Grave's Disease Blok 21
Grave's Disease Blok 21
Metabolik Endokrin-2
Disusun oleh:
Timothy John
102014207
Kelompok D4
Fakultas Kedokteran
Universitas Kristen Krida Wacana
Abstrak
Penyakit Graves, juga dikenal sebagai gondok difus toksik, adalah penyakit autoimun yang
mempengaruhi tiroid. Ini sering menyebabkan dan merupakan penyebab hipertiroidisme yang
paling umum. Ini juga sering menghasilkan tiroid yang membesar. Tanda dan gejala
hipertiroid mungkin termasuk iritabilitas, kelemahan otot, masalah tidur, detak jantung cepat,
toleransi panas yang buruk, diare, dan penurunan berat badan yang tidak disengaja. Gejala
lain mungkin termasuk penebalan kulit pada tulang kering, yang dikenal sebagai myxedema
pretibial, dan mata menonjol, suatu kondisi yang disebabkan oleh Graves 'ophthalmopathy.
Sekitar 25 hingga 80% orang dengan kondisi mengembangkan masalah mata.
Abstract
Graves' disease, also known as toxic diffuse goiter, is an autoimmune disease that affects the
thyroid. It frequently results in and is the most common cause of hyperthyroidism. It also
often results in an enlarged thyroid. Signs and symptoms of hyperthyroidism may include
irritability, muscle weakness, sleeping problems, a fast heartbeat, poor tolerance of heat,
diarrhea, and unintentional weight loss.Other symptoms may include thickening of the skin
on the shins, known as pretibial myxedema, and eye bulging, a condition caused by Graves'
ophthalmopathy.About 25 to 80% of people with the condition develop eye problems.
Patogenesis penyakit Graves sampai sejauh ini belum diketahui secara pasti. Namun
demikian, diduga faktor genetik dan lingkungan ikut berperan dalam mekanisme yang belum
diketahui secara pasti meningkatnya risiko menderita penyakit Graves. Berdasarkan ciri-ciri
penyakitnya, penyakit Graves dikelompokkan ke dalam penyakit autoimun, antara lain
dengan ditemukannya antibodi terhadap reseptor TSH (Thyrotropin Stimulating Hormone -
Receptor Antibody /TSHR-Ab) dengan kadar bervariasi.1
Kelenjar tiroid manusia terletak mengitari bagian depan trachea dari bagian atas,
kelenjar ini terdiri 2 lobus yang dihubungkan oleh isthmus. Kelenjar ini diperdarahi A.tiroid
superior dan inferior. Sel-sel yang memproduksi hormone tiroid tersusun dalam folikel dan
mengkonsentrasikan iodin yang digunakan untuk sintesis hormone tiroid, hormone
bersirkulasi adalah tiroksin (T4) dan tri-iodotironin (T3). Kelenjar paratiroid menempel pada
tiroid dan memproduksi hormone paratiroid (parathormon ; PTH). PTH penting dalam
pengontrolan metabolism kalsium dan fosfat. Sel-sel parafolikuler terletak dalam tiroid
Kelenjar tiroid juga mengandung clear cell atau sel parafolikular atau sel C yang
mensintesis kalsitonin. T3 mempengaruhi pertumbuhan, diferensiasi, dan metabolism. T3
selain disekresi oleh kelenjar tiroid juga merupakan hasil deiodinasi dari T4 di jaringan
perifer. T3 dan T4 disimpan terikat pada 3 protein yang berbeda yaitu glikoprotein
tiroglobulin di dalam koloid dari folikel, prealbumin pengikat tiroksin dan albumin serum.
Hanya sedikit T3 dan T4 yang tidak terikat terdapat dalam sirkulasi darah.1
Anamnesis
Identitas pasien
Nama. Alamat, tempat tanggal lahir, umur, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan,
status social ekonomi keluarga. Keadaan social ekonomi. Termasuk anamnesis
mengenai factor resiko dan mengenai adanya gangguang aktivitas.
Keluhan utama
Keluhan utama adalah keluhan yang merupakan tujuan utama pasien datang mencari
seorang dokter. Dalam kasus yang akan saya bahas berisikan
“Pemebesaran leher yang kian membesar sejak 3 tahun lalu.”
