Topik : Hipertensi
Pokok Bahasan : Pendidikan kesehatan pada lansia
Sasaran : Tn. S
Hari/Tanggal : Rabu, 17 juni 2020
Waktu : 30 Menit
Tempat : Jl. Sukamulya rt 03/ rw 04
A. Latar Belakang
Hipertensi adalah kondisi peningkatan persisten tekanan darah pada pembuluh
darah vascular, tekanan yang semakin tinggi pada pembuluh darah menyebabkan
jantung harus bekerja lebih keras untuk memompa darah.
Berdasarkan data Badan Kesehatan Dunia WHO (2015) menyatakan 1,3
Milyar orng di Dunia menderita Hipertensi data itu mengartikan 1 dari 3 orang di
Dunia terdiagnosis menderita Hipertensi. Di Indonesia hasil Riskesdas tahun 2018
Hipertensi mengalami kenaikan jika di bandingkan hasil riskesdas 2013 dari 25,8%
menjadi 34,1%.
D. Materi
1. Mampu menyebutkan pengertian Hipertensi
2. Mampu menyebutkan penyebab Hipertensi
3. Mampu menyebutkan tanda dan gejala Hipertensi.
4. Mampu menyebutkan komplikasi Hipertensi.
5. Mampu menyebutkan cara perawatan Hipertensi di rumah.
E. Strategi Penyampaian
1. Metode
Metode yang digunakan dalam kegiatan penyuluhan kesehatan dengan sub topic
Hipertensi antara lain :
a. Ceramah
Metode ini digunakan sebagai pengantar untuk memberikan penekanan
pengertian Hipertensi dan cara perawatannya.
b. Stimulasi
Stimulasi digunakan bila penyuluh menjelaskan tentang penyakit Hipertensi
sehingga klien dapat mengerti dengan jelas.
c. Tanya Jawab
Metode ini digunakan baik pada saat dilangsungkannya penyuluhan atau pada
saat diakhirinya penyuluhan yang memungkinkan klien mengemukakan hal-
hal yang belum dimengerti.
2. Evaluasi Proses
a. Selama penyuluhan pasien dan keluarga memperhatikan penjelasan yang
disampaikan.
b. Selama penyuluhan pasien dan keluarga aktif bertanya tentang penjelasan yang
disampaikan.
c. Selama penyuluhan pasien dan keluarga aktif menjawab pertanyaan yang
diajukan.
A. DEFINISI
Hipertensi adalah sebagai peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya 140 mmHg
atau tekanan diastolik sedikitnya 90 mmHg. Hipertensi tidak hanya beresiko tinggi
menderita penyakit jantung, tetapi juga menderita penyakit lain seperti penyakit saraf,
ginjal dan pembuluh darah dan makin tinggi tekanan darah, makin besar resikonya. (Amin
& Hardhi 2015)
B. KLASIFIKASI
Keadaan tekanan darah pada seseorang sangat bervariasi tergantung dari kondisi fisik
dan emosional yang sedang dialami. Tekanan darah seseorang cenderung naik ketika
sedang beraktivitas, emosi, dan mengalami stress dan sebaliknya ketika tidur dan
relaksasi tekanan darah seseorang menjadi menurun (Fajar, 2015)
Tabel 1 Klasifikasi Hipertensi Berdasarkan Grade
Kategori Tekanan Sistolik Tekanan Diastolik
(mmHg) (mmHg)
Normal < 120 < 80
Prehipertensi 120 – 139 80 – 89
Hipertensi ≥ 140 ≥ 90
Derajat 1 140 – 159 90 – 99
Derajat 2 ≥ 160 ≥ 100
C. ETIOLOGI
Penyebab hipertensi dibagi menjadi 2, yaitu : (Triyanto, 2014)
1. Hipertensi Esensial / Primer / Idiopatik
Hipertensi esensial atau primer sampai saat ini belum diketahui penyebabnya. Kurang
lebih 90% penderita hipertensi tergolong hipertensi esensial sedangkan 10% nya
tergolong hipertensi sekunder. Onset hipertensi primer terjadi pada usia 30-50 tahun.
