Naskah Akademik CSR Review Sistematik
Naskah Akademik CSR Review Sistematik
BAB I
PENDAHULUAN
dilaksanakan oleh perusahaan yang ada di Indonesia sesuai dengan Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UU PT) pada pasal 74.
Pembangunan sendiri bukan hanya sekedar tangung jawab pemerintah dan industri saja, tetapi
setiap insan manusia berperan untuk mewujudkan kesejahteraan sosial dan pengelolaan kualitas
hidup masyarakat di suatu negara. Industri dan korporasi berperan untuk mendorong
Konsep Tanggungjawab Sosial Perusahaan telah dikenal sejak awal 1970, yang secara
umum diartikan sebagai kumpulan kebijakan dan praktik yang berhubungan dengan stakeholder,
Seiring perjalanan waktu, di satu sisi sektor industri atau koprasi-koprasi skala besar
telah mampu memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi nasional, tetapi di sisi lain
ekploitasi sumber-sumber daya alam oleh sektor industri sering kali menyebabkan kerusakan
lingkungan. Selain itu juga sebagai upaya untuk menegaskan hubungan perusahaan dengan
personal perusahaan secara internal dan antara internal perusahaan dengan masyarakat luar
yang melibatkan perusahaan di satu pihak dan masyarakat sebagai lingkungan sosial
perusahaan di pihak yang lain, juga basis teori tentang perlunya sebuah perusahaan
Sosial Perusahaan dapat didefinisikan sebagai tanggungjawab moral suatu perusahaan terhadap
para stakeholdernya, terutama komunitas atau masyarakat di sekitar wilayah kerja atau
operasionalnya.
sesungguhnya masih terus bergulir. Salah satunya, apakah tanggungjawab sosial tersebut
sifatnya wajib atau sukarela, dimana ketika kegiatan Tanggungjawab sosial Perusahaan
diwajibkan dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Sontak
Kritik lain dari pelaksanaan Tanggungjawab Sosial Perusahaan adalah karena seringkali
diselenggarakan dengan jumlah biaya yang tidak sedikit, maka Tanggungjawab Sosial
Perusahaan identik dengan perusahan besar yang ternama. Yang menjadi permasalahan adalah
dengan kekuatan sumber daya yang ada dengan kekuatan sumber daya yang dimilikinya,
perusahan-perusahan besar dan ternama ini mampu membentuk opini publik yang mengesankan
dilakukanya hanya semata-mata aktivitas filantropis, bahkan boleh jadi dilakukan untuk menutupi
Perusahaan yang berorientasi pada kesejahteraan masyarakat dan lingkungan lestari, masih
kehidupan masyarakat, bangsa dan negara, Masih kurangnya komitmen dan kebersamaan
1.2. Tujuan
1. Memberikan landasan hukum dan kerangka pemikiran bagi Rancangan Peraturan Daerah
tentang Tanggung Jawab Sosial Perusahaan.
2. Mengkaji dan meneliti pokok-pokok materi apa saja yang ada dan harus ada dalam
4. Memberikan bahan dan data untuk menjadi bahan pembanding antara peraturan perundang-
undangan yang ada dalam merancang Rancangan Peraturan Daerah tentang Tanggungjawab
Sosial Perusahaan.
1.3. Metode
Metode yang dipergunakan dalam menyusun naskah akademik ini adalah review literatur baik
yang berupa textbook maupun hasil penelitian empirik. Literatur yang dikumpulkan dan
dipergunakan dalam penyusunan naskah ini memiliki setting yang beragam, baik isu maupun
lokasinya sehingga mampu menjadi naskah akademik yang tidak semata bersifat lokal tetapi juga
1. Metode Pendekatan
hukum positif yang mengatur dan berkaitan dengan Tanggungjawab Sosial Perusahaan
2. Spesifikasi Penelitian
secara rinci, sistimatik, dan menyeluruh mengenai segala hal yang berhubungan
dilakukan analisis terhadap aspek hukum yang berkaitan dengan Tanggungjawab Sosial
domestik maupun asing yang menanamkan modalnya di Kepulauan Riau yang semakin
saja. Ini tidak sesuai Undang Undang Tentang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007.
3. Perlunya melibatkan pihak swasta dalam sinergitas pembangunan daerah mulai dari
dengan tepat bagaimana peran dan kontribusi pemerintah dalam forum, misalnya sebagai
Manfaat yang akan diterima dari pelaksanaan Tanggungjawab Sosial Perusahaan diantaranya:
1. Bagi Perusahaan.
berkualitas.
4) Perusahaan dapat meningkatkan pengambilan keputusan pada hal-hal yang kritis (critical
2. Bagi masyarakat
Praktik Tanggungjawab Sosial Perusahaan yang baik akan meningkatkan nilai tambah
adanya perusahaan di suatu daerah karena akan menyerap tenaga kerja, meningkatkan
kualitas sosial di daerah tersebut. Pekerja lokal yang diserap akan mendapatkan perlindungan
akan hak-haknya sebagai pekerja. Jika terdapat masyarakat adat atau masyarakat lokal,
sumber daya alam, menjaga kualitas lingkungan dengan menekan tingkat polusi dan justru
4. Bagi negara
Praktik Tanggungjawab Sosial Perusahaan yang baik akan mencegah apa yang disebut
malpraktik bisnis seperti penyuapan pada aparat negara atau aparat hukum yang memicu
tingginya korupsi. Selain itu, negara akan menikmati pendapatan dari pajak yang wajar (yang
tidak digelapkan) oleh perusahaan. Dalam penelitian ini, terkait kemitraan antara perusahaan
dengan pemerintah, diharapkan kedua belah pihak mendapatkan manfaat dari tanggungjawab
Bagi perusahaan akan lebih mudah memperoleh akses terhadap modal (capital), dapat
meningkatkan pengambilan keputusan pada hal-hal yang kritis (critical decision making), dan
Motif Tanggungjawab Sosial Perusahaan selain manfaat yang telah diuraikan sebelumnya,
tidak ada satu perusahaan pun yang menjalankan Tanggungjawab Sosial Perusahaan tanpa
Sosial Perusahaan terkait erat dengan motivasi yang dimiliki. Wibisono (2007, hal 78)
Tanggungjawab Sosial Perusahaan, karena tidak ada yang dapat menjamin bahwa bila
Pokok-pokok pemikiran Manuel Castelo Branco dan Lúcia Lima Rodriguez tentang konsep
Tanggungjawab Sosial Perusahaan ( Corporate Social Responsibility ) dan posisi teori pemangku
kepentingan (stakeholder theory) bahwa konsep Tanggungjawab Sosial Perusahaan paling baik
dilandaskan pada teori pemangku kepentingan. Alasannya didasarkan pada dua asumsi, yaitu:
Perusahaan terutama sekali karena dengan begitu mereka mendapatkan keuntungan atau
manfaat.
Asumsi pertama itu berhubungan dengan suatu pengandaian lain yaitu bahwa konsep
Tanggungjawab Sosial Perusahaan itu memiliki apsek normatif dan instrumental yang bisa
mendukung asumsi itu, dan kedua aspek itu dapat dijelaskan oleh sebuah teori, yaitu teori
pemangku kepentingan.
Branco dan Rodriguez menyajikan paparan dan mengurai pemikiran mereka tentang
perspektif tentang Tanggungjawab Sosial Perusahaan yaitu perspektif klasik atau perspektif
pemegang saham (shareholder view) dan perspektif pemangku kepentingan ( stakeholder view).
Uraian kemudian ditambah dengan memperlihatkan nilai lebih dari perspektif kedua. Kedua,
mereka memaparkan evolusi konsep Tanggungjawab Sosial Perusahaan dari perspektif yang
kedua tersebut, yaitu perspektif pemangku kepentingan. Dalam bagian ini dibedakan secara jelas
antara konsep kewajiban sosial ( social obligation), tanggung jawab sosial ( social responsibility),
dan kepedulian sosial (social responsiveness). Ketiga, mereka memberikan tanggapan kritis.
Tanggungjawab Sosial Perusahaan sebagai sebuah pertimbangan etis dan moral sudah
mengundang banyak perdebatan yang tak ada kata akhirnya hingga sekarang ini. Aspek etis dan
moral dalam Tanggungjawab Sosial Perusahaan merupakan salah satu aspek yang sangat
penting. Ternyata, Tanggungjawab Sosial Perusahaan itu dilihat “bukan lagi sebagai penghalang
dalam jangka panjang. Fenomena inilah yang menjadi dasar telaah Branco dan Rodriguez yang
membawa mereka pada pemikiran bahwa kalau memang demikian, tentunya ada sesuatu di
bukannya merasa terbebani melainkan malah seolah-olah senang menerima dan mempraktikkan
Maignan dan Ralston, membedakan tiga tipe utama motivasi di balik aktivitas-aktivitas
Tanggungjawab Sosial Perusahaan bisa dipandang sebagai sebuah instrumen tambahan yang
menurut pandangan “kewajiban negatif”, perusahaan terlibat dalam kegiatan tanggung jawab
Tanggungjawab Sosial Perusahaan dipandang sebagai sebuah instrumen yang legitim bagi
tersebut. Ketiga, menurut pendekatan “kewajiban positif”, perusahaan bisa saja memiliki
motivasi-diri (self-motivated) untuk terlibat dalam inisiatif-inisiatif tanggung jawab sosial dan
tindakan tersebut tidak diharapkan atau dituntut oleh masyarakat. Menurut Maignan dan Ralston,
baik pendekatan kewajiban negatif maupun pendekatan utilitarian sama-sama melihat bahwa
Tanggungjawab Sosial Perusahaan bisa digunakan sebagai alat penggalangan opini untuk
lingkungan dari aktivitasnya dan untuk bertanggung jawab kepada audiens yang lebih luas dari
pada sekadar pemegang saham. Di balik semua ini terdapat dimensi etis. Walaupun
Tanggungjawab Sosial Perusahaan itu sendiri juga sarat dengan kepentingan strategis, namun
dalam praktiknya hal itu tidak dapat dilepaskan dari motivasi-motivasi etis dan moral yang
2.2. Konsep-Konsep
Secara garis besar, diskursus tentang Tanggungjawab Sosial Perusahaan terbelah atas dua
kubu, yaitu kubu yang mendukung Tanggungjawab Sosial Perusahaan dan kubu yang
pada perspektif fungsi institusional perusahaan atau perspektif hak kepemilikan ( property rights).
Argumen fungsi institusional memiliki tiga perspektif: pertama, organisasi-organisasi lain, seperti
pemerintah, eksis untuk menjalankan fungsi yang diminta oleh tindakan-tindakan sosial terkait;
kedua, para manajer tidak dilihat sebagai pihak yang memiliki kemampuan dan/atau waktu untuk
mengampu dan menjalankan jenis tindakan publik semacam itu; ketiga, tidak seperti para politisi,
yang dipilih secara demokratis, para manajer tidak dapat dituntut untuk akuntabel bagi aksi-aksi
tanggung jawab sosial mereka. Sedangkan argumen yang berdasarkan perspektif hak
kepemilikan memiliki akarnya pada analisis ekonomi neo klasik, dan menekankan bahwa satu-
satunya kewajiban manajer adalah memaksimisasi keuntungan bagi para pemegang saham.
