Anda di halaman 1dari 8

KETERAMPILAN

RESTRAIN

KELOMPOK 1 :

1. Dissa Natalia Ramadani (201821010)


2. Elizabeth Linda Praswati (201821013)
3. Lea Christina Purnama (201821020)
4. Metri Satya Darma (201821023)
5. Nadianovita Fitriyanti (201821026)
6. Silvy Ayu Ningtyas (201821033)

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN

STIKES St. ELISABETH

SEMARANG

2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Intensive Care Unit (ICU) merupakan suatu bagian dari rumah sakit yang mandiri dengan
staf khusus dan perlengkapan yang khusus. Pasien yang layak dirawat di ruang ini yaitu
pasien yang memerlukan intervensi medis segera, pemantauan kontinyu serta pengelolaan
fungsi sistem organ tubuh secara terkoordinasi oleh tim intensive care. Hal tersebut dilakukan
supaya pasien terhindar dari dekompensasi fisiologis serta dapat dilakukan pengawasan yang
konstan, terus menerus dan pemberian terapi titrasi dengan tepat (Kemenkes RI,2012).
Pada pasien di ICU sebagian besar mengalami penrunan kesadaran. Penurunan kesadaran
merupakan masalah kedaruratan

Berat pada fungsi serebral. Banyak penyebab dari penurunan kesadaran antara lain infeksi
(meningitis bakteri) atau inflamasi (sepsis), struktural (traumatik, neoplasma, infark cerebri,
abses, hidrosefalus), metabolik (hipoglikemia), nutrisi (defisiensi thiamin) dan toksik
(keracunan alkohol) (Goysal, 2016). Menurut Goysal (2016) penatalaksanaan yang dilakukan
pada pasien penurunan kesadaran yaitu mengelola pernapasan dengan posisi yang baik
supaya jalan napas paten, mempertahankan tekanan darah tetap stabil, menjaga keamanan
pasien dari resiko jatuh salah satu caranya dengan pemasangan restrain fisik.
Saat ini isue utama dalam pelayanan kesehatan adalah masalah patient Safety / keselamatan
pasien, keselamatan pasien adalah suatu system yang membuat asuhan pasien lebih aman,
meliputi asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan risiko pasien, pelaporan dan analisis
insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya, serta implementasi solusi
untuk meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh
kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil. (PERMENKES RI No. 11 Tahun 2017 tentang Keselamatan Pasien).
Insiden Keselamatan Pasien, adalah setiap kejadian yang tidak disengaja dan kondisi yang
mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera yang dapat dicegah pada pasien, terdiri
dari kejadian tidak diharapkan (KTD), kejadian tidak cedera (KTC), kejadian nyaris cedera
(KNC) dan kejadian potensial cedera (KPC). (PERMENKES RI No. 11 T Tahun 2017
tentang Keselamatan Pasien).
Restrain / pengikatan fisik (dalam psikiatri) secara umum mengacu pada suatu bentuk
tindakan menggunakan tali untuk mengekang atau membatasi gerakan ekstremitas individu
yang berperilaku diluar kendali. Pengikatan fisik merupakan alternatif intervensi terakhir jika
dengan intervensi verbal (persuasi)

B. Tujuan Umum

Mengetahui Standart Operasional Prosedur dalam mengaplikasikan memasang


restrain.

C. Tujuan Khusus
- Mampu mengetahui pengertian dari restrain
- Mampu mengetahui tujuan penggunaan restrain pada pasien cemas dan
penurunan kesadaran
- Mampu mengaplikasikan penggunaaan restrain sesuai standart operasional
prosedur

D. Manfaat
Makalah ini dibuat agar penmbaca dapat mengetahui prosedur kerja pemasangan
restrain pada pasien dengan kecemasan dan penurunan kesadaran.
BAB II

ISI

A. Pengertian Restrain
Restrain adalah terapi dengan alat-alat mekanik atau manual untuk membatasi
mobilitas fisik klien, dilakukan pada kondisi khusus, merupakan intervensi yang
terakhir jika perilaku klien sudah tidak dapat diatasi atau di kontrol dengan strategi
perilaku maupun modifikasi lingkungan.

