Anda di halaman 1dari 39

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hipertensi merupakan keaadaan ketika tekanan darah sistolik lebih dari

120 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 80 mmHg. Hipertensi sering

menyebabkan perubahan pada pembuluh darah yang dapat mengakibatkan

semakin tingginya tekanan darah.

Saat ini, angka kematian karena tekanan darah di Indonesia sangat tinggi.

Contohnya adalah Hipertensi atau darah tinggi merupakan penyebab kematian

nomor 3 setelah stroke dan tuberkulosis, yakni mencapai 67% dari populasi

kematian pada setiap umur di Indonesia.

Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Balitbangkes tahun 2007

menunjukkan prevalansi hipertensi secara rasional mencapai 31,7%

(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia). Dari jumlah itu, 60% penderita

hipertensi berakhir pada stroke. Sedangkan sisanya pada jantung, gagal ginjal,

kebutaan bahkan yang paling banyak adalah gangguan imobilitas karena

kerusakan susunan saraf pusat.

Pada penderita hipertensi gangguan imobilitas pun sering dijumpai,

biasanya penderita secara tiba-tiba tidak mampu menggerakkan anggota

tubuhnya, merasakan nyeri pada tubuhnya, nyeri kepala yang disertai mual

muntah, ayunan langkah yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf

pusat.

Oleh karena itu perlu diadakan upaya-upaya untuk menekan angka

penyakit hipertensi terlebih bagi penderita hipertensi perlu diberikan perawatan


2

dan pengobatan yang tepat agar tidak menimbulkan komplikasi dan gangguan

imobilitas yang semakin parah. Dan mengurangi faktor yang menjadi

penghambat bagi masyarakat yaitu pengetahuan tentang apa itu hipertensi,

pengertian hipertensi, klarifikasi hipertensi, tanda dan gejala hipertensi, sebab

akibat hipertensi, komplikasi yang timbul akibat hipertensi. Selain itu

pentingnya pemberian asuhan keperawatan pada pasien hipertensi juga sangat

diperlukan untuk melakukan implementasi yang benar pada pasien hipertensi.

Dari hasil observasi saya dari tanggal 4 Februari sampai dengan 16

Februari tahun 2017 di ruang Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Islam

Sakinah Mojokerto (selanjutnya ditulis IGD RSI Sakinah Mojokerto) yang

mengeluh pusing sebanyak 75%, sulit berbicara 25%, sulit bergerak ekstremitas

100%.

Dari data tersebut maka saya mengambil yang paling dominan adalah

masalah Gangguan Imobilitas Pada Paisien Hipertensi.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah terjadi gangguan imobilitas pada pasien Hipertensi di ruang IGD

RSI Sakinah Mojokerto?

2. Apakah terjadi gangguan imobilitas pada pasien Hipertensi di ruang IGD

RSI Sakinah Mojokerto?

3. Bagaimana tindakan asuhan keperawatan yang dilakukan pada pasien

hipertensi yang mengalami gangguan imobilitas di ruang IGD RSI Sakinah

Mojokerto?

1.3 Tujuan dan Manfaat

Tujuan dari penulisan karya tulis ini adalah sebagai berikut:


3

a. Tujuan umum

1. Mengetahui tindakan mengatasi gangguan aktivitas pada pasien

hipertensi.

b. Tujuan khusus

1. Memaparkan konsep penyakit yang meliputi definisi, klarifikasi, etiologi,

manifestasi klinis, patofisiologi, pemeriksaan penunjang pada pasien

hipertensi.

2. Memahami asuhan keperawatan atau pertolongan pertama di ruang IGD

RSI Sakinah Mojokerto pada pasien hipertensi dengan metodologi asuhan

keperawatan yang benar.

Manfaat dari penulisan karya tulis ini adalah sebagai berikut:

a. Manfaat bagi rumah sakit

1. Dapat memberikan masukan yang sistematis dalam pelaksanaan

pelayanan keperawatan khususnya pada pasien Hipertensi.

b. Manfaat bagi pasien

1. Sebagai pengetahuan bagi pasien untuk melakukan usaha preventif

tentang penyakit Hipertensi

c. Manfaat bagi siswa

1. Dapat dijadikan tambahan teori.

2. Dapat memahami yang dirasakan oleh pasien.

1.4 Metodologi

Karya tulis ini menggunakan observasi dan wawancara dengan kemampuan

berbicara dan menggunakan keluhan pasien. Observasi dan wawancara tersebut

dilakukan dengan mengamati dan menanyakan secara langsung pada pasien


4

baru yang datang ke IGD RSI Sakinah Mojokerto dari 4 Februari sampai

dengan 16 Februari tahun 2017.


5

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Hipertensi

2.1.1 Pengertian Hipertensi

Menurut Brunner dan Suddarth (2001) hipertensi dapat didefinisikan

sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg

dan tekanan diastoliknya di atas 90 mmHg. Pada populasi manula, hipertensi

didefinisikan sebagai tekanan sistolik di atas 160 mmHg dan tekanan diastolik

90 mmHg.

Ketika dilakukan pemeriksaan tekanan darah menghasilkan dua angka,

yaitu angka yang lebih tinggi dan angka yang lebih rendah. Angka yang lebih

tinggi didapat ketika jantung berkontraksi (sistolik), sedangkan angka yang

lebih rendah didapatkan ketika jantung berelaksasi (diastolik). Tekanan darah

kurang dari 120/80 mmHg diartikan sebagai tekanan darah yang normal. Ketika

terjadi tekanan darah tinggi, umumnya terjadi kenaikan tekanan sistolik dan

diastolik.

