jenis penelitian yang dilakukan adalah
Adapun Guilford (Park, 2004, p.8) penelitian dan pengembangan. Model pengem-
menggambarkan kreativitas sebagai berpikir bangan yang diacu adalah model Dick & Carey
divergen, yaitu: (2001) dan Borg & Gall (1983). Berdasarkan ha-
Divergent productions the generation of sil kajian terhadap kedua model pengembangan
information from given information, where tersebut, dan disesuaikan dengan kebutuhan
the emphasis is upon variety and quantity of akan penelitian ini, maka dilakukan modifikasi
output. Fluency, flexibility, originality, and terhadap model yang ada. Selain itu, berdasar-
elaboration are considered four divergent kan salah satu tujuan dari penelitian ini yaitu
production abilities that contribute to the membandingkan keefektifan antara pembelajar-
more complex construct of creativity. an yang menggunakan produk hasil pengem-
bangan dengan pembelajaran yang mengguna-
Keempat aspek tersebut adalah (1) kelan-
kan Buku Guru dan Buku Siswa dari Kemen-
caran (fluency), (2) keluwesan (flexibility), (3)
dikbud, maka diperlukan pengumpulan data dari
keaslian (originality), dan (4) elaborasi (elabo-
kelas yang menggunakan Buku Guru dan Buku
ration). Aspek kelancaran (fluency) yakni
Siswa tersebut. Oleh karena itu, terdapat dua
kemudahan untuk menyelesaikan masalah dan
kelas yang digunakan saat uji coba utama, yaitu
memberikan banyak jawaban, serta memberikan
kelas yang melaksanakan pembelajaran meng-
banyak contoh atau pernyataan terkait konsep
gunakan produk hasil pengembangan (kelas
atau situasi matematis tertentu. Keluwesan
eksperimen) dan kelas yang melaksanakan pem-
(flexibility) meliputi kemampuan menggunakan
belajaran menggunakan Buku Guru dan Buku
beragam strategi penyelesaian masalah atau
Siswa (kelas kontrol).
memberikan beragam contoh atau pernyataan
terkait konsep atau situasi matematis tertentu Prosedur
dan meninggalkan cara berpikir lama dan me- Langkah-langkah dalam pengembangan
nerima ide-ide baru. Adapun untuk aspek keasli- ini adalah meneliti dan mengumpulkan infor-
an (originality), meliputi kemampuan menggu- masi, mengembangkan RPP, memilih dan
nakan strategi yang bersifat baru, atau unik, atau mengembangkan bahan ajar, uji coba awal,
tidak biasa dan memberikan contoh atau pernya- revisi, uji coba utama, dan revisi akhir produk.
taan yang bersifat baru, unik, atau tidak biasa. Uji coba awal dan uji coba utama pada kelas
Elaborasi (elaboration) meliputi kemampuan eksperimen, beserta kelas kontrol dilakukan di
menjelaskan secara terperinci, runtut, dan kohe- SMA N 1 Bantul dengan menggunakan 1 Guru
ren terhadap prosedur matematis, jawaban, atau sebagai Guru Mitra. Adapun pada Tabel 1
situasi matematis tertentu. Penjelasan ini meng- disajikan konversi data kuantitatif ke kualitatif.
gunakan konsep, representasi, istilah, atau notasi
matematis yang sesuai (Mahmudi, 2010, p.5).
Dari kajian teori tentang berpikir kreatif,
ada beberapa poin penting yang dapat disim-
pulkan, yaitu bahwa berpikir kreatif adalah
proses berpikir divergen untuk menemukan
solusi yang baru yang menekankan pada aspek

