Anda di halaman 1dari 35

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN

INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT ( ISPA)

Oleh:

Cyndi septa kumala


(14.401.18.011)

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


AKADEMI KESEHATAN RUSTIDA
2019
iii
KATA PENGANTAR

Dengan mengucap puji syukur kehadirat ALLAH SWT karena hanya dengan
Rahmat, Taufik dan Hidayah, sehingga dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul
“ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN YANG MENGALAMI INFEKSI SALURAN
PERNAFASAN (ISPA)” ini disusun dengan sistematis untuk memenuhi salah satu
tugas mata kuliah, progam D III Keperawatan, Akademi Kesehatan Rustida.
Dengan selesainya makalah ini, maka tidak lupa kami mengucapkan terima
kasih. Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dan tidak luput
dari kekurangan-kekurangan, baik dari segi materi maupun teknis penulisan. Oleh
karena itu saran dan kritik yang membangun dari rekan-rekan pembaca sangat
dibutuhkan untuk penyempurnaanya. Semoga laporan ini dapat memberikan manfaat
untuk rekan-rekan yang membaca terkait penyakit ISPA.

Krikilan, Agustus
2019
k
Penulis

iv
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN..........................................................................................................iii

KATA PENGANTAR...................................................................................................................iv

DAFTAR ISI...................................................................................................................................v

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................................vi

A. Latar Belakang....................................................................................................................vi

B. BatasanMasalah...................................................................................................................vi

C. Rumusan Masalah...............................................................................................................vi

D. Tujuan..................................................................................................................................vi

1. Tujuan Umum..................................................................................................................vi

2. Tujuan Khusus.................................................................................................................vi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................................................1

A. KONSEP PENYAKIT..........................................................................................................1

1. Definisi...............................................................................................................................1

2. Etiologi...............................................................................................................................1

3. Tanda dan gejala...............................................................................................................2

4. Patofisiologi.......................................................................................................................3

5. Pathway..............................................................................................................................4

6. Klasifikasi..........................................................................................................................5

7. Komplikasi.........................................................................................................................5

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN.............................................................................6

1. Pengkajian.........................................................................................................................6

2. Diagnosa keperawatan.....................................................................................................9

3. Intervensi.........................................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................15

v
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit ISPA merupakan penyakit infeksi akut yang menyerang salah satu
bagian atau lebih dari saluran nafas mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli
(saluran bawah) termasuk jaringan adneksanya seperti sinus, rongga telinga tengah
dan pleura (irianto,2015).
Dari hasil pengamatan epidemiologi dapat diketahui bahwa angka kesakitan
dikota cenderung lebih besar dari pada di desa. Hal ini mungkin disebabkan oleh
tingkat kepadatan tempat tinggal dan pencemaran lingkungan dikota yang lebih
tinggi dari pada di desa [CITATION Fir12 \p 217 \l 1033 ].
Dinegara berkembang, pneumonia merupakan 25 % menyumbang
kematiapada anak, terutama pada bayi berusia kurang dari 2 bulan. Pneumonia
merupakan salah satu faktor resiko akibat infeksi saluran pernapasan akut. Pada
tahun 1986 survei kesehatan rumah tangga (SKRT) mencatat mobilitas pada bayi
akibat pneumonia sebesar 42, 4 % dan pada balita sebesar 40,6% sedangkan angka
mortabilitas pada bayi akibat pneumonia sebesar 24% dan pada balita sebesar 36%
[CITATION Fir12 \p 217 \l 1033 ].
B. BatasanMasalah
Pada makalah ini hanya membatasi masalah pada ISPA mulai dari konsep hingga
sampai asuhan keperawatan
Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep penyakit ISPA?
2. Bagaimana asuhan keperawatan peyakit ISPA?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami dan dapat melaksanakan asuhan
keperawatan pada pasien dengan penyakit ISPA.
2. Tujuan Khusus

vi
Agar mahasiswa mengetahui, mengerti, memahami dan mahasiswa dapat
melaksanakan:
a. Mengetahui definisi, etiologi, tanda dan gejala, patofisiologi, klasifikasi,
komplikasi penyakit ISPA
b. Mengetahui konsep asuhan keperawatan pada pasien yang menderita
penyakit ISPA.

vii
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP PENYAKIT
1. Definisi
ISPA adalah maksukknya mikroorganisme (bakteri,virus,riketsia) keadalam saluran pernafasan
yang menimbulkan gejala penyakit yang dapat berlangsung selama 14 hari [ CITATION Kar13 \p 1 \l
1033 ].
ISPA merupakan radang akut saluran pernafasan atas amaupun bawah yang disebabkan oleh
infeksi jasat renik atau bakteri, virus, maupun reketsia tanpa atau disertai dengan radang parenkim
paru [ CITATION Kar13 \p 1 \l 1033 ].
ISPA merupakan saluran penyakit pernafasn atas dengan perhatian khusus pada radang paru
(pneumonia), dan bukan penyakit telinga dan tenggorokan [CITATION Fir12 \p 217 \l 1033 ].
ISPA adalah salah satu penyakit penyebab kematian pada usia balita dan anak-anak [CITATION
Fir12 \p 217 \l 1033 ].
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa ISPA yaitu gangguan sistem pernafasan akut
yang disebabkan oleh mikroorganisme (bakteri, virus, jamur) yang menyerang bagian pernafasan atas
dan pernafasan bagian bawah.
2. Etiologi
Etiologi ISPA lebih dari 300 jenis bakteri (diplococcus pneumonia, pneumococcus, strepococcus
pyogenes staphylococcus aureus, haemophillus influenza, genus streptococcus, stafilococcus,
pneumococcus, hemoviluss, bordetalla, dan corine bacterium) Virus (influenza, adenovirus,
sitomegagalovirus, micovirus) Jamur aspergillus.sp. gandidaalbicans histoplasm) aspirasi (makanan,
asap kendaraan bemotor, bahan bakar minyak tanah, cairan amnion pada saat lahir, benda asing ( biji-
bijian) mainan plastik kecil, dll [ CITATION Kar13 \p 2 \l 1033 ].
Bakteri dan virus yang paling sering menjadi ISPA diantaranya bakteri stafilococcus dan
streptococcus serta virus influenza yang diudara bebas akan masuk dan menempel pada saluran
pernafasan bagian atas yaitu tenggorakan dan hidung. Peralihan musim kemarau ke musim hujan
juga menimbulkan resiko serangan ISPA. Beberapa faktor lain yang berkontribusi atas kejadian ISPA
pada anak adalah sttus gizi kurang, rendahnya asupan antioksidan dan buruknya sanitasi lingkunga
[ CITATION Kar13 \p 2 \l 1033 ].
Berikut beberapa faktor-faktor resiko yang mempengaruhi terjadinya ISPA:
a. Usia
Pasien yang umurnya lebih muda seperti anak-anak yang usianya lebih muda biasanya sering
terkena ISPA dikarenakan daya tahan tubuhnya berkurang.
b. Anak dengan status imunisasi
Anak yang lengkap imunisasinya daya tahan tubuhnya lebih baik dibandingkan dengan anak yang
status imunisasinya tidak lengkap.
8
c. Lingkungan
Lingkungan yang kotor dan tercemar oleh polusi biasanya berpotensi menjadi factor penyebab
ISPA [ CITATION Kar13 \p 3-4 \l 1033 ].
Penyebaran penyakit ISPA ada tiga cara:
a. Melalui aerosol (partikel halus) yang lembut karena batuk-batuk.
b. Melalui aerosol yang lebih berat. Terjadi pada waktu batuk-batuk dan bersin.
c. Melalui kontak langsung atau tidak langsung dari benda-benda yang telah dicemari oleh jasad
renik [ CITATION Kar13 \p 2-3 \l 1033 ].