Hipertensi umumnya dapat memicu penyakit komplikasi, misalnya

kegagalan fungsi ginjal, komplikasi pada otak dan stroke, komplikasi pada mata

bahkan resiko injury kebutaan. Sebelum mengarah pada komplikasi yang lebih

parah sebelumnya, penderita hipertensi biasanya mengalami gangguann klinis

pada imobilitasnya yaitu sulit bergerak, badan kaku, nyeri persendian, dan

terganggu segala jenis aktivitasnya.

1.1.2 Klasifikasi

Klasifikasi tekanan darah menurut JNC (2003) dapat dilihat pada tabel berikut:
6

Klasifikasi tekanan darah menurut WHO :

Tabel. 2.1 Klasifikasi tekanan darah menurut WHO


Kategori Sistol (mmHg) Diastol
(mmHg)
Optimal <120 <80
Normal <130 <85
Tingkat 1 (Hipertensi ringan) 140-159 90-99
Sub group: perbatasan 140-149 90-94
Tingkat 2 (Hipertensi sedang) 160-179 100-109
Tingkat 3 (Hipertensi berat) >180 >110
Hipertensi Sistol terisolasi >140 <90
Sub group: Perbatasan 140-149 <90

Klasifikasi tekanan darah dari Hasil Konsensus Perhimpunan Hipertensi

Indonesia:

Tabel. 2.2. Klasifikasi tekanan darah dari Hasil Konsensus Perhimpunan


Hipertensi
Kategori Sistol (mmHg) Dan/Atau Diastol
(mmHg)
Normal <120 Dan <180
Pre Hipertensi 120-139 Atau 80-89
Tahap I 140-159 Atau 90-99
Tahap II ≥160 Atau ≥100
Sistol terisolasi ≥140 Dan <90

Klasifikasi Hipertensi secara umum dibagi menjadi 2 yaitu :

1. Hipertensi Primer

Suatu kondisi dimana terjadinya tekanan darah tinggi sebagai akibat dampak

dari gaya hidup seseorang dan faktor lingkungan.

2. Hipertensi Sekunder
7

Suatu kondisi dimana terjadinya tekanan darah tinggi sebagai akibat

seseorang mengalami/menderita penyakit lainnya seperti gagal jantung,

gagal ginjal, atau kerusakan sistem hormon tubuh.

2.1.3 Etiologi Hipertensi

1. Hipertensi Primer

Disebabkan oleh faktor kondisi lingkungan seperti faktor keturunan, pola

hidup yang tak seimbang, keramaian, stress, dan pekerjaan. Sebagian besar

Hipertensi primer disebabkan oleh faktor stress.

2. Hipertensi Sekunder

Disebabkan oleh faktor penyakit yang sudah dialami seseorang seperti

gangguan ginjal, endo rin, dan kekakuan dari aorta. Sebenarnya ada

beberapa Hipertensi memang sering tidak kita ketahui dan merasa Hipertensi

tersebut datang dengan sendirinya. Oleh karena itu berikut ini adalah

penyebab penyakit Hipertensi yang di bagi menjadi 2 kategori :

1. Penyebab Hipertensi yang tidak bisa dikendalikan :

a. Usia

Penelitian menunjukkan bahwa seraya usia seeorang bertambah,

tekanan darah pun akan meningkat. Seseorang tidak dapat

mengharapkan bahwa tekanan darah saat muda akan sama ketika

bertambah tua. Namun seseorang dapat mengendalikan agar jangan

melewati batas atas yang normal.

b. Genetik
8

Jika seseorang memiliki orang tua atau saudara yang memiliki

penyakit Hipertensi, maka kemungkinan ia menderita Hipertensi

lebih besar.

2. Penyebab Hipertensi yang bisa dikendalikan :

a. Kolesterol

Kandungan lemak yang berlebih dalam darah dapat menyebabkan

timbunan kolesterol pada dinding pembuluh darah. Hal ini dapat

membuat pembuluh darah menyempit dan akibatnya tekanan darah

meningkat.

b. Rokok

Kebiasaan merokok dapat meningkatkan risiko Diabetes, serangan

jantung, dan Stroke. Karena itu kebiasaan merokok yang terus

dilanjutkan ketika memiliki tekanan darah tinggi, merupakan

kombinasi yang sangat berbahaya yang akan memicu penyakit-

penyakit yang berkaitan dengan penyakit jantung dan darah.

c. Garam

Garam dapat meningkatkan tekanan darah dengan cepat pada

beberapa orang, khususnya bagi penderita Diabetes, penderita

Hipertensi ringan, orang dengan usia tua.

d. Kafein

Kafein yang terdapat pada kopi, teh maupun minuman cola dan

bersoda. Kopi dan teh jika dikomsumsi melebihi batasan normal

penyajian akan mengakibatkan Hipertensi.

e. Stress
9

Stress dapat memicu suatu hormon dalam tubuh yang

mengendalikan fikiran seseorang. Jika mengalami stress hal

tersebut dapat mengakibatkan tekanan darah semakin tinggi

meningkat, tak hanya itu mampu mempengaruhi mood atau

perasaan seseorang terhadap suatu emosi.

f. Olahraga

Kurang olahraga dan bergerak bisa menyebabkan tekanan darah

dalam tubuh meningkat. Olahraga teratur mampu menurunkan

tekanan darah tinggi, namun jangan melakukan olahraga yang berat

jika menderita Hipertensi.

