Anda di halaman 1dari 7

TUGAS METODE KONSTRUKSI

PERANCANGAN JALAN DAN JEMBATAN

TEKNIK SIPIL

Judul : Metode Pelaksanaan Pengeringan


Tahun : 2019
Penulis : Kelompok B
1. Rosy Aprina Mahledy (406 2016 053)
2. Heni Purnima (406 2016 059)
3. Dwi Amelia (406 2016 065)
4. Tilawati (406 2016 071)
5. Rustiana Rahayu (406 2016 077)
6. Hermansyah (406 2016 083)
Dosen Pengampu : Alan Putranto, S.T., M.T

A. PENGERTIAN DEWATERING
Dewatering adalah pekerjaan sipil yang bertujuan untuk dapat
mengendalikan air (air tanah/permukaan) agar tidak mengganggu/menghambat
proses pelaksanaan suatu pekerjaan konstruksi, terutama untuk pelaksanaan
bagian struktur yang berada dalam tanah dan di bawah muka air tanah.
Pengaruh air tanah yang tidak dipertimbangkan pada proyek
konstruksi dapat mengakibatkan suatu problem yang besar. Kondisi air tanah yang
semula kurang diketahui atau tidak diperhitungkan, dapat mengubah proses
pelaksanaan dan bahkan dapat mengubah desain struktur, dan terakhir akan
mempengaruhi biaya keseluruhan bangunan.
Sering dijumpai, bahwa problem air tanah yang tidak diharapkan dapat
menyebabkan terlambatnya penyelesaian proyek konstruksi, dan bahkan dapat
mengakibatkan perubahan desain konstruksi secara drastis.
Agar dapat menghindari masalah-masalah di atas, kita harus dapat
memahami dan mengerti hal-hal tentang air tanah.

1
Pada dasarnya ada 2 hal yang perlu diketahui tentang air tanah, ditinjau dari
pengaruhnya terhadap proses pelaksanaan bangunan, yaitu:
1. Bagaimana air tersebut bergerak di dalam tanah sekitarnya.
2. Bagaimana pengaruh air tersebut terhadap tanah sekitarnya.
Dengan mempelajari kedua faktor pokok tersebut, kita dapat melakukan berbagai
usaha untuk mencegah hal-hal yang tidak kita inginkan.
Keuntungan dan kerugian melakukan dewatering, antara lain :
Keuntungan :
1. Muka air tanah turun
2. Longsor kurang
3. Lereng lebih curam
4. Tekan tanah berkurang
Kerugian :
1. Mata air sekeliling turun
2. Permukaan tanah turun

B. TUJUAN DEWATERING
Tujuan dari dewatering adalah :
1. Menjaga agar dasar galian tetap kering. Untuk mencapai tujuan tersebut
biasanya air tanah diturunkan elevasinya 0,5 – 1 m dibawah dasar
galian.
2. Mencegah erosi buluh. Pada galian tanah pasir (terutama pasir halus
dibawah muka air tanah) rembesan air kedalam galian dapat
mengakibatkan tergerusnya tanah pasir akibat aliran air.
3. Mencegah resiko sand boil. Pada saat dilaksanakan galian, maka
perbedaan elevasi air didalam dan diluar galian semakin tinggi.
4. Mencegah resiko terjadinya kegagalan upheave. Bila tekanan air
dibawah lapisan tanah lebih besar daripada berat lapisan tanah tersebut
maka lapisan tanah tersebut dapat terangkat atau mangalami failure.
5. Mencaga gaya uplift terhadap bangunan sebelum mencapai bobot
tertentu. Pada bangunan-bangunan yang memiliki basement, maka pada

2
saat bobot bangunan masih lebih kecil daripada gaya uplift dari tekanan
air, dewatering harus tetap dijalankan hingga bobot mati dari bangunan
melebihi gaya uplift tersebut.
6. Mencegah rembesan.
7. Memperbaiki kestabilan tanah.
8. Mencegah pengembungan tanah.
9. Memperbaiki karakteristik dan kompaksi tanah terutama dasar.
10. Pengeringan lubang galian.
11. Mengurangi tekanan lateral.

C. METODE DEWATERING
Metode dewatering yang dipilih tergantung beberapa faktor, antara lain :
1) Debit rembesan air

2) Jenis tanah

3) Kondisi lingkungan sekitarnya

4) Sifat tanah

5) Air tanah

6) Ukuran dan dalam galian

7) Daya dukung tanah

8) Kedalam dan tipe pondasi

9) Design dan fungsi dari struktur

10) Rencana pekerjaan

Adapun metode dewatering tersebut, antara lain :

1. Metode Dewatering OPEN PUMPING


Pada metode dewatering ini air tanah dibiarkan mengalir ke dalam lubang
galian, kemudian dipompa keluar melalui sumur/ selokan penampung di dasar
galian.

