Rgenerasi Muda PDF
Rgenerasi Muda PDF
1: Page 16 - 25
Abstract: The provision of good accessibility of infrastructure facilities is the main duty of an institution to
become an institution that is good for all parties. However, problems frequently arise is still the lack of
infrastructure that is less accessible for the disabled. The University of Brawijaya as an institution of higher
education higher based inclusive prompted many changes to the accessibility infrastructure that is friendly to
people with disabilities, especially physical disabilities (ambulant disabled and. This paper aims to find the
accessibility of facilities in the UB for a physical disabled people. With an emphasis on means of pedestrian,
doors, lifts, ramps and toilets at some points in UB faculties and buildings.
.
Keywords: Accessibility, Infrastructure, Physical Disability, University of Brawijaya
16
IJDS 2016; Vol.3: No. 1: Page 16 - 25
prasarana yang ramah kepada penyandang Hal ini mengasumsikan bahwa seluruh
difabel di berbagai fakultas dan fasilitas penyandang cacat (difabel) berhak untuk
umum lainnya. mendapatkan persamaan akses kenyamanan
Dalam UUD 1945 Pasal 27 Ayat 2 dalam kehidupan. Aksesibilitas tersebut
disebutkan bahwa “seluruh warga negara dititikberatkan pada fasilitas umum,
berhak atas pekerjaan dan penghidupan contohnya seperti berikut ini ukuran dasar
yang layak”, artinya negara menjamin bahwa ruang, jalur pedestrian, jalur pemandu, area
seluruh masyarakat, yang tidak dibatasi oleh parkir, pintu, ramp, tangga, lift, kamar kecil
keadaan fisik berhak untuk mendapatkan (toilet), pancuran, wastafel, telepon,
pekerjaan. Selain itu, pasal 34 ayat 3 perlengkapan, perabot, dan yang terakhir
menyatakan bahwa, “Negara ialah rambu.
bertanggungjawab atas penyediaan fasilitas Dalam peraturan tersebut juga dibahas
kesehatan dan fasilitas pelayanan umum mengenai asas atau kriteria aksesibilitas yang
yang layak”, hal ini dapat diartikan bahwa baik sebagai pedoman dasar penyediaan
negara bertanggung-jawab atas pengadaan akses pada sarana dan prasarana, yaitu
segala fasilitas kesehatan dan pelayanan meliputi:
umum yang ada di masyarakat. Secara
keseluruhan, hal ini dapat diasumsikan • Kemudahan, yaitu setiap orang dapat
bahwa UB sebagai institusi pendidikan milik mencapai semua tempat atau
negara harus dapat memberikan pelayanan bangunan yang bersifat umum dalam
umum yang memadai bagi seluruh civitas suatu lingkungan;
akademikanya. Baik itu kelompok yang • Kegunaan, yaitu setiap orang harus
normal, maupun kelompok penyandang dapat mempergunakan semua tempat
difabel. atau bangunan yang bersifat umum
Maka dari itu pentingnya dalam suatu lingkungan;
keaksesibelan suatu sarana dan prasarana di • Keselamatan, yaitu setiap bangunan
lingkungan pendidikan tinggi merupakan hal yang bersifat umum dalam suatu
yang perlu dikaji secara terus menerus untuk lingkungan terbangun, harus
menemukan jawaban dari keadaan dan situasi memperhatikan keselamatan bagi
terkini tentang aksesibilitas sarana dan semua orang;
prasarana itu sendiri. • Kemandirian, yaitu setiap orang
harus bisa mencapai, masuk dan
2. Tinjauan Pustaka mempergunakan semua tempat atau
2.1 Aksesibilitas Sarana dan Prasarana bangunan yang bersifat umum dalam
bagi Tunadaksa suatu lingkungan dengan tanpa
Sarana dan prasarana umum membutuhkan bantuan orang lain.
merupakan hal yang paling utama dalam
melayani mobilitas masyarakat untuk Hak aksesibilitas bagi difabel juga
mencapai tempat yang dituju. Hal ini, tidak tertuang dalam Undang-Undang Nomor 4
terkecuali bagi seluruh kelompok Tahun 1997, pada pasal 10 tentang kesamaan
penyandang difabel, khususnya kelompok hak para difabel, yaitu meliputi:
tunadaksa. Oleh karenanya, pembangunan (1) Kesamaan kesempatan bagi
sarana dan prasarana yang ramah bagi penyandang cacat dalam segala aspek
penyandang tunadaksa di tempat umum kehidupan dan penghidupan dilaksanakan
merupakan hal yang baik dalam mendukung melalui penyediaan aksesibilitas.
kenyamanan dan keamanan. (2) Penyediaan aksesibilitas yang
dimaksud untuk menciptakan keadaan dan
2.1.1. Definisi Aksesibilitas lingkungan yang lebih menunjang
penyandang cacat dapat sepenuhnya hidup
Aksesibilitas menurut Keputusan bermasyarakat.
