Anda di halaman 1dari 9

Intoleransi Laktosa dan Penanganannya

Amarce Estevina Yoteni – 102013328


Timothy John – 102014207
Annisa Nova - 102015075
Kisi Wulandari – 102016057
Nathania Dwianti Setiawan – 102016120
Edward Anderson Nainggolan – 102016160
Ilyana Prasetya Hardyanti - 102016223
James Winston - 102016245
Nurul Iffah Syahirah - 10201626
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No. 6, Jakarta Barat - Indonesia
Abstrak
Laktosa intoleran adalah salah satu dari banyak penyakit yang menyerang sistem
pencernaan manusia. Seperti yang kita tahu, bahwa setiap orang yang menderita kelainan ini,
tidak dapat mengonsumsi makanan ataupun minuman yang didalamnya terdapat unsur susu.
Umumnya jika orang tersebut meminum atau memakan sesuatu yang ada unsur susu didalamnya,
maka dia akan mengalami buang air besar secara terus menerus atau diare.
Kata kunci: Laktosa intoleran, diare, susu
Abstract
Intolerant lactose is one of many diseases that attack the human digestive system. As we
know, that anyone who suffers from this disorder, can not consume food or drink in which there
is the element of milk. Generally if the person is drinking or eating something that there is an
element of milk in it, then he will experience continuous defecation or diarrhea.
Key words: Lactose intolerance, diarrhea, milk

Pendahuluan
Di dalam susu dan produk susu lainnya terkandung komponen gula atau karbohidrat yang
dikenal dengan laktosa (gula susu). Pada keadaan normal, tubuh dapat memecah laktosa menjadi
gula sederhana dengan bantuan enzim laktase. Berbeda dengan sebagian besar mamalia yang
tidak lagi memproduksi laktase sejak masa menyusui, pada manusia, laktase terus diproduksi
1
sepanjang hidupnya. Tanpa laktase yang cukup manusia tidak dapat/ tidak mampu mencerna
laktosa sehingga akan mengalami gangguan pencernaan seperti sakit perut dan diare yang
dikenal sebagai intoleransi laktosa atau defisiensi laktase.1

Anamnesis
Anamnesis adalah suatu komunikasi dua arah antara dokter dan pasien atau keluarga
dekat pasien sehari-hari. Tujuan anamnesis ini adalah untuk mengetahui keluhan utama, keluhan
penyerta, riwayat penyakit pasien dan keluarganya.2
Pada kasus skenario 4 didapat hasil anamnesis sebagai berikut:
 Bayi laki-laki 6 bulan
 Bayi mendapat asi
 Setelah minum susu sapi BAB lebih sering
 BAB tidak ada darah dan lender
 Tidak ada demam, bersin, pilek, dan ruam kulit

Pemeriksaan Fisik
Berdasarkan skenario, hasil pemeriksaan fisik yang didapat adalah:
 Anak aktif
 TTV normal
 Mata tidak cekung
 Perut tidak kembung
 Turgor kulit normal
 Tangan dan kaki normal
 Bising usus meningkat
 Di anus terdapat kemerahan
Pada pemeriksaan fisik yang dilakukan pada penderita, didapatkan nyeri perut yang
makin parah bila perut ditekan. Selain itu juga terdapat peningkatan suara peristaltik usus pada
auskultasi.3

Pemeriksaan Penunjang

2
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada penderita laktosa intoleran yaitu:

Pemeriksaan pH tinja4
o Tinja pada keadaan normal memiliki pH 7-8. Pada keadaan malabsorpsi
laktosa, akibat fermentasi laktosa oleh bakteri di usus besar yang membentuk
asam lemak rantai pendek, pH tinja menjadi rendah yaitu kurang dari 6.

Barium Lactose Meal4
o Caranya yaitu mempuasakan pasien semalam. Lalu pasien diberikan larutan
barium-laktosa (50ml barium sulfat dan laktosa 2,2 g / kgBB) disertai foto
esophagus, gaster, dan usus halus. Lalu pasien ditidurkan ke sisi kanan selama 1
jam dan dilakukan foto polos abdomen dalam posisi supinasi. Jika positif, tampak
dilatasi usus halus dan ada pengenceran barium.

