Anda di halaman 1dari 9

Pengaturan Suhu Tubuh dan Pengaruhnya Terhadap Suhu Lingkungan

Veronica

102013014

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana


Jl. Arjuna Utara No 6, Jakarta Barat 11510

ana.verene@yahoo.com

Abstrak

Pengaturan suhu diperlukan dalam kehidupan sehari-hari manusia yang memiliki kaitan erat dengan
lingkungannya. Suhu tubuh manusia biasanya lebih tinggi dari suhu lingkungan. Suhu Tubuh
mencerminkan keseimbangan antara pembentukan dan pengeluaran panas. Tubuh mempunyai pusat
kontrol yaitu hipotalamus yang merupakan pusat integrasi utama untuk memelihara keseimbangan
suhu tubuh. Panas tubuh diperoleh dari metabolisme energi dan pengeluaran panas melalui
mekanisme seperti radiasi, konduksi, konveksi, dan evaporasi. Berkeringat merupakan proses
pengeluaran panas aktif di bawah pengaruh saraf simpatis. Kecepatan pemakaian energi oleh tubuh
selama kerja eksternal dan internal dikenal dengan laju metabolik. Pusat pengaturan suhu dapat
mengalami gangguan sehingga menyebabkan terjadinya demam.

Kata kunci: pengaturan suhu, berkeringat, laju metabolik

Abstract

Regulation of body temperature required in the daily life of human beings is closely related with the
environment. Human body temperature is usually higher than the temperature of the environment.
The temperature of the body reflects the balance between the establishment and expenditure of
heat. The body has a control center that the hypothalamus is the main integration Center to
maintain the balance of body temperature. Body heat is obtained from the energy metabolism and
heat production through mechanisms such as radiation, conduction, convection, and evaporating.
Sweating is a process of active heat expenditure under the influence of nerves sympathetic
dystrophy. Speed energy consumption by the body during external and internal work known as the
metabolic rate. Temperature setting Center can experience interference causing the onset of fever.

Keyword : Regulation of body temperature, sweaty, basal metabolic rate

Pendahuluan

Suhu tubuh manusia erat kaitannya dengan lingkungan sekitar. Dalam keadaaan normal, suhu tubuh
lebih tinggi jika dibandingkan dengan lingkungan sekitar. Suhu tubuh mencerminkan keseimbangan
1
antara pembentukan dan pengeluaran panas. Suhu tubuh normal manusia berkisar antara 36-37°C.
Pada keadaan tertentu, suhu lingkungan dapat berubah melebihi suhu tubuh manusia yang
berpengaruh terhadap pembentukan panas dalam tubuh. Dalam makalah ini akan di bahas mengenai
pengaturan suhu tubuh, pembentukan dan pengeluaran panas, laju metabolik panas dan mekanisme
terjadinya demam.