3. Penyebab Hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya

perubahan-perubahan pada:

a. Katub jantung menebal dan menjadi kaku.

Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun

sesudah berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah

menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.

b. Kehilangan elastisitas pembuluh darah hal ini terjadi karena

kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi.

c. Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.

2.1.4 Patofisologi Hipertensi

Hipertensi disebabkan oleh kerusakan vaskuler pembuluh darah atau

arteriklerosis yang mengakibatkan gangguan sirkulasi pada pembuluh

darah. Gangguan sirkulasi pembuluh darah dapat mengacu pada otak

yang dapat menimbulkan gejala sakit kepala dan nyeri kepala, pada retina
10

dapat merusak sel endotel dan mengakibatkan obliterasi pada retina serta

menimbulkan gejala gangguan penglihatan, bahkan kebutaan, pada ginjal

dapat menimbulkan kenaikan protein urina atau albuminura sehingga

dapat meningkatkan cairan dalam tubuh dan menimbulkan gejala edema,

pada pembuluh darah akan menurunkan curah jantung yang dapat

menimbulkan gejala mudah lelah, dan gangguan imobilitas.


11

(patofisiologi Hipertensi

dilanjutkan...)

Bagan.2.3 Patofisiologi Hipertensi


HIPERTENSI

Kerusakan vaskuler pembuluh darah

Arteriklerosis

Gangguan sirkulasi

OTAK RETINA GINJAL PEMBULUH


DARAH

Resitensi Kerusakan sel Vasokontriksi


pembuluh endotel pembuluh darah Peningkatan
darah otak ginjal sistemik

Robekan/obliterasi
*sakit Blood flow vasokontriksi
kepala darah
*vertigo *perdarahan retina
*gangguan penurunan curah
penglihatan *protein urina jantung.
NYERI *kebutaan *hematuria
KEPALA *tachikardi
*pucat
RESIKO INJURY Retensi Na *mudah lelah
*palpitasi
*diaphorosis
Edema

INTOLERANSI
Kelebihan AKTIVITAS
volume cairan

Gangguan
GGK Imobilitas
(KOMPLIKASI)

2.1.5 Patogenesis Hipertensi


12

Tanda gejala pada Hipertensi dibedakan menjadi :

1. Tidak ada gejala

Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan

tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa.

Hal ini Hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri

tidak teratur.

2. Gejala yang lazim

Intoleransi aktivitas karena kelelahan, ketidakseimbangan suplai dan

kebutuhan oksigen.

Beberapa pasien yang menderita Hipertensi yaitu :

1. Nyeri kepala, kadang disertai rasa mual muntah.

2. Serangan iskemik pada otak bisa ditandai dengan kesemutan pada wajah

dan anggota badan atau kehilangan kesadaran dan kembali pulih setelah

24 jam.

3. Penglihatan kabur akibat kerusakan retina.

4. Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerulus.

5. Edema dependen dan pembengkaan tekanan kapiler.

6. Ayunan langkah yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf pusat,

sehingga menimbulkan resiko gangguan aktivitas.

2.2 Imobilitas

2.2.1 Pengertian Imobilitas

Berhubungan dengan gangguan aktivitas atau imobilitas pada pasien yang

menderita Hipertensi, berikut pengertian dari mobilisasi/mobilitas dan

imobilisasi/imobilitas menurut para ahli antara lain :


13

1. Mobilisasi atau mobilitas merupakan kemampuan individu untuk bergerak

secara bebas, mudah dan teratur dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan

aktivitas guna mempertahankan kesehatannya (Azizz AA,2006).

2. Imobilitas adalah ketidak kemampuan seseorang untuk bergerak secara

bebas, mudah, teratur yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup

sehat. Mobilisasi diperlukan utuk meningkatkan kesehatan, memperlambat

proses penyakit (Mubarak,2008).

3. Adapun juga pengertian gangguan imbolisasi atau imobiltas secara umum

adalah ketidak mampuan seseorang dalam melakukan pergerakan pada

tubuhnya dan aktivitasnya seperti sulit berjalan, nyeri persendian, dan dapat

dipengaruhi oleh penyakit tertentu seperti Hipertensi yang menyebabkan

ayunan langkah kaki yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf

pusat akibat Hipertensi.

2.2.2 Klasifikasi Imobilitas

Menurut Mubarak (2008) ada beberapa macam keaadan imbolitas antara lain:

1. Imobilitas fisik : kondisi ketika seseorang mengalami keterbatasan fisik yang

disebabkan oleh faktor lingkungan maupun kondisi orang tersebut.

2. Imobilitas intelektual : kondisi ini dapat disebabkan oleh kurangnya

pengetahuan untuk dapat berfungsi sebagaimana mestinya, misalnya pada

kasus kerusakan otak akibat Hipertensi.

3. Imobilitas emosional : kondisi ini bisa terjadi akibat proses pembedahan atau

kehilangan seseorang yang dicintai.