Riwayat penyakit sekarang
Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum
Pada umumnya keadaan penderita lemah dan kesadarannya compos mentis dengan
tanda-tanda vital yang meliputi tensi, nadi, pernafasan, takikardi, dan suhu yang
berubah.2
2. Mata
a. Exopthalmus
b. Von Stelwag Sign : jarang berkedip
c. Joffroy Sign : tidak dapat mengerutkan dahi
d. Rossenbach Sign : tremor palpebara
e. Moebius Sign : mata gak bisa jereng, arah mata kemana-mana
f. Von Grave Sign : palpebral superior gak bisa menutup
3. Aktivitas/istirahat
Insomnia, otot lemah, gangguan koordinasi, kelelahan berat, atrofi otot.
4. Emosional
Mengalami stress yang berat, emosional maupun fisik, emosi labil, dan depresi
5. Makanan/cairan
Kelihangan berat badan yang mendadak, nafsu makan meningkat, makan banyak,
frekuensi makan meningkat, kehausan, mual dan muntah, pembesaran tiroid.
6. Kenyamanan
Tidak bisa bertoleransi terhadap cuaca panas, keringat berlebihan, suhu meningkat
37,4C, kulit hangat dan kemerahan, rambut tipis, mengkilat dan lurus.
7. Seksualitas
Inspeksi
Posisi pasien agak kebelakang dan perhatikan pergerakan tiroid ketika menelan,
simetris atau tidak ?2
Palpasi
Lakukan palpasi di sekitar daerah tiroid, raba dan perhatikan apakah ada perbesaran
atau tidak. Perhatikan bentuk dan konsistensi dari kelenjar tiroid itu sendiri.
Auskultasi
Pada kelenjar tiroid yang membesar, dapat terdengar bruit yang sinkron dengan
murmur sistolik, diastolic ataupun continuous murmur. Bruit terdengar pada
hipertiroid.
Pemeriksaan Penunjang
Kelainan laboratorium pada keadaan hipertiroidisme dapat dilihat pada skema dibawah ini:
Autoantibodi tiroid , TgAb dan TPO Ab dapat dijumpai baik pada penyakit Graves
maupun tiroiditis Hashimoto , namun TSH-R Ab (stim) lebih spesifik pada penyakit Graves.
Pemeriksaan ini berguna pada pasien dalam keadaan apathetic hyperthyroid atau pada
eksoftamos unilateral tanpa tanda-tanda klinis dan laboratorium yang jelas. Untuk dapat
memahami hasil-hasil laboratorium pada penyakit Graves dan hipertiroidisme umumnya,
perlu mengetahui mekanisme umpan balik pada hubungan (axis) antara kelenjar hipofisis dan
kelenjar tiroid. Dalam keadaan normal, kadar hormon tiroid perifer, seperti L-tiroksin (T-4)
dan tri-iodo-tironin (T-3) berada dalam keseimbangan dengan thyrotropin stimulating
hormone (TSH). Artinya, bila T-3 dan T-4 rendah, maka produksi TSH akan meningkat dan
sebaliknya ketika kadar hormon tiroid tinggi, maka produksi TSH akan menurun.
Pada penyakit Graves, adanya antibodi terhadap reseptor TSH di membran sel folikel
tiroid, menyebabkan perangsangan produksi hormon tiroid secara terus menerus, sehingga
kadar hormon tiroid menjadi tinggi. Kadar hormon tiroid yang tinggi ini menekan produksi
TSH di kelenjar hipofisis, sehingga kadar TSH menjadi rendah dan bahkan kadang-kadang
tidak terdeteksi. Pemeriksaan TSH generasi kedua merupakan pemeriksaan penyaring paling
sensitif terhadap hipertiroidisme, oleh karena itu disebut TSH sensitive (TSHs), karena dapat
Pemeriksaan penunjang lain seperti pencitraan (scan dan USG tiroid) untuk
menegakkan diagnosis penyakit Graves jarang diperlukan, kecuali scan tiroid pada tes supresi
tiroksin.4
Diagnosis kerja
Diagnosis banding
1. Toxic adenoma
Toksik adenoma adalah gangguan yang dapat berkembang ketika ada pertumbuhan
nodul tiroid yang memproduksi dan mengeluarkan jumlah hormone tiroid secara berlebihan.
