Anda di halaman 1dari 16

Apendisitis Akut dan Penatalaksaannya

Amarce Estevina Yoteni – 102013328


Timothy John – 102014207
Annisa Nova - 102015075
Kisi Wulandari – 102016057
Nathania Dwianti Setiawan – 102016120
Edward Anderson Nainggolan – 102016160
Ilyana Prasetya Hardyanti - 102016223
James Winston - 102016245
Nurul Iffah Syahirah - 10201626
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Universitas Kristen Krida Wacana

Jalan Arjuna Utara, No 6, Jakarta 11510.

Abstrak

Apendisitis akut adalah suatu radang yang timbul secara mendadak pada apendiks dan
merupakan salah satu penyakit abdomen akut yang paling sering ditemui. Apendisitis akut
merupakan radang bakteri yang dicetuskan berbagai faktor, diantaranya adalah hiperplasia
jaringan limfe, fekalith, tumor apendiks dan cacing ascaris dapat juga menimbulkan
penyumbatan. Insiden apendisitis akut lebih tinggi pada negara maju dibandingkan dengan
negara berkembang. Menurut data epidemiologi apendisitis akut jarang terjadi pada balita,
sedangkan meningkat pada pubertas, dan mencapai puncaknya pada saat remaja dan awal usia
20-an, dan angka ini menurun pada usia menjelang dewasa. Mengetahui apendisitis akut ini
merupakan salah satu penyakit abdomen akut, penatalaksanaan bedah harus segera dilakukan.
Komplikasi yang terburuk yang akan terjadi pada kasus apendisitis akut adalah peritonitis akibat
dari perforasi appendiks.

Kata kunci: Apendisitis akut, akut abdomen, peritonitis, perforasi.

Abstract

1
Acute appendicitis is an inflammation that arises suddenly in the appendix and is one of
the most common cuses of acute abdomen. Acute apendicitis is a bacterial inflammation
triggered by many factors, including the lymphatic tissue hyperplasia, fecalith, tumor of the
appendix and ascaris worms which can cause blockage. The incidence of acute apendisitis is
higher in developed countries than developing countries. According to epidemiological data;
acute apendicitis is rare in infants, whereas increases during puberty, and reaches its peak during
adolescence and early 20’s, and this figure decreases at the age of adulthood. Perceived that
acute apendicitis is one of the acute abdomen syndrome, surgical management should be done
immediately. The worst complication that will occur in cases of acute apendisitis is peritonitis
resulting from appendix perforation.

Key words : Acute apendicitis, acute abdomen, peritonitis, perforation

Pendahuluan

Apendisitis adalah peradangan yang terjadi pada apendiks vermiformis, dan merupakan
penyakit abdomen akut yang paling sering terjadi. Apendiks atau umbai cacing hingga saat ini
fungsinya belum diketahui dengan pasti, namun sering menimbulkan keluhan yang mengganggu.
Apendiks merupakan tabung panjang, sempit, menghasilkan lendir 1 – 2 ml/hari. Lendir itu
secara normal dicurahkan dalam lumen dan selanjutnya dialirkan ke sekum. Bila ada hambatan
dalam pengaliran lendir tersebut maka dapat mempermudah timbulnya apendisitis (radang pada
apendiks).1

Apendisitis dapat ditemukan pada semua peringkat umur, namun sedikit rendah pada
anak yang kurang dari satu tahun. Ini adalah karena disebabkan oleh struktur anatomi appendiks
itu sendiri. Appendiks akut merupakan infeksi bacteria dan mempunyai banyak faktor pencetus.
Antaranya adalah hyperplasia jaringan limfe, kebiasaan makan makanan serat rendah juga
menjadi salah satu pencetus.

Anamnesis

Pemeriksaan ke atas pasien dimulai dengan wawancara atau anamnesis. Anamnesis adalah
wawancara antara dokter, penderita atau keluarga penderita yang mempunyai hubungan dekat
dengan pasien, mengenai semua data tentang penyakit. Dalam anamnesis, harus diketahui adalah
identitas pasien, keluhan utama, riwayat penyakit sekarang dan dulu, riwayat kesihatan keluarga,

2
riwayat peribadi dan riwayat ekonomi. Dalam rekam medik, perlu ada anamnesis, pemeriksaan
fisik, pemeriksaan penunjang, diagnosis kerja, penatalaksanaan dan prognosis..