Pembahasan

Pengaturan Suhu Tubuh

Pengaturan suhu tubuh atau termoregulasi adalah suatu pengaturan fisiologis tubuh manusia
mengenai keseimbangan produksi panas dan kehilangan panas sehingga suhu tubuh dapat
dipertahankan secara konstan. Suhu tubuh mencerminkan keseimbangan antara pembentukan dan
pengeluaran panas. Pusat pengaturan suhu di hipotalamus menentukan suhu tertentu. Bila suhu
tubuh di atas suhu tertentu tersebut, mekanisme pengeluaran panas lebih dominan, vasodilatasi
perifer, berkeringat, dan hiperventilasi. Bila suhu tubuh turun di bawah suhu tertentu tersebut,
pembentukan panas ditingkatkan. laju metabolisme meningkat, otot-otot ditegangkan, dan
menggigil. Kelainan suhu tubuh disebabkan oleh penyimpangan pembentukan panas, pengeluaran
panas, atau perubahan pada pusat pengaturan suhu di hipotalamus.
Suhu normal tubuh paling tinggi pada organ-organ dalam dan ke arah kulit makin menurun. Dalam
kehidupan sehai-hari kita mengukur suhu tubuh rektal dan oral. Disamping penurunan suhu secara
berangsur-angsur dari dalam ke luar, terdapat variasi suhu tubuh sepanjang hari. Variasi diurnal bisa
mencapai 0,6o C (1oF) dengan suhu tertinggi antara jam 8.00-11.00 malam dan suhu terendah pada
jam 4.00-6.00 pagi. Suhu oral mudah di ukur, tetapi dapat keliru. Suhu oral normal adalah 36,8 oC .
Pengukuran suhu rektal kecil kemungkinannya untuk salah. Suhu rektal normal adalah 37,2oC
Kadang, diperlukan pengukuran suhu aksila kira-kira 0,6oC (1oF) lebih rendah daripada suhu oral.1
Manusia biasanya tinggal di lingkungan yang lebih dingin daripada suhu tubuh mereka tetapi
mereka terus-menerus menghasilkan panas secara internal, yang membantu mempertahankan suhu
tubuh. Produksi panas akhirnya bergantung pada oksidasi bahan bakar metabolik yang berasal dari
makanan.1 Perubahan suhu tubuh di kedua arah mengubah aktivitas sel-peningkatan suhu
mempercepat reaksi-reaksi kimiasel, sedangkan penurunan suhu memperlambat reaksi-reaksi
tersebut.1 Karena fungsi sel sensitif terhadap fluktuasi suhu internal maka manusia secara
homeostasis mempertahankan suhu tubuh pada tingkat yang optimal agar metabolisme sel
berlangsung stabil. Panas berlebihan berakibat lebih serius daripada pendinginan. Bahkan
peningkatan moderat suhu tubuh mulai menyebabkan malfungsi saraf dan denaturasi protein
ireversibel. Sebagian besar orang mengalami kejang ketika suhu tubuh internal mencapai sekitar

2
106°F (4l°C); 110°F (43,3°C), yang dianggap sebagai batas atas yang memungkinkan kehidupan.
Suhu inti internal secara homeostasis dipertahankan pada 100°F (37,8°C).2
Dari sudut pandang termoregulasi,tubuh dapat dianggap sebagai suatu inti sentral yang dikelilingi
oleh selubung luar. Suhu di dalam inti sentral, yang terdiri dari organ abdomen dan thoraks,
susunan saraf pusat, dan otot rangka, umumnya relatif konstan. Suhu inti internal ini berada di
bawah regulasi ketat untuk dipertahankan secara homeostatik. Jaringan inti berfungsi paling baik
pada suhu relatif konstan sekitar 100°F (37,8°C). Kulit dan jaringan subkutis membentuk selubung
luar. Berbeda dari suhu inti yang tinggi konstan, suhu di selubungini umumnya lebih dingin dan
dapat cukup bervariasi. Sebagai contoh, suhu kulit dapat berfluktuasi antara 68° dan 104°F (20° dan
40°C) tanpa mengalami kerusakan. Pada kenyataannya, seperti anda akan lihat, suhu kulit secara
sengaja diubah-ubah sebagai tindakan kontrol untuk membantu mempertahankan suhu inti yang
konstan.2
Pembentukan panas / Heat Production
Pembentukan panas berlangsung melalui reaksi katabolisme makanan dan aktivitas otot. Dalam
kondisi basal, hati memproduksi 20% panas tubuh, otak 15%, jantung 12%, dan otot sisanya.
Termoregulasi bergantung pada fungsi normal dari proses produksi panas. Panas yang dihasilkan
tubuh adalah hasil sampingan metabolisme yaitu reaksi kimia dalam seluruh sel tubuh. Makanan
merupakan sumber utama bahan bakar untuk metabolisme. Aktivitas yang membutuhkan reaksi
kimia tambahan akan meningkatkan laju metabolik yang juga akan menambah produksi panas. Saat
metabolisme turun, panas yang dihasilkan juga akan lebih sedikit. Produksi panas terjadi saat
istirahat, gerakan volunter dan termogenesis tanpa menggigil. Selain itu, Asupan panas berasal dari
panas yang diperoleh dari lingkungan luar dan produksi panas internal, dengan yang terakhir
merupakan sumber terpenting panas tubuh. Ingatlah bahwa sebagian besar pengeluaran energi tubuh
akhirnya muncul sebagai panas. Panas ini penting untuk mempertahankan suhu inti. Pada
kenyataannya, panas yang dihasilkan biasanya lebih besar daripada yang dibutuhkan untuk
mempertahankan suhu tubuh pada kisaran normal sehingga kelebihan panas harus dikeluarkan dari
tubuh. Mekanisme penahanan panas disebabkan oleh vasokonstriksi pembuluh darah perifer akibat
stimulasi simpatis, akan mengurangi aliran darah dan pengeluaran panas melalui kulit, serta
menahan darah hangat pada bagian inti tubuh, peningkatan aktivitas muskular seperti kontraksi otot
volunter dan penggigilan involunter akan meningkatkan produksi panas, mekanisme hormon yang
meliputi peningkatan produksi epinefrin,norepinefrin, tirosin, dan glukokortikoid, meningkatkan
metabolisme dan produksi panas.3,4