Copyright © 2014, Pythagoras, ISSN: 1978-4538


Pythagoras, 9 (2), Desember 2014 - 213
Yandri Soeyono

Tabel 1. Konversi Data Kuantitatif ke Kualitatif nya, data pretest dan posttest digunakan untuk
menganalisis perbandingan keefektifan pembel-
Interval Kriteria ajaran pada kedua kelompok/kelas tersebut. Se-
sangat valid/ bagai pengingat, kelas eksperimen adalah kelas
̅ yang menggunakan produk dari penelitian dan
sangat praktis
pengembangan ini. Kelas kontrol adalah kelas
̅ ̅ valid/praktis yang menggunakan Buku Guru dan Buku Siswa
cukup valid/ yang resmi dari Kemendikbud. Langkah-lang-
̅ ̅ kah dalam menganalisis keefektifan adalah (1)
cukup praktis
uji asumsi normalitas, dilakukan secara simultan
kurang valid/
̅ ̅ menggunakan uji jarak Mahalanobis, (2) uji
kurang praktis
asumsi homogenitas, menggunakan uji Box‟s M
tidak valid/ dengan bantuan software SPSS 16, (3) uji
̅
tidak praktis kesamaan rerata antar kelompok, menggunakan
(Diadaptasi dari Azwar, 2002, p.163) uji Hotteling‟s Trace, (4) uji asumsi terhadap
Keterangan: data posttest (5) uji keefektifan masing-masing
̅ : Rerata skor ideal = ½ x (skor maksimal kelompok ditinjau dari masing-masing variabel
ideal + skor minimal ideal) terikat, dilakukan menggunakan Paired Sample
: Simpangan baku ideal=1/6(skor maksimal T-test, dan (6) langkah terakhir untuk memper-
ideal-skor minimal ideal) oleh keefektifan dari produk yang dihasilkan
X : Total skor aktual adalah uji analisis dengan membandingkan ke-
efektifan antara kelas kontrol dan kelas eksperi-
Kualitas bahan ajar yang dihasilkan di- men menggunakan uji ANOVA. Hipotesis sta-
ukur berdasarkan kevalidan, kepraktisan dan tistik setelah perlakuan dengan kriteria keputus-
keefektifan bahan ajar tersebut. Kevalidan bahan an penolakan terhadap hipotesis nol jika F
ajar yang dikembangkan divalidasi oleh ahli hitung > F tabel atau nilai signifikansi < 0,05.
media dan materi. Kepraktisan bahan ajar dinilai
oleh guru dan siswa selaku pengguna bahan ajar HASIL DAN PEMBAHASAN
tersebut. Keefektifan dari bahan ajar dinilai Kevalidan
berdasarkan perubahan rerata yang signifikan
dari nilai pretest dan posttest ditinjau dari Sebelum melakukan penelitian, seluruh
kemampuan berpikir kritis dan kreatif siswa. instrumen dan produk divalidasi oleh ahli.
Selanjutnya, keefektifan tersebut diban-dingkan Banyak ahli yang melakukan validasi terhadap
dengan keefektifan pada kelas kontrol yang instrumen dan produk dari penelitian dan
menggunakan Buku Guru dan Buku Siswa milik pengembangan ini ada 3 (tiga) orang. Dua orang
pemerintah. ahli untuk melakukan validasi terhadap produk
dan seorang validator untuk melakukan validasi
Teknik Analisis Data terhadap lembar validasi (instrumen penilaian)
Analisis data pada penelitian ini bertujuan yang digunakan pada penelitian ini.
untuk mendapatkan gambaran tentang kevalid- Validasi terhadap instrumen penelitian
an, keefektifan, dan kepraktisan terhadap produk dilakukan oleh validator pertama. Objek peni-
yang dikembangkan dari data-data yang telah laian yang dinilai adalah lembar validasi RPP,
dikumpulkan. Langkah-langkah yang ditempuh lembar validasi BPG, lembar validasi BKS, lem-
untuk menganalisis data adalah (1) data berupa bar validasi soal berpikir kritis dan kreatif,
skor dari lembar validasi dan kepraktisan dijum- lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran,
lahkan, (2) total skor yang aktual yang diperoleh lembar penilaian guru terhadap BPG, lembar
kemudian dikonversikan menjadi data kualitatif penilaian guru terhadap BKS, lembar penilaian
skala lima seperti ditunjukkan pada Tabel 1, (3) guru terhadap RPP, dan lembar penilaian siswa
untuk analisis keefektifan, dilakukan melalui terhadap BKS. Secara umum, hasil penilaian ter-
data yang diperoleh dari instrumen kemampuan hadap lembar validasi dan instrumen penelitian
berpikir kritis dan kreatif sebelum dan sesudah adalah “layak digunakan” dan sangat valid,
perla-kuan (pretest dan posttest). karena saran dan anjuran dari validator telah
Data pretest digunakan untuk mengetahui dilaksanakan oleh peneliti.
gambaran awal kedua kelompok/kelas siswa Adapun validator yang melakukan vali-
(kelas eksperimen dan kelas kontrol). Selanjut- dasi terhadap RPP adalah validator kedua dan