1. Identitas

2. Riwayat penyakit sekarang

3. Riwayat penyakit dahulu

4. Riwayat penyakit keluarga

5. Riwayat sosial

Pemeriksaan fisik

Pada apendisitis akut, dengan pengamatan akan tampak adanya pembengkakan (swelling) rongga
perut dimana dinding perut tampak mengencang (distensi). Pada perabaan (palpasi) didaerah
perut kanan bawah, seringkali bila ditekan akan terasa nyeri dan bila tekanan dilepas juga akan
terasa nyeri (Blumberg sign) yang mana merupakan kunci dari diagnosis apendisitis akut.

Dengan tindakan tungkai kanan dan paha ditekuk kuat / tungkai di angkat tinggi-tinggi, maka
rasa nyeri di perut semakin parah. Kecurigaan adanya peradangan usus buntu semakin bertambah
bila pemeriksaan dubur dan atau vagina menimbulkan rasa nyeri juga. Suhu dubur (rectal) yang
lebih tinggi dari suhu ketiak (axilla), lebih menunjang lagi adanya radang usus buntu.

Inspeksi : Pada apendisitis akut sering ditemukan adanya abdominal swelling, sehingga pada
pemeriksaan jenis ini biasa ditemukan distensi perut. Kembung bila terjadi perforasi. Penonjolan
perut kanan bawah terlihat pada appendikuler abses.1

Palpasi : Pada daerah perut kanan bawah apabila ditekan akan terasa nyeri. Dan bila tekanan
dilepas juga akan terasa nyeri. Nyeri tekan perut kanan bawah merupakan kunci diagnosis dari
apendisitis.

3
1. Rovsing sign

Pada penekanan perut kiri bawah akan dirasakan nyeri pada perut kanan bawah karena tekanan
meransang peristaltic dan udara usus sehingga mengerakkan peritoneum sekitar appendiks yang
meradang.

2. Nyeri tekan Mc Burney

Pada palpasi didapatkan titik nyeri tekan kuadran bawah atau titik Mc Burney dan ini merupakan
tanda kunci diagnosis.

3. Nyeri lepas (Blumberg sign)

Rebound tenderness (nyeri lepas tekan) adalah nyeri yang hebat (dapat dengan mimic muka) di
abdomen kanan bawah saat tekanan secara tiba-tiba dilepaskan setelah dilakukan penekanan
yang perlahan dan dalam titik Mc Burney.

4. Defence muscular (rangsangan m. rectus abdominalis)

Defence muscular adalah nyeri tekan seluruh lapangan abdomen menunjukkan adanya
rangsangan peritoneum parietale.

5. Uji psoas dan uji obturator

Psoas sign terjadi karena adanya rangsangan m.psoas oleh peradangan yang terjadi pada
appendiks. Terdapat 2 cara untuk memeriksa:

a. Aktif: pasien terlentang, tungkai kanan lurus ditahan pemeriksa, pasien memfleksi
articulation coxae kanan dan nyeri perut kanan bawah.
b. Pasif: pasien miring ke kiri, paha kanan dihiperekstensikan oleh pemeriksa,nyeri perut
kanan bawah

Obturator sign adalah nyeri yang terjadi apabila panggul dan lutut difleksi kemudian dirotasi
kearah dalam dan luar secara pasif, hal tersebut menunjukkan peradangan terletak di daerah
hipogastrium (appendiks pelvic)

4
Perkusi

Nyeri ketok positif dan pada auskultasi peristaltic normal, peristaltik negative pada ileus kerana
peristonitis generalsita akibat apendisitis perforate.

Auskultasi

Peristaltic normal, peristaltic negative pada ileus paralitik karena generalisata akibat apendisitis
perforate. Auskultasi tidak banyak membantu dalam menegakkan diagnosis apendisitis. Tetapi
jika sudah terjadi peritonitis maka terdengan bunyi peristaltic usus.