4. Imobilitas sosial : kondisi ini bisa menyebabkan perubahan interaksi sosial

yang sering terjadi akibat penyakit


14

2.2.3 Etiologi Imobilitas

Faktor-faktor yang menjadi suatu penyebab mobilisasi adalah:

1. Gaya hidup

Mobilitas sesorang dipengaruhi oleh latar belakang kehidupan sesorang

sepeti suatu pola makan dan pola hidup yang tidak sesuai takar kesehatan,

sehingga dapat menyebabkan suatu penyakit tertentu yang dapat

mempengaruhi mobilitas sesorang dan mengganggu berbagai aktivitasnya.

2. Ketidak mampuan

Setelah menderita penyakit tersebut akibat gaya hidup yang tidak sehat.

Maka muncul kelemahan fisik dan mental akan menghalangi seseorang

untuk melakukan aktivitas hidup sendiri-sendiri.

3. Usia

Usia menjadi salah satu penyebab gangguan aktivitas. Pada individu lansia,

kemampuan untuk melakukan aktifitas dan mobilisasi menurun sejalan

dengan penuaan dan seiring tekanan darah pada usia lansia meningkat.

4. Tingkat energi

Energi dibutuhkan untuk banyak hal, salah satunya mobilisasi. Dalam hal ini

cadangan energi yang dimiliki masing-masing individu bervariasi.

2.2.4 Patogenesis Imobilitas

Manifestasi klinis yang timbul dalam gangguan imobilitas adalah :

1. Kelemahan otot dan tirah baring dan Tonus otot berkurang/keadaan

tegangan otot yang tidak seimbang sehingga kehilangan daya tahan otot.

2. Perubahan sistem muskuloskeletal.

3. Jaringan kulit yang tertekan.


15

4. Suplai aliran terganggu mengakibatkan decubitus dan gangguan sistem

metabolik.

2.2.5 Patofisologi Imobilitas

Imobilitas atau ketidak mampuan individu untuk beraktivitas secara bebas

dengan tirah baring yang lama akan mengalami kehilangan daya tahan

otot yang mengakibatkan penurunan fungsi otot dan terjadi perubahan

sistem muskoluskeletal. Gangguan fungsi paru pun juga akan dialami

pasien karena penumpukan sekret yang membuat gangguan jalan nafas.

Dengan tirah baring yang lama jaringan kulit akan tertekan dan kontraksi

pada pembuluh darah di kulit yang membuat sel kulit tersebut mati karena

tidak ada aliran udara untuk menutrusi kulit,sehingga menimbulkan luka

dekibitus, dan pasien merasa tak nyaman dengan lukanya sehinnga terjadi

stress dan stress dapat meningkatan asam lambung dan asidosis

metabolik. Saat jantung mengalami vasokontriksi akibat asidosis

metabolik akan mengakibatkan suplai aliran dipembuluh darah terganggu,

pada gastroesterinal akan mengalami gangguan katabolisme yang

membuat seseorang mengalami anoreksi sehingga nitrogen pun tidak

seimbag yang dapat mengakibatkan kelemahan otot terjadi,defekasi

terganggu, dan konstipasi.

(patofisiologi Imobilitas dilanjutkan...)


16

Bagan. 2.4. Patofisiologi Imobilitas


Imobilitas

Tidak mampu beraktivitas

Tirah baring yang lama

Kehilangan Gangguan Jaringan kulit Jantung Gastro


daya tahan fungsi paru yang tertekan mengalami esterinal
otot vasokontriks
i
Penumpuka Perubahan Gangguan
Penurunan n sekret sistem katabolisme
otot integument Penyumbata
n
Sulit batuk Anoreksia
Perubahan Kontriksi
sistem pembuluh Suplai aliran
muskuloskele Gangguan darah terganggu Nitrogen
tal jalan nafas tidak
seimbang
Sel kulit mati

Kelemahan
Dekubitus otot

Stress terjadi Defekasi


terganggu

Peningkatan
asam lambung Konstipasi

Gangguan
metabolik
17

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Standar Operasional Prosedur (SOP) Gangguan Imobilitas pada

Pasien Hipertensi di ruang IGD RSI Sakinah Mojokerto

3.1.1 Pemberian Tata Cara Mobilisasi.

Pengkajian mobilitas klien berfokus pada rentang gerak dan keterbatasan dalam

bergerak. Ketika mengkaji rentang gerak, saya mengajukan pertanyaan dan

membuat observasi untuk mengumpulkan data tentang kekakuan sendi,

pembengkakan, nyeri, keterbatasan sendi dan gerakan yang tidak seimbang.

Klien yang yang mobilitas sendinya terbatas karena penyakit atau trauma

memerlukan latihan sendi untuk mengurangi bahaya mobilitas.

Tujuan :

1. Memelihara dan mempertahankan kekuatan otot.

2. Memelihara mobilitas persendian.

Tahap kerja :

1. Ekstremitas atas.

Fleksi dan ekstensi pergelangan tangan.

a) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.

b) Atur posisi lengan pasien dengan menjauhi sisi tubuh dan siku menekuk.

c) Pegang tangan pasien dengan satu tangan dan tangan yang lain

memegang pergelangan tangan pasien.


18

d) Tekuk tangan pasien kedepan sejauh mungkin.

Fleksi dan ekstensi siku.

a) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.

b) Atur posisi lengan pasien dengan menjauhi sisi tubuh dan telapak

mengarah ke tubuh pasien.

c) Letakkan tangan perawat di atas siku pasien dan pegang tangan pasien

dengan tangan lainnya.

d) Tekuk siku pasien sehingga tangan pasien mendekat ke bahu.

e) Lakukan dan kembalikan ke posisi sebelumnya.