B. Tujuan Tindakan
1. Mempertahankan mobilisasi sendi
2. Mencegah terjadinya kontraktur
3. Mencegah klien jatuh, dan mencabut alat medis yang digunakan

C. Indikasi dan kontra Indikasi

1. Indikasi
a) Pasien dengan penurunan kesadaran disertai gelisah
b) Pasien yang memerlukan pengawasan dan penjagaan ketat di ruangan yang
aman
c) Pasien yang menunjukan perilaku beresiko membahayakan dirinya sendiri
dan orang lain.
d) Perilaku agitasi yang tidak dapat dikendalikan dengan pengobatan
e) Ancaman terhadap integritas fisik yang berhubungan dengan penolakan
pasien untuk istirahat
2. Kontraindikasi
a) Pasien yang tidak mendapatkan izin tertulis dari keluarga pasien untuk
melaksanakan prosedur.
b) Pasien kooperatif
D. Alat-alat.
1. Jaket restrain
2. Belt restrain
3. Ekstermiti restrain
E. Prosedur Kerja

N ASPEK
O
A Pra interaksi
1 Mempersiapkan alat
a. Jaket restrains
b. Belt restains
c. Ekstermity restarains
2 Verifikasi data
A Fase orientasi
1. Memberikan salam
2. Memperkenalkan diri
3. Menjelaskan tujuan tindakan
4. Menanyakan kesiapan pasien
B Fase kerja
1. Mencuci tangan
2. Menempatkan klien dal;am posisi tubuh yang sesuai dengan
pemasangan restrain
3. Memasang restrain
- Jaket restrain
Meletakkan rompi restrain diatas pakaian klien
Tempatkan klien diatas tempat tidur atau kursi roda
- Belt restrain
Meletakan restrain dipinggang klien, bukan dibagian dada dan
dihindari pemakaian terlalu kencang
- Extremitas restrain
Membantu klien dalam posisi lateral
- Gunakan alas dibawah restrain
C Fase terminasi
1. Merapikan klien
2. Melakukan evaluasi tindakan
3. Menyampaikan rencana tindak lanjut
4. Merapikan alat
5. Mencuci tangan
6. berpamitan
D Penampilan
1. ketenangan
2. melakukan komunikasi terapeutik
3. ketelitian selama tindakan
4. keamanan klien selama tindakan
5. keamanan perawat selama tindakan

F. Hal hal yang perlu diperhatikan


1. Selama meninggalkan klien, pastikan bel tempat tidur mudah dijangkau
2. Setiap 15-30 mnt, restrain harus di cek penempatannya dan sirkulasi daerah
pemasangan restrain (nadi, suhu, warna, dan sensasi)
3. Setiap 2jam lepaskan restrain dan lakukan ROM
4. Setiap 8jam kaji kebutuhan pemasangan restrain
BAB III
KESIMPULAN

A. Kesimpulan
Restrain adalah terapi dengan alat-alat mekanik atau manual untuk membatasi
mobilitas fisik klien, dilakukan pada kondisi khusus, merupakan intervensi yang
terakhir jika perilaku klien sudah tidak dapat diatasi atau di kontrol dengan
strategi perilaku maupun modifikasi lingkungan. Tujuan pemasangan dari restrain
adalah mempertahankan mobilisasi sendi, mencegah terjadinya kontraktur,
mencegah klien jatuh, dan mencabut alat medis yang digunakan. Restrain pada
pasien yang mengalami penurunan kesadaran di ruang ICU mampu memberikan
efek positif mengurangi luka pada ekstremitas sehingga tidak menambah
permasalahan baru.
B. Saran
Kita sebagai perawat kiranya harus melakukan tugas dengan tanpa
menimbulkan masalah yang dapat merugikan diri sedniri maupun pasien.
Diharapkann makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun pembaca dan
dapat dijadikan salah satu referensi dan buku bacaan
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai