HUKUM PERIKATAN
Kelas: B
Oleh:
AKUNTANSI
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI EKUITAS
BANDUNG
2019
BAB I
PENDAHULUAN
setiap harinya mereka melakukan perikatan. Hal-hal seperti membeli suatu barang
tersebut merupakan suatu perikatan. Perikatan di Indonesia diatur pada buku ke III
KUHPerdata(BW). Dalam hukum perdata banyak sekali hal yang dapat menjadi
hukum dalam lapangan harta kekayaan antara dua orang atau lebih di mana pihak
yang satu berhak atas sesuatu dan pihak lain berkewajiban atas sesuatu. Hubungan
hukum dalam harta kekayaan ini merupakan suatu akibat hukum, akibat hukum
dari suatu perjanjian atau peristiwa hukum lain yang menimbulkan perikatan.
antara dua orang atau lebih di mana pihak yang satu berhak atas sesuatu dan pihak
lain berkewajiban atas sesuatu. Hubungan hukum dalam harta kekayaan ini
merupakan suatu akibat hukum, akibat hukum dari suatu perjanjian atau peristiwa
bersumber pada perjanjian, perjanjian apapun dan bagaimana pun, baik itu yang
diatur dengan undang-undang atau tidak, inilah yang disebut dengan kebebasan
berkontrak, dengan syarat kebebasan berkontrak harus halal, dan tidak melanggar
perikatan ada perikatan untuk berbuat sesuatu dan untuk tidak berbuat sesuatu.
dengan perjanjian. Sedangkan perikatan untuk tidak berbuat sesuatu yaitu untuk
Dari latar belakang di atas dapat dirumuskan beberapa rumusan masalah, yaitu :
1.3 Tujuan
Forcemajeur
TINJAUAN PUSTAKA
harta kekayaan antara dua orang atau lebih di mana pihak yang satu berhak atas
sesuatu dan pihak lain berkewajiban atas sesuatu. Hubungan hukum dalam harta
kekayaan ini merupakan suatu akibat hukum, akibat hukum dari suatu perjanjian
atau peristiwa hukum lain yang menimbulkan perikatan. Dari rumusan ini dapat
diketahui bahwa perikatan itu terdapat dalam bidang hukum harta kekayaan (law
of property), juga terdapat dalam bidang hukum keluarga (family law), dalam
bidang hukum waris (law of succession) serta dalam bidang hukum pribadi(pers
onal law).
suatu hubungan dalam lapangan harta kekayaan antara dua orang atau lebih
dimana pihak yang satu berhak atas sesuatu dan pihak lain berkewajiban atas
sesuatu.
atau perjanjian. Perikatan yang tidak berdasarkan kontrak atau perjanjian namun
akibat dari perbuatan manusia. Hal tersebut diatur dalam pasal 1352 KUH Perdata
mengatakan bahwa:
undang-undang saja (uit de wet allen) atau dari undang-undang sebagai akibat
perbuatan manusia” (uit de wet ten gevolge van’s mensen toedoen).
Sedangkan pasal 1353 KUH Perdata menyatakan bahwa:
perbuatan manusia, terbit dari perbuatan halal, atau dari perbuatan melawan
b.Kelahiran, dengan kelahiran anak maka timbul perikatan antara ayah dan
waktunya seseorang mungkin terlepas hak nya atas sesuatu atau mungkin
(alimentasi).
daad).
dan undang-undang, dan sumber dari undang-undang dapat dibagi lagi menjadi
Dasar hukum perikatan berdasarkan KUH Perdata terdapat tiga sumber adalah
sebagai berikut:
memberikan sesuatu, untuk berbuat sesuatu, atau untuk tidak berbuat sesuatu.
perbuatan dimana satu orang atau lebih mengikatkan diri terhadap satu orang
1. Asas Konsensualisme
Asas konsnsualisme dapat disimpulkan dari Pasal 1320 ayat 1 KUHP dt.
Pasal 1320 KUHPdt : untuk sahnya suatu perjanjian diperlukan empat sarat :
Asas pacta sun servanda berkaitan dengan akibat suatu perjanjian. Pasal
1338 ayat (1) KUHPdt:
Perikatan
Pasal 1338 KUHPdt : “semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku
1) Asas kepercayaan;
3) Asas keseimbangan;
5) Asas moral.