3. Tanda dan gejala


a. Demam
Sering tampak sebagai tanda infeksi pertama. Paling sering terjadi pada usia 6 bulan sampai 3
tahun dengan suhu mencapai 39,5 - 40,5oC bahkan dengan infeksi ringan.
b. Anoreksia
Merupakan hal yang umum disertai dengan penyakit masa kanak-kanak sering kali merupakan
awal dari penyakit.
c. Muntah
Merupakan suatu reflek yang tidak dapat dikontrol untuk merupakan isi lambung dengan paksa
melalui mulut.
d. Batuk
Merupakan gambaran umum dari penyakit pernafasan,.Dapat menjadi bukti hanya selama fase
akut.

e. Sakit tenggorokank
Merupakan keluhan yang sering terjadi pada anak yang lebih besar. Ditandai dengan anak akan
menolak untuk minum dan makan per oral
f. Keluar secret cair dan jernih dari hidung, sering menyertai infeksi pernafasan. Mungkin encer
dan sedikit atau kental dan purulen, tergantung pada tipe atau tahap infeksi [ CITATION Kar13 \p
2 \l 1033 ].

4. Patofisiologi
Penularan penyakit ISPA dapat terjadi melalui udara yang telah tercemar, bibit penyakit masuk
kedalam tubuh melalui pernapasan, oleh karena itu maka penyakit ISPA ini termasuk golongan Air
Borne Disease. Sebagian besar penularan melalui udara dapat pula menular melalui kontak
langsung, namun tidak jarang penyakit yang sebagian besar penularannya adalah karena
menghisap udara yang mengandung unsur penyebab atau mikroorganisme penyebab. Saluran
pernapasan atas (akut) secara langsung terpajang lingkungan namun infeksi relatif jarang terjadi
berkembang menjadi infeksi saluran pernapasan bawah yang mengenai bronkus dan aveoli. Silia
bergerak dengan retmis untuk mendorong mokus dan semua mikroorganisme yang terperangkap

9
didalam mokus, keatas nasofaring tempat mokus tersebut dapat dikeluarkan melalui hidung lalu
ditelan.
Apabila dapat lolos dari mekanisme pertahanan tersebut ke saluran pernapasan atas maka
mikroorganisme akan dihadang oleh lapisan pertahanan yang ke tiga (sistem imun) untuk
mencegah mikroorganisme tersebut sampai disaluran napas bawah. Respon ini diperantarai oleh
limfosit, tetapi juga melibatkan sel-sel darah putih lainnya, misalnya makrofak, niotrofil, dan sel
mast yang tertarik ke daerah tempat proses peradangan berlangsung [CITATION Mar14 \p 26 \l 1033 ].

Pathway Bakteri, virus, jamur

Bibit penyakit masuk dalam


pernafasan
Reaksi antigen
Silia yang terdapat pada permukaan
anti body ISPA
saluran napas bergerak ke atas

Radang pada Kuman berlebih di bronkus


Virus masuk ke faring
saluran nafas

Proses peradangan
infeksi Merusak lapisan epitel dan
mukosa saluran napas
Akumulasi secret di bronkus
Tubuh menggigil dan
demam Iritasi
Bersihan jalan nafas tidak
efektif
Hipertermi Peradangan

Batuk kering

Sakit saat menelan


Nyeri Akut

anoreksia

Defisit nutrisi
10
5. Klasifikasi
a. Ringan
Batuk tanpa pernafasan cepat atau kurang dari 40 kali per menit, hidung tersumbat atau berair,
tenggorokan merah, telinga berair.
b. Sedang
Batuk dan nafas cepat tanpa stridor, gendang telinga merah, dari telinga keluar cairan kurang
dari 2 minggu. Faringitis, purulen dengan pembesaran kelenjar limfe leher yang nyeri tekan
( adentis sevikal ).
c. Berat
Batuk dengan nafas cepat dan stridor, membran keabuan bifaring, kejang-kejang, apnea,
dehidrasi berat /tidur terus, tidak ada sianosis.
d. Sangat berat
Batuk dengan nafas cepat, stridor dan sianosis serta tidak dapat minum (Wijayaningsih, 2013,
p.05).

6. Komplikasi
a. Faringitis
Faringitas merupakan peradangan yang terjadi pada faring yang diakibatkan oleh streptokokus
hemolitik, Stafilokokus, bakteri dan virus.Faringitis biasanya ditandai dengan gejala seperti
tenggorokan merah, nyeri tenggorokan, demam, batuk, kesulitan menelan, dan suara serak
[CITATION San13 \p "71, 72" \l 1033 ].
b. Tonsillitis
Tonsilitis merupakan peradangan pada bagian tonsi yang biasanya disebabkan oleh strepkokus
group A. Biasanya tanda dan gejala yang tampak seperti demam, rasa sakit pada tenggorokan,
kesulitan menenlan, malaise [CITATION San13 \p 82 \l 1033 ].
c. Rinitis
Rinitis adalah suatu inflamasi yang timbul pada membran mukosa hidung dapat bersifat akut
ataupun kronisyang disebabkan oleh infeksi saluran pernafasan atas dan benda asing yang
masung kedalam hidung [CITATION San13 \p 79,81 \l 1033 ].
d. Laringitis
Laringitis adalah peradangan yang terjadi pada membran mukosa yang melapisi laring dan
disertai dengan edema pita suara. Laringitis biasanya disebabkan oleh virus, bakteri, perluasan
infeksi rinitis, suhu udara yang dingin, perubahan temperatur tiba-tiba, pemajanan terhadap
debu, bahan kimia, asap atau uap, merokok berlebihan [CITATION San13 \p "74, 75" \l 1033 ].

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian
a. Identitas `
Penyakit ISPA sering terjadi pada anak-anak dan bayi karena daya tahan tubuhnya rendah dan
belum terbentuk sepenuhnya.Tetapi tidak menutup kemungkinan orang dewasapun dapat terserang

11
penyakit ISPA. Penyakit ini bisa menyerang laki-laki maupun perempuan [CITATION Abd13 \p 194 \l
1033 ].
b. Status kesehatan saat ini
1) Keluhan Utama (pasien mengalami batuk, sakit tenggorokan, bersin, demam) [CITATION Kar13 \p
4 \l 1057 ].
2) Alasan Masuk Rumah Sakit (biasanya pasien masuk rumah sakit dalam keadaan batuk, sakit
tenggorokan, dan demam) [CITATION Kar13 \p 4 \l 1057 ]
3) Riwayat penyakit sekarang ( klien mengalami sakit tenggorokan, batuk dan demam) [CITATION
Kar13 \p 4 \l 1057 ].
c. Riwayat kesehatan terdahulu
1) Riwayat Penyakit Sebelumnya
Adanya riwayat penyakit sebelumnya terutama yang mendukung atau memperberat kondisi
system pernapasan pada klien saat ini. Seperti asma, pneumonia [CITATION Abd13 \p 194 \l 1033 ].
2) keluarga Riwayat penyakit
Adanya riwayat keturunan anggota keluarga yang pernah mengalaim sakit seperti klien. Salah
satu anggota keluarganya menderita penyakit asma [ CITATION Abd13 \p 194 \l 1033 ].
3) Riwayat pengobatan
Perawat perlu mengklarifikasi pengobatan masa lalu dan riwayat alergi, catat adanya efek
samping yang terjadi dimasa lalu. Klien minum jeruk nipis dan kecap saat mengalami batuk
dan sakit tenggorokan[CITATION Placeholder3 \p 195 \l 1057 ].

