Referat Margin ROP
Referat Margin ROP
Oleh :
Ayu Anisa, S.Ked
Deby Andita, S.Ked
Lintang Dwi Utari, S.Ked
Rafika Rahmi, S.Ked
Wina Astari Putri, S.Ked
Yesti Hana Wiliya Siregar, S.Ked
Yunita Aria Ningsih, S.Ked
Pembimbing :
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 RETINA
Perkembangan retina dimulai pada minggu ke 16 kehamilan, dimana
sebelumnya tidak terdapat pembuluh darah pada retina. Pembentukan vaskuler
dimulai dari diskus optikus ke arah perifer secara sentrifugal dan mencapai ora serata
nasal pada usia kehamilan 8 bulan (36 minggu), lalu mencapai ora serata temporal
pada 1-2 bulan kemudian ( usia kehamilan 40 minggu).5
2.2 DEFINISI
Retinopati prematuritas merupakan penyebab kebutaan terbesar pada neonatus
diseluruh dunia.2 Retinopati prematuritas (ROP) merupakan pertumbuhan abnormal
pembuluh darah retina pada bayi prematur.1 Proliferasi abnormal pada retina bilateral,
terjadi pada bayi prematur dengan berat lahir rendah yang mendapat paparan oksigen
tinggi. Peningkatan jumlah bayi prematur yang bertahan hidup akibat kemajuan
perawatan neonatus telah meningkatkan jumlah bayi yang berpeluang mengalami
retinopati prematuritas. Dahulu, penyakit ini dikenal sebagai Retrolental fibroplasia.6
4
2.3 EPIDEMIOLOGI
Kejadian retinopati prematuritas dengan bayi berat badan lahir kurang dari
1250 gram dilaporkan terjadi pada 50-70% di Amerika Serikat. Meskipun intervensi
medis telah dilakukan dengan tepat, sebanyak 400 hingga 600 bayi setiap tahun di
Amerika Serikat mengalami kebutaan secara hukum yang disebabkan oleh ROP. 3
Prevalensi retinopati prematuritas di Korea mencapai 20,7% (88 dari 425 bayi
prematur). Penelitian yang dilakukan di Singapura juga didapatkan prevalensi
retinopati prematuritas sebanyak 29,2% (165 dari 564 bayi lahir berat rendah). Pada
studi observasional yang membandingkan karateristik bayi dengan ROP pada negara
berkembang dan maju di Inggris dilaporkan, rerata berat badan bayi lahir di negara
maju ialah 737-763 gram sedangkan negara berkembang sekita 903-1527 gram.8
2.4 ETIOPATOGENESIS
Pada kondisi normal, pembuluh darah mulai tumbuh saat usia 16 minggu
masa gestasi. Pembuluh darah berkembang dari diskus optikus menuju ora serata.