Pemeriksaan colok dubur (rectal toucher)

Pemeriksaan ini dilakukan pada apendisitis, untuk menentukan letak apendiks, apabila letaknya
sulit diketahui. Jika saat dilakukan pemeriksaan ini dan terasa nyeri, maka kemungkinan
apendiks yang meradang terletak didaerah pelvis. Pemeriksaan ini merupakan kunci diagnosis
pada apendisitis pelvika.

Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjung atau laboratorium sangat penting karena hanya dengan hasil
laboratorium kita dapat menyakinkan lagi diagnosis yang telah ditegakkan. Antara uji yang
dilakukan adalah;

Pemeriksaan laboratorium

Beberapa pemeriksaan laboratorium dapat dilaksanakan:

1. Pemeriksaan darah lengkap

Pada pemeriksaan darah lengkap ditemukan jumlah leukosit antara10.000-20.000/ml


(leukositosis) dan neutrofil diatas 75%.

2. Test protein reaktif (CRP).

5
Bagi pemeriksaan protein reaktif (CRP) ditemukan jumlah serum yang meningkat. Jika
terjadi peningkatan yang lebih dari itu, maka kemungkinan apendiks sudah mengalami perforasi
(pecah).

3. Pemeriksaan urin

Untuk melihat adanya eritrosit, leukosit dan bakteri di dalam urin. Pemeriksaan ini sangat
membantu dalam menyingkirkan diagnosis banding seperti infeksi saluran kemih atau batu ginjal
yang mempunyai gejala klinis yang hampir sama dengan apendisitis.

Pemeriksaan Radiologi

1. Foto polos abdomen

Pada apendisitis akut, pemeriksaan foto polos abdomen tidak banyak membantu. Mungkin
terlihat adanya fekalit pada abdomen sebelah kanan bawah sesuai dengan lokasi appendiks.
Gambaran ini ditemukan pada 20% kasus. Foto polos abdomen supine pada abses appendiks
kadang-kadang member pola bercak udara dan air fluid level pada posisi berdiri/LLD
(decubitus), kalisifikasi bercakrim-like (melingkar) sekitar perifer mukokel yang asalnya dari
appendiks.

2. Ultrasonografi (USG)

USG banyak digunakan untuk mendiagnosis appendisitis akut mahupun apendisitis dengan
abses. Appendiks yang normal jarang tampak dengan pemeriksaan ini. Appendiks yang
meradang tampak sebagai lumen tubuler, diameter lebih dari 6mm, tidak ada peristaltic pada
penampakan longitudinal dan gambaran target pada penampakan transversal. Pada apendisitis
akut, ditemukan adanya fekalit, udara intralumen, diameter appendiks lebih 6mm, penebalan
dinding appendiks lebih dari 2mm dan pengumpulan cairan perisekal. Ultrasound dapat
mengidentifikasi appendiks yang membesar atau abses. Walau begitu, appendiks hanya dapat
terlihat pada 50% pasien yang menderita apendisitis. Oleh karena itu, dengan tidak terlihatnya
appediks pada pemeriksaan ultrasound tidak menyingkirkan adanya apendisitis.2

6
3. Laparoscopy

Dibidang bedah,laparoscopy dapat berfungsi sebagai alat diagnostic dan terapi. Disamping dapat
mendiagnosis apendisitis secara langsung, laparoscopy juga dapat digunakan untuk melihat
keadaan organ intraabodomen lain. Hal ini sangat bermanfat terutama pada pasien wanita. Pada
apendisitis akut, laparoscopy diagnostic biasanya dilanjutkan dengan appendektomi laparoscopy.

4. CT Scan

Pada keadaan normal appendiks, jarang tervisualisasi dengan pemeriksaan scanning ini.
Gambaran penebalan dinding appendiks dengan jaringan lunak sekitar melekat, mendukung
keadaan appendiks yang meradang. CT Scan mempunyai sensitivitas dan spesifikasi yang tinggi
yaitu 90-100% dan 96-97%, serta akurasi 94-100%. CT Scan sangat baik untuk mendeteksi
appendiks dengan abses atau flegmon. Pada pasien tidak hamil, CT Scan pada daerah appendiks
sangat berguna untuk mendiagnosis apendisitis dan abses periappendikular sekaligus
menyigkirkan adanya penyakit lain dalam rongga perut dan pelvis yang menyerupai apendisitis.2

5. Apendikogram

Pemeriksaan ini adalah dengan menggunakan kontras barium sulfat serbuk halus yang diminum
hingga masuk ke daerah apendiks. Hasil dari pemeriksaan ini dapat menunjukkan pengisian
apendiks secara penuh (full filling appendix) atau partial filling appendix atau non fillinf
appendix.