3
Metode Open Pumping ini digunakan bila:

a. Karakteristik tanah merupakan tanah padat, bergradasi baik dan berkohesi


b. Jumlah air yang akan dipompa tidak besar (debitnya)
c. Dapat dibuat sumur/ selokan penampung untuk pompa.
d. Galian tidak dalam.

Pelaksanaan Metode Open Pumping:

a. Siapkan saluran untuk mengalirkan air tanah yang dipompa, sejak sebelum
penggalian dimulai.
b. Penggalian diakukan sampai kedalaman rencana, bila belum sampai pada
kedalaman rencana sudah tergenang air yang cukup mengganggu pekerjaan
galian, maka penggaliannya dilakukan secara bertahap.
c. Pada setiap tahapan galian dibuat sumur kecil/ selokan tandon air untuk tempat
pompa isap.
d. Pada sumur/ selokan tandon air tersebut, dipasang pompa untuk pengeringan
(pompa submersible lebih baik dibanding pompa biasa).
e. Bila kedalaman galian melebihi kemampuan isap pompa (suction lift), maka
pemompaan dapat diturunkan

4
f. Bila galian sangat luas, dapat dilakukan secara bertahap. Dan membuat sumur/
selokan di beberapa tempat.

2. Metode Dewatering PREDRAINAGE


Pada Metode Dewatering ini muka air tanah (water table) diturunkan
terlebih dulu sebelum penggalian dimulai, dengan
menggunakan wells, wellpoints.

Metode Predrainage digunakan bila :

a. Karakteristik tanah merupakan tanah lepas, berbutir seragam, cadas lunak


dengan banyak celah.
b. Jumlah air yang akan dipompa cukup besar (debitnya).
c. Slope tanah sensitif terhadap erosi atau mudah terjadi rotary slide.
d. Penurunan muka air tanah tidak mengganggu atau merugikan bangunan di
sekitarnya.
e. Tersedia saluran pembuangan air dewatering.

5
Pelaksanaan Metode Predrainage : Prinsip predrainage di sini adalah muka air
tanah di daerah galian diturunkan sampai di bawah elevasi rencana dasar galian,
dengan menggunakan wellpoint system atau deep well, sebelum pekerjaan galian
dimulai. Dengan demikian selama proses penggalian tidak akan tergganggu oleh air
tanah.

Urutan pekerjaan dewatering metode predrainage adalah:

a. Dibuat suatu perencanaan (design wellpoints) untuk memperoleh jumlah


wellpoint yang diperlukan (letak dan jaraknya) dan kapasitas pompa yang akan
digunakan. Jarak tiap-tiap wellpoint biasanya berkisar antara 1 sampai 4 meter,
dengan suction lift (penurunan muka air tanah) antara 5 sampai 7 meter.
b. Dibuat sumur tes untuk mengetahui lapisan tanah dan tinggi muka air tanah,
guna meyakinkan perencanaan yang ada.
c. Dipersiapkan saluran untuk mengalirkan air buangan dari pompa ke
dalamsaluran drainase yang ada. Hal ini perlu menjadi perhatian karena debit
air yang dibuang kadang-kadang cukup besar.
d. Dipasang wellpoint dengan kedalaman dan jarak tertentu dan bagian
pengisapnya (bagian atas) dihubungkan dengan header (pipa
penghubung wellpoint). Kemudian header pipe dihubungkan
dengan pompa dengan pipa buangnya disambung dan diarahkan ke saluran
pembuang.

3. Metode Dewatering Cut Off


Pada metode dewatering cut off ini aliran air tanah dipotong dengan
beberapa cara, yaitu dengan menggunakan:
1. Steel Sheet Pile
2. Concrete diaphragm wall
3. Secant piles
4. Slurry Trenches (tidak dapat berfungsi sebagai penahan tanah)

6
Metode Cut Off, digunakan bila:

a. Sama dengan persyaratan pada Metode dewatering predrainage, kecuali item


terakhir (karena pada metode dewatering Cut Off ini tidak ada penurunan muka
air tanah di sekitarnya).
b. Dinding Cut Off diperlukan juga untuk struktur penahan tanah.
c. Gedung sebelah yang ada, sensitif terhadap penurunan muka air tanah.
d. Tidak tersedia saluran pembuang (saluran drain).
e. Diperlukan untuk menunjang metode Top Down pada pekerjaan basement.

Pelaksanaan Metode Cut Off:

Prinsip metode dewatering Cut Off ini adalah memotong aliran air dengan
suatu dinding pembatas, sehingga daerah yang dikehendaki dapat terbebas dari air
tanah. Ditinjau dari pergerakan air tanah, Metode dewatering cut off ini paling baik,
karena tidak terjadi aliran air tanah, dan tidak terjadi penurunan muka air tanah di
sekeliling luar daerah galian.

Anda mungkin juga menyukai