Pronasi dan supinasi lengan bawah

a) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.

b) Atur posisi lengan bawah menjauhi tubuhnya dengan siku menekuk.

c) Letakkan satu tangan perawat pada pergelangan pasien dan pegang

tangan pasien dengan tangan lainnya.

d) Putar lengan bawah pasien ke arah kanan atau kiri.

e) Kembalikan ke posisi awal sebelum dilakukan pronasi dan supinasi.


19

Fleksi bahu

a) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.

b) Atur posisi tangan pasien di sisi tubuhnya.

c) Letakkan satu tangan perwat di atas siku pasien dan pegan tangan pasien

dengan tangan lainnya.

d) Angkat lengan pasien pada posisi awal.

Abduksi dan adduksi bahu

a) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.

b) Atur posisi lengan pasien disamping badannya.

c) Letakkan satu tangan perawat diatas siku pasien dan pegang tangan

pasien dengan tangan lainnya.

d) Gerakkan lengan pasien menjauh dari tubuhnya ke arah perawat.

e) Kembalikan ke posisi awal.

Rotasi bahu

a) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.


20

b) Atur posisi lengan pasien menjauhi dari tubuh (ke samping) dengan siku

menekuk.

c) Letakkan satu tangan perawat di lengan atas pasien dekat siku dan pegang

tangan pasien dengan tangan yang lain.

d) Lakukan rotasi bahu dengan lengan ke bawah sampai menyentuh tempat

tidur, telapak tangan menghadap ke bawah.

e) Kembalikan ke posisi awal.

f) Gerakkan lengan bawah kebelakang sampai menyentuh tempat tidur,

telapak tangan menghadap ke atas.

2. Ekstremitas bawah

Fleksi dan ekstensi jari-jari kaki

a) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.

b) Pegang jari-jari kaki pasien dengan satu tangan sementara tangan lain

memegang kaki.

c) Bengkokkan (tekuk) jari-jari ke bawah.

d) Luruskan jari-jari kemudian dorong ke belakang.

e) Kembalikan ke posisi awal.


21

Infersi dan efersi kaki.

a) Jelaskan prosedur yag akan dilakukan.

b) Pegang separuh bagian atas kaki pasien dengan tangan perawat dan

pegang pergelangan kaki pasien dengan tangan satunya.

c) Putar kaki dengan arah ke dalam sehingga telapak kaki menghadap ke

kaki lainnya.

d) Kembalikan ke posisi semula.

e) Putar kaki keluar sehingga bagian telapak kaiki menjauhi kaki yang lain.

f) Kembalikan ke posisi semula.

Fleksi dan ekstensi pergelangan kaki.

a) Jelaskan prosedur yang kan dilakukan.

b) Letakkan satu tangan pada telapak kaki pasien dan satu tangan yang lain

diatas pergelangan kaki, jaga kaki lurus, dan rileks.

c) Tekuk pergelangan kaki, arahan jari-jari kaki ke arah dada/ke bagian atas

tubuh pasien.

d) Kembalikan ke posisi awal.

e) Tekuk pergelangan kaki menjauhi dada pasien. Jari dan telapak kaki

diarahkan ke bawah.
22

Fleksi dan ekstensi lutut

a) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.

b) Letakkan satu tangan di bawah lutut pasien dan pegang tubit pasien

dengan tangan yang lain.

c) Angkat kaki, tekuk pada lutut dan pangkal paha.

d) Lanjutkan menekuk lutut ke arah dada pada pasien sejauh mungkin dan

semampu pasien.

e) Turunkan dan luruskan lutut dengan tetap engangkat kaki ke atas.

f) Kembali ke posisi semula.

Rotasi pangkal paha

a) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.

b) Letakkan satu tangan perawat pada pergelangan kaki pasien dan satu

tangan yang lain di atas lutut pasien.

c) Putar kaki ke arah dalam.

d) Putar kaki ke arah luar.

e) Kembali ke posisi semula.

Abduksi dan adduksi pangkal paha.


23

a) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.

b) Letakkan satu tangan perawat di bawah lutut pasien dan satu tangan pada

tumit.

c) Angkat kaki pasien kurang lebih 8 cm dari tempat tidur dan pertahankan

posisi tetap lurus. Gerakkan kaki menjauhi badan pasien atau ke samping

ke arah perawat.

d) Gerakkan kaki mendekati badan pasien.

e) Kembalikan ke posisi awal.

f) Lakukan observasi terhadap perubahan yang terjadi. Misalnya, rentang

gerak pada siku, kekakuan sendi, dan adanya nyeri.

g) Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.