Breath Hydrogen Test (Lactometer)4
o Pasien diminta untuk menarik napas lebih kurang 5 detik melalui mouth piece
atau untuk anak kecil menggunakan sungkup selama 20-30 detik. Lalu substrat
(Laktosa 2gr/kgBB – maksimal 50 gram dalam larutan 20% atau 10% bagi bayi
berumur kurang dari 6 bulan) diminum dan kadar gas hydrogen nafas diukur
setiap 30 menit selama 3 jam. Jika positif, terjadi peningkatan gas hydrogen nafas
diatas 20 ppm sebelum 2 jam setelah pemberian larutan laktosa.

Biopsi mukosa usus halus3
o Uji definitif pada intoleransi laktosa adalah biopsi mukosa usus halus. Metode ini
jarang digunakan karena bersifat invasif. Keuntungannya adalah dapat diketahui
secara pasti adanya defisiensi enzim laktase pada mukosa intestinal. Prosedur ini
dilakukan melalui endoskopi, kemudian dilakukan biopsi pada mukosa intestinal.
Pada mukosa yang telah diambil dilakukan uji aktivitas enzim laktase. Pada
penderita intoleransi laktosa akan didapatkan penurunan aktivitas enzim laktase.

Working Diagnosis
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang, bayi tersebut
didiagnosa mengalami diare akut et causa intoleransi laktosa. Intoleransi laktosa didefinisikan
sebagai timbulnya gejala-gejala pada saluran pencernaan sesudah makan atau minum bahan-
bahan yang mengandung laktosa. Gejala yang timbul dapat merupakan nyeri perut, diare,
3
flatulen, dan kembung yang berlangsung singkat. Intoleransi laktosa terjadi karena adanya
kerusakan pada mukosa usus halus yang menyebabkab defisiensi lactose (enzim lactase).5

Differential Diagnosis
-Diare ec Alergi Susu Sapi6
Sindroma klinik akibat sanitasi seseorang terhadap protein susu sapi yang diabsorpsi
melalui mukosa usus halus yang permeabel. Sindrom ini ditandai dengan gejala klinis yang khas
yaitu: muntah, diare kronis, malabsorpsi, gangguan pertumbuhan dan biopsi usus halusnya
ditemukan mukosa abnormal.
Kriteria diagnostik :
a. Gejala-gejala menghilang sesudah eliminasi susu sapi
b. Gejala-gejala tampak kembali 48 jam sesudah pemberian susu sapi
c. Reaksi-reaksi pada pemberian kembali susu sapi tersebut harus terjadi 3 kali beturut-turut
dengan gejala klinis yang sama baik mengenai masa timbulnya maupun lama
sindromnya.
-Diare ec Infeksi7
Penyebab diare yang terbanyak adalah karena infeksi. Diare infeksi dapat disebabkan
Virus, Bakteri, dan Parasit. Diare akut karena infeksi dapat disertai keadaan muntah-muntah
dan/atau demam, tenesmus, hematochezia, nyeri perut atau kejang perut. Jika penanganan
terhadap penyakit ini tidak tepat waktu, dapat menyebabkan dehidrasi, pernapasan lebih dalam
dan cepat, denyut nadi yang cepat, tekanan darah menurun, gelisah, pucat, akral kebiruan,
aritmia jantung, perfusi ginjal menurun, anuria, gagal ginjal akut, dan gangguan aliran darah. Di
negara Barat, penyebab terseringnya karena foodborne infections dan waterborne infections yang
disebabkan bakteri Salmonella spp, Campylobacter jejuni, Stafilococcus aureus, Bacillus
cereus, Clostridium perfringens dan Enterohemorrhagic Escherichia coli (EHEC). Di Indonesia
penyebab terbanyaknya adalah Vibrio cholerae 01, diikuti dengan Shigella spp, Salmonella spp,
V. Parahaemoliticus, Salmonella typhi, Campylobacter Jejuni, V. Cholera non-01, dan
Salmonella paratyphi A.
Etiologi
Laktosa merupakan sumber energi utama dan hanya terdapat di dalam susu mamalia.
Laktosa ini akan diuraikan oleh enzim laktase (β-galactosidase) yang terdapat di brush border

4
mukosa usus halus, menjadi glukosa dan galaktosa, yang kemudian akan diserap oleh tubuh di
usus halus. Enzim Laktase ini terdapat di bagian luar pada brush border mukosa usus halus. Bila
ada kerusakan mukosa (serangan gastroenteritis), enzim laktase yang selalu mendapat
gangguan (defisiensi laktase sekunder) dan hal ini yang paling sering dijumpai.
Intoleransi laktosa terjadi karena defisiensi enzim laktase tersebut sehingga laktosa tidak dapat
diurai dan diserap oleh usus halus.8