Pengeluaran panas/ Heat Loss

3
Pengeluaran panas terjadi melalui terpajanannya permukaan tubuh ke lingkungan eksternal. Panas
selalu mengalir mengikuti penurunan gradient konsentrasinya; yaitu, menuruni gradien termal/suhu
dari bagian yang lebih hangat ke yang lebih dingin {termo artiya "panas"). Tubuh menggunakan
empat mekanisme untuk memindahkan panas: radiasi, konduksi, konveksi, dan evaporasi.
Radiasi adalah emisi energi panas dari permukaan suatu benda hangat dalam bentuk gelombang
elektromagnetik, atau gelombang panas, yang merambat dalam ruang. Ketika suatu energi radiasi
mengenai sebuah benda dan diserap maka energi gerakan gelombang akan diubah menjadi panas di
dalam benda. Tubuh manusia memancarkan (sumber yang kehilangan panas) dan menyerap
(sumber yang memperoleh panas) energi radiasi. Apakah tubuh kehilangan atau memperoleh panas
melalui radiasi bergantung pada perbedaan suhu antara permukaan kulit dan permukaan benda lain
di lingkungan. Karena pemindahan netto panas melalui radiasi selalu dari benda yang lebih hangat
ke yang lebih dingin maka tubuh memperoleh panas dari benda yang lebih hangat daripada
permukaan kulit, misalnya matahari, radiator, atau kayu yang terbakar. Sebaliknya, tubuh
kehilangan panas melalui radiasi ke bendabenda di lingkungan yang permukaannya lebih dingin
daripada permukaan kulit, misalnya dinding bangunan, furnitur, atau pohon. Secara rerata, manusia
kehilangan hampir separuh energi panas mereka melalui radiasi. Konduksi (hantaran) adalah
pemindahan panas antara benda-benda yang berbeda suhunya yang berkontak langsung satu sama
lain, dengan panas mengalir menuruni gradien suhu dari benda yang lebih hangat ke benda yang
lebih dingin melalui pemindahan dari molekul ke molekul. Semua molekul terus-menerus bergetar,
dengan molekul yang lebih hangat bergerak lebih cepat daripada yang dingin. Ketika molekul-
molekul dengan kandungan panas yang berbeda saling bersentuhan maka molekul yang lebih
hangat dan bergerak lebih cepat memicu molekul yang lebih dingin untuk bergerak lebih cepat
sehingga molekul yang lebih dingin tersebut menjadi lebih hangat. Selama proses ini, molekul yang
semula lebih hangat kehilangan sebagian dari energi suhunya karena melambat dan menjadi lebih
dingin. Karena itu, asalkan waktunya cukup maka suhu dua benda yang saling bersentuhan akhirnya
akan sama. Laju pemindahan panas melalui konduksi bergantung pada perbedaan suhu antara
benda-benda yang bersentuhan dan daya hantar panas bahan-bahan yang terlibat (yaitu, seberapa
mudah panas dihantarkan oleh molekul bahan). Panas dapat bertambah atau berkurang melalui
konduksi ketika kulit berkontak dengan suatu penghantar (konduktor) yang baik. Ketika anda
memegang bola es, misalnya, tangan anda menjadi dingin karena panas mengalir melalui konduksi
dari tangan ke bola es. Sebaliknya, ketika anda menempelkan bantal pemanas ke bagian tubuh anda,
maka bagian tubuh tersebut menghangat sewaktu panas dipindahkan dari bantalan ke tubuh anda.
Demikian juga, anda kehilangan atau memperoleh panas melalui konduksi ke lapisan udara yang
berkontak langsung dengan tubuh anda. Arah pemindahan panas masing-masing bergantung pada
apakah udara lebih dingin atau lebih panas daripada kulit anda. Namun, hanya sebagian kecil dari