Faktor resiko pada hipertensi primer diantaranya adalah : riwayat keluarga, usia yang
bertambah lanjut, ras (sering terjadi pada orang kulit hitam), obesitas, kebiasaan
merokok, asupan natrium dalam jumlah besar, asupan lemak jenuh dalam jumlah
besar, konsumsi alkohol secara berlebihan, stres, dan diabetes melitus (Kowalak,
2011)
2. Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang penyebabnya dapat diketahui, antara lain
kelainan pembuluh darah ginjal, gangguan kelenjar tiroid (hipertiroid), penyakit
kelenjar adrenal (hiperaldosteronisme).
a. Stenosis arteri ginjal
Stenosis arteri ginjal adalah suatu kondisi yang harus mendapat perhatian khusus.
Penyempitan arteri yang memasok darah ke ginjal (stenosis arteri ginjal)
menyebabkan tekanan darah menjadi tinggi. Keadaan ini dapat diperbaiki dengan
pembedahan atau dilatas (melebarkan arteri). Pada dilatasim sebuah tabung
fleksibel dengan balon kecil di ujung dimasukkan ke dalam arteri di selangkangan.
Balon diletakkan tepat pada bagian arteri yang menyempit. Balon selanjutnya
dipompa sehingga memekarkan daerah yang sempit sehingga aliran darah ke
ginjal dan sekitarnya kembali lancar. Fungsi ginjal seringkali meningkat jika
pembedahan dan proses dilatasi berhasil. Apabila telah dilakukan balonisasi dan
tekanan darah masih tinggi makan tekanan darah tersebut dapat diturunkan dengan
pemberian obat.
b. Gagal ginjal
Penderita gagal ginjal biasanya juga membutuhkan perawatan tekanan darah
tinggi. Tekanan darah yang tinggi pada penderita ini terutama disesabkan oleh
kegagalan ginjal dalam mengatur jumlah garam dan air dalam tubuh. Apabila
penderita menjalankan perawatan dialisis (cuci darah) biasanya tekanan darahnya
sudah dapat dikendalikan. Namun, sebagian penderita masih tetap harus minum
obat untuk menjaga tetap normal.
c. Kelebihan noradrenalin
Penyebab tekanan darah tinggi lainnya adalah gangguan kelenjar adrenal.
Penyebab ini jarang dijumpai. Namun, bila ada kasus, termasuk gangguan yang
dapat disembuhkan. Kelenjar adrenal terdapat tepat di atas tiap-tiap ginjal.
Kelenjar adrenal mempunyai lapisan dalam dan luar yang dapat mengeluarkan
berbagai hormon ke dalam aliran darah. Bagian dalam kelenjar disebut medula
yang mengeluarkan adrenalin atau hormon yang dihasilnya sebagai akibat rasa
takut, marah, dan latihan. Adrenalin dapat meningkatkan denyut jantung. Selain
itu, medula juga menghasilkan hormon noradrenalin yang juga menyebabkan
kontraksi otot arteri dan meningkatkan tekanan darah.
Kadang-kadang tumor jinak adrenal (phaeochromocytoma) juga menyebabkan
peningkatan tekanan darah dari akibat kelebihan noradrenalin dalam darah. Gejala
serangan berupa banyak keringat, palpitasi, dan sakit kepala hebat, tetapi keadaan
ini sangat jarang terjadi. Diagnosis ditegakkan dengan tes darah dan air seni yang
sederhana. Selain itu, pembesaran kelenjar adrenal juga dapat terlihat pada
pemeriksaan sidik tubuh (body scan). Hipertensi akibat terlalu banyak
noradrenalin dapat dikendalikan dengan obat, tetapi untuk kesembuhannya
diperlukan tindakan bedah.
Terlalu banyak kortisol (hormon stres) dapat memicu suatu kondisi yang dikenal
sebagai sindroma cushing (sama dengan nama ahli bedah Amerika yang
menemukannya). Sindroma cushing mengakibatkan pertambahan berat badan
yang amat cepat, tekanan darah tinggi, dan kadang-kadang memicu diabetes.
