Rangsangan yang diterima oleh reseptor nyeri dapat berasal dari berbagai faktor dan
dikelompokkan menjadi beberapa bagian, yaitu:
Reseptor nyeri dalam tubuh adalah ujung-ujung saraf telanjang yang ditemukan
hampir pada setiap jaringan tubuh. Impuls nyeri dihantarkan ke Sistem Saraf Pusat
(SSP) melalui dua sistem Serabut. Sistem pertama terdiri dari serabut Aδ bermielin
halus bergaris tengah 2-5 µm, dengan kecepatan hantaran 6-30 m/detik. Sistem kedua
terdiri dari serabut C tak bermielin dengan diameter 0.4-1.2 µm, dengan kecepatan
hantaran 0,5-2 m/detik.
Pusat nyeri terletak di talamus, kedua jenis serabut nyeri berakhir pada neuron traktus
spinotalamus lateral dan impuls nyeri berjalan ke atas melalui traktus ini ke nukleus
posteromidal ventral dan posterolateral dari talamus. Dari sini impuls diteruskan ke
gyrus post sentral dari korteks otak.
Rihinitis adalah inflamasi pada lapisan dalam hidung yang dikarakterisasi dengan
adanya gejala-gejala nasal seperti rinore, anterior atau posterior, bersin-bersin,
hidung tersumbat, dan hidung gatal. Obat yang biasa digunakan antara lain :
a. Antihistamin
Antihistamin dapat dikonsumsi oleh penderita rihinitis alergi untuk
mengurangi bersin dan meredakan hidung gatal serta tersumbat. Antihistamin
dapat dikonsumsi dalam bentuk pil atau semprotan hidung
b. Dekongestan
Dekongestan berentuk semprot hidung berfungsi untuk meredkan hidung
tersumbat. Dekongestan dapat dikonsumsi dalam bentuk tablet atau semprot
untuk hidung
c. Kortikosteroid
Kortikosteroid berbentuk semprotan hidung berfungsi menurangi reaksi
peradangan pada hidung sehingga dapat meredakan gejala-gejala rhinitis
alergi, seperti hidung gatal, merah, dan tersumbat.
5. Penggunaan beberapa kombinasi pada obat terapi GERD di antarnya :
a. Antasida dan turunan asam alginat antasida
Pasien harus dididik bahwa antasida adalah komponen yang tepat untuk
mengobati GERD ringan, meskipun dokumentasi keberhasilan antasida dalam uji
klinis terkontrol plasebo kurang. Meskipun literatur agak kontraversial pada
keunggulan antasida dengan plasebo, dokter dan pasien jelas menganggap
antasida efektif untuk segera mengurangi gejala-gejala, dan antasida yang sering
digunakan bersama dengan terapi asam. Mempertahankan integrastik lebih dari 4
mengurangi aktifitas pepsinogen kepepsin, enzim proteolik. Produk kombinasi
bila lebih baik dibanding antasida sendirian dalam memngurangi gejala GERD.
Produk kombinasi antasida atau antasida dapat menyebabkan efek samping
gasrtointestinal (diare atau sembelit, tergantung pada produk). Perubahan dalam
metabolisme mineral, dan gangguan asam basa. Antasida yang mengandung
aluminium dapat mengikat fosfat dalam usus dan mengakibatkan demineralisasi
tulang. Selain itu, antasida berinteraksi dengan berbagai obat-obatan dengan
mengubah pH lambung, meningkatkan pH urin, menyerap obat untuk permukaan
mereka, memberikan penghalang fisik untuk penyerapan, atau membentuk
kompleks larut dengan obat lain. Antasida memiliki interaki obat yang signifikan
secara klinis dengan tetrasiklin, besi sulfat, isiniazid, quinidine, sulfonilurea, dan
antibiotik kuinolon. Interaksi antasida dengan beberapa obat dipengaruhi oleh
komposisi, dosis, jadwal dosis, dan perumusan antasid tersebut. Secara umum,
antasida memiliki durasi obat yang singkat sehingga memerlukan administrasi
sering sepanjang hari untuk memberikan netralisasi asam terus menerus.
Mengkonsumsi antasida setelah makan dapat meningkatkan durasi obat dari
sekitar 1 jam sampai 3 jam, namun penekanan asam pada malam hari tidak dapat
dipertahankan dengan dosis tidur.