4
pertukaran panas total antara kulit dan lingkungan berlangsung melalui konduksi saja karena udara
bukan penghantar panas yang baik. (Karena itu, air kolam renang bersuhu 80°F (26,7 °C) terasa
lebih dingin daripada udara dengan suhu yang sama; panas dihantarkan lebih cepat dari permukaan
tubuh ke air, yang merupakan konduktor yang baik daripada ke udara, yang merupakan konduktor
buruk). Konveksi merujuk kepada pemindahan energi panas oleh arus udara (atau HJD). Sewaktu
tubuh kehilangan panas melalui konduksi ke udara sekitar yang lebih dingin, udara yang berkontak
langsung dengan kulit menjadi lebih hangat. Karena udara hangat lebih ringan (kurang padat)
daripada udara dingin, maka udara yang telah dihangatkan tersebut naik sementara udara yang lebih
dingin berpindah ke dekat kulit menggantikan udara yang telah hangat tersebut. Proses ini
kemudian berulang. Pergerakan udara ini, yang dikenal sebagai arus konveksi, membantu
membawa panas menjauhi tubuh. Jika tidak terjadi arus konveksi maka tidak lagi terjadi
pembebasan panas setelah suhu lapisan udara yang tepat berada di sekitar tubuh menyamai suhu
kulit. Proses kombinasi pengeluaran panas dari tubuh dengan konduksi—konveksi diperkuat oleh
pergerakan udara di atas permukaan tubuh, baik oleh gerakan udara eksternal, seperti yang
ditimbulkan oleh angin atau kipas, atau oleh gerakan tubuh menerobos udara, misalnya sewaktu
naik sepeda. Karena pergerakan paksa udara menyapu udara yang telah dihangatkan oleh hantaran
dan menggantinya dengan udara yang lebih dingin secara lebih cepat maka jumlah panas yang dapat
dikeluarkan dari tubuh dalam jangka waktu tertentu juga lebih banyak. Karena itu, angin membuat
kita lebih dingin pada cuaca panas, dan hari-hari berangin pada musim salju akan terasa lebih dingin
daripada hari-hari tenang dengan suhu dingin yang sama. Karena itu, para peramal cuara
mengembangkan konsep wind chill factor. Evaporasi (penguapan) adalah metode terakhir
pemindahan panas yang digunakan oleh tubuh. Ketika udara menguap dari permukaan kulit, panas
yang diperlukan untuk mengubah air dari keadaan cair menjadi gas diserap dari kulit sehingga
tubuh menjadi lebih dingin. Pembuangan panas dengan evaporasi menyebabkan anda merasa lebih
dingin ketika baju renang anda basah daripada ketika kering. Pengeluaran panas secara evaporatif
terjadi terus-menerus dari lapisan dalam saluran napas dan dari permukaan kulit. Panas secara terus-
menerus keluar melalui uap H2O di udara ekspirasi akibat pelembaban udara sewaktu udara
melewati sistem pernapasan. Demikian juga, karena kulit bukan lapisan yang sama sekali kedap air
maka molekul molekul H2O secara terus-menerus berdifusi menembus kulit dan menguap.
Evaporasi dari kulit yang terus-menerus ini sama sekali tidak berkaitan dengan kelenjar keringat.
Proses pengeluaran panas pasif melalui evaporasi ini tidak berada di bawah kontrol fisiologik dan
berlangsung terus bahkan pada cuaca yang sangat dingin, saat masalahnya adalah bagaimana
mempertahankan panas tubuh.3
Mekanisme pengeluaran panas melalui vasodilatasi pembuluh darah perifer akibat inhibisi saraf
simpatis, menyebabkan peningkatan aliran darah ke permukaan tubuh untuk memperbesar
5
pengeluaran panas dan mengurangi tonus otot sehingga produksi panas berkurang, peningkatan
sekresi kelenjar keringat meningkatkan pengeluaran panas melalui evaporasi.4