3.1.2 Data Hasil

Dari hasil observasi saya pada tanggal 4 Februari sampai dengan tanggal 16

Februari di ruang IGD RSI Sakinah Mojokerto, saya mendapat 10 kali

observasi pada pasien gangguan peningkatan tekanan darah atau Hipertensi

dengan mayoritas keluhan yang diungkapkan pasien yaitu pusing hebat yang

menyebabkan pasien sulit melakukan aktivitas dan bergerak. Berhubungan

dengan manifestasi klinis Hipertensi yang ditandai dengan kerusakan susunan

saraf pusat, sehingga menimbulkan resiko imobilitas

Tabel.3.1.Data hasil obsevasi 10 pasien di runag IGD RSI Sakinah Mojokerto


No Identitas Pasien Keluhan Utama Riwayat TTV
Penyakit
24

1 Tn.Sutrisno Pusing, panas Maag TD:


43 tahun. selama 3 hari, Hipertensi 160/70
Ds.Trowulan batuk RR: 31
Datang ke IGD ngongsroh, HR: 90
RSI Sakinah perut nyeri dan °C:
pada tanggal 05 mual muntah, 38,3
Februari 2017 nyeri
dengan keluhan persendian,
: badan
menggigil,lemas
pucat.
2 Ny.Suliasih Pusing berat, Hipertensi TD:
58 tahun mual muntah, Diabetes 190/100
Ds.Jambirogol anggota tubuh RR: 28
Datang ke terasa nyeri HR:
IGD RSI saat 101
Sakinah pada digerakkan, °C: 37
tanggal 06 lemas pucat.
Februari 2017
dengan
keluhan:
3 Tn.Yunus Pert kanan Stroke TD:
57 tahun terasa nyeri, Hipertensi 180/100
Kemlagi muntah 2x, Diabetes RR: 23
Datang ke IGD kepala bagian HR: 92
RSI Sakinah belakang terasa °C: 36
pada tanggal 08 berat.
Februari 2017
dengan
keluhan: Lutut terasa
Tn.Sanuar nyeri dan sesak Hipertensi TD:
4 70 tahun nafas. 160/110
Kutorejo RR:32
25

datang ke IGD HR:


RSI Sakinah 112
pada tanggal 08 °C:36,2
Februari 2017
dengan
keluhan:
5 Tn.Sumardi Nyeri saat Hipertensi TD:
80 tahun berkemih, perut 180/100
Japanan datang kembung, RR:27
ke IGD RSI muntah, nyeri HR:88
Sakinah pada persendian, sulit °C: 37
tanggal 08 bergerak
Februari 2017
dengan
keluhan:
6 Ny.Karmi Perut nyeri, sulit Hipertensi TD:
54 tahun berjalan, kedua 190,120
Mojosari paha sakit RR: 23
datang ke IGD seperti ditusuk HR:125
RSI Sakinah tusuk pisau, °C:
pada tanggal 10 nafsu makan 36,3
Februari 2017 menurun
dengan
keluhan:
7 Ny.Satupah Badan kaku dan Diabetes TD:
50 tahun nyeri hebat Hipertensi 190/110
Ds.Ketapang RR: 28
datang ke IGD HR:88
RSI Sakinah °C:
pada tanggal 10 36,8
Dilanjutkan...
Februari 2017
dengan
keluhan:
26

8 Ny.Sumia Sulit berkemih, Hipertensi TD:


43 tahun tubuh sulit 170/90
Sooko datang bergerak. RR:25
ke IGD RSI HR:79
Sakinah °C:
Mojokerto 38,3
pada tanggal 10
Februari 2017
dengan keluhan
:
9 Tn.Rabani Kejang dan Stroke TD:
57 tahun badan kaku Hipertensi 170/90
Puri datang ke RR:19
IGD RSI HR: 85
Sakinah pada °C:
tanggal 12 36.4
Februari 2017
dengan
keluhan:
10 Ny.Rukayah Kaki tiba-tiba Hipertensi TD:
75 tahun bengkak dan 190/110
Kemlagi datang sulit RR:21
ke IGD RSI digerakkan. HR:95
Sakinah pada °C:36
tanggal 16
Februari 2017
dengan
keluhan:
Dari 10 kali observasi yang saya dapatkan. Saya memilih kasus pada

Ny.Suliasih umur 58 tahun, Ds.Jambirogol dengan pemenuhan kebutuhan

asuhan keperawatan sebagai berikut :

3.2 Asuhan Keperawatan


27

ASUHAN KEPERAWATAN

“GANGGUAN AKTIVITAS PADA PASIEN HIPERTENSI”

Nama : Vivin Affrilliana Handayani

Asal Sekolah : SMK Bhakti Indonesia Medika PPMU

Tanggal Pengkajian : 4-16 Februari 2017

Tempat Pengkajian : IGD RSI Sakinah Mojokerto

KASUS

Pada tanggal 6 Februari pukul 19.45 seorang nenek bernama Ny.Suliasih

berumur 58 tahun tinggal di Ds.Jambirogol datang ke IGD RSI Sakinah

Mojokerto. Setelah dipersilahkan untuk berbaring di brangkar, kemudian

dilakukan anamase atau triase. Ny.Suliasih mengatakan keluhan utamanya

pusing hebat, anggota tubuh sebelah kanan sulit digerakkan, mengatakan nyeri

pada persendiannya. Keadaan umumnya terlihat lemas, pucat, akral hangat.

I. PENGKAJIAN

A. Biodata.

1. Identitas Pasien.

Nama : Suliasih

Umur : 58 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Ds.Jambirogol

B. Keluhan Utama.

Pusing hebat, anggota tubuh sebelah kanan sulit digerakkan, nyeri

pada persendian.

C. Riwayat Kesehatan Sekarang.


28

Hipertensi.

D. Riwayat Kesehatan Dahulu.

Hipertensi, Diabetes, Vertigo.

E. Riwayat Kesehatan Keluarga.

Hipertensi.

II. PENGELOMPOKAN DATA

A. Data Subjektif.

Ny.Suliasih mengatakan kepalanya pusing hebat.