Pembuluh darah akan mencapai daerah nasal pada usia 8 bulan kehamilan dan daerah
temporal setelah bayi lahir. Bila bayi lahir secara prematur, sebelum pertumbuhan
pembuluh darah mencapai tepi retina, maka pertumbuhan pembuluh darah yang
normal dapat terhenti sehingga bagian tepi retina yang tidak ditumbuhi pembuluh
darah tidak mendapatkan oksigen dan nutrisi yang cukup. Keadaan ini dapat terjadi
pada bayi prematur yang mendapat terapi oksigen. Efek oksigen pada pembuluh
darah retina imatur terjadi dalam dua tahap: (1) Tahap primer atau fase
vasokonstriktif : Tahap ini terjadi selama paparan hiperoksia dan terjadi supresi pada
pembuluh darah retina bagian anterior. Tahap ini menyebabkan penekanan pada
faktor pertumbuhan endotel vaskular; dan (2) Fase sekunder atau fase
vasoproliferatif: Tahap ini terjadi saat bayi sudah tidak lagi menggunakan terapi
oksigen yang menyebabkan bagian tepi retina akan mengirimkan sinyal ke daerah
retina yang lain untuk mecukupi kebutuhan oksigen dan nutrisinya sehingga terjadi
dilatasi dan pembelokan pembuluh darah yang lebih besar dengan neovaskularisasi
dan proliferasi pembuluh darah baru ke dalam vitreous yang dapat menyebabkan
5
tarikan pada retina sampai terlepasnya retina.4 Hal ini disebabkan karena adanya
peningkatan faktor pertumbuhan endotel vaskular secara tiba-tiba. Faktor risiko
terjadinya ROP terdapat pada keadaan berikut:4,7
1. Usia kehamilan
2. Berat badan lahir yang sangat rendah
3. Sepsis
4. Distress pernafasan
5. Pernafasan berhenti (Apneu)
6. Tranfusi darah
7. Terapi oksigen berkepanjangan
8. Saturasi O2 tidak stabil
9. Defisiensi Vitamin E
10. Paparan sinar UV pada mata bayi
2.5 KLASIFIKASI
Klasifikasi retinopati prematuritas oleh International Classification of ROP
(ICROP) tahun 1984 membagi retina dalam tiga zona. Lokasi dinyatakan dengan
zona, luasnya lesi dinyatakan berdasarkan luas daerah dalam jam (Clock Hours),
sedangkan progresifitas ( kelainan vaskuler ) dinyatakan dengan stadium (staging).4
Berdasarkan lokasi ditemukan ROP, maka retina dibagi menjadi 3 zona (dapat dilihat
pada gambar 1) yaitu : 4
1. Zona I : Retina posterior berupa lingkaran radius 60, dengan papil optik
sebagai pusatnya, bila ditemukan ROP ≥ 1 jam (sektor) dalam zona 1 maka
didiagnosis sebagai ROP zona 1
2. Zona II : Mulai dari tepi zona I ke arah anterior mencapai ora serata nasal,
didiagnosis sebagai ROP zona 2 bila maturasi pembuluh darah retina yang
terjadi belum masuk dalam radius diameter 1 diskus ora serrata dan
didapatkan pada 2 jam berurutan atau ≥ 1 jam ROP pada sektor lain.
3. Zona III : Daerah retina yang tersisa di anterior zona II, didiagnosis jika
ditemukan maturasi pembuluh darah retina yang terjadi masuk dalam radius
6
diameter 1 diskus ora serata dan didapatkan pada 2 jam berurutan atau ≥ 1 jam
ROP pada sektor lain.
Luas area yang terlibat ROP dinyatakan dalam arah jarum jam. Tingkat
perubahan vaskuler abnormal yang diamati dinyatakan dalam stadium (stage).
Berdasarkan progresifitas ini maka ROP dibagi menjadi 5 stadium yaitu (dapat dilihat
pada gambar 2): 4,8
Gambar 2. Klasifikasi menurut stadium ROP. (A). Stadium 1 ROP, (B). Stadium 2
ROP, (C). Stadium 3 ROP, (D). Stadium 4 ROP, (E). Stadium 5 ROP, (F). Plus
4
disease.
2.7 DIAGNOSIS
11
Semua bayi prematur dengan berat badan lahir dibawah 1500 gram dan masa
gestasi dibawah 32 minggu memiliki risiko untuk menderita ROP, maka dibuat
semacam screening protocol sesuai dengan usia gestasi.9
Bayi yang lahir pada usia gestasi 23-24 minggu, harus menjalani pemeriksaan
mata pertama pada usia gestasi 27-28 minggu
Bayi yang lahir pada usia gestasi 25-28 minggu, harus menjalani pemeriksaan
mata pertama pada usia kehidupan 4-5 minggu
Bayi yang lahir pada usia gestasi ≥ 29 minggu, pemeriksaan mata pertama
dilakukan sebelum bayi tersebut dipulangkan
Standar baku untuk mendiagnosa ROP adalah pemeriksaan retina dengan
menggunakan oftalmoskopi binokular indirek. Dibutuhkan pemeriksaan dengan
dilatasi fundus dan depresi sklera. Instrumen yang digunakan adalah speculum Sauer
(untuk menjaga mata tetap dalam keadaan terbuka), depresor sclera Flynn (untuk
merotasi dan mendepresi mata) dan lensa 28 dioptri (untuk mengidentifikasi zona
dengan lebih akurat).1 Bagian pertama dari pemeriksaan adalah pemeriksaan
eksternal, identifikasi rubeosis retina, bila ada. Tahap selanjutnya adalah pemeriksaan
pada kutub posterior, untuk mengidentifikasi adanya plus disease. Mata dirotasikan
untuk mengidentifikasi ada atau tidaknya penyakit zona 1. Apabila pembuluh nasal
tidak terletak pada nasal ora serrata, temuan ini dinyatakan masih berada pada zona 2.