12
d. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum
(a) Kesadaran
Pada penyakit ISPA biasanya klien mengeluhkan sakit tenggorokan, demam, pilek,
sakit saat menelan.
(b) Tanda-tanda vital
TD: tekanan darah meningkat
RR: pernapasan meningkat
N: nadi teraba cepat
Suhu : suhu meningkat (39- 400) [CITATION Kar13 \p 197 \l 1057 ].
2) Body System
(a) Sistem pernafasan
(1) Inspeksi
Tidak ada jaringan parut pada leher, tonsil tampak kemerahan dan edema, membran
mukosa hidung-faring tampak kemerahan, tidak tampak penggunaan otot-otot
pernafasan tambahan dan pernapasan cuping hidung, tampak batuk tidak produktif.
(2) Palpasi
Teraba adanya pembesaran kelenjar tyroid, teraba adanya pembesaran kelenjar
limfe pada daerah leher atau nyeri tekan pada nodus limfa servikalis, adanya
demam.
(3) Perkusi
Suara paru normal atau resonance
(4)Auskultasi
Suara nafas veskuler atau tidak terdengar ronchi pada kedua sisi paru [ CITATION
Kar13 \p 5 \l 1033 ].
(b) Sistem kardiovaskuler
1. Inspeksi : didapatkan adanya kelemahan fisik secara umum
2. Palpasi : denyut nadi cepat
3. Perkusi : batas jantung tidak mengalami pergeseran
4. Auskultasi: tekanan daran meningkat [CITATION Abd13 \p "195 - 196" \l 1033 ].
(c) Sistem persarafan
Klien mengalami demam, merintih , meregang, menggeliat [CITATION Abd13 \p 196 \l
1033 ].
(d) Sistem perkemihan
Jarang ditemukan gejala pada system perkemihan
[CITATION Abd13 \p 196 \l 1033 ].
(e) Sistem pencernaan
Klien mengalami nyeri perut, penurunan nafsu makan dan penurunan berat badan
[CITATION Abd13 \p 196 \l 1033 ].

13
(f) Sistem integument
Jarang ditemukan gejala pada system integument
[CITATION Abd13 \p 196 \l 1057 ].
(g) Sistem musculoskeletal
Terjadi kelemahn fisik yang menyebabkan klien bergantung terhadap bantuan orang
lain [CITATION Abd13 \p 196 \l 1033 ].
(h) Sistem endokrin
Jarang ditemukan gejala pada system endokrin jika tidak ada komplikasi [CITATION
Abd13 \p 196 \l 1033 ].
(i) Sistem reproduksi
Jarang ditemukan gejala pada system reproduksi
[ CITATION Abd13 \p 196 \l 1033 ].
(j) Sistem penginderaan
Pada bagian ssitem pengindraan bagian konjungtiva, sclera normal, dan pupil dapat
menangkan cahaya dengan baik [CITATION Abd13 \p 196 \l 1057 ].
(k) Sistem imun
Gejala timbul karena penurunan sistem daya tahan tubuh [CITATION Abd13 \p 196 \l
1057 ].
e. Pemeriksaan penunjang
Jenis pemeriksaan yang di lakukan pada penyakit infeksi pernafaan menurut [CITATION San13 \p
49,54 \l 1033 ].
a) Kultur
Hasil yang didapatkan adalah biakan kuman seusai dengan jenis kuman.
b) Biopsi
Pengambilan bahan specimen jaringan untuk bahan pemeriksaan
c) Pemeriksaan Gas Darah Arteri.
pH darah < 7,4 ; bikarbonat: tinggi; Pco2: tinggi: asidosis respiratorik.
d) Bronkoskopi
Mendeteksi lesi trakeo bonkial dan lokasi perdarahan, mengambil benda asing.
f. Penatalaksanaan
a) Bukan pneumonia: tanpa pemberian anti biotic.
Perawatan di rumah, untuk batuk biasa menggunakan obat tradisional atau obat lain yang
tidak merugikan seperti kodein, dektrometorfan dan antihistamin. Jika demam diberikan obat
penurun panas (paracetamol). Penderita dengan gejala batuk pilek pada pemerikaaan
tenggorokan didapt adanya eksudat dan pembesaran kelenjar getah bening harus diberi
antibiotic penisilin selama 10 hari.
b) Pneumonia: di beri anti biotic kortimoksasol per oral (dosis dewasa 2 x 2tablet dewasa). Bila
penderita diberi kontramoksasol keadaan penderita tetap, dapat dipakai obat antibiotic
pengganti yaitu ampisilin, amoksisilin (dosis anak: 20-40mg/kg hari terbagi dalam 3 dosis dan
dosis dewasa: 3x500mg) atau penisilin prokain.k

14
c) Pneumonia berat: di rawat di rumah sakit , diberikan antibiotic parenteral, oksigen dan
sebagainya [CITATION Fir12 \p 220 \l 1033 ].

2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan yang dapat muncul pada penyakit ISPA adalah sebagai berikut:
a. Ketidak efektifan bersihan jalan napas b.d hipersekresi jalan nafas
Definisi : ketidak mampuan membersihkan sekret atau obstruksi jalan nafas untuk
mempertahankan jalan nafas tetap paten.
Batasan karakteristik.
Subjektif : dispnea, sulit bicara, ortopnea
Objektif : gelisah, sianosis, bunyi nafas menurun, frekuensi nafas berubah, pola nafas berubah.
Kondisi klinis
Situasional : merokok aktif, merokok pasif, terpajan polutan [ CITATION SDK161 \p 18 \l 1033 ].

b. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi


1) Definisi :Perubahan suhu tubuh dibawah rentan normal
2) Penyebab :
a) Proses infeksi
3) Gejala dan Tanda Mayor :
Subje ktif :
a) Tidak tersedia
Objektif :
a) Suhu tubuh diatas nilai normal
4) Gejala dan Tanda Minor :
Subjektif :
a) Tidak tersedia
Objektif :
a) Kulit merah
b) Kejang
c) Takikardi
d) Takipnea
e) Kulit terasa hangat
5) Kondisi Klinis Terkait :
a) Proses infeksi

c. Deficit nutrisi
1) Definisi :asupan nutrisi tidak mencukupi kebutuhan metabolic.
2) Batasan karakteristik
Subyektif :nyeri abdomen (dengan atau tanpa penyakit), menolak makan

15
Obyektif : bising usus hiperaktif, rongga mulut terluka, kelemahan otot menelan dan
mengunyah menurun.
3) Kondisi klinis
Ketidak mampuan menelan atau mencerna makanan akibat factor kesulitan menelan
[ CITATION Jud16 \p "282 - 283" \l 1033 ] .

d. Nyeri akut
1) Definisi :
Merasa kurang senang, lega, dan sempurna dalam fisik, dan psikospiritual, lingkungan, dan

social.

2) Penyebab :

a) Agen pencedera fisiologis (mis. Inflamasi)

3) Gejala dan Tanda Mayor :

Subjektif :

a) Mengeluh nyeri

Objektif :

a) Tampak meringis

b) Bersikap protektif (mis. Waspada, posisi menghindari nyeri

c) Gelisah

d) Frekuensi nadi meningkat

e) Sulit tidur

4) Gejala dan Tanda Minor :

Subyektif :

a) Tidak tersedia

Obyektif :

a) Peningkatan tekanan darah, nadi

b) Nafsu makan berubah

c) Berfokus pada diri sendiri

d) diaforesis

5) Kondisi Klinis Terkait :