Berkeringat dan keringat


Berkeringat adalah proses pengeluran panas evaporative aktif dibawah kontrol saraf simpatis. Laju
pengeluran panas evaporative dapat diubah-ubah degnan mengubah banyaknya keringat, yaitu
mekanisme homeostatic penting untuk mengelurakan kelebihan panas sesuai kebutuhan. Pada
kenyataanya, ketika suhu lingkungan melebihi suhu kulit, berkeringat adalah satu-satunya cara
untuk mengeluarkan panas, karena pada keadaan ini tubuh memperoleh panas melalui radiasi dan
konduksi.3
Keringat adalah larutan garam encer yang dikeluarkan ke permukaan kulit oleh kelenjar keringat
yang tersebar di seluruh tubuh dan di persarafi oleh persarafan simpatis yaitu neuron post
ganglionik yang kolinergik. Kelenjar keringat dapat menghasilkan hingga empat liter keringat per
jam. Keringat harus diuapkan dari kulit agar terjadi pengeluaran panas. jika keringat hanya menetes
dari permukaan kulit atau di hapus maka tidak terjadi pengeluaran panas. Faktor yang terpenting
yang menentukan tingkat pengeluran panas adalah kelembaban relative udara sekitar. Ketika
kelembaban relative tinggi, maka udara hamper jenuh oleh H20 sehingga kemampuan udara
menerima tambahan kelembaban dari kulit menjadi terbatas. Karena itu, pada hari yang panas dan
lembab tidak banyak panasyang dapat dikeluarkan dari tubuh. kelenjar keringat terus-menerus
mengeluarkan cairanya, tetapi keringat hanya menempel dikulit atau menetes dan tidak menguap
dan menimbulkan efek mendinginkan.2

BMR (Basal Metabolic Rate)

Metabolisme basal adalah banyaknya energi yang dipakai untuk aktifitas jaringan tubuh sewaktu
istirahat jasmani dan rohani. Energi tersebut dibutuhkan untuk mempertahankan fungsi vital tubuh
berupa metabolisme makanan, sekresi enzim, sekresi hormon, maupun berupa denyut jantung,
bernafas, pemeliharaan tonus otot, dan pengaturan suhu tubuh. Basal Metabolisme Rate (BMR) atau
Taraf Metabolisme pada kondisi Basal ditentukan dalam keadaan individu istirahat fisik dan mental
yang sempurna. Pengukuran metabolisme basal dilakukan dalam ruangan bersuhu nyaman setelah
puasa 12 sampai 14 jam (keadaan post-absorptive). Sebenarnya taraf metabolisme basal ini tidak
benar-benar basal, taraf metabolisme pada waktu tidur ternyata lebih rendah dari pada taraf
metabolisme basal, oleh karena selama tidur otot-otot terelaksasi lebih sempurna. Yang dimaksud
basal ialah suatu kumpulan syarat standar yang telah diterima dan diketahui secara luas.
Metabolisme basal dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu jenis kelamin, usia, ukuran dan komposisi
tubuh, faktor pertumbuhan. Metabolisme basal juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti
6
suhu, kelembaban, dan keadaan emosi atau stres.Orang dengan berat badan yang besar dan proporsi
lemak yang sedikit mempunyai metabolisme basal lebih besar dibanding dengan orang yang
mempunyai berat badan yang besar tapi proporsi lemak yang besar. Demikian pula, orang dengan
berat badan yang besar dan proporsi lemak yang sedikit mempunyai metabolisme basal yang lebih
besar dibanding dengan orang yang mempunyai berat badan kecil dan proporsi lemak
sedikit.2Metabolisme basal seorang laki-laki lebih tinggi dibanding dengan wanita. Umur juga
mempengaruhi metabolisme basal dimana umur yang lebih muda mempunyai metabolisme basal
lebih besar dibanding yang lebih tua. Rasa gelisah dan ketegangan, misalnya saat bertanding
menghasilkan metabolisme basal 5% sampai 10% lebih besar. Hal ini terjadi karena sekresi hormon
epinefrin yang meningkat, demikian pula tonus otot meningkat. BMR normal untuk pria muda
adalah sekitar 60 kcal/jam, sedangkan wanita muda sekitar 53 kcal/jam. RQ (respiratory quotient)
merupakan indeks pemakaian relatif pelbagai bahan makanan oleh tubuh. Rasio pada metode ini
adalah perbandingan antara CO2 dan oksigen yang berbeda untuk setiap diet (CO2/O2). RQ
ditentukan oleh jenis makanan dan proporsinya serta bervariasi untuk setiap nutrien yaitu 1,0 untuk
karbohidrat, 0,8 untuk protein, dan 0,7 untuk lemak. pada kondisi BMR adalah 0,82 = 4.825 kalori.
Syarat pengukuran BMR antara lain : beristirahat secara fisik 30 menit sebelum melakukan
pemeriksaan, pengukuran harus dilakukan pada suhu kamar yang nyaman sehingga yang
bersangkutan tidak menggigil, karena menggigil akan meningkatkan laju metabolik, dan berpuasa
selama 12 jam.5