Apabila pembuluh nasal telah mencapai nasal ora serrata, maka mata berada pada
zona 3. 10
Saat ini ROP dapat dideteksi menggunakan telemedicine. Pemeriksaan retina
pada bayi yang berisiko ROP dapat dilakukan dengan menggunakan digital RetCam
yang memakai lensa sudut lebar dan perbesaran tinggi sehingga memungkinkan
interpretasi lebih jelas. Pemeriksaan ini hanya disarankan untuk pelayanan yang tidak
memiliki dokter spesialis mata.4
1. Katarak kongenital : katarak yang mulai terjadi sebelum atau segera setelah
lahir dan bayi berusia kurang dari 1 tahun. Katarak kongenital merupakan
penyebab kebutaan pada bayi yang cukup berarti terutama akibat
penanganannya yang kurang tepat. Katarak kongenital sering ditemukan pada
bayi prematur dan gangguan sistem saraf seperti retardasi mental. Pada pupil
mata bayi yang menderita katarak kongenital akan terlihat bercak bintik
putih.7
2. Retinoblastoma : tumor primer yang sering terjadi pada anak yang berasal dari
neuroblas akibat mutasi kromosom 13q14. Sepertiga kasus retinoblastoma
bersifat familial (bilateral) dan duapertiga kasus merupakan sporadik
(unilateral). Gambaran klinis bervariasi sesuai pertumbuhan masa tumor dan
retinoblastoma dapat menyebar ke sistem saraf pusat. Penyebaran ke sistem
saraf pusat membuat prognosa semakin buruk. Pasien datang dengan keluhan
adanya bercak putih di pupil dan mata menonjol. 11
2.9 TATALAKSANA
Umumnya ROP membaik sendiri dan tidak membutuhkan pengobatan. Pada
stadium 3 dan stadium lanjut diperlukan untuk menghentikan pertumbuhan pembuluh
darah abnormal pada retina atau mengatasi ablasio retina yang terjadi. Bentuk
pengobatan adalah sebagai berikut 4,7 :
1. Terapi krio, digunakan untuk membekukan bagian retina yang dipengaruhi
ROP yang akan menghentikan pertumbuhan pembuluh darah yang rusak
didalam mata dengan menggunakan suhu beku. Namun produk ini sudah
jarang digunakan.
2. Terapi laser digunakan untuk menghentikan pertumbuhan yang berlebihan
pembuluh darah yang rusak pada retina. Laser digunakan untuk membakar
bagian kecil retina yang di kenai ROP. Terapi ini memberikan prognosis lebih
baik daripada terapi krio oleh karena tidak menyebabkan kerusakan pada
struktur jaringan lainnya.
3. Bedah retina dilakukan pada ROP stadium IV dan V.
13
2.10 PROGNOSIS
Prognosis ROP ditentukan berdasarkan zona penyakit dan stadiumnya. Pada
pasien yang tidak mengalami perburukan dari stadium I atau II memiliki prognosis
yang baik dibandingkan pasien dengan penyakit pada zona I posterior atau stadium
III, IV dan V. Faktor yang penting adalah deteksi awal dan penanganan yang tepat.8
14
DAFTAR PUSTAKA