16
a) Infeksi

3. Intervensi
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif
1) Menunjukan pembersihan jalan nafas yang efektif, yang di buktikan oleh pencegahan
aspirasi, status pernafasan, kepatenan jalan nafas dan status pernafasan fentilasi tidak
terganggu
Menunjukan status pernafasan , kepatenan jalan nafas yang dibuktikan oleh indicator
sebagai berikut:
a) Kemudahan bernafas
b) Frekuensi dan irama pernafasan
c) Pergerakan sputum keluar dari jalan nafas
d) Pergerakan sumbatan keluar dari jalan nafas [CITATION Jud16 \p " 39" \l 1033 ].
2) Intervensi (NIC)
Aktivitas Keperawatan
a) Kaji dan dokumentasian keefektifan pemberian oksigen dan terapi lain; keefektifan
obat yang diprogramkan; hasil oksimetri nadi; frekuensi , kedalaman, dan upaya
pernapasan; factor yang berhubungan seperti nyeri, batuk tidak efektif, dan keletihan
b) Auskultasi bagian dada interior dan posterior untuk mengetahui penurunan atau
ketiadaan ventilasi dan adanya suara napas tambahan.
c) Persiapan jalan napas (NIC): tentukan kebutuhan pengisapan oral atau trakea; pantau
status oksigen pasien.
Penyuluan untuk pasien/keluarga
a) Informasikan kepada pasien dan kelaurga tentang larangan merokok didalam ruang
perawatan; beri penyuluhan tentang pentingnya berhenti merokok.
b) Pengisapan jalan napas (NIC): instruksikan kepada pasien atau keluarga tentang cara
pengisapan jssalan napas.
c) Intrusikan kepada pasien tentang batuk dan Teknik napas dalam untuk memudahkan
pengeluaran secret
d) Ajarkan pasien untuk membebat/mengganjal luka insisi pada saat batuk
e) Ajarkan pasien dan keluarga tentang makna perubahan pada sputum, seperti warna,
karakter, jumlah dan bau
f) Jelaskan penggunaan yang benar peralatan pendukung (misalnya, oksigen, mesin
pengisapan, spirometer, inhaler, dan intermittent positive pressure breathing
Aktivitas Kolaboratif
a) Konsultasikan kepada ahli terapi pernapasan; jika perlu konsultasikan dengan dokter.
b) Berikan oksigen yang telah dilembabkan sesuai kebijakan institusi.
c) Lakukan dengan terapi aerosol, nebulizer ultrasonic, dan perawatan lainya sesuai
kebijakan isntitusi.
Aktivitas Lain
17
a) Anjurkan untuk aktivitas fisik untuk memfasilitasi pengeluaran secret.
b) Anjurkan penggunaan spirometer insentif (Smith-Sims, 2001).
c) Jika pasien tidak dapat melakukan ambulasi, pindahkan pasien dari satu sisi ke sisi
lain tempat tidur setiap dua jam sekali.
d) Atur posisi pasien dengan posisi semi fowler atau fowler untuk melebarkan jalan
napas [ CITATION Jud16 \p 27 \l 1033 ].

b. Nyeri Akut
1) Tujuan dan criteria hasil : tidak mengalami gangguan dalam frekuensi pernapasan ,
denyut jantung, atau tekanan darah [ CITATION Jud16 \p 297 \l 1033 ].
Intervensi (NIC)
Aktivitas Keperawatan
1) Gunakan laporan pertama dari pasien untuk dijadikan pengkajian.
2) Minta pasien untuk meilai nyeri atau tidak dengan menggunakan skala nyeri 0 – 10
(0 : tidak ada nyeri, 10: nyeri hebat)
3) Gunakan bagan alir yeri untuk memantau peredaan nyeri oleh analgesic dan efek
sampingnya.
4) Manajemen nyeri (NIC) :
a) Lakukan pengkajian nyeri yang komprehensif meliputi lokasi, frekuensi,
karakteristik, awitan, durasi keparahan nyeri.
b) Observasi isyarat nonverbal ketidaknyamanan khusunya pada mereka yang
tidak mampu komunikasi efektif.
Penyuluhan Pasien/Keluarga
a) Sertakan dalam instruksi pemulangan pasien obat khusus yang harus diminum,
frekuensi pemberian, dan efek samping obat.
b) Instruksikan pasien untuk menginformasikan kepada perawat jika peredaaan nyeri tidak
tercapai
c) Informasikan pada pasien tentang hal hal yang dapat menimbulkan nyeri dan
penangananya.
d) Manajemen NIC: berikan informasi tentang nyeri, penyebab, dan antisipasi
ketidaknyamanan; anjurkan teknik nonfarmakologi.
Aktivitas Kolaboratif
a) Manajemen nyeri: gunakan tindakan pengendalian nyeri sebelum nyeri bertambah
berat.
b) Konsultasikan kepada dokter
Aktivitas Lain
1. Bantu pasien melakukan tindakan yang efektif seperti distraksi.
2. Lakukan perubahan posisi, masase punggung dan relaksasi
3. Manajemen nyeri NIC: libatkan keluarga dalam modalitas peredaan nyeri; kurangi
factor yang dapat mempengaruhi respon nyeri [ CITATION Jud16 \p 298 \l 1033 ].

18
c. Hipertermi
1) Tujuan dan criteria hasil: menunjukkan termogulasi, dibuktikan dengan indicator 1-5
(gangguan ekstrem, berat, ringan atau tidak mengalami); peningkatan suhu tubuh. Pasientidak
memperlihatkan keringat, menggigil, dan merinding; mempertahankan tanda-tanda vital dalam
keadaan normal; melaporkan suhu yang nyaman; melaporkan tanda dan gejala awal dari
hipertermi [ CITATION Jud16 \p 47 \l 1033 ].
2) Intervensi NIC
Aktivtas Keperawatan
a) Kaji tanda dan gejala awal hipotermi
b) Untuk dewasa lakukan pemeriksaan suhu oral
c) Regulasi suhu NIC: pantau dan laporkan tanda atau gejala hipotermi.
Penyuluhan pasien/ keluarga
a) Instruksikan pasien dan keluarga tentang tindakan untuk meminimalkan fluktuasi suhu:
hipertermi: minum cairan yang cukup dihari/cuaca panas; mempertahankan suhu
lingkungan yang stabil.
b) Instruksikan pada pasien dan keluarga untuk mengenali dan melaporkan tanda dan
gejala awal hipertemi: kulit kering, sakit kepala, peningkatan nadi, peningkatan suhu,
iritabilitas suhuh diatas 37,80C dan kelemahan.
Aktivitas Kolaboratif
a) Kolaborasikan dengan dokter jika hidrasi adekuat tidak dapat dipertahankan
b) Regulasi suhu (NIC): berikan obat antipiretik jika perlu
Aktivitas Lain
a) Regulasi suhu (NIC): berikan suhu lingkungan sesuai dengan kebutuhan pasien.

d. Deficit nutrisi
1) Tujuan dan criteria hasil : memperlihatkan status nutrisi yang dibutuhkan dengan
menggunakan indicator 1-5 ( gangguan ekstrem, berat, sedang, rigan, tidak ada)
2) Intervensi NIC
Aktivitas Keperawatan
a) Kaji dan dokumentasi derajat kesulitan mengunyah dan menelan
Penyuluhan untuk pasien/keluarga
a) Ajarkan pasien/keluarga tentang makanan yang bergizi tapi tidak mahal
b) Manajemen nutrisi (NIC): berikan informasi yag tepat tentang kebutuhan nutrisi dan
bagaimana memenuhinya
Aktivitas Kolaboratif
a) Konsultasikan dengan ahli terapi okupasi

19
Aktivitas Lain
a) Siapkan kateter penghisap disamping tempat tidur dan alat penghisap selama makan bila
diperlukan
b) Ubah posisi pasien semi fowler atau fowler untuk memudahkan menelan
c) Letakkan makanan pada mulut yang tidak bermasalah untuk menelan [ CITATION Jud16 \p
285 \l 1033 ].

20
DAFTAR PUSTAKA

Kunoli. (2012). Asuhan Keperawatan Penyakit Tropis. Jakarta Timur: CV. Transinfo Media.
Manurung dkk. (2013). Gangguan Sistem Pernafasan Akibat Infeksi. Jakarta: CV. Trans Info Media.
Marni. (2014). Asuhan Keperawatan pada Anak Sakit. Yogyakarta: Gosyen.
SDKI. (2016). Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Wahid & Suprapto. (2013). Asuhan Keperawatan Pada Gangguan Sistem Repirasi. Jakarta Timur: CV. Trans
Info Media.
Wijayaningsih, K. S. (2013). Asuhan Keperawatan Anak. Jakarta Timur: CV.Transinfo Media.
Wilkinson, J. M. (2016). Diagnosis Keperawatan NANDA -1, INTERVENSI NIC, HASILNOC, Ed. 10.
Jakarta: EGC.