Mekanisme Terjadinya Demam

Demam adalah naiknya temperature tubuh diatas normal.Temperature tubuh yang normal adalah
sekitar 970F sampai 990F (36-370C).Demam dapat merupakan pertanda reaksi tubuh terhadap
kemungkinan suatu penyakit, mulai dari penyakit ringan sampai penyakit yang tergolong berat.
Demam akan menguras kalori dalam tubuh dan merusak jaringan tubuh. Demam mengacu pada
peningkatan tubuh sebagai akibat dari vinfeksi atau peradangan. Sebagai respons terhadap invasi
mikroba, sel-sel darah putih tertentu mengeluarkan suatu zat kimia yang dikenal sebagai pirogen
endogen, yang memiliki banyak efek untuk melawan infeksi dan juga bekerja pada pusat
termoregulasi hipotalamus untuk meningkatkan patokan termostat. Hipotalamus sekarang
mempertahannkan suhu di titik patokan yang baru dan bukan di suhu tubuh normal Demam (juga
disebut pireksia) adalah suhu tubuh lebih tinggi dari normal.Ini adalah gejala yang disebabkan oleh
berbagai penyakit. Demam biasanya terjadi sebagai respon terhadap infeksi atau peradangan.
Namun, penyebab lainnya yang mungkin, termasuk obat, racun, kanker, paparan panas, cedera atau
kelainan ke otak, atau penyakit dari sistem (hormonal) endokrin. Selama demam, pirogen endogen
meningkatkan titik patokan hipotalamus dengan memicu pelepasan lokal prostaglandin, yaitu

7
mediator kimiawi lokal yang bekerja langsung pada hipotalamus. Aspirin mengurangi demam
dengan menghambat sintesis prostaglandin. Aspirin tidak menurunkan suhu pada orang yang tidak
demam karena tanpa adanya pirogen endogen maka pada hipotalamus tidak terdapat prostaglandin
dengan jumlah bermakna.3

Stadium demam dibagi 2 stages, yakni Stage of chill. Merupakan fase dimana penderita merasa
dingin yang disertai menggigil. Menggigil merupakan cara involunter primer untuk menignkatkan
produksi panas. Dengan menggigil, kontraksi otot rangka yang ritmik bergetar sangat efektif
menghasilkan panas. Walaupun kontraksi otot merupaka cara utama untuk meningkatkan panas,
termogenesis non-menggigil juga berperan dalam termoregulasi.3 Seperti pada bayi yang memiliki
jaringan lemak khusus (lemak coklat) yang mampu mengubah energi kimia menjadi panas. Pada
fase ini, heat loss menurun dan heat production meningkat. Stage of fastigium Merupakan fase krisi
dari penyakit. Pada fase ini heat loss meningkat, sehingga sering terjadi berkeringat dan heat
production menurun.3