Working diagnosis

Appendiks akut

Differential diagnosis

1. Batu ginjal

Umumnya batu ginjal akan menyebabkan nyeri perut bagian bawah.Rasa nyeri yang timbul
ditentukan oleh lokasi dari batu saluran kemih. Batu saluran kemih yang terdapat di ginjal

7
menimbulkan 2 macam rasa nyeri: nyeri kolik dan nyeri nonkolik. Nyeri kolik (hilang timbul)
disebabkan oleh streching (peregangan) sistem penampungan. Nyeri nonkolik, yang terasa sakit
terus-menerus, disebabkan oleh peregangan pembungkus ginjal.Batu pada ureter atas atau tengah
biasanya akan menyebabkan rasa nyeri pinggang hebat yang menjalar ke perut bagian bawah.
Seterusnya adanya darah yang keluar bersama urin (hematuria) dan urin yang disertai dengan
pasir atau batu (kristaluria) akan membantu konfirmasi adanya batu saluran kemih. Batu yang
terdapat di saluran kemih ini menjadi tempat bersarangnya kuman yang tidak dapat dijangkau
dengan obat-obatan. Dapat juga terjadi demam , nausea (rasa tidak enak, mual) dan vomiting
(muntah) dan juga sering berkemih.3

2. Kehamilan ektopik terganggu

Kehamilan ektopik memiliki tanda-tanda seperti kehamilan pada umumnya terlambat haid, mual
dan muntah, mudah lelah, perabaan keras pada payudara.

Tanda-tanda yang harus diperhatikan pada kehamilan ektopik adalah nyeri hebat pada perut
bagian bawah, nyeri tersebut dapat terasa tajam awalnya kemudian perlahan-lahan menyebar ke
seluruh perut. Nyeri bertambah hebat bila bergerak. Pada pasien dengan KET juga akan
mengalami nyeri lepas pada pemeriksaan fisik abdomen. Distensi abdomen dengan shifting
dullness merupakan petunjuk adanya darah bebas.. Seterusnya dapat terjadi perdarahan vagina
(bervariasi, dapat berupa bercak atau banyak seperti menstruasi).3,4

3. Adneksitis

Adneksitis atau salphingo-ooritis adalah suatu infeksi asendens melalui uterus ke tuba falopii
yang dapat masuk ke rongga peritoneum dan meluas ke jaringan sekitarnya. Penyakit radang
pelvic ini juga dikenali sebagai pelvic inflammatory disease (PID). Penyakit radang panggul
bervariasi dari ringan sehingga berat. Gejala umum yang ditemukan adalah nyeri perut. Nyeri
tersebut timbul karena radang di tuba, di alat sekitarnya yang turut terlibat dan mungkin oleh
rangsang peritoneum. Sifat nyeri mirip dengan nyeri pada apendisitis akut. Nyeri bersifat
sinambung, sering bilateral, serta sering meningkat bila bergerak.

8
Penderita mungkin demam, menggigil, mual dan juga muntah. Pada pemeriksaan didapatkan
nyeri tekan perut bagian bawah dan mungkin disertai dengan defans muskuler local.3,5

Apendisitis akut

Anatomi dan fisiologi

Apendiks ataupun disebut juga sebagai usus buntu adalah suatu organ yang berpangkal pada
sekum dan berbentuk tabung dengan panjang kira-kira 10 cm. apendiks memiliki lumen sempit
dibagian proksimal dan melebar pada bagian distal. Saat lahir, apendiks pendek dan melebar
dipersambungkan dengan sekum. Apendiks mendapat vaskularisasi dari arteriapendicular yang
merupakan cabang dari arteri ileocolica. Apendiks memiliki lebih dari 6 saluran limfe melintangi
mesoapendiks menuju ke nodus limfe ileoceaca.

