Anda di halaman 1dari 4

Komnas HAM Terus Selidiki

Kasus Pembantaian Dukun


Santet
Solichan Arif

Rabu, 4 Oktober 2017 - 05:52 WIB

Kantor Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas), Menteng, Jakarta Pusat.
Foto/Ilustrasi/Istimewa

JAKARTA - Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) terus menyelidiki kasus pembantaian
orang yang diduga dukun santet di wilayah Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, 1998-1999 silam.

Penyelidikan yang semula ditargetkan rampung pada September 2017, hingga kini masih berproses.
"Penyelidikan masih on progress, " ujar Pemantau dan Penyelidik Komnas HAM Agus Suntoro
kepada SINDOnews, Selasa 3 Oktober 2017.
Komnas HAM menengarai kasus pembantaian dukun santet di Banyuwangi sebagai pelanggaran
HAM berat. Komnas yang memulai penyelidikan sejak tahun 2015 melihat pembantaian dukun
santet berjalan sistematis.

Pembantaian dengan motif serupa itu juga meluas ke daerah lain. Pembunuhan juga terjadi di
Jember dan Pangandaran Jawa Barat. Tidak hanya menimpa dukun santet.

Pembunuhan juga menyasar orang orang yang berlatar belakang guru ngaji dan ulama kampung.
Jumlah korban jiwa yang tercatat mencapai kisaran 200-an jiwa. Jumlah terbesar berada di
Kabupaten Banyuwangi.

Versi tim Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur sebanyak 109 orang. Sedangkan
versi Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Banyuwangi 120 orang.

Informasi yang dihimpun SINDOnews, Pemkab Banyuwangi menolak memberikan bantuan sosial.
Pemerintahan setempat juga tidak bersedia memberikan program pemulihan trauma kepada
keluarga korban. Hingga saat ini tidak sedikit yang masih terkucil dan trauma. Mereka terasingkan
dengan stigma keluarga dukun santet.

Ketua Tim Penyelidikan Komnas HAM M Nurkhoiron mengakui penyelidikan kasus itu masih
berjalan. Namun, dia belum bersedia membeberkan hasil penyelidikan.

Bahkan tim Komnas HAM berencana turun kembali ke wilayah Banyuwangi dan Jember. "Maaf
belum bisa kasih kabar. Masih memproses sesuai keputusan paripurna," kata Khoiron melalui pesan
singkat.

Seperti diketahui, beberapa pelaku pembunuhan dukun santet telah ditangkap. Namun dalang di
balik peristiwa pembantaian dukun santet itu hingga kini belum terkuak.

Rencananya Komnas HAM akan merekomendasikan hasil penyelidikan kasus pembantaian dukun
santet itu ke Kejaksaan Agung.