21
22
23
1. Seorang perawat melakukan asuhan keperawatn pada lansia yang berumur 65 tahun dengan keluhan
sesak nafas, RR 30x/menit klien batuk tetapi sulit mengeluarkan dahak, tidur klien 3-5 jam sehari.
Apakah prioritas masalah yang muncul dari pengkajian perawat tersebut?
a. Gangguan pola nafas
b. Gangguan rasa nyaman
c. Intoleransi aktivitas
d. Gangguan istirahat
e. Bersihan jalan nafas tidak efektif
2. Tn. A berusia 45 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan sesaak nafas dan gelisah, kesadaran
Composmetis, TTV : TD 110/80 mmHg, nadi 86x/menit, rr 32x/menit suhu 38,50C. saat ini klien baru
pindah keruang rawat inap. Tindakan pertama yang harus dilakukan perawat saat diruangan adalah…
a. Memberikan posisi semi fowler
b. Memberikan nebulizer sesuai advis dokter
c. Memberikan o2 sebanyak 2lt/menit
d. Memberikan posisi tendernburg
e. Memasang infus
3. Seorang remaja umur 21 tahun dibawa kerumah sakit dengan keluhan sesak napas. Ibu pasien
mengatakan sesak pertamakalinya dialami sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit. Batuk beringus
sejak 4 hari yang lalu. Tidak ada riwayat atopy pada keluarga pasien. Pada pemeriksaan diadapatkan
suhu 38,50C pernapasan 68x/menit, whezing pada kedua paru. Diagnosis yang paling mungkin
adalah…
a. Pneumonia
b. Asma
c. Bronkiolitis
d. Rinitis
e. Faringitis
4. Seorang pria berumur 45 tahun, batuk berdahak berwarna kekuningan, sesak 3 hari yang lalu, 4 hari
yang lalu mengalami muntah hebat. Riwayat merokok disangkal suhu tubuh 37 0C. pada pemeriksaan
radiologi ditemukan infiltrate dilobus tengah paru kanan. Patogenesis yang mendasari diagnosis diatas
adalah…
a. Limfogen
b. Aspirasi
c. Inhalasi
d. Hematogen
e. Virus
5. Laki-laki berusia 40 tahun dengan wanita berusia 30 tahun memiliki anak usian 5 tahun. Keluarga
mengatakan saat ini anaknya sedang sakit batuk pilek sejak 2 hari yang lalu. Dalam 3 bulan terkahir

24
ini sudah sakit batuk pilek 3 kali. Keluarga tahu penyakit batuk pilek namun beranggapan masalah
ringan nantinya sembuh sendiri. Apakah intervensi keperawatan yang paling tepat?
a. Menjelaskan tentang prognosis buruk penyakit ISPA jika tidak segera ditangani
b. Menjelaskan tentang kebersihan lingkungan rumah
c. Menjeaskan kepada keluarga tentang terapi pengobatan pada anaknya
d. Menjelaskan tentang teapi inhalasi untuk mengeluarkan sekret pada anaknya
e. Menjelaskan cara tentang melakukan postural drainage pada anak.
6. Infeksi saluran pernapasan akut pada soal nomor 3, apabila pada pemeriksaan auskultasi ditemukan
ronki nyaring pada kedua paru, maka diagnosis paling mungkin adalah…
a. Bronkitis
b. Pneumonia
c. Laringitis
d. Faringitis
e. Sinusitis
7. Seorang pasien anak usia 18 tahun datang ke dokter dengan keluhan sesak napas dan batuk. Kondisi
ini sudah sering dialami dalam setiap bulan dan kadang dapat sembuh sendiri tanpa pengobatan.
Sesak terutama pada malam hari. Pasien tidak demam. Pasien masih dapat berbicara dengan mudah,
riwayat orang tua ibu menderita rhinitis, dan ayah perokok aktif. Kondisi yang terjadi pada saluran
napas pasien adalah…
a. Eksudasi alveoli
b. Pembengkakan kelenjar limfe
c. Edema dinding bronkus
d. Bronkitis
e. Infiltrasi sel paru

8. Seorang perawat melakukan pengkajian pada masyarakat di suatu desa dan diperoleh data angka
kesakitan ispa 42%, hipertensi 35%, penyakit kulit 15%, tb paru 10%. Data cara pengolahan sampah
masyarakat 75% dibakar. Apakah masalah keperawatan pada masyarakat diatas?
a. Resiko terjadinya peningkatan kesakitan ISPA
b. Pengelolaan sampah yang tidak sehat
c. Resiko peningkatan penyakit hipertensi
d. Resiko peningkatan penyakit kulit
e. Resiko peningkatan penyakit tb
9. seorang klien perempuan umur 35 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan batuk-batuk sudah
lebih dari 1 minggu. Hasil pengkajian perawat diperoleh data bahwa klien sering berkeringat pada
malam hari dan berat badan turun 3 kg karena tidak nafsu makan. Apakah pemeriksaan lanjutan yang
perlu dilakukan perawat untuk mendukung penetapan masalah kesehatan klien?
a. Pemeriksaan dahak/sputum
b. Pemeriksaan foto torak
c. Pemeriksaan golongan darah
25
d. Pemeriksaan tuberculin test
e. Pemeriksaan gula darah sewaktu
10. Seorang anak perempuan beusia 5 bulan dirawat di RS dengan keluhan batuk berdahak. Hasil
pengkajian diperoleh nadi 135x/menit, frekuensi nafas 30x/menit, suhu 38,50C terdengar suara nafas
ronchi, terdapat retraksi intercosta, pernapasan cuping hidung dan membran mukosa kering. Manakah
masalah keperawatan yang utama pada kasus diatas?
a. Hipertemi
b. Bersihan jalan nafas tidak efektif
c. Kurangnya volume cairan
d. Pola nafas tidak efektif
e. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan

26
PLAGIASI

PLAGIARISM SCAN REPORT

Words
151 Date September 13,2019

Characte
1050 Exclude Url

0
0% 100% 7
Plagiarized
Plagiarism Unique Unique Sentences
Sentences

Content Checked For Plagiarism

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Penyakit ISPA merupakan penyakit


infeksi akut yang menyerang salah satu bagian atau lebih dari saluran
nafas mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah)
termasuk jaringan adneksanya seperti sinus, rongga telinga tengah dan
pleura (irianto,2015). Dari hasil pengamatan epidemiologi dapat
diketahui bahwa angka kesakitan dikota cenderung lebih besar dari
pada di desa. Hal ini mungkin disebabkan oleh tingkat kepadatan tempat
tinggal dan pencemaran lingkungan dikota yang lebih tinggi dari pada di
desa (Kunoli, 2012, p. 217). Dinegara berkembang, pneumonia
merupakan 25 % menyumbang kematiapada anak, terutama pada bayi
berusia kurang dari 2 bulan. Pneumonia merupakan salah satu faktor
resiko akibat infeksi saluran pernapasan akut. Pada tahun 1986 survei
kesehatan rumah tangga (SKRT) mencatat mobilitas pada bayi akibat
pneumonia sebesar 42, 4 % dan pada balita sebesar 40,6% sedangkan
angka mortabilitas pada bayi akibat pneumonia sebesar 24% dan pada
balita sebesar 36% (Kunoli, 2012, p. 217).