Parsarafan parasimpatis berasal dari cabang n.vagus yang mengikuti a.mesenterika superior dan
a.apendikularis, sedangkan persarafan simpatis berasal dari n.torakalis X. Oleh karena itu nyeri
visceral pada apendisitis bermula disekitar umbilicus. Apendiks menghasilkan lendir 1-2 ml
perhari kemudian lendir akan dicurahkan ke sekum. Jika terdapat hambatan maka,akan terjadi
apendisitis akut. GALT( Gut Associated Lymphoid Tissue) yang terdapat pada apendiks
menghasilkan Ig-A. Namun, jika apendiks diangkat tidak ada mempengaruhi sistem imun tubuh
karena jumlahnya yang sedikit sekali.

Letak apendiks ini selalunya dalam posisi retrocaecal tetapi sering juga dideskripsikan
dalam pelbagai posisi kerna ujungnya yang mudah bergerak dan mungkin ditemukan pada
tempat- tempat berikut ; preilieal, postilieal, promontoric, pelvic, subcecal, paracolic/Prececal
,retrocaecal/Retrocolic (paling sering) .6,7

Apendiks vermiformis mendapat pendarahan dari arteri appendicularis cabang dari


a.illiocaecalis yang juga merupakan cabang dari a.mesenterika superior. A.appendicularis
merupakan arteri tanpa kolateral, makanya, sekiranya berlaku obstruksi pada arteri ini, sehingga
apbila terjadi thrombus akan berakibat terbentuknya ganggren dan berakibat lanjut terjadinya
perforasi apendiks.

9
Epidemiologi

Insidens apendisitis akut di negara maju lebih tinggi daripada di negara berkembang,
namun dalam tiga-empat dasawarsa terakhir menurun secara bermakna. Kejadian ini diduga
disebabkan oleh meningkatnya pengunaan makanan berserat dalam menu sehari-hari. Insidens
pada lelaki dan perempuan umumnya sebanding kecuali pada umur 20-30 tahun, insidens lelaki
lebih tinggi. Apendisitis dapat ditemukan pada semua umur, hanya pada anak kurang dari satu
tahun jarang dilaporkan, mungkin karena tidak diduga. Insidens tertinggi pada kelompok umur
20-30 tahun, setelah itu menurun.1

Etiologi

Apendisitis umumnya terjadi karena infeksi bakteri. Berbagai hal berperan sebagai faktor
pencetusnya.Diantaranya adalah obstruksi yang terjadi pada lumen apendiks.Obstruksi ini
biasanya disebabkan karena adanya timbunan tinja yang keras (fekalit), hiperplasia jaringan
limfoid, tumor apendiks, striktur, benda asing dalam tubuh, dan cacing askaris dapat pula
menyebabkan terjadinya sumbatan.

Namun, diantara penyebab obstruksi lumen yang telah disebutkan di atas, fekalit dan
hiperplasia jaringan limfoid merupakan penyebab obstruksi yang paling sering terjadi. Penyebab
lain yang diduga menimbulkan apendisitis adalah ulserasi mukosa apendiks oleh parasit E.
histolytica.

Penelitian epidemiologi menunjukkan peranan kebiasaan mengkonsumsi makanan rendah


serat dan pengaruh konstipasi terhadap timbulnya penyakit apendisitis.Tinja yang keras dapat
menyebabkan terjadinya konstipasi. Kemudian konstipasi akan menyebabkan meningkatnya
tekanan intrasekal yang berakibat timbulnya sumbatan fungsional apendiks dan meningkatnya
pertumbuhan kuman flora kolon biasa. Semua ini akan mempermudah timbulnya apendisitis.1

Patologi

Patologi apendisitis berawal di jaringan mukosa dan kemudian menyebar ke seluruh lapisan
dinding apendiks. Jaringan mukosa pada apendiks menghasilkan mukus (lendir) setiap harinya.
Terjadinya obstruksi menyebabkan pengaliran mukus dari lumen apendiks ke sekum menjadi