Bentuk sindrom yang sering ditemukan merupakan akibat tumor jinak kelenjar
hipofise di dasar otak yang merangsang kelenjar adrenal untuk menghasilkan
kortisol. Pengobatan biasanya dengan pembedahan.
Para ahli membagi dua kelompok faktor resiko pemicu timbulnya hipertensi, yaitu faktor
yang tidak dapat dikontrolm dan faktor yang dapat dikontrol. (Dalimartha, 2008)
1. Faktor resiko yang tidak dapat dikontrol
Beberapa faktor yang tidak dapat dikontrol antara lain sebagai berikut:
a. Keturunan
Apabila riwayat hipertensi didapatkan pada kedua orang tua maka dugaan
hipertensi esensial lebih besar. Hipertensi juga banyak dijumpai pada penderita
yang kembar monozigot (satu telur) apabila salah satunya menderita hipertensi.
dugaan ini menyokong bahwa faktor genetik mempunyai peran dalam terjadinya
hipertensi.
b. Jenis Kelamin
Hipertensi lebih mudah menyerang kaum laki-laki daripada perempuan. Hal itu
kemungkinan karena laki-laki banyak memiliki faktor pendorong terjadinya
hipertensi, seperti stres, kelelahan, dan makan tidak terkontrol. Adapun hipertensi
pada perempuan peningkatan resiko terjadi setelah masa menopause (sekitar 45
tahun).
c. Usia
Pada umumnya, hipertensi menyerang pria pada usia di atas 31 tahun, sedangkan
pada wanita terjadi setelah usia 45 tahun (menopause)
c. Kurang olahraga
Olahraga isotonik, seperti bersepeda, jogging, dan aerobik yang teratur dapat
memperlancar peredaran darah sehingga dapat menurunkan tekanan darah. Orang
yang kurang aktif berolahraga pada umumnya cenderung mengalami kegemukan.
Olahraga juga dapat mengurangi atau mencegah obesitas serta mengurangi asupan
garam ke dalam tubuh. Garam akan keluar dari dalam tubuh bersama keringat.
e. Stres
Stres dapat meningkatkan tekanan darah dalam jangka waktu pendek dengan cara
mengaktifkan bagian otak dan sistem saraf yang biasanya mengendalikan tekanan
darah secara otomatis. Stres sulit untuk diberi batasan atau diukur karena peristiwa
yang menimbulkan stres pada seseorang belum tentu sama. Tidak dapat
ditentukan apakah ada sedikit peningkatan tekanan akibat stres yang berulangkali
hingga pada akhirnya akan menyebabkan tekanan darah tinggi yang menetap.
Namun, beberapa petunjuk dari hasil penelitian ahli mendukung pendapat
tersebut.
D. PATOFISIOLOGI
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat
vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis,
yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis
ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam
bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis.
Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut
saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin
mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan
ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi.
Individu dengan hipertensi sangat sensitiv terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui
dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai
respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan
aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan
vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat
memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang
mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Renin
merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II,
suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh
korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal,
menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung
mencetuskan keadaan hipertensi.
Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan structural dan fungsional
pada system pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang
terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas
jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada
gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah.
Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi
volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup) mengakibatkan penurunan
curang jantung dan peningkatan tahanan perifer (Smeltzer, 2001).
Pada usia lanjut perlu diperhatikan kemungkinan adanya “hipertensi palsu” disebabkan
kekakuan arteri brachialis sehingga tidak dikompresi oleh cuff sphygmomanometer
(Darmojo, 1999).
Menurunnya tonus vaskuler merangsang saraf simpatis yang diteruskan ke sel jugularis.
Dari sel jugularis ini bisa meningkatkan tekanan darah. Dan apabila diteruskan pada
ginjal, maka akan mempengaruhi eksresi pada rennin yang berkaitan dengan
Angiotensinogen. Dengan adanya perubahan pada angiotensinogen II berakibat pada
terjadinya vasokontriksi pada pembuluh darah, sehingga terjadi kenaikan tekanan
darah.Selain itu juga dapat meningkatkan hormone aldosteron yang menyebabkan retensi
natrium. Hal tersebut akan berakibat pada peningkatan tekanan darah. Dengan
peningkatan tekanan darah maka akan menimbulkan kerusakan pada organ-organ seperti
jantung. ( Suyono, Slamet. 1996 ).