Konsep Tanggungjawab Sosial Perusahaan yang paling banyak diterima sekarang ini adalah
konsep yang dikemukakan oleh Lantos. Perusahaan dilihat sebagai subjek yang memiliki kewajiban untuk
memikirkan kebutuhan jangka panjang masyarakat. Itu berarti bahwa perusahaan harus terlibat dalam
aktivitas yang mempromosikan keuntungan bagi masyarakat dan meminimisasikan efek-efek negatif dari
tindakan perusahaan itu sendiri. Namun demikian, dengan menyetujui Lantos, Rodriguez mengingatkan
bahwa perusahaan tidak boleh ditekan sampai merugikan dirinya sendiri dalam melakukan tuntutan
seperti itu. Memang misi perusahaan tidak boleh dibatasi hanya untuk menciptakan keuntungan bagi
para pemegang saham. Alih-alih, harus dipahami bahwa perusahaan perlu mengidentifikasi peluang-
peluang yang menguntungkan bagi kedua pihak yaitu perusahaan itu sendiri dan masyarakat. Dalam hal
ini, tegas Rodriguez, para manajer bukanlah agen pemegang saham semata. Mereka adalah “pembangun
Menurut Dwi Tuti Muryati, perusahaan merupakan lembaga yang secara sadar didirikan
untuk melakukan kegiatan yang terus-menerus untuk mendayagunakan sumber daya alam dan
sumber daya manusia sehingga menjadi barang dan jasa yang bermanfaat secara ekomonis.
Menurut Sri Rejeki Hartono, aktifitas menjalankan perusahaan adalah suatu kegiatan yang
dilakukan secara terus-menerus dalam pengertian yang tidak terputus-putus, kegiatan tersebut
dlakukan secara terang-terangan dalam pengertian sah/legal, dan dalam rangka untuk
memperoleh keuntungan, baik untuk diri sendiri maupun orang lain. Menurut Mentri Kehakiman
Nederland (Minister van Justitie Nederland) dalam memori jawaban kepada parlemen
perusahaan apabila pihak yang Dikutip dari Dwi Tuti Mulyati , Tanggungjawab Sosial
sosial tidaklah lagi memadai karena konsep tersebut tidaklah melibatkan kemitraan
perusahaan (corporate culture) yang ada dipengaruhi oleh etika perusahaan yang bersangkutan.
Budaya perusahaan terbentuk dari para individu sebagai anggota perusahaan yang
bersangkutan dan biasanya dibentuk oleh sistem dalam perusahaan. Sistem perusahaan
khususnya alur dominasi para pemimpin memegang peranan penting dalam pembentukan
budaya perusahaan, pemimpin perusahaan dengan motifasi yang kuat dalam etikanya yang
mengarah pada kemanusiaan akan dapat memberikan nuansa budaya perusahaan secara
Perusahaan kini menjadi konsep yang banyak sekali diperbincangkan, diperdebatkan dan
digunakan untuk melabel banyak aktivitas. Tentu saja, hal tersebut sangat patut disyukuri. Hanya
saja, karena tidak cukup banyak pihak yang menekuni wacana Tanggungjawab Sosial
Perusahaan sebagaimana yang termuat dalam berbagai literatur di negara-negara maju, maka
banyak kesalahan umum yang kerap ditemui kalau kita benar-benar memperhatikan bagaimana
kini Tanggungjawab Sosial Perusahaan digunakan. Kesalahan umum yang kerap ditemui
tersebut adalah :
Kesalahan yang paling umum dijumpai adalah menyamakan community development atau
kelompok masyarakat yang kurang beruntung ( disadvantaged groups) agar menjadi lebih
banyak dilakukan, baik oleh perusahaan maupun media massa. Banjir besar yang baru saja
melanda Jakarta atau kejadian-kejadian bencana alam telah membuat iklan mengenai
Tanggungjawab Sosial Perusahaan menjamur di media massa. Padahal, yang dilakukan oleh
sebagian besar perusahaan itu adalah tindakan karitatif belaka, yaitu membantu pihak lain
agar penderitaan mereka berkurang. Tidak ada yang salah dengan tindakan mulia tersebut,
Nama generik untuk tindakan membantu sesama manusia adalah filantropi, yang kerap juga
dilakukan oleh perusahaan. Pada kondisi yang lebih maju, yaitu dengan pertimbangan
kegunaan optimum dan dampak terbesar terhadap reputasi perusahaan pemberi, tindakan
filantropi itu diberi nama filantropi strategis. Melihat sejarahnya, tindakan sosial perusahaan
banyak dimulai dari filantropi, kemudian menjadi filantropi strategis, baru kemudian
pada aspek sosial semata. Ini terutama terjadi setelah pembangunan berkelanjutan menjadi
arus utama berpikir walau hingga kini belum juga jadi arus utama bertindak. Pembangunan
tersebut.