10
terhambat. Makin lama mukus makin bertambah banyak dan kemudian terbentuklah bendungan
mukus di dalam lumen. Namun, karena keterbatasan elastisitas dinding apendiks, sehingga hal
tersebut menyebabkan terjadinya peningkatan tekanan intralumen. Tekanan yang meningkat
tersebut akan menyebabkan terhambatnya aliran limfe, sehingga mengakibatkan timbulnya
edema, diapedesis bakteri, dan ulserasi mukosa. Pada saat inilah terjadi apendisitis akut fokal
yang ditandai oleh nyeri di daerah epigastrium di sekitar umbilikus.1,2

Jika sekresi mukus terus berlanjut, tekanan intralumen akan terus meningkat. Hal ini akan
menyebabkan terjadinya obstruksi vena, edema bertambah, dan bakteri akan menembus dinding
apendiks. Peradangan yang timbul pun semakin meluas dan mengenai peritoneum setempat,
sehingga menimbulkan nyeri di daerah perut kanan bawah. Keadaan ini disebut dengan
apendisitis supuratif akut.

Bila kemudian aliran arteri terganggu, maka akan terjadi infark dinding apendiks yang disusul
dengan terjadinya gangren. Keadaan ini disebut dengan apendisitis ganggrenosa. Jika dinding
apendiks yang telah mengalami ganggren ini pecah, itu berarti apendisitis berada dalam keadaan
perforasi.

Sebenarnya tubuh juga melakukan usaha pertahanan untuk membatasi proses peradangan ini.
Caranya adalah dengan menutup apendiks dengan omentum, dan usus halus, sehingga terbentuk
massa periapendikuler yang secara salah dikenal dengan istilah infiltrat apendiks. Di dalamnya
dapat terjadi nekrosis jaringan berupa abses yang dapat mengalami perforasi. Namun, jika tidak
terbentuk abses, apendisitis akan sembuh dan massa periapendikuler akan menjadi tenang dan
selanjutnya akan mengurai diri secara lambat.

Pada anak-anak, dengan omentum yang lebih pendek, apendiks yang lebih panjang, dan dinding
apendiks yang lebih tipis, serta daya tahan tubuh yang masih kurang, memudahkan terjadinya
perforasi. Sedangkan pada orang tua, perforasi mudah terjadi karena adanya gangguan pembuluh
darah.

Apendiks yang pernah meradang tidak akan sembuh dengan sempurna, tetapi akan membentuk
jaringan parut. Jaringan ini menyebabkan terjadinya perlengketan dengan jaringan sekitarnya.

11
Perlengketan tersebut dapat kembali menimbulkan keluhan pada perut kanan bawah. Pada suatu
saat organ ini dapat mengalami peradangan kembali dan dinyatakan mengalami eksaserbasi.1,3

Gejala klinis

Apendisitis akut seriang tampil dengan gejala khas yang didasari oleh radang mendadak
umbai cacing yang memberikan tanda setempat, disertai maupu tidak disertai rangsang
peritoneum local. Gejala klinis apendisitis ialah nyeri samar-samar dan tumpul yang merupakan
nyeri visceral di daerah apigastrium di sekitar umbilukus. Keluhan ini sering disertai mual dan
kadang ada muntah. Umumnya nafsu makan menurun. Dalam beberapa jam nyeri akan
berpindah ke kanan bawah ke titik Mc Burney. Disini nyeri dirasakan lebih tajam dan lebih jelas
letaknya seingga merupskan nyeri somatic setempat. Kadang tidak ada nyeri epigsatrium tetapi
terdapat konstipasi sehingga penderita merasa memerlukan obat pencahar. Tindakan itu dianggap
berbahaya karena bisa mempermudah terjadinya perforasi. Bila terdapat perangsangan
peritoneum biasanya pasien mengeluh sakit perut bila berjalan atau batuk.

Bila letak apendiks retrosekal di luar rongga perut, karena letaknya terlindung sekum
maka tanda nyeri perut kanan bawah tidak begitu jelas dan tiak ada tanda rangsangan peritoneal.
Rasa nyeri lebih kearah perut sisi kanan atau nyeri timbul pada saat berjalan, karena kontraksi
otot psoas major yang menegang dari dorsal. Apendiks yang terletak di rongga pelvis, bila
meradang, dapat menimbulkan gejala dan tanda rangsangan sigmoid atau rectum sehingga
peristalsis meningkat, pengosoangan rectum akan menjadi lebih cepat dan rectum akan menjadi
lebih cepat dan berulang-ulang. Jika apendiks tadi menempel ke kandung kemih, dapat terjadi
peningkatan frekuansi kencing karena ransangan dindingnya.