Copyright © 2014, Pythagoras, ISSN: 1978-4538


Pythagoras, 9 (2), Desember 2014 - 214
Yandri Soeyono

validator ketiga. Secara umum, penilaian terha- mengikuti uji coba, 2 siswa menilai Buku
dap RPP dari kedua validator adalah “layak Kegiatan Siswa masuk dalam kategori “praktis”,
digunakan dengan revisi” dan hasil perhitungan 19 siswa menilai “cukup praktis”, dan terdapat 6
validitas dari kedua validator adalah “sangat siswa menilai “kurang praktis”.
valid”. Setelah uji coba awal, dilaksanakan uji
Selanjutnya untuk instrumen penilaian coba utama. Hasil penilaian guru terhadap
Buku Panduan Guru mengadopsi instrumen pe- produk dari penelitian dan pengembangan ini
nilaian Buku Guru Matematika SMA-MA yang terlihat pada Tabel 2. Kategori tersebut meru-
dikeluarkan oleh Badan Standardisasi Nasional pakan hasil perhitungan sesuai dengan kategori
Pendidikan (BSNP). Validator yang melakukan kepraktisan pada Tabel 1. Hasil penilaian siswa
validasi terhadap Buku Panduan Guru adalah terhadap Buku Kegiatan Siswa memiliki skor
validator kedua dan validator ketiga. Secara total rata-rata dari 11 pertanyaan yang diajukan
umum, penilaian terhadap Buku Panduan Guru ke siswa adalah 36,41 dan rata-rata untuk tiap
dari kedua validator adalah “layak digunakan soal adalah 3,31. Skor ini termasuk kategori
dengan revisi” dan hasil perhitungan validitas “sangat praktis”. Selain itu, rata-rata skor ter-
dari kedua validator adalah “sangat valid”. tinggi adalah pada pertanyaan nomor 9 dengan
Adapun instrumen penilaian Buku Kegiat- rata-rata 3,82. Pertanyaan nomor 9 adalah,
an Siswa mengadopsi instrumen penilaian buku “Apakah tampilan (tulisan, ilustrasi, gambar,
teks siswa matematika SMA-MA yang dan letak gambar) dalam BKS ini menarik?”,
dikeluarkan oleh Badan Standardisasi Nasional sehingga dapat disimpulkan, menurut penilaian
Pendidikan (BSNP). Validator yang melakukan siswa, Buku Kegiatan Siswa ini sangat praktis
validasi terhadap Buku Kegiatan Siswa adalah dan menarik.
validator kedua dan validator ketiga. Secara
Tabel 2. Hasil Penilaian Guru terhadap Produk
umum, penilaian terhadap Buku Kegiatan Siswa
dari kedua validator adalah “layak digunakan Produk Skor Rerata Interval Kategori
dengan revisi” dan hasil perhitungan validitas Rencana
dari kedua validator adalah “sangat valid”. Pelaksanaan
178 3,79 praktis
Pembelajaran
Kepraktisan (RPP)
Uji coba awal dilaksanakan untuk men- Buku Panduan
123 3,51 praktis
dapatkan kriteria kepraktisan produk awal pada Guru
tanggal 26 April 2014 di kelas X IPA 5 dengan Buku
jumlah siswa 27 orang. Kegiatan ini direncana- Kegiatan 110 3,55 praktis
kan hanya pada 6-10 siswa, akan tetapi karena Siswa
pertimbangan waktu pelaksanaan, maka kegiat- Hasil pengamatan terhadap proses pem-
an ini dilaksanakan dengan melibatkan seluruh belajaran menunjukkan 18 dari 22 kegiatan pada
siswa pada kelas X IPA 5 dan dilaksanakan pada RPP dilaksanakan oleh guru. Selain itu, 7 kegi-
saat jam pembelajaran reguler di sekolah. atan yang merupakan karakteristik dari pende-
Secara pengamatan, pada proses pem- katan open-ended dilakukan seluruhnya oleh
belajaran terlihat banyak dan beragam respon guru saat proses pembelajaran. Walaupun demi-
siswa terhadap masalah terbuka yang disam- kian, tidak semua kegiatan dilakukan dengan
paikan. Selain itu, siswa mampu membuat efektif, misal saat siswa melakukan eksplorasi
kesimpulan (sebagai konsep baru) sesuai dengan terhadap masalah terbuka yang diberikan. Kegi-
yang diharapkan berdasarkan kegiatan yang atan ini menghabiskan waktu yang cukup lama
dilakukan, misal para siswa menyimpulkan bah- dan dengan respon siswa yang terlalu luas.
wa jarak dari titik ke garis adalah jarak terpen- Namun hal ini menjadi masukan bagi peneliti
dek titik tersebut ke garis yang diperoleh dengan untuk perbaikan terhadap produk yang
cara menarik garis lurus yang melalui titik dan dihasilkan.
tegak lurus garis.
Namun, berdasarkan hasil penilaian siswa Keefektifan
terhadap Buku Kegiatan Siswa yang dilakukan Hasil uji asumsi normalitas terhadap data
melalui penyebaran angket, diperoleh kesimpul- pretest menggunakan uji jarak Mahalanobis
an bahwa Buku Kegiatan Siswa masuk dalam diperoleh bahwa persentase banyak data yang
kategori “cukup praktis” dengan rata-rata 27,11 memiliki nilai ( ) pada kelas kon-
dari nilai maksimal 44. Dari 27 siswa yang trol maupun eksperimen masih disekitar 50%.