Sources Similarity

PLAGIARISM SCAN REPORT

Words
368 Date September 13,2019

Characte
2822 Exclude Url

0
0% 100% 14

27
Plagiarized
Plagiarism Unique Unique Sentences
Sentences

Content Checked For Plagiarism

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA KONSEP PENYAKIT Definisi ISPA adalah


maksukknya mikroorganisme (bakteri,virus,riketsia) keadalam saluran
pernafasan yang menimbulkan gejala penyakit yang dapat berlangsung
selama 14 hari (Wijayaningsih, 2013, p. 1). ISPA merupakan radang akut
saluran pernafasan atas amaupun bawah yang disebabkan oleh infeksi
jasat renik atau bakteri, virus, maupun reketsia tanpa atau disertai
dengan radang parenkim paru (Wijayaningsih, 2013, p. 1). ISPA
merupakan saluran penyakit pernafasn atas dengan perhatian khusus
pada radang paru (pneumonia), dan bukan penyakit telinga dan
tenggorokan (Kunoli, 2012, p. 217). ISPA adalah salah satu penyakit
penyebab kematian pada usia balita dan anak-anak (Kunoli, 2012, p.
217). Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa ISPA yaitu
gangguan sistem pernafasan akut yang disebabkan oleh mikroorganisme
(bakteri, virus, jamur) yang menyerang bagian pernafasan atas dan
pernafasan bagian bawah. Etiologi Etiologi ISPA lebih dari 300 jenis
bakteri (diplococcus pneumonia, pneumococcus, strepococcus pyogenes
staphylococcus aureus, haemophillus influenza, genus streptococcus,
stafilococcus, pneumococcus, hemoviluss, bordetalla, dan corine
bacterium) Virus (influenza, adenovirus, sitomegagalovirus, micovirus)
Jamur aspergillus.sp. gandidaalbicans histoplasm) aspirasi (makanan,
asap kendaraan bemotor, bahan bakar minyak tanah, cairan amnion
pada saat lahir, benda asing ( biji-bijian) mainan plastik kecil, dll
(Wijayaningsih, 2013, p. 2). Bakteri dan virus yang paling sering menjadi
ISPA diantaranya bakteri stafilococcus dan streptococcus serta virus
influenza yang diudara bebas akan masuk dan menempel pada saluran
pernafasan bagian atas yaitu tenggorakan dan hidung. Peralihan musim
kemarau ke musim hujan juga menimbulkan resiko serangan ISPA.
Beberapa faktor lain yang berkontribusi atas kejadian ISPA pada anak
adalah sttus gizi kurang, rendahnya asupan antioksidan dan buruknya
sanitasi lingkunga (Wijayaningsih, 2013, p. 2). Berikut beberapa faktor-
faktor resiko yang mempengaruhi terjadinya ISPA: Usia Pasien yang
umurnya lebih muda seperti anak-anak yang usianya lebih muda
biasanya sering terkena ISPA dikarenakan daya tahan tubuhnya
berkurang. Anak dengan status imunisasi Anak yang lengkap
imunisasinya daya tahan tubuhnya lebih baik dibandingkan dengan anak
yang status imunisasinya tidak lengkap. Lingkungan Lingkungan yang
kotor dan tercemar oleh polusi biasanya berpotensi menjadi factor
penyebab ISPA (Wijayaningsih, 2013, pp. 3-4). Penyebaran penyakit
ISPA ada tiga cara: Melalui aerosol (partikel halus) yang lembut karena
batuk-batuk. Melalui aerosol yang lebih berat. Terjadi pada waktu batuk-
batuk dan bersin. Melalui kontak langsung atau tidak langsung dari
benda-benda yang telah dicemari oleh jasad renik (Wijayaningsih, 2013,
pp. 2-3).

Sources Similarity

PLAGIARISM SCAN REPORT

28
Words
591 Date September 13,2019

Characte
4332 Exclude Url

3
11% 89% 25
Plagiarized
Plagiarism Unique Unique Sentences
Sentences

Content Checked For Plagiarism

Klasifikasi Ringan Batuk tanpa pernafasan cepat atau kurang dari 40 kali per
menit, hidung tersumbat atau berair, tenggorokan merah, telinga berair.
Sedang Batuk dan nafas cepat tanpa stridor, gendang telinga merah,
dari telinga keluar cairan kurang dari 2 minggu. Faringitis, purulen
dengan pembesaran kelenjar limfe leher yang nyeri tekan ( adentis
sevikal ). Berat Batuk dengan nafas cepat dan stridor, membran keabuan
bifaring, kejang-kejang, apnea, dehidrasi berat /tidur terus, tidak ada
sianosis. Sangat berat Batuk dengan nafas cepat, stridor dan sianosis
serta tidak dapat minum (Wijayaningsih, 2013, p.05). Komplikasi
Faringitis Faringitas merupakan peradangan yang terjadi pada faring
yang diakibatkan oleh streptokokus hemolitik, Stafilokokus, bakteri dan
virus.Faringitis biasanya ditandai dengan gejala seperti tenggorokan
merah, nyeri tenggorokan, demam, batuk, kesulitan menelan, dan suara
serak (Manurung dkk, 2013, pp. 71, 72). Tonsillitis Tonsilitis merupakan
peradangan pada bagian tonsi yang biasanya disebabkan oleh
strepkokus group A. Biasanya tanda dan gejala yang tampak seperti
demam, rasa sakit pada tenggorokan, kesulitan menenlan, malaise
(Manurung dkk, 2013, p. 82). Rinitis Rinitis adalah suatu inflamasi yang
timbul pada membran mukosa hidung dapat bersifat akut ataupun
kronisyang disebabkan oleh infeksi saluran pernafasan atas dan benda
asing yang masung kedalam hidung (Manurung dkk, 2013, pp. 79,81).
Laringitis Laringitis adalah peradangan yang terjadi pada membran
mukosa yang melapisi laring dan disertai dengan edema pita suara.
Laringitis biasanya disebabkan oleh virus, bakteri, perluasan infeksi
rinitis, suhu udara yang dingin, perubahan temperatur tiba-tiba,
pemajanan terhadap debu, bahan kimia, asap atau uap, merokok
berlebihan (Manurung dkk, 2013, pp. 74, 75). KONSEP ASUHAN
KEPERAWATAN Pengkajian Identitas ` Penyakit ISPA sering terjadi
pada anak-anak dan bayi karena daya tahan tubuhnya rendah dan
belum terbentuk sepenuhnya.Tetapi tidak menutup kemungkinan orang
dewasapun dapat terserang penyakit ISPA. Penyakit ini bisa menyerang
laki-laki maupun perempuan (Wahid & Suprapto, 2013, p. 194). Status
kesehatan saat ini Keluhan Utama (pasien mengalami batuk, sakit
tenggorokan, bersin, demam) (Wijayaningsih, 2013, hal. 4). Alasan
Masuk Rumah Sakit (biasanya pasien masuk rumah sakit dalam
keadaan batuk, sakit tenggorokan, dan demam) (Wijayaningsih, 2013,
hal. 4) Riwayat penyakit sekarang ( klien mengalami sakit tenggorokan,
batuk dan demam) (Wijayaningsih, 2013, hal. 4). Riwayat kesehatan
terdahulu Riwayat Penyakit Sebelumnya Adanya riwayat penyakit
29
sebelumnya terutama yang mendukung atau memperberat kondisi
system pernapasan pada klien saat ini. Seperti asma, pneumonia (Wahid
& Suprapto, 2013, p. 194). Riwayat penyakit keluarga Adanya riwayat
keturunan anggota keluarga yang pernah mengalaim sakit seperti klien.
Salah satu anggota keluarganya menderita penyakit asma (Wahid &
Suprapto, 2013, p. 194). Riwayat pengobatan Perawat perlu
mengklarifikasi pengobatan masa lalu dan riwayat alergi, catat adanya
efek samping yang terjadi dimasa lalu. Klien minum jeruk nipis dan
kecap saat mengalami batuk dan sakit tenggorokan (Wahid, 2013, hal.
195). Pemeriksaan Fisik Keadaan umum Kesadaran Pada penyakit ISPA
biasanya klien mengeluhkan sakit tenggorokan, demam, pilek, sakit saat
menelan. Tanda-tanda vital TD: tekanan darah meningkat RR:
pernapasan meningkat N: nadi teraba cepat Suhu : suhu meningkat (39-
400) (Wijayaningsih, 2013, hal. 197). Body System Sistem pernafasan
Inspeksi Tidak ada jaringan parut pada leher, tonsil tampak kemerahan
dan edema, membran mukosa hidung-faring tampak kemerahan, tidak
tampak penggunaan otot-otot pernafasan tambahan dan pernapasan
cuping hidung, tampak batuk tidak produktif. Palpasi Teraba adanya
pembesaran kelenjar tyroid, teraba adanya pembesaran kelenjar limfe
pada daerah leher atau nyeri tekan pada nodus limfa servikalis, adanya
demam. Perkusi Suara paru normal atau resonance Auskultasi Suara
nafas veskuler atau tidak terdengar ronchi pada kedua sisi paru
(Wijayaningsih, 2013, p. 5). Sistem kardiovaskuler Inspeksi : didapatkan
adanya kelemahan fisik secara umum Palpasi : denyut nadi cepat
Perkusi : batas jantung tidak mengalami pergeseran Auskultasi: tekanan
daran meningkat (Wahid & Suprapto, 2013, pp. 195 - 196).