Pada beberapa keadaan apendisitis agak sulit didiagnosis sehingga tidak ditangani pada
waktunya dan terjadi komplikasi. Gejala apendisitis akut pada anak tidak spesifik. Gejala
awalnya sering hingga rewel dan tidak mau makan. Anak sering tidak bisa melukiskan rasa
nyerinya. Dalam beberapa jam kemudian akan timbul muntah-muntah dan anak menjadi lemah
dan letergik. Karena gejala yang tidak khas tadi, sering apendisitis diketahui setelah proferasi.
Pada bayi, 80-90 % apendisitis baru diketahui setelah terjadi perforasi.

12
Pada orang berusia lanjut gejalanya juga sering samar-samar saja. Tidak jarang terlambat
diagnosis. Akibatnya lebih dari separuh pasien baru dapat didiagnosis setelah proferasi. Pada
kehamilan, keluhan utama apendisitis adalah nyeri perut, mual dan muntah. Yang perlu
diperhatikan ialah, pada kehamilan trimester pertama sering juga terjadi mual dan muntah. Pada
kehamilan lanjut sekum dengan apendiks terdorong ke kraniolateral sehingga keluhan tidak
dirasakan di perut kanan bawah tetapi lebih ke region lumbal kanan.7

Komplikasi

Beberapa komplikasi yang dapat terjadi :

1. Perforasi

Keterlambatan penanganan merupakan alasan penting terjadinya perforasi. Perforasi appendix


akan mengakibatkan peritonitis purulenta yang ditandai dengan demam tinggi, nyeri makin hebat
meliputi seluruh perut dan perut menjadi tegang dan kembung. Nyeri tekan dan defans muskuler
di seluruh perut, peristaltik usus menurun sampai menghilang karena ileus paralitik.

2. Peritonitis

Peradangan peritoneum merupakan penyulit berbahaya yang dapat terjadi dalam bentuk akut
maupun kronis. Keadaan ini biasanya terjadi akibat penyebaran infeksi dari apendisitis. Bila
bahan yang menginfeksi tersebar luas pada permukaan peritoneum menyebabkan timbulnya
peritonitis generalisata. Dengan begitu, aktivitas peristaltik berkurang sampai timbul ileus
paralitik, usus kemudian menjadi atoni dan meregang. Cairan dan elektrolit hilang ke dalam
lumen usus menyebabkan dehidrasi, gangguan sirkulasi, oligouria, dan mungkin syok. Gejala :
demam, lekositosis, nyeri abdomen, muntah, Abdomen tegang, kaku, nyeri tekan, dan bunyi usus
menghilang.

3. Massa Periapendikuler

Hal ini terjadi bila apendisitis gangrenosa atau mikroperforasi ditutupi pendindingan oleh
omentum. Umumnya massa apendix terbentuk pada hari ke-4 sejak peradangan mulai apabila

13
tidak terjadi peritonitis generalisata. Massa apendix dengan proses radang yang masih aktif
ditandai dengan keadaan umum masih terlihat sakit, suhu masih tinggi, terdapat tanda-tanda
peritonitis, lekositosis, dan pergeseran ke kiri. Massa apendix dengan proses meradang telah
mereda ditandai dengan keadaan umum telah membaik, suhu tidak tinggi lagi, tidak ada tanda
peritonitis, teraba massa berbatas tegas dengan nyeri tekan ringan, lekosit dan netrofil normal.3