Menurut definisi, jenis nodul tiroid ini adalah jinak. Sel-sel folikel dalam toksik adenoma
tidak berisiko untuk menyebar dan menyerang bagian lain dari leher atau tubuh. Sebagaimana
sel folikel dalam toksik adenoma membagi dan berkembang, mereka secara bertahap mulai
menjauh dari kontrol normal yang dikendali oleh kelenjar pituitari. Proses ini berlanjut
sampai sel-sel folikel ini mencapai titik di mana mereka dianggap berfungsi secara otonom,
memproduksi dan mensekresi hormon tiroid secara tidak terkendali. Jika jumlah hormon
tiroid yang disekresikan oleh sel-sel folikel ini melebihi kebutuhan normal, pasien mungkin
hadir dengan bukti hipertiroidisme atau hipertiroidisme subklinis. Toksik adenoma mencapai
sekitar 2% dari semua kasus hipertiroid di Amerika Serikat. Mereka dapat berkembang pada
usia berapa pun, meskipun sebagian besar pasien yang datang ke perhatian adalah antara 30
dan 60 tahun. Toksik adenoma adalah 5-15 kali lebih umum di kalangan wanita.5
Pasien yang didiagnosis dengan toksik adenoma biasanya hadir perhatian pada salah
satu dari dua cara. Beberapa pasien mungkin hadir dengan nodul tiroid terlihat yang mungkin
telah dicatat oleh pengamat, yang diidentifikasi pada pemeriksaan fisik, atau ditemukan
sebagai insidental menemukan gambar radiografi leher. Tes fungsi dapat mengkonfirmasi
Multinodular goiter terjadi apabila terdapat lebih dari satu hiper-berfungsi nodul pada throid
melepaskan hormone thyroid dalam jumlah yang berlebihan.sudah. Hal ini akan
menyebabkan terjadinya hipertiroidisme, tanpa efek oftalmologi yang terlihat pada penyakit
Grave. Multinodular goiter atau toxic nodular goiter ini paling sering terjadi pada wanita di
atas usia 60 tahun yang mengalami defesiensi yodium. Diagnosis laboratorium adalah sama
seperti dalam kasus hipertiroidisme yang lain dengan TSH rendah dan T4 & T3 yang tinggi.
Throid uptake scan akan memperlihatkan beberapa hotspots yang bersesuaian dengan nodul
hiperaktif, sedangkan sisanya dari kelenjar mengalami penurunan aktivitas.4
3. Tiroiditis subakut
Tiroiditis subakut adalah kondisi ‘self limiting’ tiroid yang terkait dengan perjalanan
klinis triphasic hipertiroidisme, hipotiroidisme, dan kembali ke fungsi tiroid normal.
Tiroiditis subakut mungkin bertanggung jawab untuk 15-20% dari pasien dengan
tirotoksikosis dan 10% dari pasien dengan hypothyroidism. Dikarenakan penyakit ini adalah
self limiting disease jadi tidak ada pengobatan khusus, seperti terapi pengganti antitiroid atau
hormon tiroid, diperlukan pada sebagian besar pasien.3,4
--Tiroiditis subakut limfositik - Juga dikenal sebagai tiroiditis subakut tanpa rasa sakit
Penyakit ini mengalami remisi dalam 2-4 bulan. Pada saat ini, tiroid kehabisan koloid
dan sekarang tidak mampu memproduksi hormon tiroid, sehingga hipotiroidisme. Fase
hipotiroid dapat bertahan hingga 2 bulan. Seringkali, hipotiroidisme ringan, dan tidak ada
terapi hormon tiroid diperlukan kecuali pasien memiliki tanda-tanda atau gejala
hipotiroidisme. Setelah folikel tiroidnya mengalami regenerasi, keadaan eutiroid dapat
dipulihkan. Sembilan puluh sampai 95% dari pasien kembali ke fungsi normal tiroid.
Etiologi
Penyebab penyakit grave tidak diketahui ; akan tetapi tampak predisposisi genetic
pada penyakit auto imun.Reaksi silang tubuh terhadap penyakit virus mungkin merupakan
salah satu penyebabnya ( mekanisme ini sama seperti postulat terjadinya diabetes mellitus
tipe I).Obat-obatan tertentu yang digunakan untuk menekan produksi hormon kelenjar tiroid
dan Kurang yodium dalam diet dan air minum yang berlangsung dalam kurun waktu yang
cukup lama mungkin dapat menyebabkan penyakit ini.1,3
Epidemiologi
Patogenesis
Graves disease merupakan salah satu contoh dari gangguan autoimun hipersensitif tipe
II. Sebagian besar gambaran klinisnya disebabkan karena produksi autoantibodi yang
berikatan dengan reseptor TSH, dimana tampak pada sel folikuler tiroid ( sel yang
Manifestasi Klinis
Pada penyakit graves terdapat dua kelompok gambaran utama yaitu tiroidal dan
ekstratiroidal yang keduanya mungkin tidak tampak. Ciri-ciri tiroidal berupa goiter akibat
hiperplasia kelenjar tiroid dan hipertiroidisme akibat sekresi hormon tiroid yang berlebihan.