Ada tiga gangguan demam, yaitu Heat Cramps Keadaan dimana demam disertai kejang. Heat
Exhaustion Merupakan keadaan kolaps, biasanya bermanifestasi sebagai pingsan, yang disebabkan
oleh penurunan tekanan darah akibat kerja mekanisme pengeluaran panas yang berlebihan. Keringat
berlebihan mengurangi curah jantung karena volume plasma berkurang dan vasodilatasi kulit yang
ekstensif menyebabkan penurunan resistensi perifer total. Karena tekanan darah ditentukan oleh
curah jantung dikalikan dengan resistensi perifer total, tekanan darah turun dan jumlah darah yang
disalurkan ke otak berkurang, sehingga yang bersangkutan akan mengalami pingsan. Dengan
demikian, heat exhaustion adalah konsekuensi dari aktivitas berlebihan mekanisme pengeluaran
panas dan bukan akibat gangguan dari mekanisme tersebut. Karena mekanisme pengeluaran panas
sangat aktif, pada heat exhaustion suhu tubuh hanya sedikit meningkat. Dengan memaksa aktivitas
berhenti setelah mekansime pengeluaran panas tidak lagi mampu mengatasi penambahan panas
yang ditimbulkan oleh olahraga atau lingkungan yang panas, heat exhaustion berfungsi sebagai
‘katup pengaman’ untuk membantu mencegah konsekuensi yang lebih serius, yaitu heat stroke.Heat
Stroke merupakan situasi yang sangat berbahaya, timbul akibat rusak totalnya mekanisme
termoregulasi hipotalamus. Heat exhaustion dapat menjadi heat stroke apabila mekanisme
pengeluaran panas terus dipacu secara berlebihan. Gambaran paling mencolok adalah tidak adanya
tindakan kompensasi untuk mengurangi panas (seperti berkeringat) dalam menghadapi peningkatan
suhu tubuh yang cepat. Selama pembentukan heat stroke, suhu tubuh mulai meningkat karena
mekanisme pengeluaran panas pada akhirnya dikalahkan oleh penambahan panas yang terus
menerus dan berlebihan. Setelah suhu inti mencapai sautu titik ketika pusat kontrol suhu
hipotalamus rusak akibat panas, suhu tubuh meningkat lebih tinggi. Hal tersebut menyebabkan

8
metabolisme meningkat (karena suhu tubuh yang tinggi meningkatkan metabolisme). Akibat dari
metabolisme yang meningkat, semua rekasi kimia tubuh menjadi semakin cepat. Hasil yang
ditimbulkan adalah produksi panas yang lebih besar. Keadaan tersebut menghasilkan lonjakan suhu
tubuh. Untuk pencegahan produksi panas yang semakin besar, dapat dilakukan pengompresan
dengan menggunakan air dingin. Beberapa tempat yang disarankan untuk melakukan pengompresan
adalah kepala, ketiak, lipat paha. Pengompresan dilakukan dengan tujuan untuk menurunkan suhu
termostat. Heat stroke merupakan situasi yang berbahaya dan sepat mematikan jika tidak ditangani.
Suhu tubuh dapat mencapai 40oC bahkan lebih dan dapat menyebabkan kelumpuhan.3

Penutup

Suhu tubuh mencerminkan keseimbangan antara pembentukan dan pengeluaran panas. Pengaturan
suhu tubuh di atur oleh hipotalamus. Suhu tubuh normal manusia sekitar 36 - 37°C. Dalam
skenario, suhu lingkungan lebih tinggi dari suhu tubuh normal, sehingga panas yang ada dalam
tubuh tidak dapat dibuang, dan tubuh memperoleh panas dari lingkungan yang menyebabkan
terganggunya mekanisme pengaturan suhu tubuh. Ada empat mekanisme pengeluaran panas dari
tubuh yaitu radiasi, konduksi, konveksi, dan evaporasi. Dalam kasus, mekanisme yang bisa
dilakukan oleh tubuh hanyalah melalui berkeringat. Karena panas yang berlebihan, tubuh akan
membentuk set poin baru yang lebih tinggi dari suhu normal sehingga terjadi demam.

Daftar Pustaka

1. Burnside JW, McGlynn TJ. Adams diagnosis fisik.Ed17. Jakarta: EGC, 1995.
2. William,F Ganong. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 22. Jakarta: Buku Kedokteran
ECG,2008.
3. Sherwood L. Keseimbangan Energi dan Pengaturan Suhu Tubuh. Dalam : Fisiologi Manusia
dari Sel ke Sistem Edisi 6. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2011.
4. Sloane, Ethel. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: EGC, 2004.
5. Guyton AC, Hall JE. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi 11. Jakarta: EGC,2006.

Anda mungkin juga menyukai