Epidemiologi
Secara global, diperkirakan 65-75% penduduk dunia sebenarnya mengalami defisiensi
lactase primer dan sangat sering terjadi pada orang Asia, Amerika Selatan, dan Afrika.9

Patofisiologi
Laktosa yang terdapat didalam susu mamalia, akan diuraikan menjadi glukosa dan
galaktosa oleh enzim lactase. Namun apabila enzim lactase ini tidak ada, maka laktosa tidak
dapat diuraikan. Laktosa yang tidak diserap oleh bakteri (terutama Escherichia coli) yang banyak
didalam usus akan merubah laktosa tersebut menjadi asam organic, antara lain: laktat, asam
format, asam asetat, propionate, dan asam butirat disamping gas CO 2 dan hydrogen.
Pembentukan asam organic ini akan meningkatkan osmolaritas didalam lumen usus, sehingga
akan menarik air, dan elektrolit dari mukosa kedalam lumen. Peninggian cairan didalam isi
lumen usus akan merangsang perisaltik. Akibatnya pada intoleransi laktosa ditemukan
peningkatan peristaltic, pH tinja bersifat asam (<6), dan tingginya gas hydrogen. Gas hydrogen
yang terbentuk dalam usus tersebut akan berdifusi kedalam darah, dan selanjutnya sampai pada
udara respirasi. Banyaknya gas didalam usus akan menyebabkan peregangan saluran pencernaan
yang juga menimbulkan rasa nyeri.10

Manifestasi Klinis11
Gejala intoleransi laktosa terjadi dalam jangka waktu 30 menit hingga 2 jam setelah makan
produk-produk susu, gejala tersebut termasuk:
 Sakit perut
 Kram
5
 Kembung
 Mual
 Diare
 Mengeluarkan gas
 Terasa sakit
 Suara menggemuruh di perut
Anak-anak memiliki gejala yang sedikit berbeda:
 Diare berbuih
 Ruam gatal
 Pertumbuhan dan perkembangan yang melambat
 Kadang-kadang muntah

Komplikasi
Komplikasi dari laktosa intoleran adalah:12
-Osteopenia, kondisi di mana kepadatan mineral tulang yang sangat rendah. Jika tidak diobati,
dapat berkembang menjadi osteoporosis.
-Osteoporosis, kondisi yang menyebabkan tulang menjadi kurus dan lemah. Jika Anda menderita
osteoporosis, risiko patah tulang akan meningkat.
-Malnutrisi terjadi ketika dalam proses pergantian pola makan dan makanan yang dimakan tidak
terkandung nutrisi yang penting.
-Berat badan turun. Penurunan berat badan yang berlebihan dapat mengganggu kesehatan dan
mengakibatkan osteoporosis

Penatalaksanaan13
Sebagian besar diare pada anak self-limited diseases, sehingga jangan terburu-buru
memberikan antibiotik dan mengubah diet. Tatalaksana utama adalah mencegah dehidrasi dan
gangguan nutrisi. Langkah optimal tata laksana diare karena intoleransi laktosa yaitu:
1. Pemberian cairan rehidrasi oral (CRO) hipotonik
2. Rehidrasi cepat (3-4 jam)

6
3. ASI harus tetap diberikan
4. Realimentasi segera dengan makanan sehari-hari
5. Susu formula yang diencerkan tidak dianjurkan
6. Susu formula khusus diberikan sesuai indikasi
7. Antibiotik hanya berdasarkan indikasi kuat.
Jenis-jenis Intoleransi Laktosa14
Intoleransi laktosa dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu:
 Intoleransi laktosa primer, yaitu penurunan produksi laktase yang terjadi seiring
bertambahnya usia. Umumnya dimulai pada usia 2 tahun, namun keluhan baru muncul
saat remaja atau dewasa. Kondisi ini paling umum terjadi dan disebabkan oleh faktor
genetik.
 Intoleransi laktosa sekunder. Jenis ini terjadi karena penurunan produksi laktase
sementara yang dapat disebabkan oleh penyakit celiac, penyakit chron, infeksi usus,
radang usus besar, atau kemoterapi.
 Intoleransi laktosa dalam masa perkembangan. Bayi dengan kelahiran prematur dapat
mengalami intoleransi laktosa secara sementara, akibat usus halus belum berkembang
sempurna saat dilahirkan.
 Intoleransi laktosa bawaan. Bayi yang lahir dengan sedikit atau tanpa memiliki enzim
laktase. Kondisi ini sangat langka, namun bisa terjadi disebabkan kelainan genetik yang
diturunkan dari kedua orang tua.