Gejala-gejala hipertiroidisme berupa manifestasi hipermetabolisme dan aktifitas simpatis
yang berlebihan. Pasien mengeluh lelah, gemetar, tidak tahan panas, keringat semakin banyak
bila panas, kulit lembab, berat badan menurun walaupun nafsu makan meningkat, palpitasi,
takikardi, diare dan kelemahan serta atrofi otot. Penyakit Graves umumnya ditandai dengan
pembesaran kelenjar tiroid/ struma difus, disertai tanda dan gejala tirotoksikosis dan
seringkali juga disertai oftalmopati (terutama eksoftalmus) dan kadang-kadang dengan
dermopati.1,4
· Hiperaktivitas, iritabilitas
· Palpitasi
· Mudah lelah
· Rambut rontok
Pada pasien dengan usia yang lebih tua, sering tanda dan gejala khas tersebut tidak
muncul akibat respons tubuh terhadap peningkatan hormon tiroid menurun. Gejala yang
dominan pada usia tua adalah penurunan berat badan, fibrilasi atrial, dan gagal jantung
kongestif.
Oftalmopati pada penyakit Graves ditandai dengan adanya edema dan inflamasi otot-
otot ekstraokular dan meningkatnya jaringan ikat dan lemak orbita. Peningkatan volume
jaringan retrobulber memberikan kontribusi besar terhadap manifestasi klinis oftalmopati
Graves. Oftalmopati yang ditemukan pada 50% sampai 80% pasien ditandai dengan mata
melotot, fissura palpebra melebar, kedipan berkurang, lid lag (keterlambatan kelopak mata
dalam mengikuti gerakan mata) dan kegagalan konvergensi.1,3
Mekanisme kelainan mata pada penyakit Graves sampai saat ini belum diketahui
secara pasti. Tetapi mengingat hubungan yang erat antara penyakit Graves dengan
oftalmopati, diduga keduanya berasal dari respons autoimun terhadap satu atau lebih antigen
di kelenjar tiroid atau orbita. Sebagian peneliti melaporkan bahwa reseptor TSH-lah yang
menjadi antigen dari respons autoimun keduanya. Tetapi sebagian yang lain melaporkan
adanya antigen lain di orbita yang berperan dalam mekanisme terjadinya oftalmopati,
sehingga dikatakan bahwa penyakit Graves dan oftalmopati Graves merupakan penyakit
autoimun yang masing-masing berdiri sendiri. Oleh karena itu kelainan mata pada penyakit
Graves dapat timbul mendahului, atau bersamaan, atau bahkan kemudian setelah penyakit
Graves-nya membaik.
Manifestasi ekstratiroidal berupa oftalmopati dan infiltrasi kulit lokal yang biasanya
terbatas pada tungkai bawah. Gambaran klinik klasik dari penyakit graves antara lain adalah
tri tunggal hipertitoidisme, goiter difus dan eksoftalmus.
Meskipun setiap orang dapat mengembangkan penyakit Graves, sejumlah faktor dapat
meningkatkan risiko penyakitini. Faktor-faktor risiko tersebutantara lain:1,3,4
Sejarah keluarga. Karena riwayat keluarga penyakit Graves merupakan faktor risiko
yang diketahui, terdapat kemungkinan adanya satu gen atau sekelompok gen yang
dapat membuat seseorang lebih rentan terhadap gangguan tersebut.
Gender. Perempuan lebih mungkin mengembangkan penyakit Graves dibandingkan
pria.
Usia. Penyakit Graves biasanya berkembang pada orang yang berusia lebih muda dari
40 tahun.
Gangguan autoimun lain. Orang dengan gangguan sistem kekebalan tubuh lainnya,
seperti diabetes tipe 1 atau rheumatoid arthritis, memiliki peningkatan risiko.