6) Asas kepatutan;
7) Asas kebiasaan;
8) Asas perlindungan;
debitur
kreditur
2.5.1 Prestasi
Prestasi adalah yang wajib dipenuhi oleh debitur dalam setiap perikatan.
Prestasi adalah objek perikatan. Dalam hukum perdata kewajiban memenuhi
prestasi selalu disertai jaminan harta kekayaan debitur. Dalam pasal 1131 KUH
Perdata dinyatakan bahwa semua harta kekayaan debitur baik bergerak maupun
tidak bergerak, baik yang sudah ada maupun yang akan ada, menjadi jaminan
pemenuhan utangnya terhadap kreditur. Tetapi jaminan umum ini dapat dibatasi
dengan jaminan khusus berupa benda tertentu yang ditetapkan dalam perjanjian
antara pihak-pihak. Menurut ketentuan pasal 1234 KUH Perdata ada tiga
adalah menyerahkan kekuasaan nyata atas suatu benda dari debitur kepada
hutang-piutang.
Dalam melakukan perbuatan itu debitur harus mematuhi semua ketentuan dalam
perikatan. Debitur bertanggung jawab atas perbuatnnya yang tidak sesuai dengan
ketentuan perikatan.
perjanjian.
Sifat prestasi
Prestasi adalah objek perikatan. Supaya objek itu dapat dicapai, dalam arti
debitur memenuhi perikatan. Jika prestasi itu tidak tertentu atau tidak
batal (nietig);
ketertiban umum, Jika prestasi itu tidak halal, perikatan batal (niegtig).
5. Terdiri dari satu perbuatan atau serentetan perbuatan. Jika prestasi itu
berupa satu kali perbuatan dilakukan lebih dari satu kali dapat
2.5.2 Wanprestasi
prestasi buruk atau cedera janji. Dalam bahasa inggris, wanprestasi disebut breach
yang dibebankan oleh kontrak. Secara etimologi wanprestasi adalah suatu hak
kebendaan yang dikarenakan kelalaian atau kesalahan salah satu pihak tidak dapat
memenuhi prestasi seperti yang telah ditentukan dalam kontrak. Adapun bentuk-
ketentuan pasal 1238 KUH Perdata debitur dianggap lalai dengan lewatnya
tenggang waktu yang telah ditetapkan. Akibat hukum dari wanprestasi adalah:
disertai ganti rugi dan pembatalan kontrak dengan ganti rugi , (pasal 1267
KUH Perdata) Apabila seorang debitur yang dituduh cidera janji dan
adimpleti contractus).
Keadaan memaksa atau overmacht yaitu ketika dalam suatu kontrak bisnis,
ketika debitur dikatakan dalam keadaan memaksa sehingga tidak dapat memenuhi
prestasinya karena suatu keadaan yang tak terdugadan tidak dapat dipertanggung
demikian kreditur tidak dapat menuntut ganti rugi sebagaiamana hak yang
Dalam KUHpdt (BW) tidak diatur secara khusus apa yang dimaksud
berakhirnya perikatan, tetapi yang diatur dalam Bab IV buku III BW hanya
hapusnya perikatan. Pasal 1381 secara tegas menyebutkan sepuluh cara hapusnya
Pembayaran.
(konsignasi).
Pembebasan utang
Musnahnya barang terutang
Batal/ pembatalan.
Terkait dengan Pasal 1231 perikatan yang lahir karena undang-undang dan
Pembayaran
Pasal 1382 BW sampai dengan Pasal 1403 BW. Pengertian pembayaran dapat
ditinjau secara sempit dan secara yuridis tekhnis.
Pembayaran dalam arti sempit adalah pelunasan utang oleh debitur kepada
kreditur, pembayaran seperti ini dilakukan dalam bentuk uang atau barang.
Sedangkan pengertian pembayaran dalam arti yuridis tidak hanya dalam bentuk
uang, tetapi juga dalam bentuk jasa seperti jasa dokter, tukang bedah, jasa tukang
seorang ketiga yang membayar kepada siberpiutang itu. Setelah utang dibayar,
muncul seorang kreditur yang baru menggantikan kreditur yang lama. Jadi utang
tersebut hapus karena pembayaran tadi, tetapi pada detik itu juga hidup lagi
dengan orang ketiga tersebut sebagai pengganti dari kreditur yang lama.