Ny.Suliasih mengatakan tubuhnya sebelah kanan nyeri dan sulit

digerakkan.

B. Data Objektif.

Pasien nampak lemas dan pucat.

Gelisah.

Akral terasa hangat.

Memegang punggung dan mengatakan “aduhh..aduhh”.

Semua aktivitas dilakukan di tempat tidur seperti makan, mandi, BAB,

BAK, dan terbatas.

Diperoleh TTV :

TD : 190/100 mmHg

RR : 28/menit

HR : 91/menit

°C : 38°C

III. ANALISA DATA

Tabel.3.2. nalisa data


29

Symptoms Problem/Diagnosa Etiologi


Kep
Data Subjektif : Intoleransi aktivitas Vasokontriksi
pada pasien pembuluh darah,
1. Pusing hebat. Hipertensi. sehingga terjadi
penyumbatan pada
2. Anggota
tubuh sebelah pembuluh darah
kanan sulit dan
digerakkan. mengakibatkan
kerusakan susunan
3. Nyeri saraf pusat.
persendian.

Data Objektif :

1. Lemas

2. Pucat.

3. Akral hangat.

4. Semua aktivitas
dilakukan di
tempat tidur
seperti makan,
mandi, BAB,
BAK,
danterbatas.

5. TTV :

TD : 190/100
mmHg
RR : 28/menit
HR : 91/menit
°C : 38°C

IV. PRIORITAS MASALAH


30

1. Gangguan peningkatan tekanan darah diatas normal yaitu sistole >140 dan

diastole >90

2. Intoleransi Aktivitas.

V. INTERVENSI

Tabel.3.3. Intervensi

Tanggal Tujuan Intervensi

6 02 Setelah dilakukan tindakan 1. Lakukan TTV


2017 keperawatan selama 1× pada pasien.
dalam 45 menit diharapkan
18.05 pasien dapat mengerti dan 2. Informasikan
memahami KIE yang kepada pasien dan
diberikan oleh perawat. keluarga pasien
yang
mendampingi
pasien apa itu
Hipertensi
,penyebab
Hipertensi serta
pencegahan
Hipertensi.

3. Anjurkan pasien
untuk membuat
daftar makan atau
minuman serta
jenis obat-obatan
yang harus
dihindari
berhubungan
dengan penyakit
Hipertensi.

4. Berikan tata cara

Dilanjutkan...
31

mobilisasi dan
terapi bergerak
dari ekstremitas
atas ekstremitas
bawah.

5. Lakukan KIE
pada pasien dan
keluarga pasien,
jika nyeri muncul
anjurkan untuk
melakukan
tindakan secara
individu tanpa
harus meminum
obat.

6. Lakukan
observasi reaksi
non verbal dari
nyeri

Tanggal Implementasi Respon


6 02 1. Melakukan TTV pada Respon tindakan no.2 :
2017 pasien dengan hasil : -pasien memberi
TD : 190/100 mmHg respon mengangguk
18.05 RR : 28/menit setelah diberi
HR : 91/menit penjelasan tentang
°C : 38°C makanan dan
minuman yang harus
2. Informasikan kepada dihindari.
pasien dan keluarga
pasien yang Respon tindakan no.3 :
-saat dilakukan latihan
mendampingi pasien
mobilisasi pasien
apa itu Hipertensi memberi respon
,penyebab Hipertensi (ADUH....ADUHH)
serta pencegahan
Hipertensi. Respon tindakan no.4 :
-pasien tidak mau jalan
3. Melakukan KIE pada jalan di pagi hari,
pasien untuk karena untuk bangun
menganjurkan pun sangat sulit dan
membuat daftar sangat nyeri untuk
32

makanan atau digerakkan.


minuman yang dapat Respon tindakan no.5 :
dihindari berhubungan -pasien dan keluarga
dengan penyakit pasien paham tentang
Hipertensi. penjelasan yang sudah
diberikan oleh
4. Melakukan tindakan perawat.
mobilisasi pada pasien
mulai dari ekstremitas Respon tindakan no.6 :
atas sampai bawah. -dari reaksi yang
terlihat nilai skala
5. Melakukan KIE pada nyeri pada Ny.Suliasih
pasien untuk yaitu angka 8-9 yaitu
meningkatkan nyeri berat secara
mobilisasi yaitu obyektif pasien kadang
melatih kekuatan otot tidak dapat mengikuti
seperti bangun dipagi perintah tapi masih
hari, jalan jalan kecil. respon terhadap
tindakan.
6. Melakukan KIE pada
pasien dan keluarga
pasien, jika nyeri
muncul anjurkan untuk
melakukan tindakan
secara individu tanpa
harus meminum obat.
Seperti kompres panas.

7. Melakukan penilain
terhadap nyeri dari
reaksi pasien.
VI. IMPLEMENTASI

Tabel.3.4. Implementasi

VII. EVALUASI

Tanggal Catatan Perkembangan


6 02 S : Ny.Suliasih mengatakan tubuhnya semakin nyeri.
2017 O : Terlihat gelisah dan nampak tidak nyaman.
A : Masalah belum teratasi.
33

18.05 P : Pasien MRS dan pindah ruangan, planning dihentikan.

3.4 Jawaban Dari Rumusan Masalah

1. Apakah terjadi gangguan imobilitas pada pasien Hipertensi di ruang IGD

RSI Sakinah Mojokerto ?