HASIL ANALISIS
Secara garis besar kasus ini banyak membahas tentang HAM.didalam kasus ini diungkit
bahwa kurangnya perhatian masyarakat tentang HAM.
HAM sendiri adalah hak dasar yang melekat dan dimiliki setiap manusia sejak lahir sebagai
anugerah Tuhan Yang Maha Esa.Menurut Mustafa Kamal Pasha (2002)menyatakan bahwa
yang dimaksud dengan hak asasi manusia adalah hak dasar yang dibawa sejak lahir yang
melekat pada esensnya sebagai anugerah Allah SWT. Melanggar HAM seseorang
bertentangan dengan hukum yang berlaku di Indonesia. Hak asasi manusia memiliki wadah
organisasi yang mengurus permasalahan seputar hak asasi manusia yaitu Komnas HAM.
Kasus pelanggaran ham di Indonesia memang masih banyak yang belum terselesaikan /
tuntas sehingga diharapkan perkembangan dunia ham di Indonesia dapat terwujud ke arah
yang lebih baik.
Dari kasus diatas dapat kita ketahui bahwa terdapat seorang dukun santet yang dibunuh
oleh seseorang dan berarti seseorang tersebut sudah melanggar HAM yang dimiliki oleh
orang lain.dan ksusunya kini sedang diselidiki oleh komnas HAM karena didalam kasus
diatas merupakan salah satu mak asasi manusia yang terdapat pada undang-undang no.39
tahun 1999 yaitu Hak Untuk Hidup.mengapa demikian ?,karena si pelaku pembunuhan sama
saja sudah merrenggut hak hidup seseorang yang dibununhya padahal sang korban sebagai
manusia memiliki hak yang sama yaitu hak hidup, walaupun dia memiliki profesi yangb bisa
dinilai tidak lazim yaitu seorang dukun santet yang banyak juga dibenci oleh orang
awam.Dari kasus ini juga kita dapat mengetahui bahwa indonesia merupakan negara hukum
yang dapat menegakkan keadilan serta membela hak yang dimiliki oleh setiap warga
negara indonesia.Sedangkan negara atas hukum menempatkan hukum sebagai hal yang
tertinggi(supreme)sehingga ada istilah supremasi hukum.supermasi hukum sendiri tidak
boleh mengabaikan tiga ide dasar hukum yaitu keadilan,kemanfaatan,dan kepastian
(Achmad Ali;2002)atau tiga tujuan hukum yakni keadilan,kemanfaatan,dan
kepastian(Mahfud MD 2013).Oleh karena itu,pelaksanaan hukum negara harus
memperhatikan ketiga hal diatas.Berdasarkan hal tersebut,negara hukum bersandar pada
keyakinan bahwa kekuasaan negara harus dijalankan atas dasar hukum yang adil dan baik.
Karena kasus diatas kita dapat mengetahui lagi bahwa KOMNAS HAM juga sudah berusaha
dengan sebaik mungkin untuk meng upayakan keadilan bagi korban.karena juga salah satu
ciri negara hukum atau bisa disebut juga Rule of Law yaitu,
1.Terjaminnya hak-hak manusia dalam undang-undang atau keputusan ppengadilan.
2.Pelindungan konstitusional dalam arti bahwa konstitusi selain daripada menjamin hak-hak
individu harus menentukan pula cara prosedural untuk memperoleh perlindungan atas hak-
hak yang dijamin.
Dan kasus diatas juga dapat diartikan sebagai kasus pelanggaran HAM.Menurut ELSAM
,sebuah lembaga swadaya masyarakat yang bergerak dibidang HAM,dalam laporannya
tahun1998 menyatakan bahwa bentuk-bentuk pelanggaran hak asasi manusia meliputi:
a.penggunaan senjata api
b.penggunaan kekerasan
c.penangkapan atau penahanan
d.penghilangan paksa.
Dan kasus pelanggaran HAM dikasus ini meliputi ,penggunaan kekerasan,penghilangan
paksa(dalam artian mebunuh /menghiolangkan nyawa seseorang tanpa didasari alasan
apapun).adapun pelanggaran ini dapat dilakukan oleh :
a.pihak negara dalam hal ini aparat negara atau pemerintah (state actors)
b.pihak masyarakat atau warga negara (non-state actors).1
Dari kasus ini juga sang pelaku yaang masih diselidiki lebih jelas identitas oleh KOMNAS
HAM merupakan non –state actors yang berarti si pelaku pembunuhan berasal dari negara
kita sendiri atau dalam negri.2
1
Dr.Winarno ,S.pd.,M.Si.PARADIGMA PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN th 2013 hal 170
2
Dr.Winarno ,S.pd.,M.Si.PARADIGMA PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN th 2013 hal 137-142
Serta karena korban juga memiliki hak yang sama untuk membela dirinya walaupun dia
bersalah serta memiliki hak yang sama untuk membela di lembaga pengadilan walaupun
sang korban sudah meninggal.

NAMA:IKA SUCI CIPTANING SETYOWATI


NIM:17180032

Anda mungkin juga menyukai