Menteri Pekerjaan Umum Nomor 468/KPTS (3) Penyediaan aksesibilitas sebagaimana
Tahun 1998 ialah “kemudahan yang diselenggarakan oleh Pemerintah dan /atau
disediakan bagi penyandang cacat guna masyarakat dan dilakukan secara
mewujudkan kesamaan kesempatan dalam menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan.
segala aspek kehidupan dan penghidupan”.
17
IJDS 2016; Vol.3: No. 1: Page 16 - 25
18
IJDS 2016; Vol.3: No. 1: Page 16 - 25
19
IJDS 2016; Vol.3: No. 1: Page 16 - 25
20
IJDS 2016; Vol.3: No. 1: Page 16 - 25
21
IJDS 2016; Vol.3: No. 1: Page 16 - 25
ii. Mekanisme pembukaan dan mencapai 7 lantai. Oleh karena itu, untuk
penutupan pintu harus mempermudah akses mobilisasi civitas
sedemikian rupa sehingga gedung ini dipasang 2 buah lift.
memberikan waktu yang cukup
bagi penyandang cacat terutama d. ramp
untuk masuk dan keluar dengan
mudah. Untuk itu lift harus • Kemiringan suatu ramp di dalam
dilengkapi dengan sensor photo- bangunan tidak boleh melebihi 7°,
electric yang dipasang pada perhitungan kemiringan tersebut
ketinggian yang sesuai. tidak termasuk awalan atau akhiran
ramp (curb ramps/landing)
Tabel 5.3 Aksesibilitas pada Lift
Sedangkan kemiringan suatu ramp
Kriteria Subyek Subyek Subyek yang ada di luar bangunan
Aksesibilitas I II III maksimum 6°.
Kemudahan √ √ √
Kegunaan √ √ √ • Panjang mendatar dari satu ramp
Keselamatan √ √ √ (dengan kemiringan 7°) tidak boleh
Kemandirian √ √ √ lebih dari 900 cm. Panjang ramp
lanjutan dengan kemiringan yang lebih rendah
Subyek Subyek Subyek dapat lebih panjang.
Kemudahan
IV
√
V
√
VI
√
• Lebar minimum dari ramp adalah 95
Kegunaan √ √ √ cm tanpa tepi pengaman, dan 120 cm
Keselamatan √ √ √ dengan tepi pengaman. Untuk ramp
Kemandirian √ √ √
yang juga digunakan sekaligus untuk
pejalan kaki dan pelayanan angkutan
Dari hasil data diatas, dapat barang harus dipertimbangkan secara
disimpulkan bahwa lift merupakan sarana seksama lebarnya, sedemikian
yang paling sempurna serta user-friendly sehingga bisa dipakai untuk kedua
dalam membantu para penyandang tunadaksa fungsi tersebut, atau dilakukan
untuk bermobilisasi. Keenam subyek sangat pemisahan ramp dengan fungsi
setuju bahwasanya lift di sekitar gedung- sendiri-sendiri.
gedung UB sangat aksesibel dan bekerja • Muka datar (bordes) pada awalan
dengan baik. Kecuali bila terjadi pemadaman atau akhiran dari suatu ramp harus
listrik. bebas dan datar sehingga
memungkinkan sekurang-kurangnya
untuk memutar kursi roda dengan
ukuran minimum 160 cm.
• Permukaan datar awalan atau akhiran
suatu ramp harus memiliki tekstur
sehingga tidak licin baik diwaktu
hujan.
• Lebar tepi pengaman ramp (low
curb) 10 cm, dirancang untok
menghalangi roda kursi roda agal
tidak terperosok atau keluar dari jalur
ramp. Apabila berbatasan langsung
dengan lalu-lintas jalan umum atau
Gambar 5.3 Lift di Gedung B FIA UB
persimpangan harus dibuat
sedemikian rupa agar tidak
Untuk bangunan yang memiliki
mengganggu jalan umum.