punya kebutuhan untuk membuat struktur baru, yang diberi nama-nama yang berhubungan
sesungguhnya merupakan hal yang sangat menggembirakan, karena itu merupakan bukti
sumberdaya manusia yang bekerja secara fokus. Tentu saja, komitmen seperti itu patut
diacungi dua jempol. Namun yang kemudian menjadi pertanyaan adalah apakah benar bahwa
Tanggungjawab Sosial Perusahaan itu bisa dilaksanakan oleh bagian itu saja, sementara
Banyak keengganan perusahaan atau dalih saja dari mereka yang tak peduli untuk
Sosial Perusahaan adalah untuk perusahaan berskala besar saja. Ramakhrisna Velamuri
Perusahaan dengan curahan sumberdaya yang sangat besar, namun hingga sekarang belum
banyak perusahaan yang membuat program-program yang berkaitan dengan bisnis intinya.
fisik, dsb sementara dampak perusahaan itu sendiri tidaklah diurus secara memadai.
Perusahaan nya sampai di tangan salah satu pemangku kepentingan terpenting: konsumen.
memberikan kepuasan kepada mereka manambahkan after sales service. Garansi produk
adalah salah satu bentuk dari jasa itu. Kalau konsumen mengajukan keberatan atas mutu
produk sampai batas waktu tertentu pada beberapa kasus ada “ life time guarantee” maka
pengeluaran itu sia-sia belaka, dan boleh jadi juga bahwa anggapan tersebut memiliki
kenyataan bahwa pengeluaran perusahaan itu benar-benar tidak bias dilacak keuntungannya.
Perusahaan hanya akan menjadi cara baru untuk memoles citra perusahaan. Kalau citra
ramah lingkungan yang diinginkan perusahaan padahal kinerja lingkungannya tidak setinggi
pencitraan yang dilakukan hal itu disebuat sebagai greenwash. Belakangan juga muncul
BAB III
Pemerintah No. 47 Tahun 2012 tentang Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan Perseroan
Terbatas.
UUPT, Perseroan (Perseroan Terbatas) adalah badan hukum yang merupakan persekutuan
modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar
yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam
Menurut Pasal 1 angka 3 UUPT, Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan adalah komitmen
meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat, baik bagi perseroan
sumber daya alam” adalah perseroan yang kegiatan usahanya mengelola dan
usahanya yang berkaitan dengan sumber daya alam” adalah perseroan yang tidak
mengelola dan tidak memanfaatkan sumber daya alam, tetapi kegiatan usahanya
dilaksanakan oleh Direksi berdasarkan rencana kerja tahunan perseroan setelah mendapat
persetujuan Dewan Komisaris atau Rapat Umum Pemegang Saham (“RUPS”) sesuai
dengan anggaran dasar perseroan. Rencana kerja tahunan perseroan tersebut memuat
rencana kegiatan dan anggaran yang dibutuhkan untuk pelaksanaan Tanggungjawab Sosial
Perusahaan.
Penjelasan Pasal 15 huruf b UU 25/2007 adalah tanggung jawab yang melekat pada setiap
perusahaan penanaman modal untuk tetap menciptakan hubungan yang serasi, seimbang,
dan sesuai dengan lingkungan, nilai, norma, dan budaya masyarakat setempat.