Pencegahan
Pencegahan intoleransi laktosa yaitu menghindari makanan atau minuman apa pun
yang mengandung laktosa. seperti produk susu (keju, susu, yogurt dan semacamnya). Makanan
vegan adalah alternatif yang baik karena susu kedelai, yogurt kedelai, dan lainnya tidak
mengandung laktosa.Mereka yang tidak menderita intoleransi laktosa berat hanya dapat fokus
pada makanan dengan kandungan laktosa rendah, seperti keju Cheddar atau keju Swiss rendah
laktosa, dan yogurt.15

Prognosis

7
Gejala tidak akan timbul ketika anda tidak mengonsumsi susu, produk susu, dan sumber
laktosa yang berasal dari makanan yang anda makan. Jika tidak ada perubahan pola makan, pada
bayi dan anak-anak dapat mengganggu pertumbuhannya.16

Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas, diare yang dialami bayi tersebut karena penyakit
laktosa intoleran. Perlu penanganan yang tepat pada bayi tersebut sehingga tidak menimbulkan
komplikasi yang dapat mengganggu kesehatan dan pertumbuhannya.

Daftar Pustaka
1. Egayanti, Yusra. Kenali Intoleransi Laktosa Lebih Lanjut dalam InfoPOM vol. 9. No. 1.
Januari 2008, hal.1-3.
2. Sibuea W.H, Frenkel M. Pedoman dasar anamnesis dan pemeriksaan jasmani. Jakarta:
CV. Sagung Seto; 2007.h. 7-15
3. Wicaksono M. A. Intoleransi laktosa.
https://drive.google.com/file/d/0Bx8eC1QkvspuNWFvTUgtVnlocG8/view. Diakses
tanggal 11 Mei 2018.
4. Tehuteru E. S. Malabsorpsi laktosa pada anak. http://www.univmed.org/wp-
content/uploads/2011/02/Vol.18_no.3_4.pdf. Diakses tanggal 11 Mei 2018.
5. Hull D, Johnson DI. Dasar-dasar pediatri. Jakarta: EGC; 2008.h. 162-3.
6. Ilmu kesehatan anak : buku kuliah 1. Jakarta : Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, 2007. Cetakan ke-11.h.299-301.
7. Zein U., Sagala K. H., Ginting J. Diare akut disebabkan bakteri.
http://library.usu.ac.id/download/fk/penydalam-umar5.pdf. Diakses tanggal 12 Mei 2018.
8. Sinuhaji A. B. Intoleransi laktosa.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/15641/mkn-des2006-
%20(8).pdf;jsessionid=B3C0EC51CD83D710497DD0BBCFB16344?sequence=1.
Diakses tanggal 12 Mei 2018.
9. Intanwati S. Intoleransi laktosa. http://aulanni.lecture.ub.ac.id/files/2012/04/intoleransi-
laktosa-dr.sherly.pdf. Diakses tanggal 12 Mei 2018.

8
10. Oenzil F. Ilmu gizi: pencernaan, penyerapan dan detoksikasi zat gizi. Jakarta: Hipokrates;
2003.h. 48-51.
11. Samiadi L. A., Savitri T. Apa itu intoleransi laktosa (lactose intolerance)?.
https://hellosehat.com/penyakit/intoleransi-laktosa-lactose-intolerance/. Diakses tanggal
12 Mei 2018.
12. Lactose intolerance. https://www.hse.ie/eng/health/az/l/lactose-
intolerance/complications-of-lactose-intolerance.html. Diakses tanggal 12 Mei 2018.
13. Hegar B. Intoleransi laktosa. http://www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-
anak/intoleransi-laktosa. Diakses tanggal 13 Mei 2018.
14. Willy T. Pengertian intoleransi laktosa. https://www.alodokter.com/intoleransi-laktosa.
Diakses tanggal 13 Mei 2018.
15. Prevention of lactose intolerance. https://ic.steadyhealth.com/prevention-of-lactose-
intolerance. Diakses tanggal 13 Mei 2018.
16. Lactose intolerance. https://medlineplus.gov/ency/article/000276.htm. Diakses tanggal 13
Mei 2018.

Anda mungkin juga menyukai