Copyright © 2014, Pythagoras, ISSN: 1978-4538


Pythagoras, 9 (2), Desember 2014 - 215
Yandri Soeyono

Hal ini mengindikasikan bahwa data sebelum tesis nol jika nilai signifikan lebih kecil dari
perlakuan berdistribusi normal (Johnson & 0,05.
Wichern, 2007, p.184). Hasil dari Paired Sample t-test meng-
Selanjutnya, uji homogenitas yang dilaku- gunakan SPSS 16 menunjukkan nilai thitung
kan adalah menggunakan uji Box‟s M. Perhi- berpikir kreatif pada kelas kontrol adalah 0,284
tungan dan uji dilakukan menggunakan software < 2,0639 dan nilai signifikansi 0,779 > 0,05. Hal
SPSS 16, dan diperoleh nilai signifikansi untuk ini menyebabkan hipotesisi nol diterima dan
data sebelum perlakuan lebih besar dari 0,05, menandakan bahwa pembelajaran pada kelas
yaitu 0,201>0,05. Hal ini mengindikasikan bah- kontrol tidak efektif terhadap peningkatan ke-
wa data sebelum perlakuan adalah data mampuan berpikir kreatif siswa. Sebaliknya,
homogen. nilai thitung berpikir kritis pada kelas kontrol
Oleh karena semua uji asumsi terpenuhi, adalah 3,228 > 2,0639 dan nilai signifikansi
maka langkah selanjutnya adalah pengujian ter- 0,004 < 0,05. Hal ini menyebabkan hipotesis nol
hadap kemampuan awal dari tiap sampel ditin- ditolak yang berarti bahwa pembelajaran pada
jau dari kemampuan berpikir kritis dan kreatif kelas kontrol efektif terhadap peningkatan
secara simultan. Uji statistik yang digunakan kemampuan berpikir kritis siswa.
adalah Hotteling‟s Trace karena terdapat dua Berbeda dengan kelas kontrol, pada kelas
kelompok variabel bebas dan menggunakan eksperimen menunjukkan bahwa pembel-ajaran
software SPSS 16. Analisis dilakukan pada taraf yang menggunakan bahan ajar dengan pende-
signifikan 0,05 dengan kriteria uji tolak H0 jika katan open-ended efektif terhadap peningkatan
nilai sig. < 0,05. Hasil uji yang diperoleh dengan kemampuan berpikir kreatif dan kritis siswa.
menggunakan SPSS 16 untuk data sebelum Nilai signifikansi kedua variabel terikat adalah
perlakuan menunjukkan bahwa nilai signifikansi 0,000<0,05 sehingga hipotesis nol ditolak yang
dengan menggunakan Hotteling‟s Trace adalah berarti bahwa pembelajaran pada kelas eksperi-
0,143 > 0,05. Hasil ini mengaki-batkan hipotesis men efektif terhadap peningkatan kemampuan
nol diterima, yaitu kemampuan berpikir kritis berpikir kritis dan kreatif siswa.
dan kreatif siswa pada awal pembelajaran di Akibat dari hasil di atas, tidak diperlukan