Sedangkan yang dimaksud dengan penanam modal adalah perseorangan atau badan usaha
yang melakukan penanaman modal yang dapat berupa penanam modal dalam negeri dan
Selain itu dalam Pasal 16 UU 25/2007 juga diatur bahwa setiap penanam modal bertanggung
jawab untuk menjaga kelestarian lingkungan hidup. Ini juga merupakan bagian dari
a. peringatan tertulis;
Selain dikenai sanksi administratif, penanam modal juga dapat dikenai sanksi lain sesuai
Hidup (“UU 32/2009”)
Berdasarkan Pasal 68 UU 32/2009, setiap orang yang melakukan usaha dan/atau kegiatan
berkewajiban:
c. menaati ketentuan tentang baku mutu lingkungan hidup dan/atau kriteria baku
5. Undang-Undang No. 22 Tahun 2001 Tentang Minyak Dan Gas Bumi (“UU 22/2001”)
Kegiatan usaha hulu yang dilaksanakan oleh Badan Usaha atau Bentuk Usaha Tetap
berdasarkan Kontrak Kerja Sama dengan Badan Pelaksana wajib memuat ketentuan-
masyarakat sekitarnya dan jaminan hak-hak masyarakat adat (Pasal 11 ayat (3) huruf p UU
22/2001). Selain itu dalam Pasal 40 ayat (5) UU 22/2001 juga dikatakan bahwa Badan Usaha
atau Bentuk Usaha Tetap yang melaksanakan kegiatan usaha Minyak dan Gas Bumi
(kegiatan usaha hulu dan kegiatan usaha hilir) ikut bertanggung jawab dalam
Melihat pada ketentuan-ketentuan di atas, dapat dilihat bahwa memang ada peraturan-peraturan
peraturan yang telah mengamanatkan tanggungjawab sosial perusahaan tersebut antara lain:
Hidup;
5. Peraturan Pemerintah No. 47 Tahun 2012 tentang Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan
Perseroan Terbatas.
BAB IV
Pancasila sebagai falsafah negara merupakan landasan ideologi bangsa yang tertuang
dalam Pembukaan UUD 1945, yang mewajibkan Negara untuk menjunjung tinggi kemanusiaan.
Tanggung jawab negara, khususnya Pemerintah didasarkan pada ketentuan Pembukaan UUD
1945 yang menyebutkan bahwa tujuan pembentukan Negara Indonesia adalah melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan
karena perusahaan merupakan salah satu pusat kegiatan manusia guna memenuhi
kehidupannya. Selain itu, perusahaan juga sebagai salah satu sumber pendapatan negara
Dapat dikatakan bahwa suatu perusahaan adalah setiap badan usaha yang menjalankan
kegiatan dalam bidang perekonomian secara terus-menerus, bersifat tetap, dan terang-terangan
dengan tujuan memperoleh keuntungan dan atau laba yang dibuktikan dengan pembukuan.
Hubungan ideal antara bisnis dengan masyarakat menjadi suatu masalah perdebatan ( a matter
of debate). Konsep tanggung jawab sosial (social responsibility) memberi argumentasi bahwa
sosial (social responsibility) pada lingkungannya. Tanggung jawab sosial seseorang atau
organisasi adalah etika dan kemampuan berbuat baik pada lingkungan sosial hidup berdasarkan
aturan, nilai dan kebutuhan masyarakat. Berbuat baik atau kebajikan merupakan bagian dari
kehidupan sosial. Sementara dalam konteks perusahaan, tanggung jawab sosial itu disebut
1. Keterpaksaan atau sekedar basa basi, dimana perusahaan Karena faktor eksternal (external
driven), karena terjadi masalah lingkungan, serta karena ingin mendongkrak citra
perusahaan.
yang dilakukan karena terdapat regulasi, hukum, dan aturan yang memaksanya.
3. Adanya dorongan yang tulus dari dalam (internal driven), Perusahaan telah menyadari bahwa
bukan hanya profit sebagai tujuan, tapi juga tanggung jawab sosial dan lingkungan.
legal kepada pesaham atau shareholder, tetapi juga mempunyai kewajiban terhadap pihak-pihak
lain secara sosial termasuk masyarakat disekitarnya. Karena itu Tanggungjawab Sosial
Perusahaan adalah nilai moral yang semestinya dilaksanakan atas panggilan nurani pemilik atau
adalah seseorang atau kelompok orang yang kena pengaruh langsung atau tidak langsung atau
pada kegiatan bisnis perusahaan, atau yang mempengaruhi langsung atau tidak langsung
masyarakat.