Sources Simila
(DOC) laporan PBL 1 KESEHATAN MASYRAKAT - Academia.eduCompare text
2. Sedang Batuk dan nafas cepat tanpa stridor, gendang telinga merah,
dari telinga keluar cairan kurang dari 2 minggu. Faringitis purulen dengan 10%
pembesaran kelenjar limfe leher yang nyeri tekan (Adentis Servikal). 3. Berat
Batuk dengan nafas cepat dan stridor, membran keabuan di faring...
https://www.academia.edu/30885502/laporan_PBL_1_KESEHATAN_MASYRAK
AT

30
Askep/asuhan keperawatan ispa ~ kumpulan asuhan keperawatanCompare
text
klien minum jeruk nipis dan kecap saat mengalami batuk dan sakit
tenggorokan.195-196). sistem persyarafan. klien mengalami gejala
panas disertai juga tanda dan gejala sepertiberat : dirawat dirumah
sakit dan diberikan anti biotik parenteral, oksigen dan sebagainnya.
(kunoli, 2012, hal.
http://kumpulanaskepmalaikat.blogspot.com/2011/08/sap-ispa.html

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DGN ISPA | haniamalyaCompare text


Adanya demam. Teraba adanya pembesaran kelenjar limfe pada
daerah leher/nyeri tekan padaanodus limfe servikalis. Tidak
teraba adanya pembesaran kelenjar tyroid.
https://haniamalya.wordpress.com/2012/11/12/asuhan-keperawatan-klien-
dgn-ispa/

31
4%

4%

PLAGIARISM SCAN REPORT

Words
594 Date September 13,2019

Characte
4293 Exclude Url

0
0% 100% 24
Plagiarized
Plagiarism Unique Unique Sentences
Sentences

Content Checked For Plagiarism

Sistem persarafan Klien mengalami demam, merintih , meregang,


menggeliat (Wahid & Suprapto, 2013, p. 196). Sistem perkemihan
Jarang ditemukan gejala pada system perkemihan (Wahid & Suprapto,
2013, p. 196). Sistem pencernaan Klien mengalami nyeri perut,
penurunan nafsu makan dan penurunan berat badan (Wahid &
Suprapto, 2013, p. 196). Sistem integument Jarang ditemukan gejala
pada system integument (Wahid & Suprapto, 2013, hal. 196). Sistem
musculoskeletal Terjadi kelemahn fisik yang menyebabkan klien
bergantung terhadap bantuan orang lain (Wahid & Suprapto, 2013, p.
196). Sistem endokrin Jarang ditemukan gejala pada system endokrin
jika tidak ada komplikasi (Wahid & Suprapto, 2013, p. 196). Sistem
reproduksi Jarang ditemukan gejala pada system reproduksi (Wahid &
Suprapto, 2013, p. 196). Sistem penginderaan Pada bagian ssitem
pengindraan bagian konjungtiva, sclera normal, dan pupil dapat
menangkan cahaya dengan baik (Wahid
2. Suprapto, 2013, hal. 196). Sistem imun Gejala timbul karena
penurunan sistem daya tahan tubuh (Wahid & Suprapto, 2013, hal. 196).
Pemeriksaan penunjang Jenis pemeriksaan yang di lakukan pada
penyakit infeksi pernafaan menurut (Manurung dkk, 2013, pp. 49,54).
Kultur Hasil yang didapatkan adalah biakan kuman seusai dengan jenis
kuman. Biopsi Pengambilan bahan specimen jaringan untuk bahan
pemeriksaan Pemeriksaan Gas Darah Arteri. pH darah < 7,4 ;
bikarbonat: tinggi; Pco2: tinggi: asidosis respiratorik. Bronkoskopi
Mendeteksi lesi trakeo bonkial dan lokasi perdarahan, mengambil benda

32
asing. Penatalaksanaan Bukan pneumonia: tanpa pemberian anti biotic.
Perawatan di rumah, untuk batuk biasa menggunakan obat tradisional
atau obat lain yang tidak merugikan seperti kodein, dektrometorfan dan
antihistamin. Jika demam diberikan obat penurun panas (paracetamol).
Penderita dengan gejala batuk pilek pada pemerikaaan tenggorokan
didapt adanya eksudat dan pembesaran kelenjar getah bening harus
diberi antibiotic penisilin selama 10 hari. Pneumonia: di beri anti biotic
kortimoksasol per oral (dosis dewasa 2 x 2tablet dewasa). Bila penderita
diberi kontramoksasol keadaan penderita tetap, dapat dipakai obat
antibiotic pengganti yaitu ampisilin, amoksisilin (dosis anak: 20-40mg/kg
hari terbagi dalam 3 dosis dan dosis dewasa: 3x500mg) atau penisilin
prokain. Pneumonia berat: di rawat di rumah sakit , diberikan antibiotic
parenteral, oksigen dan sebagainya (Kunoli, 2012, p. 220). Diagnosa
keperawatan Diagnosa keperawatan yang dapat muncul pada penyakit
ISPA adalah sebagai berikut: Ketidak efektifan bersihan jalan napas b.d
hipersekresi jalan nafas Definisi : ketidak mampuan membersihkan
sekret atau obstruksi jalan nafas untuk mempertahankan jalan nafas
tetap paten. Batasan karakteristik. Subjektif : dispnea, sulit bicara,
ortopnea Objektif : gelisah, sianosis, bunyi nafas menurun, frekuensi
nafas berubah, pola nafas berubah. Kondisi klinis Situasional : merokok
aktif, merokok pasif, terpajan polutan (SDKI, 2016, p. 18). Hipertermi
berhubungan dengan proses infeksi Definisi :Perubahan suhu tubuh
dibawah rentan normal Penyebab : Proses infeksi Gejala dan Tanda
Mayor : Subjektif : Tidak tersedia Objektif : Suhu tubuh diatas nilai normal
Gejala dan Tanda Minor : Subjektif : Tidak tersedia Objektif : Kulit merah
Kejang Takikardi Takipnea Kulit terasa hangat Kondisi Klinis Terkait :
Proses infeksi Deficit nutrisi Definisi :asupan nutrisi tidak mencukupi
kebutuhan metabolic. Batasan karakteristik Subyektif :nyeri abdomen
(dengan atau tanpa penyakit), menolak makan Obyektif : bising usus
hiperaktif, rongga mulut terluka, kelemahan otot menelan dan
mengunyah menurun. Kondisi klinis Ketidak mampuan menelan atau
mencerna makanan akibat factor kesulitan menelan (Wilkinson, 2016, pp.
282 - 283). Nyeri akut Definisi : Merasa kurang senang, lega, dan
sempurna dalam fisik, dan psikospiritual, lingkungan, dan social.
Penyebab : Agen pencedera fisiologis (mis. Inflamasi) Gejala dan Tanda
Mayor : Subjektif : Mengeluh nyeri Objektif : Tampak meringis Bersikap
protektif (mis. Waspada, posisi menghindari nyeri Gelisah Frekuensi nadi
meningkat Sulit tidur Gejala dan Tanda Minor : Subyektif : Tidak tersedia
Obyektif : Peningkatan tekanan darah, nadi Nafsu makan berubah
Berfokus pada diri sendiri diaforesis Kondisi Klinis Terkait : Infeksi