kelas eksperimen sama dengan kemampuan uji analisis lanjut untuk mengetahui perbedaan
awal di kelas kontrol. keefektifan antara kedua kelompok tersebut
Selanjutnya, seperti halnya pada data ditinjau dari kemampuan berpikir kritis dan
pretest, uji asumsi juga perlu dilakukan pada kreatif secara simultan. Langkah selanjutnya
data yang diperoleh dari posttest menggunakan adalah hanya menganalisis data posttest kemam-
jarak Mahalanobis untuk uji normalitas dan puan berpikir kritis siswa pada kedua kelompok
menerapkan Box‟s M untuk uji homogenitas. menggunakan uji ANOVA dengan kriteria
Analisis dilakukan pada taraf signifikansi 0,05. keputusan H0 ditolak jika Fhitung > Ftabel atau
Hasil uji terhadap data posttest menggunakan uji nilai signifikansi < 0,05. Hasil uji tersebut
jarak Mahalanobis menunjukkan bahwa persen- menggunakan software SPSS 16 adalah nilai
tase banyak data yang memiliki nilai signifikansi data posttest sebesar 0,053 > 0,05.
( ) pada kelas kontrol maupun eksperi- Hal ini berarti hipotesis nol diterima, yaitu tidak
men masih disekitar 50%. Hal ini mengindikasi- terdapat perbedaan keefektifan pembelajaran
kan bahwa data setelah perlakuan berdistribusi antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol
normal (Johnson & Wichern, 2007, p.184). ditinjau dari kemampuan berpikir kritis siswa.
Selanjutnya, uji homogenitas yang dilaku- Secara keseluruhan, keefektifan pada ke-
kan adalah menggunakan uji Box‟s M, dan dua kelompok dapat disimpulkan bahwa pem-
diperoleh nilai signifikansi untuk data setelah belajaran pada kelas eksperimen (pembelajaran
perlakuan lebih besar dari 0,05, yaitu 0,886 > menggunakan bahan ajar dengan pendekatan
0,05. Hal ini mengindikasikan bahwa data open-ended) efektif meningkatkan kemampuan
setelah perlakuan adalah homogen. berpikir kritis dan kreatif siswa. Di lain pihak,
Sebelum membandingkan keefektifan dari pembelajaran pada kelas kontrol tidak efektif
kedua kelompok sampel, perlu terlebih dahulu meningkatkan kemampuan berpikir kreatif sis-
dilakukan uji keefektifan dari masing-masing wa, meskipun cukup efektif meningkatkan
kelompok sampel ditinjau dari masing-masing kemampuan berpikir kritis siswa.
variabel terikat. Uji keefektifan dilakukan meng- Adapun estimasi rerata kemampuan berpi-
gunakan Paired Sample t-test dengan taraf signi- kir kreatif disajikan pada Gambar 2.
fikansi 0,05. Kriteria penolakan terhadap hipo-