meningkatkan daya saing serta sebagai bagian dari pengelolaan risiko menuju sustainability dari
kegiatan usahanya. Tanggungjawab Sosial Perusahaan di Indonesia baru dimulai pada awal
tahun 2000. Namun, kegiatan yang esensi dasarnya sama telah berjalan sejak tahun 1970-an
dengan tingkat yang bervariasi, mulai dari bentuk yang sederhana seperti donasi sampai pada
dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas Pasal 74 , yaitu :
1. Ayat (1) disebutkan perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau
berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tangung jawab sosial dan
lingkungannya.
2. Ayat (2) berbunyi tanggung jawab sosial dan lingkungan itu merupakan kewajiban perseroan
3. Ayat (3) menyatakan perseroan yang tidak melaksanaan kewajiban sebagaimana Pasal 1
Pemerintahan daerah saat ini telah mempunyai landasan hukum yang lebih kuat karena
telah diatur lebih rinci dalam UUD 1945 yang telah diamandemen ketimbang sebelumnya. Dalam
Bab VI UUD tersebut telah diatur jenjang daerah otonom, azas pemerintahan, pemerintah daerah
dan cara pengisiannya, prinsip otonomi, pengakuan atas tradisi dan kekhususan serta
keragaman daerah, dan yang terpenting adalah penyelenggaraan pemerintahan daerah tetap
berada dalam bingkai Negara Kesatuan Kemasyarakat Indonesia. Rincian pengaturan tentang
BAB V
Instrumen hukum dalam mengatur relasi pemerintah daerah, masyarakat dan perusahaan
satu koordinasi.
3. Adanya kepastian hukum bagi pelaku dunia usaha dlm pelaksanaan Tanggungjawab Sosial
Perusahaan.
dampak negatifnya.
Salah satu aspek yang dalam pelaksanaan Tanggungjawab Sosial Perusahaan adalah
2. Menghormati hak-hak asasi manusia yang dipengaruhi kegiatan yang dijalankan perusahaan
tersebut sejalan dengan kewajiban dan komitmen pemerintah di negara tempat perusahaan
beroperasi
3. Mendorong pembangunan kapasitas lokal melalui kerja sama yang erat dengan komunitas
5. Menahan diri untuk tidak mencari atau menerima pembebasan di luar yang dibenarkan secara
hukum yang terkait dengan sosial lingkungan, kesehatan dan keselamatan kerja, perburuhan,
6. Mendorong dan memegang teguh prinsip-prinsip Good Corporate Governance (GCG) serta
sendiri secara efektif guna menumbuhkembangkan relasi saling percaya diantara perusahaan
program-program pelatihan
9. Menahan diri untuk tidak melakukan tindakan tebang pilih (diskriminatif) dan indispliner
10. Mengembangkan mitra bisnis, termasuk para pemasok dan subkontraktor, untuk menerapkan
11.Bersikap abstain terhadap semua keterlibatan yang tak sepatutnya dalam kegiatan-kegiatan
politik lokal. Manfaat Tanggungjawab Sosial Perusahaan Terdapat manfaat yang didapatkan
dari pelaksanaan tanggunggjawab sosial perusahaan, baik bagi perusahaan sendiri, bagi
berwenang untuk :
undangan, prinsip-prinsip pemerintahan yang baik, serta kelayakan teknis dan standar
minimal bidang atau sektor yang menjadi tugas dan tanggung jawab masing-masing
instansi.
PENUTUP
6.1. Kesimpulan
Bertolak dari paparan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan beberapa hal penting
sebagai berikut:
pembangunan dan renovasi sekolah, penyediaan buku-buku dan alat bantu belajar
masyarakat. Berkaitan dengan hal ini responden unsur pemerintah memandang perlu
3. Belum ada kesamaan persepsi antara masyarakat dan perusahaan terhadap jenis
program yang dibutuhkan oleh masyarakat. Dalam hal ini responden unsur pemerintah
1. DPRD Provinsi Kepulauan Riau maupun Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau perlu