Konsignasi
atas utangnya, dan jika kreditur masih menolak, debitur dapat menitipkan uang
Novasi
Novasi diatur dalam Pasal 1413 Bw s/d 1424 BW. Novasi adalah sebuah
persetujuan, dimana suatu perikatan telah dibatalkan dan sekaligus suatu perikatan
lain harus dihidupkan, yang ditempatkan di tempat yang asli. Ada tiga macam
Apabila seorang yang berutang membuat suatu perikatan utang baru guna orang
Kompensasi
Kompensasi atau perjumpaan utang diatur dalam Pasal 1425 BW s/d Pasal
ditagih antara kreditur dan debitur (vide: Pasal 1425 BW). Contoh: A
setengah tahun terhadap rumah tersebut yakni RP 150.000. Akan tetapi pada
bulan kedua A meminjam uang kepada si B sebab ia butuh uang untuk membayar
SPP untuk anaknya sebanyak Rp 150.000. maka yang demikianlah antara si A dan
Konfusio
Konfusio atau percampuran utang diatur dalam Pasal 1436 BW s/d Pasal
1437 BW. Konfusio adalah percampuran kedudukan sebagai orang yang berutang
dengan kedudukan sebagai kreditur menjadi satu (vide: Pasal 1436). Misalnya si
debitur dalam suatu testamen ditunjuk sebagai waris tunggal oleh krediturnya,
atau sidebitur kawin dengan krediturnya dalam suatu persatuan harta kawin.
BAB III
TINJAUAN KASUS
itu, PT.KSE memesan peralatan mesin traktor dan peralatan kebun lainnya
dari PT.GPU, kemudian pada bulan mei tahun 2012 peralatan mesin perkebunan
itu datang secara bertahap dan pada bulan juni 2012 pemesan peralatan mesin
Tak berselang lama dari itu, tepatnya tanggal 23 september 2012 peralatan
hingga 1 tahun. Saat itu PT.KSE meminta mesin tersebut diservis kembali
lantaran baru dipakai selama 3 bulan, akan tetapi PT.GPU menolak. Alasannya,
kerusakan itu di luar yang diperjanjikan. Dalam kontrak, garansi diberikan jika
kerusakan karena kesalahan pengerjaan. Ini yang membuat pihak PT.KSE naik
pitam. Pada bulan desember 2012 PT.KSE pun menggugat ke PT.GPU dengan
ganti rugi sebesar US$ 5 juta atau sekitar Rp 76 miliar ke Pengadilan Negeri
Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Tapi ternyata gugatan itu
ditolak oleh pengadilan. Padahal di sisi lain, PT.GPU memiliki hutang perawatan
mesin perkebunan milik PT.KSE sejak Agustus 2011, dan tiba-tiba di tengah
perjanjian secara sepihak tersebut dan atas ini yang kemudian masuk hutangnya,
dan sudah jatuh tempo sejak awal 2012. Tapi tak kunjung dilunasi
mengingat hubungan antara PT.KSE dan PT.GPU sangat baik, namun setelah
dilakukan melalui cara kekeluargaan oleh pihak PT.KSE dengan cara mendatangi
pihak PT.GPU di kantor PT.KSE, tetap saja tidak ada respon timbal-balik
S.H.
dan kepentingan klien yang diajak bekerjasama bahkan tiga somasi yang telah
dilayangkan oleh pihak PT.KSE terhadap PT.GPU pun masih tidak ada
konfirmasi balik kepada pihak PT.KSE”, dengan dasar ini pula Sugeng selaku
kuasa hukum PT.KSE akan
siaga satu
BAB IV
PEMBAHASAN
bidang peralatan perkebunan dengan PT.KSE tidak kunjung usai, hal ini
disebabkan karena:
dengan seksama akan pentingnya asas-asas perjanjian, yang mana hal ini dapat
mencegah adanya permasalahan yang akan terjadi diantara kedua belah pihak.