Copyright © 2014, Pythagoras, ISSN: 1978-4538


Pythagoras, 9 (2), Desember 2014 - 216
Yandri Soeyono

adalah hasil penilaian dari siswa terhadap Buku


Kegiatan Siswa. Hasil ini mengalami peningkat-
an yang signifikan jika dibandingkan dengan
hasil penilaian kepraktisan oleh siswa saat uji
coba awal, karena hasil saat uji coba awal adalah
“cukup praktis”.
Berdasarkan hasil uji keefektifan diper-
oleh kesimpulan bahwa pembelajaran pada kelas
eksperimen efektif ditinjau dari kemampuan ber-
pikir kritis dan kreatif. Jika dibandingkan ke-
efektifan antara kelas kontrol (kelas yang meng-
gunakan Buku Siswa dan Buku Guru dari pe-
Gambar 2. Estimasi Rerata Kemampuan merintah) dengan kelas eksperimen (kelas yang
Berpikir Kreatif menggunakan produk penelitian ini) diperoleh
kesimpulan bahwa pembelajaran pada kelas
Berdasarkan Gambar 2 menunjukkan eksperimen lebih efektif terhadap pening-katan
peningkatan rerata kemampuan berpikir kreatif kemampuan berpikir kritis dan kreatif jika
siswa pada kelas kontrol dan eksperimen sejak dibandingkan dengan pembelajaran pada kelas
pretest (time = 1) hingga posttest (time = 2). kontrol. Pembelajaran pada kelas kontrol tidak
Selanjutnya untuk estimasi rerata kemampuan efektif terhadap peningkatan kemampuan
berpikir kritis disajikan pada Gambar 3. berpikir kreatif, namun efektif terhadap pening-
katan kemampuan berpikir kritis. Walaupun
tidak ada perbedaan secara signifikan antara
kelas kontrol dan kelas ekserimen ditinjau dari
peningkatan kemampuan berpikir kritis, tetapi
berdasarkan grafik pada Gambar 3, terlihat
peningkatan rerata yang lebih besar pada kelas
eksperimen dibandingkan kelas kontrol.
Saran
Berdasarkan simpulan yang diperoleh,
maka beberapa saran untuk peningkatan kualitas
pembelajaran matematika, terutama peningkatan
Gambar 3. Estimasi Rerata Kemampuan
kemampuan berpikir kritis dan kreatif siswa,
Berpikir Kritis
adalah: (1) alokasi waktu pembelajaran matema-
Pada Gambar 3 menunjukkan peningkatan tika di kelas adalah 1x4 jam pelajaran per ming-
rerata kemampuan berpikir kritis siswa pada gu, bukan 2x2 jam pelajaran/minggu karena
kelas kontrol dan eksperimen sejak pretest (time alokasi waktu yang diberikan untuk pembelajar-
= 1) hingga posttest (time = 2). an di kelas sangat menentukan kesuksesan dan
keefektifan pembelajaran dengan pendekatan
SIMPULAN DAN SARAN
open-ended dalam rangka peningkatan kemam-
Simpulan puan berpikir kritis dan kreatif siswa, (2) produk
Berdasarkan hasil validasi oleh validator ini dapat dimanfaatkan oleh sekolah sebagai
terhadap produk yang dihasilkan pada penelitian salah satu contoh yang dapat digunakan untuk
ini, dapat disimpulkan bahwa produk dari pe- pengembangan bahan ajar lainnya, baik untuk
nelitian ini berupa RPP, Buku Panduan Guru, pelajaran matematika maupun pelajaran lainnya,
dan Buku Kegiatan masuk dalam kategori dan (3) produk ini dapat dimanfaatkan oleh guru
“sangat valid”. Berdasarkan hasil penilaian dari sebagai alternatif lain pada pembelajaran Mate-
pengguna produk ini, yaitu guru dan siswa, se- matika di kelas dan juga sebagai contoh dalam
cara keseluruhan dapat dikatakan bahwa produk pengembangan bahan ajar untuk materi lainnya.
dari penelitian dan pengembangan ini masuk DAFTAR PUSTAKA
dalam kategori “praktis”. Penilaian guru terha-
dap produk ini, yaitu RPP, Buku Panduan Guru, Alhadad, S. F. (2010). Meningkatkan
dan Buku Kegiatan Siswa, adalah produk yang kemampuan representasi multipel
“praktis”. Namun hasil yang menggembirakan matematis, pemecahan masalah