Penatalaksanaan

Bila diagnosis klinis sudah jelas, tindakan yang paling tepat dan satu-satunya yang merupakan
tindakan yang paling balik adalah apendiktomi. Pada apendisitis tanpa komplikasi biasanya tidak
memerlukan penggunaan antibiotic, kecuali pada apendisitis gangrenisa dan perforata.
Penundaan tindakan bedah sambil memberikan antibiotic dapat mengakibatkan abses atau
perforasi. Appendektomi bisa dilakukan secara terbuka ataupun dengan cara laparoskopi. Bila
appendektomi terbuka, insisi McBurney yang paling banyak dipilih oleh ahli bedah. . Apabila
apendisitis baru diketahui setelah terbentuk massa periapendikuler, maka tindakan yang pertama
kali harus dilakukan adalah pemberian/terapi antibiotik kombinasi terhadap penderita. Antibiotik
ini merupakan antibiotik yang aktif terhadap kuman aerob dan anaerob. Setelah gejala membaik,
yaitu sekitar 6-8 minggu, barulah apendektomi dapat dilakukan. Jika gejala berlanjut, yang
ditandai dengan terbentuknya abses, maka dianjurkan melakukan drainase dan sekitar 6-8
minggu kemudian dilakukan apendisektomi. Namun, apabila ternyata tidak ada keluhan atau
gejala apapun dan pemeriksaan klinis serta pemeriksaan laboratorium tidak menunjukkan tanda
radang atau abses setelah dilakukan terapi antibiotik, maka dapat dipertimbangkan untuk
membatalkan tindakan bedah.

Pada penderita yang didiagnosisnya tidak jelas sebaiknya dilakukan observasi dahulu.
Pemeriksaan laboratorium dan ultrasonografi bisa dilakukan bila dalam observasi masih terdapat
keraguan. Bila tersedia laparoskop, tindakan laparoskopi diagnostic pada kasus meragukan dapat
segera menentukan akan dilakukan operasi atau tidak.1

Pencegahan

Appendisitis adalah penyakit yang tidak mempunyai sebab yang jelas, tetapi salah satu faktor
pencetusnya adalah daripada pola makan dan diet seseorang. Oleh itu, kita harus menjaga

14
pemakanan dengan memperbanyakkan pengambilan serat dan minum air putih yang banyak agar
tidak terjadi peningkatan waktu transit makanan di usus halus sehingga kelamaan bisa
menyebabkan obstruksi atau sumbatan dan seterusnya apendisitis. Olahraga yang teratur bisa
membuatkan sistem imun kita kuat untuk melawan sebarang apapun bentuk infeksi yang berlaku
di kawasan GIT kita.3

Prognosis

Prognosis pada pasien ini bisa baik jika dideteksi dan ditangani pada peringkat awal. Justeru,
dapat dilakukan tindakan bedah sebelum berlakunya perforasi.

Kesimpulan

Apendisitis akut adalah suatu radang yang timbul secara mendadak pada apendiks dan
merupakan salah satu kasus penyakit abdomen akut yang paling sering ditemui. Apendisitis akut
merupakan radang apendiks yang dicetuskan berbagai faktor, diantaranya adalah hiperplasia
jaringan limfe, fekalith, tumor apendiks dan bakteri. Apendisitis harus ditangani segera sebelum
terjadi perforasi apendiks.

Daftar pustaka

1. R. Sjamsuhidayat, Wim DJ. Appendisitis akut. Dalam Buku Ajar Ilmu Bedah. Ed. 2.
Jakarta : EGC, 2004.
2. DonaldC. MclLRATH. Kelainan bedah apendiks vermiformis. Sabiston DC. Sabiston
buku ajar bedah. Bagian 2. Jakarta: EGC; 2005.p. 1- 4
3. H. George Burkitt, Clive Reed R.G, Joanna Reed. Differential diangnoses of acute
apendisitis. Essential surgery: problems, diagnosis and management. 4th edition.
Churchchill Livingstone Elsevier publishing. 2007.p.393
4. Cunningham, Kenneth JL, Steven LB. Abnormalities of the reproduvtive tract. McGraw
Hill. 2005.

15
5. Alan H. Decherney, MD, Lauren Nathan. Current Obstetric and Gynecologic Diagnosis
and Treatment. McGraw Hill, 2003.p.708-733.
6. John T. Hansen and David R. Lambert. Clinical correlation of apendisitis. In: Paul Kelly,
Jennifer Surich, editors. Netter’s clinical anatomy. Published by Icon learning System
LLC. 2005. P.399.
7. Drake RL, Vogl AW, Mitchell ADM. Digestive system : In : Grays Anatomy For
Students. 2nd ed. Canada : Churchill Livingstone Elsevier, 2010

16

Anda mungkin juga menyukai