Stres emosional atau fisik. Peristiwa kehidupan yang penuh stres atau penyakit dapat
menjadi pemicu timbulnya penyakit Graves pada orang-orang yang rentan secara
genetik.
Kehamilan. Kehamilan atau persalinan yang baru terjadi dapat meningkatkan risiko
gangguan, khususnya di kalangan wanita yang rentan secara genetik.
Merokok. Merokok, selain dapat mempengaruhi sistem kekebalan tubuh, juga
meningkatkan risiko penyakit Graves. Tingkat risiko ini terkait dengan jumlah rokok
yang dihisap setiap hari - semakin besar jumlahnya, semakin besar pula risikonya.
Perokok yang memiliki penyakit Graves juga memiliki peningkatan risiko penyakit
Graves ophthalmopathy.
Penatalaksanaan
Biasanya dilakukan subtotal tiroidektomi dan merupakan pilihan untuk penderita dengan
pembesaran kelenjar gondok yang sangat besar atau multinoduler. Operasi hanya dilakukan
setelah penderita euthyroid (biasanya setelah 6 minggu setelah pemberian OAT) dan dua
minggu sebelumnya harus dipersiapkan dengan pemberian larutan kalium yodida (lugol) 5
tetes 2 kali sehari (dianggap dapat mengurangi vaskularisasi sehingga mempermudah
operasi).
Pengobatan dengan yodium radioaktif dilakukan pada kebanyakan pasien dewasa penderita
penyakit Graves. Biasanya tidak dianjurkan (kontraindikasi) untuk anak-anak dan wanita
hamil.
· Barbiturate dan Phenobarbital digunakan sebagai obat penenang ( sedatif) dan juga dapat
mempercepat metabolisme T4 sehingga dapat menurunkan kadar T4 dalam darah.
Komplikasi
• Badai Thyroid. Sebuah komplikasi yang jarang terjadi, tetapi mengancam jiwa adalah
penyakit Graves badai tiroid, juga dikenal sebagai hipertiroidisme akselerasi atau krisis
tirotoksik. Penyakit ini lebih mungkin terjadi ketika hipertiroidisme yang parah tidak diobati
atau tidak mendapatkan pengobatan yang memadai. Kenaikan hormone tiroid secara tiba-tiba
dan drastis dapat menghasilkan sejumlah efek, termasuk demam,banyak berkeringat,
kebingungan, delirium, kelemahan yang parah, tremor, detak jantung tidak teratur, tekanan
darah rendah yang parah, hingga koma. Penyakit badai tiroid memerlukan perawatan
darurat.8
• Tulang rapuh. Hipertiroidisme yang tidak diobati dapat menyebabkan tulang yang lemah
dan rapuh (osteoporosis). Kekuatan tulang anda (sebagiannya) tergantung pada jumlah
kalsium dan mineral lain yang dikandungnya. Terlalu banyak hormon tiroid dapat
mengganggu kemampuan tubuh untuk memasukkan kalsium ke dalam tulang anda.
Prognosis
Jika tidak diobati , komplikasi yang lebih berat dapat terjadi , termasuk cacat lahir
pada kehamilan , peningkatan risiko keguguran , dan dalam kasus yang ekstrim , kematian .
Penyakit Graves sering disertai dengan peningkatan denyut jantung , yang dapat
menyebabkan komplikasi jantung lebih lanjut termasuk kehilangan irama normal jantung
( fibrilasi atrium ) sehingga dapat menyebabkan stroke. Jika mata proptotic ( bodong ) yang
cukup bahwa tutup tidak menutup sepenuhnya pada malam hari , kekeringan akan terjadi
dengan risiko infeksi kornea sekunder yang dapat menyebabkan kebutaan . Tekanan pada
saraf optik di bagian belakang bebola mata dapat menyebabkan defek lapang pandang dan
kehilangan penglihatan juga. Hampir 50% penderita penyakit Graves sembuh selepas
dilakukan terapi jangka panjang antitiroid.8
Kesimpulan
Peyakit graves merupakan penyakit autoimun dan kasus hipertiroidisme yang sering
terjadi. Pada penyakit Graves terdapat dua kelompok gambaran utama yaitu tiroidal dan
ekstratiroidal, dan keduanya mungkin tak tampak. Ciri-ciri tiroidal berupa goiter akibat
hiperplasia kelenjar tiroid, dan hipertiroidisme akibat sekresi hormon tiroid yang berlebihan.