3) Asas Konsesualisme
Asas ketiga diatas merupakan sektor utama yang harus ditonjolkan. Karena
asas ini merupakan syarat mutlak bagi hukum perikatan yang modern dan bagi
didasarkan i’tikad buruk, tidak pernah memikirkan kondisi dan kepentingan klien
yang diajak bekerjasama, bahkan tiga somasi yang telah dilayangkan olrh
pihak PT.KSE terhadap PT.GPU pun masih tidak ada konfirmasi balik kepada
pihak PT.KSE.” I’tikad baik diwaktu membuat perjanjian berarti kejujuran, maka
i’tikad baik ketika dalam tahap pelaksanaan perjanjian adalah kepatuhan, yaitu
suatu penilaian baik terhadap tindakan suatu pihak dalam hal melaksanakan apa
yang telah diperjanjikan, pernyataan ini sesuai dengan Pasal 1338 B.W yang
berbunyi, “Suatu perjanjian harus dilaksanakan dengan I’tikad baik. Maka, sesuai
i’tikad baik, bertujuan mencegah kelakuan yang tidak patut atau sewenang-
dalam hal ini PT.GPU sebagai debitur dinyatakan “ingkar janji” (wanprestasi).
dijanjikan
produksi lain yang akan dibuat oleh PT.KSE. Oleh sebab itu, tindakan wanprestasi
pihak yang melakukan wanprestasi untuk memberikan ganti rugi dan bunga,
sehingga oleh hukum diharapkan agar tidak ada satu pihak pun yang dirugikan
menentukan bahwa debitur harus terlebih dahulu dinyatakan dalam keadaan lalai.
Jadi maksudnya adalah peringatan atau pernyataan dari kreditur tentang saat
diperlukan dalam hal orang meminta ganti rugi atau meminta pemutusan perikatan
dengan membuktikan adanya ingkar janji. Hal ini digunakan untuk mengantisipasi
dibuat oleh PT.KSE menjadi terbengkalai. Disebutkan dalam Pasal 1338 (2) B.W
bahwa, “Suatu perjanjian tidak dapat ditarik kembali selain dengan kesepakat
memberikan atau berbuat sesuatu sesuai dengan isi perjanjian. Dalam hal
GPU yang tidak memenuhi suatu perikatan dan dia dapat dikenai denda atau ganti
5.1 KESIMPULAN
Perikatan adalah hubungan hukum yang terjadi antara orang yang satu
dengan orang yang lain karena perbuatan, peristiwa, atau keadaan, Dari rumusan
ini dapat diketahui bahwa perikatan itu terdapat dalam bidang hukum harta
kekayaan (law of property), dalam bidang hukunm keluarga (family law), dalam
bidang hukum waris (law of succession), dalam bidang hukum pribadi (personal
law). Dalam kita undang-undang hukum perdata pasal 1331 ayat 1 dinyatakan
bahwa semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undag-undnag
bagi mereka yang membuatnya, artinya apabila objek hukum yang dilakukan
tidak berdasarkan niat yang tulus, maka secara otomatis hukum perjanjian tersebut
subjektif, misalnya salah satu pihak berada dalam pebgawasab dan tekanan pihak
tertentu, maka perjanjian ini dapat dibatalkan didepan hakim. Sehingga, perjanjian
tersebut tidak akan mengikat kedua belah pihak. Hukum perjanjian ini akan
Prestasi adalah sesuatu yang wajib dipenuhi oleh debitor dalam setiap
memenuhi prestasi selalu disertai jaminan harta kekayaan debitor. Dalam Pasal
1131 dan 1132 KUHPdt dinyatakan bahwa harta kekayaan debitor, baik yang
bergerak maupun tidak bergerak, baik yang sudah ada maupun yang akan ada,
dipenuhinya prestasi oleh debitor karena terjadi peristiwa yang tidak dapat
diketahui atau tidak dapat diduga akan terjadi ketika membuat perikatan. Dalam
keadaan memaksa ebitor tidak dapat disalahkan karena keadaan ini timbul di luar
5.2 SARAN
makalah yang kami susun ini menjadi bermanfaat bagi penulis maupun pembaca
dan menambah wawasan mengenai hukum perdata, hukum perikatan ini. Namun,
dalam penyusunan ini, kami sadar terdapat banyak kekurangan, Karena kami pun
masih dalam tahap belajar, dan menyusun. Maka dari itu kami membutuhkan
kritik dan saran yang konstruktif dari para pembaca dan pembimbing
DAFTAR PUSTAKA
https://diahpramasti.wordpress.com/2018/04/13/contoh-kasus-dan-analisis-
hukum-perdata-dan-hukum-perikatan/
https://www.sarno.id/2017/01/hukum-perikatan/