Jawaban :

a. Jawaban menurut observasi Rumah Sakit.

1. Iya terjadi, pasien memegang punggung dan mengatakan

“ADUHH..ADUHH”

2. Semua aktivitas pasien dilakukan di tempat tidur seperti makan,

mandi, BAB, BAK.

b. Jawaban menurut Teori.

1. Terjadi gangguan imobilitas dilihat paada manifestasi klinis penyakit

Hipertensi yang dialami pasien seperti rasa kesemutan bahkan kaku

dan nyeri pada anggota badan.

2. Mengobservasi TTV.

3. Jika terjadi gangguan aktivitas kaji skala nyeri.

c. Kesimpulan.

Yang menyakatakan bahwa pasien mengalami gangguan imobilitas

dilihat dari keluhan pasien yang memegang punggung dan mengatakan

“ADUHH..ADUHH” dan segala aktivitas pasien dilakukan di tempat

tidur.

2. Mengapa terjadi gangguan imobilitas pada pasien Hipertensi di ruang IGD

RSI Sakinah Mojokerto?

Jawaban :
34

a. Jawaban menurut observasi Rumah Sakit.

1. Karena pasien memberi pernyataan bahwa tidak mau melatih dirinya

secara fisik untuk bergerak.

2. Nyeri yang dialami pasien membuat aktivitas pasien terbatas.

b. Jawaban menurut Teori.

1. Gangguan imobiltas terjadi karena kerusakan susunan saraf pusat

secara sistemik.

a. Kesimpulan.

Terjadi gangguan imobilitas pada pasien Hipertensi diakarenakan

kerusakan susunan saraf pusat secara sistemik yang membuat presepsi

nyeri sehingga pasien tidak ingin melatih dirinya secara fisik.

3. Bagaimana tindakan asuhan keperawatan yang dilakukan pada pasien

Hipertensi yang mengalami gangguan imobilitas di ruang IGD RSI Sakinah

Mojokerto ?

Jawaban :

a. Jawaban menurut observasi Rumah Sakit.

1. Mengobservasi TTV

2. Melakukan terapi mobilasi pada pasien.

b. Jawaban menurut teori.

1. Melakukan terapi mobilitas pada pasien.

2. Memberikan KIE pada pasien bahwa tidak baik untuk kesehatannya

jika tidak mau melatih diri untuk bergerak secara fisik.

c. Kesimpulan.
35

Menurut teori asuhan keperawatan yang diberikan adalah elakukan

terapi mobilitas pada pasien dan memberikan KIE pada pasien bahwa

tidak baik untuk kesehatannya jika tidak mau melatih diri untuk

bergerak secara fisik. Pada observasi di Rumah Sakit tindakan yang

tidak dilakukan perawat adalah tindakan no.2 yaitu memberikan KIE

pada pasien bahwa tidak baik untuk kesehatannya jika tidak mau

melatih diri untuk bergerak secara fisik.


36

BAB IV

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Hipertensi merupakan keaadaan ketika tekanan darah sistolik lebih dari

120 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 80 mmHg. Hipertensi sering

menyebabkan perubahan pada pembuluh darah yang dapat mengakibatkan

semakin tingginya tekanan darah.

Pada penderita hipertensi gangguan imobilitas pun sering dijumpai,

biasanya penderita secara tiba-tiba tidak mampu menggerakkan anggota

tubuhnya, merasakan nyeri pada tubuhnya, nyeri kepala yang disertai mual

muntah, ayunan langkah yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf

pusat.

Kadang kala akibat dari kesulitan bergerak rasa nyeri pun timbul, karena

pada saat melakukan observasi keluhan utama yang diungkapkan pasien adalah

rasa nyeri atau juga diawali pasien tidak mau melatih dirinya bergerak sehingga

menimbulkan presepsi nyeri.

Maka dari itu perlu diajukan tindakan keperawatan yang tepat dan benar

mengenai hal tersebut. Dari hasil observasi saya dari tanggal 4 Februari sampai

dengan 16 Februari tahun 2017 di ruang IGD RSI Sakinah Mojokerto yang
37

mengeluh pusing sebanyak 75%, sulit berbicara 25%, sulit bergerak ekstremitas

100%.

5.2 Saran

Mengingat pentingnya pengetahuan akan apa itu sebab akibat dari

penyakit Hipertensi, sebelum mengarah pada komplikasi diharapkan pasien

mampu melakukan usaha preventif atau pencegahan individu mulai dari gaya

hidup dan pola makan.

Saya menyarankan agar semua tindakan yang dilakukan oleh perawat

boleh dilakukan oleh keluarga pasien seperti tindakan mobilisasi dan mengatasi

rasa nyeri tanpa harus meminum obat dengan pengetahuan yang diperoleh dari

perawat.
38

Daftar Pusaka :

Smelzter, suzana C,2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal bedah. Brunner &
Suddart edisi 8 volume 1,2,3. ECG, Jakarta
Asmadi. 2008. Konsep dan aplikasi kebutuhan dasar klien. Jakarta : Salemba
Medika.
Perry & Potter. 2006. Buku ajar fundamental keperawatan konsep, proses dan
praktik. Edisi 4, Jakarta: ECG
Wilkinson, Judith M. 2007. Buku saku diagnosa keperawatan dengan
intervensi NIC dan kriteria hasil NOC. Jakarta : ECG
39

Anda mungkin juga menyukai