Copyright © 2014, Pythagoras, ISSN: 1978-4538


Pythagoras, 9 (2), Desember 2014 - 217
Yandri Soeyono

matematis, dan self-esteem siswa SMP Kemendikbud. (2012). Pengembangan


melalui pembelaja ran dengan pendekatan Kurikulum 2013. Jakarta: Kementerian
open-ended. Disertasi doktor, tidak Pendidikan dan Kebudayaan RI.
diterbitkan, Universitas Pendidikan
Kemendikbud. (2013). Implementasi Kurikulum
Indonesia, Bandung.
2013 Untuk Peningkatan Mutu
Azwar, S. (2002). Tes prestasi: fungsi dan Pendidikan Indonesia. Jakarta:
pengembangan pengukuran prestasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar RI.
Offset.
Klavir, R.& Hershkovitz, S. (2008). Teaching
Borg, W.R. & Gall, M.D. (1983). Educational and evaluating „open-ended‟ problems.
research: An introduction (4th ed.). New International Journal for Mathematics
York, NY: Longman. Teaching and Learning. Artikel 325.
Diambil pada tanggal 23 Juli 2013, dari
Dick, W., Carey, L., & Carey, J.O. (2001). The
http://www.cimt.
systematic design of instruction (5th ed.).
plymouth.ac.uk/journal/klavir.pdf.
New York, NY: Longman.
Kwon, O.N., Park, J.S.,& Park, J.H. (2006),
Direktorat Pembinaan Sekolah Menegah Atas.
Cultivating divergent thinking in
(2008). Panduan pengembangan bahan
mathematics through an open-ended
ajar. Jakarta: Depdiknas.
approach. Journal of Asia Pacific
Griffin, P., McGaw, B., & Care, E. (Eds.). Education Review. 7 No 1, 51-61.
(2012). Assessment and teaching of 21st Diambil pada tanggal 22 Juli 2013, dari
skills. New York, NY: Springer http://www.eric.ed.gov/ERICWebPortal/s
Publishing Company. earch/detailmini.jsp?_nfpb=true&_&ERI
Hartanto. (2010). Perbandingan peningkatan CExtSearch_SearchValue_0=EJ752327&
kemampuan berpikir kreatif dan aplikasi ERICExtSearch_SearchType_0=no&accn
matematika siswa pada pembelajaran open o=EJ752327.
ended dengan konvensional di sekolah Mahmudi, A. (2010). Mengukur kemampuan
menengah pertama. Disertasi doktor, berpikir kreatif matematika. Manado:
tidak diterbitkan, Universitas Pendidikan Konferensi Nasional Matematika XV.
Indonesia, Bandung.
McGregor, D. (2007). Developing thinking
Johnson, R.A. & Wichern, D.W. (2007). Applied developing learning. Buckingham: Open
mulitivariate statistical analysis (ed. 6th). University Press.
Upper Saddle River, NJ: Pearson
Monahan, T. (2002). The do-it-yourself
Education, Inc.
lobotomy: Open your mind to greater
Junaidi. (2012). Perbandingan pembelajaran creative thinking. New York, NY: John
matematika dengan pendekatan open- Wiley & Sons.
ended dan problem solving ditinjau dari
Nohda, N. (2000). A study of open-approach"
sikap siswa terhadap matematika dan
method in school mathematics teaching-
kemampuan pemecahan masalah mate-
focusing on mathematical problem
matika di kelas X SMA N 1 Pringgarata
solving activities. Proceedings of
Lombok Tengah tahun 2011/2012. Tesis
International Congress on Mathematics
magister, tidak diterbitkan, Universitas
Education (ICME). Diambil tanggal 30
Negeri Yogyakarta, Yogyakarta.
Juli 2013, dari http://www.nku.edu/
Kanik, F. (2010). An assessment of teacher‟s ~sheffield/nohda.html.
conceptions of critical thinking and
Park, H. (2004). The effects of divergent
practices of critical thinking develop-ment
production activities with math inquiry
at seventh grade level. Disertasi doktor,
and think aloud of students with math
tidak diterbitkan, Middle East Technical
difficulty. Disertasi doktor. Diambil
University, Turki.
tanggal 1 Agustus 2013, dari
https://repository.tamu.edu/handle/1969.1
/ 2228 Texas A&M University, Texas.

Copyright © 2014, Pythagoras, ISSN: 1978-4538


Pythagoras, 9 (2), Desember 2014 - 218
Yandri Soeyono

Pehnoken, E., Naveri, L., & Laine, A. (2013). Suherman, E., et al. (2003). Strategi
On teaching problem solving in school pembelajaran matematika kontemporer.
mathematics. Center for Educational Bandung: UPI.
Policy Studies. 3, 9-23.
Suneetha, E., Rao, R.S., & Rao, D.B. (2004).
Santrock, J.W. (2011). Educational psychology Methods of teaching mathematics. New
(5th ed.). New York, NY: McGraw-Hill Delhi: DPH (Discovery Publishing
Companies House).
Shimada, S. & Becker, J.P. (1997). The open- Trilling, B., & Fadel, C. (2009). 21st century
ended approach: A new proposal for skills: Learning for life in our times. San
teaching mathematics. Reston, VA: Fransisco: Jossey-Bass.
NCTM.

Copyright © 2014, Pythagoras, ISSN: 1978-4538

Anda mungkin juga menyukai