33
Sources Similarity

PLAGIARISM SCAN REPORT

Words
684 Date September 13,2019

Characte
5311 Exclude Url

0
0% 100% 34
Plagiarized
Plagiarism Unique Unique Sentences
Sentences

Content Checked For Plagiarism

Intervensi Bersihan jalan nafas tidak efektif Tujuan dan criteria hasil : batuk
efektif, mengeluarkan secret secara efektif, mempunyai jalan napas yang
paten (Wilkinson, 2016, pp. 26 - 27). Intervensi (NIC) Aktivitas
Keperawatan Kaji dan dokumentasian keefektifan pemberian oksigen
dan terapi lain; keefektifan obat yang diprogramkan; hasil oksimetri nadi;
frekuensi , kedalaman, dan upaya pernapasan; factor yang berhubungan
seperti nyeri, batuk tidak efektif, dan keletihan Auskultasi bagian dada
interior dan posterior untuk mengetahui penurunan atau ketiadaan
ventilasi dan adanya suara napas tambahan. Persiapan jalan napas
(NIC): tentukan kebutuhan pengisapan oral atau trakea; pantau status
oksigen pasien. Penyuluan untuk pasien/keluarga Informasikan kepada
pasien dan kelaurga tentang larangan merokok didalam ruang
perawatan; beri penyuluhan tentang pentingnya berhenti merokok.
Pengisapan jalan napas (NIC): instruksikan kepada pasien atau keluarga
tentang cara pengisapan jssalan napas. Aktivitas Kolaboratif
Konsultasikan kepada ahli terapi pernapasan; jika perlu konsultasikan
dengan dokter. Berikan oksigen yang telah dilembabkan sesuai
kebijakan institusi. Lakukan dengan terapi aerosol, nebulizer ultrasonic,
dan perawatan lainya sesuai kebijakan isntitusi. Aktivitas Lain Anjurkan
untuk aktivitas fisik untuk memfasilitasi pengeluaran secret. Anjurkan
penggunaan spirometer insentif (Smith-Sims, 2001). Jika pasien tidak
dapat melakukan ambulasi, pindahkan pasien dari satu sisi ke sisi lain
tempat tidur setiap dua jam sekali. Atur posisi pasien dengan posisi semi
fowler atau fowler untuk melebarkan jalan napas (Wilkinson, 2016, p. 27).
Nyeri Akut Tujuan dan criteria hasil : tidak mengalami gangguan dalam
frekuensi pernapasan , denyut jantung, atau tekanan darah (Wilkinson,
2016, p. 297). Intervensi (NIC) Aktivitas Keperawatan Gunakan laporan
pertama dari pasien untuk dijadikan pengkajian. Minta pasien untuk
meilai nyeri atau tidak dengan menggunakan skala nyeri 0 – 10 (0 : tidak
ada nyeri, 10: nyeri hebat) Gunakan bagan alir yeri untuk memantau
peredaan nyeri oleh analgesic dan efek sampingnya. Manajemen nyeri
(NIC) : Lakukan pengkajian nyeri yang komprehensif meliputi lokasi,

34
frekuensi, karakteristik, awitan, durasi keparahan nyeri. Observasi isyarat
nonverbal ketidaknyamanan khusunya pada mereka yang tidak mampu
komunikasi efektif. Penyuluhan Pasien/Keluarga Sertakan dalam
instruksi pemulangan pasien obat khusus yang harus diminum, frekuensi
pemberian, dan efek samping obat. Instruksikan pasien untuk
menginformasikan kepada perawat jika peredaaan nyeri tidak tercapai
Informasikan pada pasien tentang hal hal yang dapat menimbulkan nyeri
dan penangananya. Manajemen NIC: berikan informasi tentang nyeri,
penyebab, dan antisipasi ketidaknyamanan; anjurkan teknik
nonfarmakologi. Aktivitas Kolaboratif Manajemen nyeri: gunakan
tindakan pengendalian nyeri sebelum nyeri bertambah berat.
Konsultasikan kepada dokter Aktivitas Lain Bantu pasien melakukan
tindakan yang efektif seperti distraksi. Lakukan perubahan posisi,
masase punggung dan relaksasi Manajemen nyeri NIC: libatkan keluarga
dalam modalitas peredaan nyeri; kurangi factor yang dapat
mempengaruhi respon nyeri (Wilkinson, 2016, p. 298). Hipertermi Tujuan
dan criteria hasil: menunjukkan termogulasi, dibuktikan dengan indicator
1-5 (gangguan ekstrem, berat, ringan atau tidak mengalami);
peningkatan suhu tubuh. Pasientidak memperlihatkan keringat,
menggigil, dan merinding; mempertahankan tanda-tanda vital dalam
keadaan normal; melaporkan suhu yang nyaman; melaporkan tanda dan
gejala awal dari hipertermi (Wilkinson, 2016, p. 47). Intervensi NIC
Aktivtas Keperawatan Kaji tanda dan gejala awal hipotermi Untuk
dewasa lakukan pemeriksaan suhu oral Regulasi suhu NIC: pantau dan
laporkan tanda atau gejala hipotermi. Penyuluhan pasien/ keluarga
Instruksikan pasien dan keluarga tentang tindakan untuk meminimalkan
fluktuasi suhu: hipertermi: minum cairan yang cukup dihari/cuaca panas;
mempertahankan suhu lingkungan yang stabil. Instruksikan pada pasien
dan keluarga untuk mengenali dan melaporkan tanda dan gejala awal
hipertemi: kulit kering, sakit kepala, peningkatan nadi, peningkatan suhu,
iritabilitas suhuh diatas 37,80C dan kelemahan. Aktivitas Kolaboratif
Kolaborasikan dengan dokter jika hidrasi adekuat tidak dapat
dipertahankan Regulasi suhu (NIC): berikan obat antipiretik jika perlu
Aktivitas Lain Regulasi suhu (NIC): berikan suhu lingkungan sesuai
dengan kebutuhan pasien. Deficit nutrisi Tujuan dan criteria hasil :
memperlihatkan status nutrisi yang dibutuhkan dengan menggunakan
indicator 1-5 ( gangguan ekstrem, berat, sedang, rigan, tidak ada)
Intervensi NIC Aktivitas Keperawatan Kaji dan dokumentasi derajat
kesulitan mengunyah dan menelan Penyuluhan untuk pasien/keluarga
Ajarkan pasien/keluarga tentang makanan yang bergizi tapi tidak mahal
Manajemen nutrisi (NIC): berikan informasi yag tepat

tentang kebutuhan nutrisi dan bagaimana memenuhinya Aktivitas


Kolaboratif Konsultasikan dengan ahli terapi okupasi Aktivitas Lain
Siapkan kateter penghisap disamping tempat tidur dan alat
penghisap selama makan bila diperlukan Ubah posisi pasien semi
fowler atau fowler untuk memudahkan menelan Letakkan makanan
pada mulut yang tidak bermasalah untuk menelan (Wilkinson, 2016,
p. 285).

35
Sources

Similarity

Anda mungkin juga menyukai