B. KOMPLIKASI
Penderita hipertensi beresiko terserang penyakit lain yang timbul kemudian. Beberapa
penyakit yang timbul sebagai akibat hipertensi di antaranya sebagai berikut :
1. Penyakit jantung koroner
Penyakit ini sering dialami penderita hipertensi sebagai akibat terjadinya pengapuran
pada dinding pembuluh darah jantung. Penyempitan lubang pembuluh darah jantung
menyebabkan berkurangnya aliran darah pada beberapa bagian otot jantung. Hal ini
menyebabkan rasa nyeri di dada dan dapat berakibat gangguan pada otot jantung.
Bahkan, dapat menyebabkan timbulnya serangan jantung.
2. Gagal jantung
Tekanan darah yang tinggi memaksa otot jantung bekerja lebih berat untuk memompa
darah. Kondisi itu berakibat otot jantung akan menebal dan meregang sehingga daya
pompa otot menurun. Pada akhirnya, dapat terjadi kegagalan kerja jantung secara
umum. Tanda-tanda adanya komplikasi yaitu sesak nafas, nafas putus-putus (pendek),
dan terjadi pembengkakan pada tungkai bawah serta kaki.
4. Gagal ginjal
Gagal ginjal merupakan peristiwa di mana ginjal tidak dapat berfungsi sebagaimana
mestinya. Ada dua jenis kelainan ginjal akibat hipertensi yaitu nefrosklerosis benigna
dan nefrosklerosis maligna. nefrosklerosis benigna terjadi pada hipertensi yang
berlangsung lama sehingga terjadi pengendapan fraksi-fraksi plasma pada pembuluh
darah akibat proses menua. Hal itu akan menyebabkan daya permeabilitas dinding
pembuluh darah berkurang. Adapun nefrosklerosis maligna merupakan kelainan
ginjal yang ditandai dengan naiknya tekanan diastol di atas 130 mmHg yang
disebabkan terganggunya fungsi ginjal.
C. PENGOBATAN
1. Pengobatan Non-Obat (Non Farmakologis)
Pengobatan ini terbukti dapat mengontrol tekanan darah sehingga pengobatan
farmakologis tidak lagi diperlukan atau sekurang-kurangnya ditunda. Selain itu, pada
keadaan saat obat anti hipertensi diperlukan, pengobatan non farmakologis dapat
digunakan sebagai pelengkap untuk mendapatkan efek pengobatan yang lebih baik.
(Dalimartha, 2008)
1) Diet Hipertensi
a. Perbedaan Diit Dengan Makanan Biasa : konsumsi lemak dibatasi, konsumsi
Cholesterol dibatasi, konsumsi kalori dibatasi untuk yang terlalu gemuk atau
obesitas , Makanan yang boleh dikonsumsi
b. Makanan Yang Boleh Dikonsumsi
Sumber kalori : Beras,tales,kentang,macaroni,mie,bihun,tepung-tepungan,
gula.
Sumber protein hewani : Daging,ayam,ikan,semua terbatas kurang lebih 50
gram perhari, telur ayam,telur bebek paling banyak satu butir sehari, susu
tanpa lemak.
Sumber protein nabati : Kacang-kacangan kering seperti tahu,tempe,oncom.
Sumber lemak : Santan kelapa encer dalam jumlah terbatas.
Sayuran : Sayuran yang tidak menimbulkan gas seperti
bayam,kangkung,buncis, kacang panjang, taoge, labu siam, oyong, wortel.
Buah-buahan : Semua buah kecuali nangka, durian, hanya boleh dalam jumlah
terbatas.
Bumbu : Pala, kayu manis,asam,gula, bawang merah, bawang putih, garam
tidak lebih 15 gram perhari.
Minuman : Thea encer, coklat encer, juice buah.