lantai lebih dari 5 lantai, maka bangunan
• Ramp harus diterangi dengan
tersebut wajib memiliki atau mengoperasikan
pencahayaan yang cukup sehingga
lift. Salah satunya di gedung B Fakultas Ilmu
membantu penggunaan ramp saat
Administrasi (FIA) UB. Gedung ini
malam hari. Pencahayaan disediakan
merupakan gedung tertinggi yang dimiliki
pada bagian-bagian ramp yang
oleh FIA saat ini. Dengan ketinggian
22
IJDS 2016; Vol.3: No. 1: Page 16 - 25
memiliki ketinggian terhadap muka Pada gambar 5.3 terlihat jelas bahwa ramp
tanah sekitarnya dan bagian- bagian tersebut curam. Hal ini nampak pada ukuran
yang membahayakan. kemiringannya melebihi batas persyaratan
• Ramp harus dilengkapi dengan yang dianjurkan yakni 900 cm.
pegangan rambatan (handrail) yang
dijamin kekuatannya dengan
ketinggian yang sesuai.
23
IJDS 2016; Vol.3: No. 1: Page 16 - 25
memiliki keterbatasanketerbatasan
fisik dan bisa dijangkau pengguna
kursi roda.
• Kran pengungkit sebaiknya dipasang
pada wastafel.
• Bahan dan penyelesaian lantai harus
tidak licin.
• Pintu harus mudah dibuka untuk
memudahkan pengguna kursi roda
untuk membuka dan menutup.
• Kunci-kunci toilet atau grendel
dipilih sedemikian sehingga bisa
dibuka dari luar jika terjadi kondisi Gambar 5.6 Posisi WC di FIA UB
darurat.
• Pada tempat-tempat yang mudah
dicapai, seperti pada daerah pintu 6. Kesimpulan
masuk, dianjurkan untuk
menyediakan tombol pencahayaan Aksesibilitas sebuah infrastruktur
darurat (emergency light button) bila pada sebuah bangunan merupakan hal yang
sewaktu-waktu terjadi listrik padam. paling penting untuk menunjang keamanan
dan kenyamanan semua orang yang ada di
Tabel 5.5 Aksesibilitas pada Kamar Kecil (Toilet) dalamnya. Tidak terkecuali bagi penyandang
disabilitas, khususnya tunadaksa. Mereka
Kriteria Subyek Subyek Subyek yang memiliki kekurangan di dalam
Aksesibilitas I II III
Kemudahan X X X mobilisasi dan memerlukan alat bantu seperti
Kegunaan X √ X tongkat, braces, frames, bahkan kursi roda
Keselamatan X √ X sangat kurang nyaman bilamana sebua sarana
Kemandirian X X X
dan prasarana di dalam bangunan tidak
lanjutan memenuhi kriteria persyaratan
Subyek Subyek Subyek aksesibilitasnya. Universitas Brawijaya (UB)
IV V VI
Kemudahan X √ X sebagai kampus pertama di Indonesia yang
Kegunaan X X √ berbasis inklusif telah banyak membangun
Keselamatan √ X X sarana dan prasarana yang ramah atau
Kemandirian X X X
aksesibel bagi penyandang disabilitas.
Terkhusus bagi penyandang tunadaksa.
Dari hasil diatas, dapat disimpulkan Pada penelitian ini telah ditemukan
bahwa kamar kecil atau toilet disekitar beberapa hal yang perlu diperhatikan atas
kampus Universitas Brawijaya masih kurang aksesibilitas sarana dan prasarana di UB,
ramah terhadap penyandang tunadaksa. khususnya di beberapa fakultas. Dengan
Hanya satu subyek yang menganggap bahwa memperhatikan keenam subyek penelitian
kamar kecil itu memenuhi kriteria aksesibel. (MIZ, S, LI, RM, WE, dan KR) dan lima
Sedangkan lainnya menganggap kamar kecil sarana dan prasarana (pedestrian, pintu, lift,
tersebut tidak aksesibel. Hal ini memang ramp, dan kamar kecil), maka dapat
terlihat pada minimnya tissue yang disimpulkan:
disediakan di tiap-tiap toilet dan juga fasilitas
handrail atau pegangan tangan. • bahwa jalur pejalan kaki (pedestrian)
di lingkungan UB masih perlu
diperhatikan, yakni kurangnya
jumlah ramp yang ada. Ramp ini
sangat berguna bagi mahasiswa
tunadaksa.
• Pintu dan lift, saat ini pintu dan lift
dominan telah aksesibel terhadap
penyandang tunadaksa.
24
IJDS 2016; Vol.3: No. 1: Page 16 - 25
Daftar Pustaka
1. Dhini Murdiyanti, S. S. (2012).
Aksesibilitas Sarana Prasarana
Transportasi yang Ramah Penyandang
Disabilitas (TransJakarta).
25